• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metodelogi Penelitian

3.1.1. Metodelogi Penelitian Kualitatif

Menurut Whitney (dalam Pujileksono, 2016) penelitian adalah pencarian atas sesuatu (inquiry) secara sistematis dengan penekanan bahwa pencarian ini dilakukan terhadap masalah-masalah yang dipecahkan. Whitney menyimpulkan bahwa, disamping untuk memperoleh kebenaran, kerja menyelidiki harus dilakukan secara sungguh-sungguh dalam waktu yang lama. Dengan demikian, penelitian merupakan suatu metode berpikir secara kritis.

Menurut Pujileksono (2016: 3) penelitian dapat diartikan sebagai suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan secara sistematis untuk menjawab permasalahan yang terjadi dalam kehidupan yang bersifat abstrak atau konkret dan umum atau khusus.

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif analisis yaitu bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu (Kriyantono, dalam Mustikasari, 2014). Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan suatu fenomena sedetail mungkin melalui pengumpulan data yang sedalam-dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan besar populasi maupun sampling, yang lebih ditekankan disini adalah persoalan kedalaman (kualitas) bukan banyaknya (kuantitas) data.

(2)

Metode kualitatif ialah metodelogi yang didalam usulan penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisis data dan kesimpulan data sampai dengan penulisannya mempergunakan aspek-aspek kecenderungan, non-perhitungan numerik, situasional deskriptif, interview mendalam, analisis isi, bola salju dan story. Pendekatan kualitatif dipergunakan untuk menemukan atau mengembangkan teori yang sudah ada. Pendekatan kualitatif berusaha menjelaksan realitas dengan menggunakan penjelasan deskriptif dalam bentuk kalimat (Pujileksono, 2016: 35).

Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang atau perspektif subjek/partisipan. Subjek penelitian adalah orang-orang yang terlibat/pelaku dalam sebuah realitas dan memberikan data/informasi kepada peneliti tentang realitas yang diteliti. Partisipan adalah orang-orang yang diajak berwawancara, diobservasi, diminta memberikan data, persepsi, pendapat dan pemikirannya.

Menurut Moleong (2005: 6), metode penelitian kualitatif adalah suatu riset yang bermaksud untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian.

Misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan berbagai macam strategi yang bersifat interaktif seperti observasi langsung, observasi partisipatif, wawancara mendalam, dokumen-dokumen, teknik-teknik pelengkap.

Penelitian kualitatif memiliki dua tujuan utama yaitu untuk menggambarkan dan

(3)

mengungkapkan (to describe and explore) dan tujuan yang kedua yaitu menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain).

3.1.2. Paradigma Konstruktivisme

Paradigma atau paradigm (Inggris) atau paradigme (Perancis), istilah tersebut berasal dari bahasa Latin, yakni para dan deigma. Secara etimologis, para berarti (disamping, disebalah) dan deigma berarti (memperlihatkan, yang berarti, model, contoh, arketipe, ideal). Deigma dalam bentuk kata kerja deiknynai berarti menujukkan atau mempertunjukkan sesuatu. Berdasarkan uraian tersebut, paradigma berarti di sisi model, di samping pola atau di sisi contoh. Paradigma juga bisa berarti, sesuatu yang menampakkan pola, model atau contoh (Bagus, dalam Pujileksono, 2016).

Menurut Pujileksono (2016: 26) Paradigma adalah satu set asumsi, konsep, nilai-nilai dan praktek dan cara pandang realitas dalam disiplin ilmu.

Paradigma merupakan cara pandang atau pola pikir komunitas ilmu pengetahuan atas peristiwa/ realitas/ ilmu pengetahuan yang dikaji, diteliti, dipelajari, dipersoalkan, dipahami dan untuk dicarikan pemecahan persoalannya.

Menurut Mulyana (2003: 9) Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya. Paradigma menunjukkan pada mereka apa yang penting, absah, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif, menunjukkan kepada praktisinya apa yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau epitemologis yang panjang.

Paradigma konstruktivis memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi terbentuk dari hasil konstruksi. Karenanya,

(4)

konsentrasi analisis pada paradigma konstruktivis adalah menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi itu dibentuk. Dalam studi komunikasi, paradigma konstruksionis ini sering sekali disebut sebagai paradigma produksi dan pertukaran makna (Eriyanto, 2011: 43).

Paradigma ini melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna, yang menjadi titik perhatian bukan bagaimana seseorang mengirim pesan, tetapi bagaimana masing-masing pihak dalam lalu lintas komunikasi saling memproduksi dan mempertukarkan makna. Disini diandaikan tidak ada pesan dalam arti yang statis yang saling dipertukarkan dan disebarkan. Pesan itu sendiri dibentuk secara bersama-sama antara pengirim dan penerima atau pihak yang berkomunikasi dan dihubungkan dengan konteks sosial dimana mereka berada.

Paradigma yang digunakan oleh peneliti adalah paradigma konstruktivis.

Fokus pendekatan ini adalah bagaimana pesan dibuat dan diciptakan oleh komunikator PT Medion Farma Jaya dan bagaimana pesan secara aktif ditafsirkan oleh peserta diklat sebagai penerima sehingga dapat memberikan timbal balik (feedback) diantara masing-masing pihak baik komunikator ataupun komunikan yakni berupa nilai atau persepsi.

Peneliti menggunakan paradigma konstruktivis untuk mengetahui bagaimana strategi Public Relations dalam mempertahankan reputasi melalui program Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) untuk praktisi dan akademisi peternakan.

(5)

3.1.3. Pendekatan Studi Kasus

Pendekatan penelitian dalam penelitian ini menggunakan studi kasus.

Stake (dalam Rahardjo, 2017) membuat rambu-rambu untuk menjadi pertimbangan peneliti yang meliputi:

1. hakikat atau sifat kasus itu sendiri, 2. latar belakang terjadinya kasus 3. seting fisik kasus tersebut,

4. konteks yang mengitarinya, meliputi faktor ekonomi, politik, hukum dan seni 5. kasus-kasus lain yang dapat menjelaskan kasus tersebut,

6. informan yang menguasai kasus yang diteliti.

Studi kasus ialah suatu serangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam tentang suatu program, peristiwa, dan aktivitas baik pada tingkat perorangan, sekelompok orang, lembaga, atau organisasi untuk memperoleh pengetahuan mendalam tentang peristiwa tersebut (Rahardjo, 2017:

3).

Masalahnya ialah kasus (case) sendiri itu apa? Yang dimaksud kasus ialah kejadian atau peristiwa, bisa sangat sederhana bisa pula kompleks. Karenanya, peneliti memilih salah satu saja yang benar-benar spesifik. Peristiwanya itu sendiri tergolong “unik”. “Unik” artinya hanya terjadi di situs atau lokus tertentu. Untuk menentukan “keunikan” sebuah kasus atau peristiwa (Rahardjo, 2017: 3).

Hal ini sesuai dengan penjelasannya yang menyatakan bahwa penelitian studi kasus bukanlah sekedar metode penelitian, tetapi adalah tentang bagaimana memilih kasus yang tepat untuk diteliti. Berdasarkan hal tersebut, Stake (dalam Pujileksono, 2016) membagi penelitian studi kasus menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:

(6)

1. Studi kasus mendalam adalah penelitian studi kasus yang dilakukan dengan maksud untuk yang pertama kali dan terakhir kali meneliti tentang suatu kasus yang khusus.

2. Studi kasus instrumental adalah penelitian studi kasus yang dilakukan dengan meneliti kasus untuk memberikan pemahaman mendalam atau menjelaskan kembali suatu proses generalisasi.

3. Studi kasus jamak adalah penelitian studi kasus yang menggunakan jumlah kasus yang banyak.

Peneliti memilih menggunakan studi kasus instrumental karena studi kasus ini meneliti kasus khusus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang suatu masalah (issue) atau untuk memperbaiki teori yang telah ada. Kasus diposisikan sebagai sarana (instrumen) untuk menunjukkan penjelasan yang mendalam dan pemahaman tentang sesuatu yang lain dari yang biasa dijelaskan.

Walaupun studi kasus ini kurang diminati, ia memainkan peran yang mendukung, memasilitasi pemahaman terhadap sesuatu yang lain (minat eksternal). Kasusnya dilihat secara mendalam, dan konteksnya diteliti secara cermat, aktivitas-aktivitas untuk mendalami kasus tersebut dilakukan secara rinci karena kasus ini membantu pemahaman tentang ketertarikan dari luar (minat eksternal).

Dasar pemilihan mendalami kasus ini dikarenakan bahwa fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana Public Relations mempertahankan reputasi yang telah dicapai perusahaan melalui strategi program Diklat peternakan yang mencakup manajemen strategi dan taktik Public Relations. Sementara pendekatan studi kasus bertujuan untuk menggambarkan realitas dari fenomena suatu kasus pengalaman Public Relations yang dikenal dengan Corporate Communication PT

(7)

Medion Farma Jaya dalam menerapkan Strategi Public Relations untuk mempertahankan reputasi sebagai perusahaan yang selalu ada untuk peternak, dengan mengeksplorasi data-data, konsep dan pelaksanaan yakni sebuah program Diklat Medion. Maka dari itu, disini peneliti ingin mengetahui dan memaparkan bagaimana suatu program diklat yang telah bertahun-tahun dilaksanakan dapat bertahan sehingga dapat menjadi suatu nilai penting bagi perusahaan dapat mempertahankan reputasinya.

Dengan mempelajari semaksimal mungkin suatu objek penelitian yakni program diklat, peneliti bertujuan memberikan uraian yang lengkap sehingga dapat memaparkan penjelasan yang dapat dipahami.

3.2. Subjek dan Objek Penelitian

Menurut Sugiyono (2009: 61), pertimbangan memilih informan dalam penelitian kualitatif ini adalah misalnya “orang yang kita jadikan informan tersebut paling tahu tentang apa yang kita harapkan dan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti”.

Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti menggunakan teknik sampling bertujuan/disengaja (purposive sampling) untuk menentukan subjek penelitian karena peneliti memerlukan data yang dapat menjawab semua pertanyaan penelitian dengan sesuai dan tepat. Pada saat memilih informan berdasarkan teknik purposive sampling peneliti harus benar-benar memenuhi semua kriteria yang telah ditentukan, hal ini sangat berpengaruh terhadap hasil akhir penelitian yang dilakukan.

Sesuai dengan istilahnya, sampel diambil/ditentukan dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil/ditentukan sebagai sampel karena

(8)

peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki dan dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk kepentingan penelitiannya. Jenis sampel bertujuan meliputi judgement dan quota sampling (Pujileksono, 2016:

116).

Sumber data penelitian ini terdapat dua jenis informan yaitu judgement dan quota sampling. Informan ditunjuk sebagai sumber data yang mampu memberikan informasi selengkap-lengkapnya serta relevan terhadap tujuan penelitian. Peneliti dapat memilih informan yang sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan yaitu sebagai berikut:

1. Judgement Sampling

Informan dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitiannya. Untuk mendapatkan data/informasi tentang program Diklat sebagai salah satu strategi Public Relations di PT Medion Farma Jaya, maka Ibu Collin (Manager Corporate Communication) memberikan wewenang kepada Bapak Mario Raditya sebagai Staff dari Divisi Corporate Communication merupakan sampel yang baik. Beliau dipercaya bertanggung jawab memegang salah satu program yang sedang diteliti, yaitu Diklat Medion. Seseorang yang menguasai atau memahami sesuatu, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayatinya, tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang tengah diteliti. Selain itu, informan utama ini mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi, dapat memberikan latar belakang, gambaran dan penjelasan yang terperinci. Data yang diperlukan peneliti dari

(9)

informan utama tersebut mengenai perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dari program pendidikan dan pelatihan (Diklat).

2. Sampel Kuota (Qouta Sampling)

Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel yang distratifikasikan secara proposional, namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja. Dalam menentukan informan pendukung peneliti memilih Bapak Rahmatullah sebagai peternak, Bapak Bambang Prayogi sebagai perwakilan dari Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan, dan Fajar Edy Maretno Sitanggang sebagai Mahasiswa yang menjadi peserta dalam program Diklat Medion. Peneliti menentukan informan pendukung tersebut sebagai perwakilan dari praktisi dan akademisi peternakan. Informan pendukung ditemukan dalam dokumentasi Corporate Communication PT Medion Farma Jaya yang dapat memberikan informasi tentang masalah yang diteliti. Selain itu, didukung juga dengan sumber data dalam bentuk fisik baik tulisan dalam artikel website medion.co.id maupun dokumentasi video yang di-posting dalam akun facebook PT Medion Farma Jaya.

Peneliti dalam menentukan subjek penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling merupakan pengambilan sampel subjek atau objek yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Dimana peneliti memilih unit analisis tersebut berdasarkan kebutuhannya dan menganggap unit analisis tersebut representatif. (Komariah, 2012: 196)

(10)

Sedangkan objek penelitian ini adalah Corporate communication PT Medion Farma Jaya mengenai Strategi Public Relations melalui program diklat dalam mempertahankan reputasi.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif terdiri dari:

wawancara mendalam (intensive/depth interview), observasi atau pengamatan lapangan (field observations), wawancara kelompok (focus group discussion), dan studi kasus (case study) (Kriyantono, dalam Ardianto, 2014: 178).

Berikut teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan selama penelitian ini, diantaranya:

1. Observasi Lapangan (field observation)

Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Menurut Moleong (2011: 174) Pengamatan yakni melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya.

Pengamat yang dilakukan peneliti berpeserta secara lengkap yakni peneliti menjadi anggota penuh dari kelompok yang diamatinya. Dengan demikian peneliti dapat memperoleh informasi apa saja yang dibutuhkannya, termasuk yang dirahasiakan sekalipun.

Dalam penelitian ini, dilakukan pengamatan kepada Corporate Communication PT Medion Farma Jaya untuk mendapatkan informasi dalam

(11)

pengamatan peneliti mengenai manajemen strategi public relations dalam mempertahankan reputasi perusahaan.

Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2014: 60). Selain itu, selama melakukan observasi lapangan, peneliti menggunakan alat yang diantaranya, lembar catatan dan kamera.

2. Wawancara mendalam (intensive/depth interview)

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab secara lisan, baik langsung atau tidak langsung dengan sumber data.

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh pihak kedua, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2011: 186).

Esterberg (dalam Sugiyono, 2014), mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak terstruktur.

1. Wawancara terstruktur (Structured interview)

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.

(12)

Dengan wawancara terstruktur ini pula, pengumpulan data dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data. Supaya setiap pewawancara mempunyai keterampilan yang sama, maka diperlukan training kepada calon pewawancara.

2. Wawancara Semiterstruktur (Semistructure Interview)

Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.

3. Wawancara tidak berstruktur (unstructured interview)

Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Metode yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara mendalam (in- depth interview) dan semistruktur, teknik mengumpulkan data atau informasi dengan cara bertatap muka langsung dengan informan utama agar mendapatkan data lengkap dan mendalam, memberikan penjelasan mengenai permasalahan yang ada ataupun mengenai pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber yang diwawancarai.

(13)

Pelaksanaan tanya-jawab mengalir seperti dalam percakapan sehari-hari dalam waktu yang dianggap tepat dan berjalan lama guna mendapatkan data yang mendalam mengenai masalah yang diteliti dan dapat dilakukan berulang-ulang.

Dalam kegiatan wawancara menggunakan pertanyaan yang sudah tersusun dan disiapkan oleh pewawancara sebelumnya. Dalam kegiatan wawancara dilakukan dengan diawali oleh pertanyaan dari pewawancara mengenai permasalahan yang diteliti kepada terwawancara (narasumber), apabila jawaban dirasa masih kurang mendalam, maka wawancara dapat dilakukan berulang sampai masalah yang diteliti dapat terpenuhi/terjawab oleh narasumber secara rinci.

Wawancara dilakukan kepada Staff divisi Corporate Communication PT Medion Farma Jaya khususnya pada sub divisi Event and Corporate Social Responsibility. Selama wawancara peneliti menggunakan alat bolpoin, buku catatan dan tape recorder.

3.4. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian komunikasi kualitatif, analisis data dapat dilakukan saat pengumpulan data dan/atau setelah proses pengumpulan data berakhir. Analisis data merupakan salah satu langkah penting dalam penelitian untuk memperoleh temuan-temuan hasil penelitian. Data yang telah dikumpulkan akan menuntun peneliti ke arah temuan ilmiah, bila dianalisis dengan teknik-teknik yang tepat.

Data yang belum dianalisis (data mentah) belum banyak ‘berbicara’ bila tidak diinterpretasikan/dimaknai/dianlisis atau ditafsirkan. Analisis data adalah proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema pada hipotesis (Taylor, dalam Pujileksno, 2016).

(14)

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Bogdan dan Biklen, dalam Pujileksno, 2016)

Menurut Nasution (dalam Ardianto 2014: 216), analisis data dalam penelitian kualitatif harus dimulai sejak awal. Data yang diperoleh dalam lapangan harus segera dituangkan dalam bentuk tulisan dan dianalisis. Salah satu cara yang dapat dianjurkan ialah dengan mengikuti langkah-langkah berikut.

1. Mereduksi Data

Data yang diperoleh di lapangan ditulis dalam bentuk uraian atau laporan yang perinci. Laporan ini akan terus menerus bertambah. Bila tidak segera dianalisis sejak awal, akan menambah kesulitan. Laporan-laporan itu perlu direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal- hal yang penting, dicari tema atau polanya.

Data yang direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan, juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data bila diperlukan.

2. Men-display Data.

Agar dapat melihat gambaran keseluruhannya atau bagian tertentu dari penelitian itu, harus diusahakan membuat berbagai macam matriks, grafik, networks, dan charts. Dengan demikian, peneliti dapat menguasai data dan tidak tenggelam dalam tumpukan detail.

(15)

3. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi.

Sejak awal peneliti berusaha mencari makna dari data yang dikumpulkannya. Untuk itu, ia mencari pola, tema, hubungan, persamaan, dan sebagainya. Jadi, dari data yang diperoleh peneliti sejak awal dapat mencoba mengambil kesimpulan. Kesimpulan itu mula-mula masih tentative, kabur, diragukan. Akan tetapi, dengan bertambahnya data, kesimpulan itu lebih grounded. Selama penelitian berlangsung, kesimpulan senantiasa harus di verifikasi apabila dalam penelitian data yang telah terkumpul dirasa masih belum cukup untuk proses analisis maka peneliti dapat menyusun pertanyaan- pertanyaan baru untuk mengumpulkan data-data kembali. Begitu juga dalam proses pemutusan kesimpulan jika masih memerluka data baru, peneliti dapat mengumpulkan data kembali. Dengan demikian, analisis dari data yang dihasilkan selama penelitian sudah cukup matang dan layak untuk diterima.

Dalam penelitian ini data yang sudah dikumpulkan oleh peneliti melalui kegiatan wawancara dan pengamatan dikelompok-kelompokkan dan disesuaikan dengan jenis permasalah penelitian dan disajikan dalam data reduksi. Selanjutnya, untuk memudahkan pembahasan penelitian peneliti membuat sebuah penyajian data yang sesuai dengan data yang sudah dikumpulkan dan telah dikelompokkan sesuai dengan permasalahannya.

Peneliti memahami penyajian data untuk mempermudah dalam menganalisis data tersebut. Setelah itu peneliti membuat kesimpulan dari analisis data.

(16)

3.5. Uji Kredibilitas Data

Uji data yang valid dapat diperoleh dengan melakukan uji kredibilitas data dalam penelitian kualitatif. Adapun macam pengujian kredibilitas antara lain dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan memberchecking (Sugiyono, 2014: 270).

Triangulasi data pada hakikatnya merupakan pendekatan multi-metode yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Ide dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut pandang. Denzin (Pujileksono, 2016: 144) mendefinisikan triangulasi sebagai gabungan/ kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda. Triangulasi meliputi empat hal yaitu, triangulasi metode, triangulasi antar-peneliti (jika penelitian dilakukan dengan kelompok), triangulasi sumber data dan triangulasi teori.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sumber data yakni menggali kebenaran data/informasi melalui berbagai sumber data yang berbeda.

Misalnya, selain memanfaatkan data dari wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi terlibat (participant observation), dokumen tertulis, dokumen sejarah, arsip, catatan resmi, catatan/tulisan pribadi dan gambar/foto.

Masing-masing sumber data akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan yang berbeda pula mengenai

(17)

fenomena yang diteliti. Berbagai pandangan itu akan melahirkan keluasan pengetahuan untuk memperoleh kredibilitas (Pujileksono, 2016: 146).

3.6. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di PT Medion Farma Jaya yang beralamat di Jl. Babakan Ciparay No. 282 Bandung. Waktu penelitian dilakukan mulai dari April hingga Juli 2019.

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian JENIS

KEGIATAN

BULAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Pengesahan Judul Pengesahaan

BAB I Pengesahan BAB II – III Pengumpulan data di lapangan

Pengolahan dan analisis data

Sidang

(18)

3.7. Gambaran Umum PT Medion Farma Jaya 3.7.1. Sejarah Singkat

PT Medion Farma Jaya, didirikan pada tahun 1967 di Bandung.

Merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi dan pemasaran obat, vitamin vaksin dan peralatan peternakan. Usaha ini dirintis oleh Dr. (H.C), Drs. Jonas Jahja, Apt. Sejak tahun 1969.

Medion berkembang dengan pesat, memproduksi berbagai macam produk veteriner, dan pada tahun 1986, Medion telah diakui sebagai salah satu produsen produk veteriner terbaik di Indonesia.

Pada saat terjadi krisis ekonomi di Asia pada tahun 1997, Medion mencoba mengembangkan pemasarannya hingga ke manca negara. Saat ini, Medion memiliki jaringan distribusi dan perwakilan di beberapa negara Asia dan Afrika. Hal ini mendukung pencapaian Visi Medion yang telah diperbaharui dan disosialisasikan pertama kalinya bersama Misi dan Nilai-Nilai perusahaan kepada seluruh staf dan manajemen yang hadir pada acara hari Ulang Tahun Medion ke- 25 di bulan Juni 2003.

Untuk menunjang Visi dan Misi perusahaan, Medion menggunakan Sistem Manajemen Mutu berbasis ISO 9001:2015 yang diharapkan dapat memperbaiki sistem dan proses kerja di Medion supaya lebih efektif dan efisien sehingga dapat bersaing secara internasional.

Sejak Juli 2012, Medion juga mulai menerapkan ISO 14001:2004 meskipun baru diawali dari salah satu unit bisnisnya yaitu Poultry Equipment &

Printing Products. Pada Januari 2015, ISO 14001:2004 juga mulai diterapkan pada unit bisnis lainnya yaitu Pharmaceutical Product & Supporting serta Store

(19)

& Distribution. Pada tahun 2017, Sistem Manajemen Lingkungan Medion diperbarui menjadi berbasis ISO 14001:2015. Hal ini sejalan juga dengan Visi perusahaan, khususnya terkait kesejahteraan. Diharapkan Medion mampu terlibat dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya melalui penerapan ISO 14001:2015.

3.7.2. Visi, Misi, Nilai, Kebijakan Mutu, Logo PT Medion Farma Jaya 1. Visi

Menjadi pemain utama dalam industri peternakan di Indonesia dan Asia – Afrika sejalan dengan usaha peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat.

2. Misi

Memenuhi kebutuhan peternak melalui penyediaan jasa dan sarana produksi peternakan yang lengkap dan berkualitas dengan pelayanan prima serta mengembangkan usaha peternak dengan meningkatkan pengetahuannya.

3. Nilai

a. Mutual Beneficial Relationship

Hubungan yang saling menguntungkan antara perusahaan dengan pelanggan, pekerja, supplier, masyarakat, pemerintah dan pemegang saham.

b. Equal Opportunities

Memberikan kesempatan yang sama untuk berkarya, tidak membedakan SARA (suku, agama dan ras).

(20)

c. Dedicated Teamwork

Mengutamakan kepentingan yang lebih besar daripada kepentingan pribadi. Bekerja sama yang baik dengan rekan kerja di dalam divisi dan lintas bagian.

d. Innovative Culture

Budaya inovasi, mencari dan mengembangkan ide, cara pandang baru dan berbeda pada proses kerja maupun produk.

e. Open Minded Attitude

Berpikir positif, terbuka untuk perbaikan, masukan dan usulan.

f. Noble Spirit

Berjiwa mulia, berbaik hati, jujur, tidak merugikan pihak lain.

g. Continuous Learning

Belajar terus menerus untuk maju.

h. Accountable

Disiplin dan bertanggung jawab.

i. Respectful

Saling menghargai dan menghormati.

j. Enthutiastic

Selalu bersemangat/ antusias.

4. Kebijakan Mutu

Menjadi mitra pelanggan dengan memberikan produk yang berkualitas dan pelayanan yang prima dan kepuasan pelanggan dengan melakukan perbaikan yang berkesinambungan.

(21)

5. Logo

Adapun logo perusahaan PT Medion Farma Jaya adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1. Logo PT Medion Farma Jaya Sumber: Arsip PT Medion Farma Jaya

3.7.3. Struktur Organisasi

Gambar 3.2. Struktur Organisasi PT Medion Farma Jaya Sumber: Arsip PT Medion Farma Jaya

Referensi

Dokumen terkait

Metode wawancara (interview) merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan kepada informan secara langsung kemudian jawaban dari informan digunakan

Table 1.3.3 Containment infrastructure 16 'Filtration and chlorination system — treated wastewater — filtration and gaseous chlorination of treated wastewater prior to