• Tidak ada hasil yang ditemukan

bab iii metode penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "bab iii metode penelitian"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian yang dibuat oleh penulis ini menggunakan sistem kualitatif yang merupakan penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis data. Metode penelitian kualitatif mengandalkan pengumpulan data melalui wawancara langsung dengan narasumber serta melihat dan meneliti secara langsung di lokasi penelitian.

B. LOKASI & WAKTU PENELITIAN

Waktu penelitian ini dilakukan oleh penulis saat sedang melaksanakan Praktek Berlayar (Prala) selama kurang lebih 13 bulan diatas kapal LPG/C GAS ARAR, yang terhitung saat penulis sign on di ataas kapal pada tanggal 18 November 2019 dan diakhiri saat penulis sign off pada tanggal 18 Desember 2020.

C. SUMBER DATA

1. Sumber Data Primer

Data ini diperoleh penulis secara langsung pada obyek penelitian dengan cara melakukan pengamatan, pencatatan, serta wawancara dengan perwira kapal. Penulis memperoleh data primer dengan mengadakan penelitian di atas kapal melalui mewancarai perwira dan ABK kapal saat berdinas jaga di anjungan.

(2)

2. Sumber Data Sekunder

Data ini taruna peroleh dengan cara membaca dokumen-dokumen, buku- buku, studi pustaka yang berhubungan dengan penerapan aturan-aturan P2TL serta dinas jaga di atas kapal bersama perwira kapal.

D.

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian. Maka data yang diperoleh haruslah mendalam, jelas dan spesifik. Selanjutnya dijelaskan oleh Sugiyono (2009:225) cara-cara yang dapat digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan data. Untuk memperoleh data dilapangan yang sesuai dengan masalah yang akan diteliti maka penulis menggunakan teknik sebagai berikut :

1. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan teknik dokumentasi adalah data mengenai hal- hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip nilai, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Data yang akan dicari dapat berupa arsip-arsip tertulis, guna mengetahui panduan sistem kerja yang terjadi. Dokumen yang berbentuk karya misalnya gambar tentang kejadian saat dinas jaga anjungan bersama perwira jaga diatas kapal.

2. Wawancara

Menurut Margono (1997:167), interview adalah tehnik pengumpulan informasi dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan dan dijawab secara lisan juga, dan dilakukan secara langsung dengan tatap muka antara

(3)

pencari informasi dengan sumber informasi. Dalam interview ini penulis yang menjadi pencari informasi dan sumber informasinya adalah para perwira kapal.

E. TEKNIK ANALISIS DATA

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan lebih banyak bersifat uraian dari hasil wawancara dan studi dokumentasi. Data yang telah diperoleh akan dianalisis secara kualitatif serta diuraikan dalam bentuk deskriptif.

Menurut Patton (Moleong, 2001:103), analisis data adalah “proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan uraian dasar”. Definisi tersebut memberikan gambaran tentang betapa pentingnya kedudukan analisis data dilihat dari segi tujuan penelitian. Prinsip pokok penelitian kualitatif adalah menemukan teori dari data.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan langkah-langkah seperti yang dikemukakan oleh Burhan Bungin (2003:70), yaitu sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data (Data Collection)

Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data.

Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan wawancara dan studi dokumentasi.

2. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-

(4)

catatan tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, menulis memo dan sebagainya dengan maksud menyisihkan data/informasi yang tidak relevan.

3. Display Data

Display data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif.

Penyajiannya juga dapat berbentuk matrik, diagram, tabel dan bagan.

Berdasarkan keterangan di atas, maka setiap tahap dalam proses tersebut dilakukan untuk mendapatkan keabsahan data dengan menelaah seluruh data yang ada dari berbagai sumber yang telah didapat dari lapangan dan dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya melalui metode wawancara yang didukung studi dokumentasi.

(5)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Dalam karya ilmiah terapan ini penulis akan mendeskripsikan tentang gambaran umum objek penelitian sesuai dengan judul yaitu

PENERAPAN ATURAN P2TL SAAT DINAS JAGA LAUT PADA SITUASI MENYILANG UNTUK MENGHINDARI BAHAYA TUBRUKAN DI ATAS KAPAL LPG/C GAS ARAR”. Sehingga dengan adanya deskripsi gambaran umum objek penelitian ini pembaca dapat memahami dan mampu merasakan tentang hal yang terjadi pada saat penulis melakukan penelitian diatas kapal LPG/C GAS ARAR.

LPG/C GAS ARAR adalah sebuah kapal Gas yang dimiliki oleh PT.Pertamina (PERSERO) berkantor pusat di JL. Yos Sudarso, Jakarta.

1. Tempat Penelitian

Tempat Penelitian dilakukan di LPG/C GAS ARAR, yang jenis kapalnya adalah Kapal Gas dengan Rute Pelayaran area Indonesia LPG/C GAS ARAR memiliki data data kapal sebagai berikut :

Ship’s Name : LPG/C GAS ARAR

Call Sign : J.Z.F.E

IMO Number 9672480

Type of Vessel : Fully Pressurized LPG Carrier

Port Registry : Jakarta

Flag : Indonesia

(6)

Benifit Owner : PT.Peratamina (PERSERO)

Class : Bureau Veritas (BV)

Date of Build : March 30,2013

L.O.A : 99.00 M

L.B.P : 92.60 M

Breadth : 16.50 M

Depth : 7.80 M

Draft : 4.50 M

Internal Gross Tonnage : 3.966 ton

Nettonage : 1.190

Dead Weight Tonnage : 2.398 ton

Displacement : 3.055 ton

Main Enggine Model : DAIHATSU/8DKM-28EL- DIESEL FOUR STROKE

Rate Power : 2500KW x 750 RPM

Aux Enggine Model : YANMAR Co.Lt/ 6NY16L-SW

Rate Power : 360 KW x 1200 RPM (3 UNITS)

2. Awak Kapal

Di atas Kapal LPG/C GAS ARAR memiliki 23 awak kapal termasuk juga Nahkoda. Awak kapal terdiri dari 4 orang deck officer termasuk Nakhoda, 4 orang enginer termasuk KKM, 1 orang Bosun, 1 orang Klasi, 3 orang Juru Mudi, 3 Oiler, 2 Deck Cadet, dan 1 Engine Cadet, 1 Orang Koki dan 1 orang Pelayan.

(7)

A. HASIL PENELITIAN

Dibawah ini merupakan hasil observasi dan pembahasan wawancara yang dilakukan di kapal LPG/C GAS ARAR selama taruna praktek berlayar adalah sebagai berikut :

1. Penyajian Data

Berdasarkan hasil dari pengamatan yang penulis dapat di atas kapal, maka penulis dapat mengkaji beberapa temuan penelitian yang behubungan dengan kurangnya tindakan sesuai aturan P2TL diatas kapal pada saat kapal LPG/C GAS ARAR berada pada situasi menyilang untuk menghindari bahaya tubrukan.

Pada saat taruna melaksanakan dinas jaga di anjungan bersama Mualim jaga dan ketika kapal sedang dalam posisi situasi menyilang dengan kapal lain pada tanggal 12 Januari 2020 pukul 10.30 waktu setempat. Ketika kapal sedang melintasi selat Makassar, mualim 3 melihat kapal lain disebelah lambung kanan kapal kami maka kondisi di tersebut akan terjadi situasi menyilang, maka mualim 3 memerintahkan saya untuk merubah haluan kapal ke kanan untuk menembak buritan kapal lain tersebut, tindakan demikian merupakan penerapan dari aturan P2TL aturan 15, Dan mualim jaga memerintahkan menulis logbook jaga.

Pada 12 Juli 2020 pukul 21.10 waktu setempat, pada saat taruna melaksanakan dinas jaga malam dengan mualim jaga kami melihat sebuah lampu navigasi berwarna hijau sebuah kapal di sebelah kiri lambung kapal kami. Kemudian mualim jaga memerintah saya untuk mengamati lampu navigasi tersebut. Pada saat saya melakukan pengamatan kapal lain

(8)

tersebut tetap mempertahankan haluannya dan ingin memotong jalannya kapal kami, tindakan tersebut merupakan tindakan yang salah dan tidak mengikuti aturan P2TL aturan 15, dalam situasi sedemikian maka mualim jaga memerintahkan saya untuk merubah haluan ke kiri sejauh mungkin untuk menghindari tubrukan, hal sedmikian merupakan penerapan aturan P2TL aturan 2 bahwa setiap kapal diperbolehkan menyimpangi aturan untuk menghindari suatu bahaya mendadak.

2. Analisis Data

Dari hasil data yang penulis kumpulkan selama praktek laut bisa disimpulkan bahwa penerapan aturan P2TL saat dinas jaga pada saat situasi menyilang masih belum maksimal. Pengumpulan data yang penulis lakukan di atas kapal menggunakan beberapa cara yaitu denga cara melihat objek penelitian yang ada di atas kapal secara langsung, membaca data- data objek penelitian yang terdapat pada kapal, serta melakukan wawancara kepada perwira jaga di tempat penulis melaksanakan praktek.

Berikut analisa data yang peneliti dapat terhadap rumusan masalah yang ada:

1. Penerapan aturan P2TL saat dinas jaga laut

Dalam mencegah bahaya tubrukan di laut organisasi pelayaran di dunia membuat aturan-aturan dalam pencegahan tubrukan di laut (COLREG). Peraturan tersebut sudah dijelaskan bagaimana perwira jaga harus melakukan tindakan sesuai dengan aturan agar kapalnya tidak terjadi suatu tubrukan dengan kapal lain. Tapi walaupun IMO sudah membuat aturan-aturan tersebut masih ada kejadian tubrukan

(9)

di laut.Pada saat melaksanakan tugas jaga dengan mualim 3 peneliti menanyakan apa saja yang dilakukan perwira jaga saat melaksanakan dinas jaga laut. Kemudian Mualim III menjelaskan apa saja tugas jaga perwira jaga. Dalam melaksanakan dinas jaga perwira jaga mempunyai tanggung jawab pada kapal. Perwira jaga harus selalu memeriksa posisi kapal dengan alat navigasi ataupun dengan peta. itu bertujuan agar kapal terhindar dari bahaya navigasi.

Taruna juga menanyakan bagaimana penerapan aturan P2TL saat dinas jaga laut. Mualim III terus menjelaskan lagi. Pada saat dinas jaga laut perwira jaga itu harus terus mengamati kapal dengan menggunakan alat-alat navigasi yang tersedia di kapal sesuai aturan 5 karena aturan 5 inti dari semua aturan pencegahan bahaya tubrukan di laut. Selainnya itu mengikuti keadaan kapal kita saat itu.

Dari jawaban Mualim III di atas dapat disimpulkan bahwa pentingnya suatu pengamatan saat dinas jaga laut. Dan sesering mungkin perwira jaga mengawasi dan mengamati sekitar kapal dengan menggunakan alat-alat navigasi yang tersedia.

2. Prosedur saat situasi menyilang

Sebuah kapal dinyatakan dalam situasi menyilang apabila dua buah kapal tenaga dengan haluan saling menyilang sehingga menimbulkan bahaya tubrukan, maka kapal yang mengetahui ada kapal lain pada lambung kanannya, harus menyimpang dan jika

(10)

keadaan mengijinkan harus menghindari untuk memotong di depam kapal lain itu.

Pada saat taruna sedang melaksanakan dinas jaga pada malam hari taruna menanyakan pada bapak Hilmy sebagai mualim II bagaimana prosedur atau tindakan terhadap situasi menyilang.

Kemudian mualim II menjelaskan prosedur atau tindakan terhadap situasi menyilang.

Pertama kita harus mengamati sekitar kapal dengan menggunakan alat navigasi seperti Radar, AIS ataupun alat navigasi lainnya. Apabila kita melihat objek atau kapal lain yang akan bertemu dalam situasi menyilang, maka kita harus amati pergerakan kapal lain tersebut jika perlu kita panggil menggunakan radio VHF,dalam situasi tersebut sudah di jelaskan pada aturan P2TL aturan 15,namun jika kapal lain menyimpang dari aturan tersebut kita boleh mengambil tindakan sesegera mungkin dan tidak boleh ragu-ragu untuk menghindari bahaya tubrukan.

Dapat disimpulkan dari penjelasan mualim II tentang prosedur atau tindakan saat situasi menyilang bahwa kita tidak boleh ragu dan harus tegas untuk melakukan sebuah tindakan dan harus senantiasi megikuti aturan yang telah ada.

Simpulan dari pernyataan analisis data diatas sebagai berikut : a. Dinas Jaga

Dinas jaga dalam penerapannya diatas kapal LPG/C Gas Arar telah sesuai dengan aturan STCW Chapter VIII dan

(11)

aturan yang telah di tentukan oleh perusahaan saat dinas jaga.

b. Aturan 5 (Pengamatan)

Penerapan atauran 5 di atas kapal Gas Arar masih ada kekurangan perwira jaga masih kurang memaksimalkan pemakaian alat navigasi yang tersedia,pada saat penggunaan Radar system Arpa pada radar tersebut belum digunakan.

c. Aturan 6 (Kecepatan Aman)

Pada penyajian data diatas telah diketahui bahwa kapal LPG/C Gas Arar senantiasa dalam kecepatan aman,sehingga dapat mengambil tindakan yang teapt dan efektif untuk menghindari tubrukan.

d. Aturan 15 (Situasi Menyilang)

Aturan pada saat situasi menyilang telah di terapkan di atas akapl LPG/C Gas Arar namun masih ada kapal lain yang belum menerapkan aturan tersebut sehingga dalam penyajian data diatas kapal LPG/C Gas Arar menyimpang aturan ini untuk menghindari terjadinya tubrukan.

e. Aturan 34 (Isyarat Bunyi)

Penggunaan atau penerapan isyarat bunyi diatas kapal LPG/C Gas Arar masih belum di terapkan mengutip pada penyajian data diatas bahwa saat kapal pada situasi menyilang kapal LPG/C Gas Arar tidak menggunakan

(12)

isyarat bunyi melainkan hanya melalui komunikasi radio VHF.

B. PEMBAHASAN

Dari analisa data tersebut, maka penulis akan membahas rumusan masalah yang yang telah dituliskan pada bab sebelumnya. Penulis akan membahas tentang bagaimana penerapan aturan P2TL pada pelaksanaan dinas jaga laut di atas kapal untuk menghindari bahaya tubrukan?

Penerapan aturan P2TL saat dinas jaga laut pada situasi menyilang yang ditemukan oleh penulis pada tempat praktek bahwa penerapan aturan P2TL pada saat situasi menyilang dilaksanakan atau diterapkan sudah sesuai prosedur aturan P2TL yang terkait, hanya saja masih ada kapal lain yang tidak mengikuti atau menerapkan aturan tersebut. Tapi selama taruna melakukan pelayaran selalu megikuti aturan yang ada. Dan adapun hasil penelitian yang penulis temukan pada kapal LPG/C Gas Arar tentang penerapan aturan P2TL pada saat situasi menyilang adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pengamatan yang layak, baik dengan penglihatan dan pendengaran maupun dengan semua sarana tersedia yang sesuai dengan keadaan dan suasana yang ada sehingga dapat membuat penilaian sepenuhnya terhadap situasi dan bahaya tubrukan. Seorang perwira jaga harus dalam keadaan sehat baik indera penglihatan maupun indera pendengarannya sesuai dengan STCW amandemen 1995 chapter VIII.

(13)

Indera penglihatan harus dalam keadaan sehat dan tidak buta warna karena apabila saat melakukan pengamatan pada malam hari seorang perwira jaga tanggap pada isyarat lampu. Dan juga dengan indera pendengaran karena sewaktu-waktu ada isyarat bunyi dari kapal lain perwira jaga harus tanggap apa tanda dari isyarat bunyi itu.

2. Menggunakan semua sarana yang tersedia sesuai dengan keadaan dan suasana yang ada untuk menentukan ada tidak adanya bahaya tubrukan . Gunakan semua alat-alat navigasi yang tersedia di atas kapal. Jika timbul keragu - raguan saat menggunakan alat navigasi maka bahaya demikian itu harus dianggap ada.

3. Harus tegas dalam melakukan tindakan untuk menghindari bahaya tubrukan dan tindakan harus dilakukan dalam waktu yang cukup lapang dan benar-benar memperhatikan syarat-syarat kepelautan yang baik. Maksudnya apabila kapal sudah dalam posisi menyilang segera melakukan olah gerak dan cepat berkomunikasi dengan kapal lain yang akan bertemu pada posisi saling menyilang. Sehingga pada situasi menyilang tersbut dapat mengambil tindakan sedini mungkin untuk menghindari bahaya tubrukan, Jika semua kapal sudah menerapkan aturan-aturan P2TL maka pelayaran tersebut akan aman, namun apabila kapal memiliki masalah pada saat bernavigasi sesegera mungkin menginformasikan kepada kapal-kapal yang berada di sekitarnya menggunakan radio VHF untuk menghindari sejauh mungkin olah geraknya.

(14)

4. Bilamana sebuah kapal lain tidak mengikuti aturan, maka sedini mungkin mengambil tindakan untuk mengurangi resiko bahaya tubrukan.

5. Bilamana kapal - kapal dalam keadaan saling melihat, kapal tenaga yang sedang berlayar, bilamana sedang berolah gerak sesuai dengan yang diharuskan atau dibolehkan atau disyaratkan oleh aturan terkait, harus menunjukan olah gerak tersebut dengan isyarat suling dan isyarat cahaya. Dan apabila sudah dalam keadaan darurat dapat menggunakan radio untuk komunikasi.

(15)

BAB V PENUTUP

A.SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :

1. Penerapan aturan P2TL saat dinas jaga laut pada situasi menyilang untuk menghindari bahaya tubrukan di atas kapal LPG/C GAS ARAR oleh perwira jaga sudah berjalan sesuai dengan peraturan P2TL.

Namun masih ada situasi yang kurang aman dan resiko tubrukan yang dapat terjadi dikarenakan ada salah satu kapal lain yang belum menerapkan aturan tersebut,penggunaan sarana navigasi yang kurang maksimal,dan belum diterapkannya penggunaan isyarat bunyi.

2. Prosedur yang dilaksanakan diatas kapal LPG/C GAS ARAR telah dilaksanakan sesuai dengan aturan P2TL bilamana ada kendala dalam penerapan dari salah satu aturan yang ada maka diperbolehkan mengambil atau menyimpangi aturan terserbut untuk menghindari terjadinya tubrukan dan pada saat berdinas jaga laut suatu tindakan yang di ambil tidak boleh dalam keadaan ragu-ragu,sedini mungkin mengambil tindakan untuk mengurangi resiko terjadinya bahaya tubrukan.

(16)

B.SARAN

Dalam hal ini penulis akan memberi saran-saran yang sekiranya dapat bermanfaat dan sebagai masukkan guna memperbaiki masalah tentang penerapan aturan P2TL saat dinas jaga laut pada situasi menyilang untuk menghindari bahaya tubrukan. Adapun saran-saran yang ingin penulis sampaikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi petugas jaga anjungan

a. Mematuhi dan melaksanakan peraturan P2TL.

b. Pastikan pergantian dan serah terima jaga anjungan dilaksanakan dengan baik.

c. Sebelum melaksanakan tugas jaga anjungan, lakukan doa bersama terlebih dahulu.

d. Saling mengingatkan antar petugas jaga anjungan agar tetap memperhatikan kondisi dan situasi sekitar kapal.

e. Fokus dalam dinas jaga laut.

f. Selalu waspada dan sigap pada setiap kondisi.

g. Apabila ada alat navigasi yang tidak berfungsi dengan baik, segera panggil nahkoda.

2. Bagi perusahaan pelayaran

a. Perusahaan memberikan aturan-aturan yang sesuai dengan aturan P2TL.

b. Perusahaan harus memberikan wawasan terhadap perwira kapal bahwa pentingnya aturan P2TL.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis uraikan pada bab terdahulu, maka dapat diambil kesimpulan hasil data persepsi latihan atlet anggar

[28] investigated the characteristics of concrete with chemically bonded used foundry sand in concrete with characteristic compressive strength of 20 MPa having natural river sand