• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

45

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

Gambaran umum objek penelitian berisi tentang informasi dari objek penelitian, tujuan dari bab ini yaitu untuk memberikan gambaran mengenai objek yang akan diteliti oleh penulis. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengenai manajemen aset (inventarisasi, legal audit dan penilaian aset) terhadap optimalisasi aset pada PT Kereta Api Indonesia (Persero), yang terletak di jalan Peristis Kemerdekaan No. 1 Bandung 40117.

3.1.1. Sejarah Perusahaan

Sejarah perkeretaapian di Indonesia dimulai ketika pencangkulan pertama jalur kereta api Semarang- Solo-Yogyakarta di Desa Kemijen tanggal 17 Juni 1864 oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda Mr. L.A.J Baron Sloet van de Beele.

Pembangunan dilaksanakan oleh perusahaan swasta Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) menggunakan lebar sepur 1435 mm.

Sementara itu, pemerintah Hindia Belanda membangun jalur kereta api negara melalui Staatssporwegen (SS) pada tanggal 8 April 1875. Keberhasilan NISM dan SS mendorong investor swasta membangun jalur kereta api seperti SJS, SCS, SDS, OJS, Ps.SM, KSM, Pb.SM, MSM, MS, Mad.SM, dan DSM. Selain di Jawa, pembangunan jalur kereta api dilaksanakan di Aceh (1876), Sumatera Utara (1889), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), dan Sulawesi (1922).

Sementara itu di Kalimantan, Bali, dan Lombok hanya dilakukan studi mengenai kemungkinan pemasangan jalan rel, belum sampai tahap pembangunan. Sampai

(2)

akhir tahun 1928, panjang jalan kereta api dan trem di Indonesia mencapai 7.464 km dengan perincian rel milik pemerintah sepanjang 4.089 km dan swasta sepanjang 3.375 km.

Pada tahun 1942 Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Semenjak itu, perkeretaapian Indonesia diambil alih Jepang dan berubah nama menjadi Rikuyu Sokyuku (Dinas Kereta Api). Selama penguasaan Jepang, operasional kereta api hanya diutamakan untuk kepentingan perang. Salah satu pembangunan di era Jepang adalah lintas Saketi-Bayah dan Muaro-Pekanbaru untuk pengangkutan hasil tambang batu bara guna menjalankan mesin-mesin perang mereka. Namun, Jepang juga melakukan pembongkaran rel sepanjang 473 km yang diangkut ke Burma untuk pembangunan kereta api disana.

Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, beberapa hari kemudian dilakukan pengambilalihan stasiun dan kantor kereta api yang dikuasai Jepang. Puncaknya adalah pengambil alihan Kantor Pusat Kereta Api Bandung tanggal 28 September 1945 (kini diperingati sebagai Hari Kereta Api Indonesia). Hal ini sekaligus menandai berdirinya Djawatan Kereta Api Indonesia Republik Indonesia (DKARI). Ketika Belanda kembali ke Indonesia tahun 1946, Belanda membentuk kembali perkeretaapian di Indonesia bernama Staatssporwegen/Verenigde Spoorwegbedrif (SS/VS), gabungan SS dan seluruh perusahaan kereta api swasta (kecuali DSM).

Berdasarkan perjanjian damai Konfrensi Meja Bundar (KMB) Desember 1949, dilaksanakan pengambilalihan aset-aset milik pemerintah Hindia Belanda.

Pengalihan dalam bentuk penggabungan antara DKARI dan SS/VS menjadi Djawatan Kereta Api (DKA) tahun 1950. Pada tahun 1963 DKA berganti menjadi

(3)

Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA). Selanjutnya pemerintah mengubah struktur PNKA menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) tahun 1971.

Dalam rangka meningkatkan pelayanan jasa angkutan, PJKA berubah bentuk menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka) tahun 1991. Perumka berubah menjadi Perseroan Terbatas, PT Kereta Api (Persero) tahun 1998. Pada tahun 2011 nama perusahaan PT Kereta Api (Persero) berubah menjadi PT Kereta Api Indonesia (Persero) dengan meluncurkan logo baru.

Saat ini, PT Kereta Api Indonesia (Persero) memiliki tujuh anak perusahaan yakni PT Reska Multi Usaha (2003), PT Railink (2006), PT Kereta Api Indonesia Commuter Jabodetabek (2008), PT Kereta Api Pariwisata (2009), PT Kereta Api Logistik (2009), PT Kereta Api Properti Manajemen (2009), dan PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (2015).

3.1.2. Profil Perusahaan

PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang selanjutnya disingkat sebagai KAI atau “Perseroan” adalah Badan Usaha Milik Negara yang menyediakan, mengatur, dan mengurus jasa angkutan kereta api di Indonesia.

A. Visi dan Misi 1. Visi

Menjadi penyedia jasa perkeretaapian terbaik yang fokus pada pelayanan pelanggan dan memenuhi harapan stakeholders.

2. Misi

Menyelenggarakan bisnis perkeretaapian dan bisnis usaha penunjangnya melalui praktik bisnis dan model organisasi terbaik untuk memberikan nilai tambah

(4)

yang tinggi bagi stakeholders dan kelestarian lingkungan berdasarkan empat pilar utama: Keselamatan, Ketepatan Waktu, Pelayanan, dan Kenyamanan.

B. Logo

1. Garis melengkung melambangkan gerakan yang dinamis PT Kereta Api Indonesia (Persero) dalam mencapai visi dan misinya.

2. Anak panah melambangkan nilai integritas, yang harus dimiliki insan PT Kereta Api Indonesia (Persero) dalam mewujudkan pelayanan prima.

3. Warna biru melambangkan semangat Inovasi yang harus dilakukan dalam memberikan nilai tambah ke stakeholders. Inovasi dilakukan dengan semangat sinergi di semua bidang dan dimulai dari hal terkecil sehingga dapat melesat.

4. Warna jingga melambangkan proses pelayanan prima (kepuasan pelanggan) yang ditujukan kepada pelanggan internal dan eksternal.

C. Budaya Perusahaan 1. 5 Nilai Utama

a. Integritas

Bertindak konsisten sesuai dengan nilainilai kebijakan organisasi dan kode etik perusahaan. Memiliki pemahaman dan keinginan untuk menyesuaikan

(5)

diri dengan kebijakan dan etika tersebut dan bertindak secara konsisten walaupun sulit untuk melakukannya.

b. Profesional

Memiliki kemampuan dan penguasaan dalam bidang pengetahuan yang terkait dengan pekerjaan, mampu menguasai untuk menggunakan, mengembangkan, dan membagikan pengetahuan yang terkait dengan pekerjaan kepada orang lain.

c. Keselamatan

Memiliki sifat tanpa kompromi dan konsisten dalam menjalankan atau menciptakan sistem atau proses kerja yang mempunyai potensi risiko yang rendah terhadap terjadinya kecelakaan dan menjaga aset perusahaan dari kemungkinan terjadinya kerugian.

d. Inovasi

Selalu menumbuhkembangkan gagasan baru, melakukan tindakan perbaikan yang berkelanjutan, dan menciptakan lingkungan kondusif untuk berkreasi sehingga memberikan nilai tambah bagi pemangku kepentingan.

e. Pelayanan Prima

Memberikan pelayanan terbaik sesuai dengan standar mutu yang memuaskan dan sesuai harapan atau melebihi harapan pelanggan dengan memenuhi 6 A unsur pokok: Ability (Kemampuan), Attitude (Sikap), Appearance (Penampilan), Attention (Perhatian), Action (Tindakan), dan Accountability (Tanggung jawab).

(6)

D. Bisnis Perusahaan 1. Angkutan Penumpang

Angkutan penumpang menggunakan kereta api, yang mencakup angkutan rute jarak jauh, jarak menengah, dan jarak dekat. Untuk jasa angkutan penumpang jarak jauh dibagi menjadi angkutan penumpang kelas eksekutif, bisnis, dan ekonomi. Untuk meningkatkan kepuasan konsumen PT KAI melakukan inovasi angkutan penumpang diantaranya: peluncuran E-kiosk, penerapan sistem check-in dan boarding pass, feature pre-order meals, kartu Rail Pay, dan moda transportasi lainnya, peremajaan sarana kereta eksekutif dan ekonomi yang usianya diatas 30 tahun, peresmian hotel Rail Transit Suite Gambir, perbaikan toilet dan granitisasi stasiun, pengoperasian kereta api relasi baru.

2. Angkutan Barang

Angkutan barang menggunakan kereta api, yang mencakup angkutan peti kemas, batu bara, parsel, barang curah, dan barang jenis lain. Inovasi angkutan barang juga dilakukan diantaranya: pengoperasian KA Pelabuhan Tanjung Perak, Jakarta International kontainer Terminal, dan Sei Mangkei-Belawan dan pembukaan tempat bongkar muat baru, pengoperasian KA Barang relasi baru, penggunaan sistem informasi yang terintegrasi dengan sistem keuangan.

3. Pengusahaan Aset

Aset perusahaan seperti tanah, bangunan dan aset lainnya dikomersialkan untuk meningkatkan pendapatan perusahaan. Bentuk-bentuk pengusahaannya seperti persewaan tanah untuk Tower, Stockpile, Container Yard, Pipa, Fiber Optic, Toko, Hotel, Kantor, Rumah, Space Reklame, dll. Rumah perusahaan juga disewakan untuk dijadikan Toko, Hotel, Kantor, Rumah, Periklanan, dll.

(7)

3.1.3. Struktur Organisasi dan Fungsi A. Struktur Organisasi

A. Struktur Organisasi

Sumber: kai.id

Gambar III.1.

Struktur Organisasi PT KAI (Persero)

(8)

B. Fungsi

Pembidangan tugas setiap anggota Direksi secara umum diatur dalam Board Manual dan disesuaikan sejalan dengan kondisi perkembangan Perusahaan dan struktur organisasi. Pembagian tugas pokok dan tanggung jawab anggota Direksi Perusahaan tahun 2018 diatur dalam Peraturan Direksi PT Kereta Api Indonesia (Persero) Nomor: KEP.U/KO.101/V/7/KA2017 tanggal 31 Mei 2017 sebagai berikut:

1. Direktur Utama

Direktur Utama menjalankan kegiatan kepengurusan Perusahaan sesuai dengan maksud dan tujuan Perusahaan, dan mewakili Perusahaan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya, Direktur Utama berwenang untuk:

a. Menetapkan kebijakan kepengurusan Perusahaan;

b. Menandatangani surat atas nama Direksi kepada RUPS, Dewan Komisaris dan/atau pihak lain;

c. Menandatangani Peraturan Direksi, Keputusan Direksi, Instruksi Direksi, Surat Edaran Direksi, dan/atau Maklumat Direksi untuk dan atas nama Direksi, terhadap hal yang menyangkut hubungan kerja lintas Direktorat;

d. Menandatangani nota kesepahaman/ nota kesepakatan/ Memorandum of Understanding (MoU) antara Perusahaan dengan pihak lain;

e. Menandatangani perjanjian antara Perusahaan dengan pihak lain, dengan lingkup perjanjiannya menyangkut tugas dan wewenang beberapa anggota Direksi;

(9)

f. Memimpin Rapat Direksi;

g. Mewakili Direksi sebagai pemegang saham pada anak perusahaan dan/atau perusahaan patungan;

h. Menandatangani segala bentuk dokumen dan/ atau melakukan tindakan-tindakan lain sepanjang untuk keperluan kepengurusan Perusahaan.

2. Direktur Komersial Dan Teknologi Informasi

Direktur Komersial dan Teknologi Informasi bertanggung jawab atas organisasi dan tata laksana Direktorat Komersial dan Teknologi Informasi dan/ atau mengatur tindakan tertentu untuk melakukan pengurusan Perusahaan. Dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya, Direktur Komersial dan Teknologi lnformasi berwenang untuk menetapkan kebijakan kepengurusan Perusahaan dalam lingkup tugas dan tanggung jawabnya.

3. Direktur Operasi

Direktur Operasi bertanggung jawab atas organisasi dan tata laksana Direktorat Operasi dan/atau mengatur tindakan tertentu untuk melakukan pengurusan Perusahaan. Dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya, Direktur Operasi berwenang untuk menetapkan kebijakan kepengurusan Perusahaan dalam lingkup tugas dan tanggung jawabnya.

4. Direktur Pengelolaan Prasarana

Direktur Pengelolaan Prasarana bertanggung jawab atas organisasi dan tata laksana Direktorat Pengelolaan Prasarana dan/atau mengatur tindakan tertentu untuk melakukan pengurusan Perusahaan. Dalam melaksanakan

(10)

tugas pokok dan tanggung jawabnya, Direktur Pengelolaan Prasarana berwenang untuk menetapkan kebijakan kepengurusan Perusahaan dalam lingkup tugas dan tanggung jawabnya.

5. Direktur Pengelolaan Sarana

Direktur Pengelolaan Sarana bertanggung jawab atas organisasi dan tata laksana Direktorat Pengelolaan Sarana dan/atau mengatur tindakan tertentu untuk melakukan pengurusan Perusahaan. Dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya, Direktur Pengelolaan Sarana berwenang untuk menetapkan kebijakan kepengurusan Perusahaan dalam lingkup tugas dan tanggung jawabnya.

6. Direktur Keselamatan Dan Keamanan

Direktur Keselamatan dan Keamanan bertanggung jawab atas organisasi dan tata laksana Direktorat Keselamatan dan Keamanan dan/atau mengatur tindakan tertentu untuk melakukan pengurusan Perusahaan. Dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya Direktur Keselamatan dan Keamanan berwenang untuk menetapkan kebijakan kepengurusan Perusahaan dalam lingkup tugas dan tanggung jawabnya.

7. Direktur Sumber Daya Manusia Dan Umum

Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum bertanggung jawab atas organisasi dan tata laksana Direktorat Sumber Daya Manusia dan Umum dan/ atau mengatur tindakan tertentu untuk melakukan pengurusan Perusahaan. Dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum berwenang untuk menetapkan

(11)

kebijakan kepengurusan Perusahaan dalam lingkup tugas dan tanggung jawabnya.

8. Direktur Logistik Dan Pengembangan

Direktur Logistik dan Pengembangan bertanggung jawab atas organisasi dan tata laksana Direktorat Logistik dan Pengembangan dan/atau mengatur tindakan tertentu untuk melakukan pengurusan Perusahaan. Dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya, Direktur Logistik dan Pengembangan berwenang untuk menetapkan kebijakan kepengurusan Perusahaan dalam lingkup tugas dan tanggung jawabnya.

9. Direktur Manajemen Aset Tanah Dan Teknologi Informasi

Direktur Manajemen Aset dan Teknologi Informasi bertanggung jawab atas organisasi dan tata laksana Direktorat Aset Tanah dan Bangunan dan/atau mengatur tindakan tertentu untuk melakukan pengurusan Perusahaan.

Dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya, Direktur Aset Tanah dan Bangunan berwenang untuk menetapkan kebijakan kepengurusan Perusahaan dalam lingkup tugas dan tanggungjawabnya.

10. Direktur Keuangan

Direktur Keuangan bertanggung jawab atas organisasi dan tata laksana Direktorat Keuangan dan/atau mengatur tindakan tertentu untuk melakukan pengurusan Perusahaan. Dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya, Direktur Keuangan berwenang untuk menetapkan kebijakan kepengurusan Perusahaan dalam lingkup tugas dan tanggung jawabnya.

(12)

3.1.4. Aktifitas atau Kegiatan Perusahaan

PT Kereta Api Indonesia (Persero) selaian kegiatan bisnis utama di sektor tranportasi dan angkutan barang, PT KAI menyadari bahwa dalam bisnis Perseroan terkait langsung dengan kepentingan masyarakat umum. Keberadaan masyarakat turut mendukung kelancaran kegiatan operasional Perseroan. Hubungan yang harmonis antara masyarakat dengan perusahaan akan mendukung pencapaian bisnis Perseroan.

A. Progran Bina Lingkungan

Program ini bertujuan untuk pemberdayaan kondisi sosial masyarakat di wilayah usaha perusahaan. Bantuan bina lingkungan yang disalurkan berupa bantuan untuk korban bencana alam, bantuan pendidikan dan/atau pelatihan, bantuan peningkatan kesehatan, bantuan pengembangan prasarana dan atau sarana umum, bantuan sarana ibadah, bantuan pelestarian alam, dan bantuan sosial kemasyarakatan dalam rangka pengentasan kemiskinan.

B. Program Kemitraan

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri. Program kemitraan KAI disalurkan kepada mitra binaan yang bidang usahanya mencakup sektor industri, perdagangan, pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, dan jasa. Saat ini sudah ribuan mitra yang diberikan bantuan pinjaman serta diikutsertakan dalam kegiatan pameran dan gathering untuk pengembangan usahanya.

C. Hubungan Komunitas

Hubungan Komunitas mempunyai peran mengelola hubungan komunitas yang diwujudkan dengan memberikan bantuan kepada masyarakat di sekitar

(13)

wilayah operasional/jalur KA dengan prioritas daerah rawan kamtibmas, guna mendukung sosialisasi keamanan dan keselamatan perjalanan KA, serta bantuan untuk kegiatan kemasyarakatan seperti kegiatan olahraga, kesenian, keagamaan, dan pelayanan kesehatan. Pengelolaan komunitas dilakukan terhadap komunitas eksternal maupun internal perusahaan.

D. Rail Clinik

Rail Clinik adalah nama kereta klinik yang dioperasikan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) di Jawa dan Sumatera, bertujuan untuk menyediakan pelayanan kesehatan. Pembuatan Rail Clinik yang diresmikan pada 12 Desember 2015 digagas oleh Clarissa Sukmoro, putri Direktur Utama KAI Edi Sukmoro dengan latar belakang untuk memberi pelayanan lebih kepada masyarakat Indonesia khususnya di bidang kesehatan. Rail Clinik akan memanfaatkan jalur KA untuk dapat menembus daerah yang sulit dilalui oleh kendaraan bermotor. Dibuatnya Rail Clinik ini juga sebagai salah satu bentuk dari pelaksanaan program Corporate Social Responsibility (CSR) KAI.

3.2. Metode Penelitian

Dalam melakukan sebuah penelitian pada dasarnya harus dilakukan secara sistematis, berencana dan mengikuti kaidah-kaidah ilmiah, untuk itu perlu dilakukan langkah-langkah untuk mendapatkan data penelitian yang akan digunakan untuk memecahkan atas permasalahan yang telah dirumuskan yaitu dengan metode penelitian.

Menurut Sugiyono (2017:2), yang dimaksud metode penelitian yaitu

“Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan

(14)

dan kegunaan tertentu”. Metode penelitian dibagi menjadi tiga metode yaitu:

metode kuantitatif, metode kualitatif dan metode kombinasi. Dalam penelitian ini, metode yang akan digunakan penulis adalah metode kuantitatif.

Metode kuantitatif menurut Sugiyono (2017:8), menyatakan bahwa:

“Metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.

Penulis dalam melakukan penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dan verifikatif, karena ada variabel-variabel yang akan ditelaah adanya hubungan, serta tujuannya untuk menyajikan gambaran secara terstruktur, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar variabel yang akan diteliti, sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruhnya variabel satu dengan variabel lainnya.

Pengertian metode deskriptif menurut Sugiyono (2017:86), adalah “Suatu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain”. Metode deskriptif digunakan untuk mengetahui manajemen aset (inventarisasi, legal audit dan penilaian aset) dan optimalisasi aset di PT Kereta Api Indonesia (Persero). Sedangkan metode verifikatif menurut Sugiyono (2017:55), yaitu:

“Metode verifikatif adalah metode penelitian yang pada dasarnya untuk menguji teori dengan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan perhitungan statistik yang digunakan untuk menguji pengaruh variabel X1 dan X2, terhadap Y. Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak”.

Metode verifikatif digunakan untuk mengetahui hubungan yang bersifat sebab akibat (kausal) antara variabel independen dan variabel dependen yaitu

(15)

mengenai pengaruh manajemen aset (inventarisasi, legal audit dan penilaian aset) terhadap optimalisasi aset.

3.2.1. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan salah satu hal yang penting dalam melakukan sebuah penelitian. Desain penelitian ini adalah tahapan atau proses yang dilakukan penulis dalam hal melakukan penelitiannya, yang meneliti tentang pengaruh manajemen aset (inventarisasi, legal audit dan penilaian aset) terhadap optimalisasi aset.

Sumber: Sugiyono (2017:30)

Gambar III.2. Desain Penelitian Kuantitatif

Adapun tahapan pada desain penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan rumusan masalah, setiap penelitian selalu berangkat dari masalah, namun dalam penelitian kuantitatif masalah yang ditetapkan peneliti harus sudah jelas. Kemudian masalah tersebut diidentifikasikan dan dirumuskan, rumusan masalh pada umumnya dinyatakan dalam kalimat pertanyaan.

Rumusan Masalah

Landasan Teori

Perumusan Hipotesis

Pengumpulan Data

Analisis Data

Kesimpulan dan Saran Populasi dan

Sampel

Pengembangan Instrumen Pengujian Instrumen

(16)

2. Landasan teori dalam penelitian kuantitatif digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang telah ditetapkan. Maka dibutuhkan sumber data teoritis atau penelitian terdahulu yang relevan yang digunakan untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah sementara.

3. Menetapkan hipotesis, yaitu jawaban sementara terhadap rumusan masalah tersebut dengan menggunakan teori, yang selanjutnya akan dibuktikan kebenarannya secara empiris.

4. Pengumpulan data diperlukan untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut secara empiris dilapamgan. Pengumpulan data dilakukan pada populasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti. Bila populasi terlalu luas sedangkan peneliti memiliki keterbatasan waktu, dana dan tenaga, maka peneliti dapat menggunkan sampel yang diambil dari populasi tersebut.

5. Peneliti perlu menggunakan instrumen penelitian untuk mencari data yang teliti/akurat. Instrumen yang digunakan dalam penelitian social biasanya belum ada, sehingga peneliti harus membuat atau mengembangkan sendiri, agar instrumen dapat dipercaya maka harus diuji validitas dan reabilitasnya.

6. Setelah instrumen teruji validitas dan realibilitasnya, maka dapat digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti. Selanjutnya instrumen tersebut digunakan untuk pengumpulan data, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dapat berupa kuesioner, observasi dan wawancara.

7. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis, analisis diarahkan untuk menjawab rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan. Dalam penelitian kuantitatif analisis data menggunakan statistik. Statistik yang digunakan

(17)

dapat berupa statistik deskriptif dan inferensial, data hasil analisis selanjutnya disajikan dan diberikan pembahasan.

8. Setelah hasil penelitian diberikan pembahasan, maka selanjutnya dapat disimpulkan. Kesimpulan berisi jawaban singkat terhadap setiap rumusan masalah berdasarkan data yang telah terkumpul, karena penelitian bertujuan untuk memecahkan masalah. Maka peneliti berkewajiban untuk memberikan saran-saran agar masalah dapat dipecahkan, saran yang diberikan harus berdasarkan kesimpulan hasil penelitian.

3.2.2. Operasionalisasi Variabel

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, yang kemudian dapat ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014: 58).

Menurut Sugiyono (2017:38), variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Menurut sugiyono (2017:39), hubungan antar satu variabel dengan variabel yang lain, macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi:

1. Variabel Bebas/ Independen (X1)

Pengertian variabel independen adalah variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab terjadinya perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat).

(18)

2. Variabel Moderator (X2)

Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen, variabel moderator juga disebut sebagai independen kedua.

3. Variabel terikat/ Dependen (Y)

Variabel dependen adalah variabel terikat, dimana variabel ini merupakan variabel yang di pengaruhi atau yang menjadi akibat dari variabel independen (bebas).

Penelitian ini terdapat variabel manajemen aset dan optimalisasi aset yang terdiri dari tiga variabel bebas (independen) dan satu variabel tidak bebas (dependen). Tiga variabel bebas tersebut masing-masing adalah inventarisasi (X1) sebagai variabel pertama, legal audit (X2) sebagai variabel kedua dan penilaian (X3) sebagai variabel ketiga, sedangkan variabel tidak bebas adalah optimalisasi aset (Y). Operasionalisasi variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel III.1. berikut ini.

Tabel III.1.

Operasionalisasi Variabel

Variabel Indikator Skala

Manajemen Aset (X)

Kumpulan disiplin ilmu, metode prosedur dan perangkat untuk

mengoptimalisasi dampak bisnis keseluruhan atas biaya-biaya, kinerja dan resiko yang timbul (terkait dengan ketersediaan, efisiensi, umur pakai dan regulasi/ keselamatan/

kepatuhan pada aturan

Inventarisasi Aset (X1)

Proses kerja yang terkait dengan pendataan, pengelompokan dan pembukuan/administrasi baik itu secara fisik maupun legal. Misalnya pendataan mengenai bentuk, luas,

volume/jumlah, jenis, alamat dari suatu aset.

(Siregar, 2004:518)

1. Pendataan, Kodefikasi/

Labeling.

2. Pengelompokan.

3. Pembukuan atau administrasi.

Ordinal

(19)

lingkungan hidup) dari aset fisik perusahaan.

(Siregar, 2004:561)

Legal Audit (X2)

Suatu tindakan pengamanan atau pengendalian, penertiban dalam upaya pengurusan barang secara fisik, administrasi dan tindakan hukum.dimana legal audit lebih terkait dengan tindakan hukum.

(Siregar, 2004:181)

1. Menyusun rancangan legal audit (kejelasan hukum) terhadap aset tatap agar jelas kepemilikannya.

2. Menyususn perkiraan estimasi penerimaan pendapatan (jumlah dan masa lamanya) bagi aset yang mempunyai kewenangan hukum.

3. Menyusun rancangan pengelolanya/

pelaksananya apakah akan dilaksanakan oleh pihak ketiga atau swakelola.

Ordinal

Penilaian Aset (X3)

Suatu proses kerja untuk melakukan penilaian atas aset yang dikuasai.

Biasanya dikerjakan oleh konsultan independen.

Hasil dari penilaian dapat dimanfaatkan untuk mengetahui nilai kekayaan aset tersebut.

(Siregar, 2004:519)

1. Dilakukan oleh penilai aset yang independen.

2. Metode penilaian harus sesuai.

3. Melakukan pengamatan.

Ordinal

Optimalisasi Aset (Y)

Proses kerja pada manajemen aset yang mempunyai tujuan untuk mengoptimalisasi potensi fisik, lokasi, nilai, jumlah atau volume, legal dan ekonomi yang dimiliki aset tersebut. (Siregar, 2004:72)

1. Identifikasi aset.

2. Pengembangan data base aset.

3. Pengembangan strategi optimalisasi aset.

4. Studi menentukan pemanfaatan aset dan memberikan laporan hasil kegiatan.

Ordinal

(20)

3.2.3. Sumber Data

Menurut Sugiyono (2017:137), sumber data merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu:

A. Data Primer

Data yang diperoleh dari hasil penelitian langsung secara empirik kepada pelaku langsung atau yang terlibat langsung dengan menggunakan teknik pengumpulan data.

B. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain atau hasil penelitian pihak lain.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, data primer tersebut bersumber dari hasil pengumpulan data berupa kuesioner kepada responden pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang telah ditetapkan oleh peneliti sebagai objek penelitian.

3.2.4. Populasi dan Sampel A. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017:80).

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa populasi bukan hanya jumlah yang ada pada objek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik yang dimiliki objek tersebut dan berada satu wilayah berkaitan dengan masalah penelitian. Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup populasinya yaitu

(21)

di PT Kereta Api Indonesia (Persero) Kantor Pusat Bandung yang beralamat di Jalan Perintis Kemerdekaan No. 1 Bandung.

B. Sampel

Dalam bukunya Sugiyono (2017:81), menyatakan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pengukuran sampel merupakan suatu langkah untuk menentukan besarnya sampel yang diambil dalam melaksanakan penelitian suatu objek. Untuk menentukan besarnya sampel bisa dilakukan dengan statistik atau berdasarkan estimasi penelitian. Pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar- benar dapat berfungsi atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya, dengan istilah lain harus representatif (mewakili).

Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan yaitu Non Probability Sampling, menurut Sugiyono (2017:84), Non Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi, sampling sistematis, kuota, sampling insidental, purposive, jenuh dan snowball. Sedangkan cara pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sampling incidental, menurut Sugiyono (2017:122) “sampling incidental yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dan dapat digunakan sebagai sampel bila dipandang orang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data”.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampel karyawan PT KAI (Persero) yakni unit Non Transport Commerciallization (CCC), suatu unit yang bertugas untuk melakukan optimalisasi aset-aset non-transport dan yang

(22)

berhubungan dengan manajemen aset yang pada saat dilakukan penelitian responden yang bisa dijadikan sampel penelitian berjumlah 30 orang.

3.2.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling stategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, peneliti tidak mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2017:224). Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis di PT KAI (Persero) Kantor Pusat Bandung adalah sebagai berikut:

A. Kuesioner (Angket)

Menurut Sugiyono (2017:142), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Metode ini akan digunakan untuk mengumpulkan data berkaitan dengan manajemen aset (inventarisasi, legal audit dan penilaian aset) terhadap optimalisasi aset pada PT Kereta Api Indonesia (Persero).

Kuesioner yang akan digunakan penulis adalah kuesioner tertutup, yaitu cara pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden dan yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah Unit Non Transport Commerciallization (CCC) pada PT KAI (Persero) Kantor Pusat Bandung. Untuk setiap pilihan jawaban dari kuesioner tersebut diberikan skor, untuk itu responden harus menggambarkan, mendukung pertanyaan (positif) atau tidak mengandung pernyataan (negatif).

(23)

B. Obeservasi

Teknik pengumpulan data dengan observasi mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu: wawancara dan kuesioner.

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan jika peneliti berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2017:145).

C. Kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan dan mempelajari buku-buku sumber, undang-undang dan bahan-bahan lain yang berkaitan dengan maksud dan tujuan penelitian.

3.2.6. Rancangan Analisis Data dan Hipotesis A. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas Instrumen

Suatu instrument dinyatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Pengujian validitas adalah pengujian yang ditunjukan untuk mengetahui suatu data yang dapat dipercaya kebenarannya sesuai dengan kenyataan. Sugiyono & Susanto (2015:337), menyatakan bahwa “Instrumen yang valid berati alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berati instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”.

Instrumen yang valid berati alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Uji validitas instrumen yang digunakan adalah validitas isi dengan analisis item, yaitu dengan menghitung korelasi antar skor butir instrumen total. Untuk menghitung validitas tiap-tiap item, yaitu dengan

(24)

mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Koefisien korelasi yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan standar validitas yang berlaku (Sugiyono & Susanto, 2015:377).

Syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat yaitu r = 0,3 jadi kalau kolerasi antara butir dengan sekor total kurang dari 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Adapun rumus untuk menguji validitas yaitu menggunakan rumus korelasi berdasarkan Pearson Product Moment. Menurut Sugiyono (2017) dengan rumus sebagai berikut :

rXy= 𝑛 (Ʃ 𝑋𝑖𝑌𝑖)−(Ʃ 𝑋𝑖)∙(Ʃ 𝑌𝑖) √{𝑛.Ʃ𝑥𝑖2−(Ʃ𝑥𝑖)2}−{𝑛 .Ʃ𝑦2−(Ʃ𝑦)2} Keterangan :

𝑟𝑥𝑦 = Koefisien Korelasi

Σxy = Jumlah perkalian variabel x dan y ΣX = Jumlah nilai variabel x

Σy = Jumlah nilai variabel y

Σ𝑋2 = Jumlah pangkat dari nilai variabel x Σ𝑌2 = Jumlah pangkat dari nilai variabel y n = Banyaknya sampel

Setelah angka korelasi diketahui, kemudian dihitung nilai t dari r menurut (Sugiyono, 2017) dengan rumus: r2

√𝑟√𝑛 − 2

𝑡 =

√1 − 𝑟2

Setelah itu dibandingkan dengan nilai kritisnya. Bila thitung > ttabel, berarti data tersebut signifikan (valid) dan layak digunakan dalam pengujian hipotesis penelitian. Sebaliknya thitung < ttabel, berarti data tersebut tidak signifikan (tidak valid) dan tidak akan diikutsertakan dalam pengujian hipotesis penelitian.

(25)

2. Uji Reabilitas Instrumen

Menurut sugiyono dan Susanto (2015:337), intrumen yang reliabel berati intrumen tersebut apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Pengujian reabilitas dilakukan terhadap butir pernyataan yang valid. Untuk dapat menguji reabilitas dalam penelitian ini yaitu menggunakan pengujian reabilitas dengan internal consistency.

Uji reabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan alat ukur yang sama. Metode yang digunakan metode koefisien reabilitas karena koefisien ini paling sering digunakan, koefisien ini menggunakan variasi dari item baik untuk format benar, salah atau bukan, seperti format pada skala likert. Sehingga koefisien alpha cronbach merupakan koefisien yang paling umum digunakan untuk mengevaluasi internal consistency (Sugoyono, 2017:365).

Adapun rumusnya sebagai berikut:

Syarat minimum yang dianggap memenuhi syarat adalah apabila koefisien Alpha Cronbach’s yang didapat 0,6. Jika koefisien yang didapat kurang dari 0,6 maka instrumen penelitian tersebut dinyatakan tidak reliabel. Apabila dalam uji coba instrumen ini sudah valid dan reliabel, maka dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka pengumpulan data.

(26)

Teknik pengujian reabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menguji instrument sekali saja, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode Alpha Cronbach menggunakan program IBM SPSS version 20. Kuesioner dikatakan andal atau reliabel apabila koefisien reabilitas yang ditunjukan oleh nilai Cronbach’s Alpha bernilai positif dan lebih besar dari 0,70. Menurut (Sugiyono &

Susanto, 2015:390).

B. Analisis Data

Analisis data merupakan proses mencari dan menyususn secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, menjabarkan ke unit-unit, melakukan sintesa, menyususn kedalam pola, memilih mana yang dipelajari serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami (Sugiyono, 2013:334). Analisis data dilakukan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan, untuk memudahkan melakukan analisis data maka peneliti mempergunakan bantuan komputer dengan perangkat lunak Statistic Program Social Sciencei (SPSS) Version 20.0 For Windows.

Menurut Sugiyono (2017:244) menyatakan bahwa:

“Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden, menstabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang diajukan”.

Metode analisis kuantitatif menggunakan analisis deskriptif dan analisis verifikatif, adapun penjelasannya sebagai berikut:

1. Analisi Deskriptif

Menurut Sugiyono (2017:22), analisis deskriptif merupakan analisis yang mengemukakan tentang data diri responden, yang diperoleh dari jawaban

(27)

responden melalui kuesioner. Kemudian, data yang diperoleh dari jawaban responden tersebut dihitung presentasinya.

Analisis deskriptif dalam penelitian pada dasarnya mengemukakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan. Analisis deskriptif berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel populasi.

Sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum. Dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui manajemen aset (inventarisasi, legal audit dan penilaian aset) terhadap optimalisasi aset pada PT Kereta Api Indonesia (Persero).

Adapun urutan analisis sebagai berikut:

a. Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara menyebarkan kuesioner pada populasi yang telah ditentuntukan.

b. Setelah dilakukan pengumpulan data, kemudian melakukan alat pengukuran yang digunakan untuk memperoleh elemen-elemen yang akan diteliti.

Dalam penelitian ini alat pengukuran yang dimaksud adalah daftar penyusunan pertanyaan atau kuesioner.

c. Kemudian dilakukan penyebaran kuesioner ke perusahaan yang dipilih dengan bagian tertentu yang ditetapkan. Setiap item dari kuesioner merupakan pertanyaan positif yang diberikan skor 1 sampai 5 yang telah penulis sediakan.

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagi acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada pada alat ukur, sehingga

(28)

alat ukur tersebut apabila digunakan dalam pengukuran menghasilkan data kuantitatif, dalam penelitian ini penulis menggunkan skala ordinal.

Menurut Sugiyono (2017:7), skala ordinal merupakan kuantitatif yang berbentuk peringkat atau rangking dan antar rangking jaraknya tidak sama. Adapun perhitungan untuk menentukan interprestasi skor adalah sebagai berikut:

Jumlah responden = 30 Responden Nilai skala pengukuran terbesar = 5 Nilai skala pengukuran terkecil = 1 Jumlah komulatif terbesar (30x5) = 150 Jumlah komulatif terkecil (30x1) = 3

Panjang Kelas Interval =100% − 20%

5 = 16%

Maka katagori interprestasi skor dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel III.2.

Katagori Interprestasi Skor

No. Hasi

Perhitungan Pernyataan

1 20% - 36% Sangat Tidak Setuju/ Sangat Tidak Baik/ Sangat Rendah

2 37% - 52% Tidak Setuju/ Kurang Baik/ Tidak Rendah 3 53% - 68% Ragu-ragu/ Cukup Baik/ Cukup Tinggi

4 69% - 84% Setuju/ Baik/ Tinggi

5 85% - 100% Sangat Setuju/ Sangat Baik/ Sangat Tinggi

Setelah diketahui skor rata-rata, maka hasil tersebut disajikan kedalam garis kontinum dengan kecenderungan jawaban responden akan didasarkan pada nilai rata-rata skor yang selanjutnya akan dikatagorikan pada rentang skor berikut:

(29)

STB/STSS TB/TS CB/CS B/S SB/ST 20% 37% 53% 69% 85% 100%

Gambar III.3. Gambar Garis Kontinum

2. Analisis Verifikatif

Analisis Verivikatif adalah penelitian melakukan pembuktian untuk menguji hipotesis hasil penelitian deskriptif dengan suatu perhitungan statistika sehingga didapat hasil pembuktian yang menunjukan hipotesis ditolak atau diterima (Sugiyono, 2013:33). Dalam penelitian ini untuk mengetahui manajemen aset (inventarisasi, legal audit, dan penilaian aset) terhadap optimalisasi aset pada PT KAI (Persero), secara Uji t (parsial) maupun Uji F (simultan) yang menggunakan metode verifikatif yaitu menganalisis secara kuantitatif serta melakukan Uji statistika.

a. Metode Transformasi Data

Sebelum melakukan kegiatan analisis korelasi dan regresi, penelitian yang menggunakan skala ordinal perlu diubah dahulu ke skala interval menggunakan MSI (Metode of Succesive Interval) adalah sebagai berikut:

1) Menentukan frekuensi setiap responden yaitu banyaknya responden yang memberikan respon untuk masing-masing kategori yang ada.

2) Menentukan nilai proporsi setiap responden yaitu dengan membagi setiap bilangan pada frekuensi, dengan banyaknya responden keseluruhan.

3) Jumlahkan proporsi secara keseluruhan (setiap responden), sehingga diperoleh proporsi kumulatif.

(30)

4) Tentukan nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif.

5) Menghitung Scala Value (SV) untuk masing-masing responden dengan rumus:

SV = (densitas pada batas bawah – densitas pada batas atas) (area dibawah batas atas – area dibawah batas bawah)

6) Mengubah Scala Value (SV) terkecil menjadi sama dengan satu (=1) dan mentransformasikan masing-masing skala menurut perubahan skala terkecil sehingga diperoleh Transformed Scaled Value, dengan rumus:

Y=Svi+[SVmin]

7) Menhitung score (nilai hasil transformasi) untuk setiap pilihan jawaban melalui persamaan berikut:

Transformasi Scale Value = Scale Value + (1+Scale Value Minimum) b. Uji Asumsi Klasik

Menurut Sugiyono & Susanto (2015:18), dalam uji asumsi klasik atau uji prasyarat dimana uji prasyarat merupakan suatu bentuk uji pendahuluan atau syarat terlebih dahulu dipenuhi sebelum menggunakan dari suatu analisis yang digunakan untuk menguji dari hipotesis yang diajukan. Pengujian asumsi klasik yang digunakan terdiri atas:

1) Uji Normalitas

Menurut Sugiyono &Susanto (2015:321), menyatakan bahwa “Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakan sampel yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk menganalisis normalitas data dilakukan dengan menggunakan berbagai analisis normalitas, salah satunya Kolmogorov-smirnov”. Pengukuran uji normalitas menggunakan Kolmogorov-smirnov yaitu jika hasil

(31)

Kolmogorov-smirnov menunjukan nilai signifikan > 0,05 maka data residual berdistribusi normal. Sedangkan jika hasil Kolmogorov-smirnov menunjukan nilai signifikan < 0,05 maka data residual berdistribusi tidak normal.

2) Uji Multikolonieritas

Menurut Sugiyono & Susanto (2015:33), uji multikolonieritas yaitu “Uji multikolonieritas diterapkan untuk analisis regresi berganda yang terdiri atas dua atau lebih variabel bebas atau independen variabel, dimana akan diukur keeratan hubungan antar variabel bebas tersebut melalui besaran koefisien korelasi (r)”. Apabila nilai VIF diatas atau > 10 maka diantara veriabel independen terdapat gejala multikolonieritas. Dikatakan tidak terjadi multikolonieritas dengan menggunakan Variance Inflation Faktor (VIF) pada sebuah model bila nilai toleransi diantara 0 - 0,10 dan nilai VIF

< 10.

3) Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat kesalahan (error) pada data kita memiliki varian yang sama atau tidak, Heteroskedastisitas memiliki suatu kondisi bahwa (error) berbeda dari suatu pengamatan-pengamatan lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan dimana terdapat kesamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain, tatap atau Homoskedastisitas.

Heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan metode Scatter Plot dengan memplotkan nilai ZPRED (nilai prediksi) dengan SRESID (nilai redualnya). Model yang baik didapatkan jika tidak terdapat pola tertentu

(32)

pada grafik, seperti titik melebar dari atas dan dibawah angka 0 pada sumbu y (Sugiyono & Susanto, 2015:295).

4) Uji Autokorelasi

Menurut Danang Sunyoto (2016:97), menjelaskan uji autokorelasi sebagai berikut:

“Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah autokorelasi, jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak baik atau tidak layak dipakai prediksi. Masalah autokorelasi baru timbul jika ada kolerasi secara linier antara kesalahan pengganggu periode t (berada) dengan kesalahan pengganggu periode t-1 (sebelumnya).”

Menurut Sugiyono & Susanto (2015) definisi uji autokorelasi yaitu “uji autokorelasi merupakan salah satu asumsi dalam model regresi linier”. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel sebelumnya.

Pengujian menggunakan Durbin Watson (DW- test). (Sufren & Yonathan Natanael, 2013:109), menyatakan bahwa syarat tidak terjadi autokorelasi adalah 1<DW<3.

3. Analisis Regresi Linear Berganda

Menurut Sugiyono (2017:275), mengatakan bahwa “Analisis regresi linear berganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prekdiktor dimanupulasi (dinaik turunkan nilainya)”.

Persamaan regresi linear berganda digunakan untuk menguji apakah variabel independen memiliki pengaruh terhadap variabel dependen secara simultan maupun parsial. Analisis regresi linear berganda dapat dirumuskan sebagai berikut:

(33)

Sumber: Sugiyono (2017:277) Keterangan:

Y = Subjek dalam variabel dependen yang diprekdiksi a = Harga Y bila X=0 (harga konstanta)

b = Angka arah atau koefisien regresi yang menunjukan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independensi. Bila b (+) maka naik, dan bila b (-) maka terjadi penurunan.

X = Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.

Pola hubungan antara variabel yang akan diteliti tersebut selanjutnya disebut sebagai paradigma penelitian atau model penelitian. Menurut Sugiyono (2017:42), paradigma penelitian dapat diartikan sebagai pola pikir yang menunjukan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang akan digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis serta teknik statistic yang akan digunakan.

4. Analisis Koefisiensi Korelasi

Analisis korelasi bertujuan untuk melihat ada atau tidak adanya hubungan, apabila ada berate seberapa erat hubungan tersebut serta apakah hubungan tersebut berarti atau tidak. Arah dinyatakan dalam bentuk hubungan positif atau negative, sedangkan kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi.

Menurut sugiyono (2017:231), menyatakan bahwa korelasi ganda (multiple correlation) merupakan angka yang menunjukan arah dan kuatnya hubungan antar dua variabel atau lebih bersama-sama atau dengan satu variabel dependen.

Y = a + b1 X1 + b2 X2

(34)

Pengujian korelasi digunakan untuk mengetahui kuat tidaknya hubungan, dengan menggunakan pendekatan koefisien korelasi pearson (produk moment) untuk mencari koefisien korelasi antara variabel berskala interval atau rasio.

Interprestasi dari nilai koefisien korelasi:

Jika r = -1 atau mendekati, artinya korelasi negative sempurna;

Jika r = 0, artinya tidak ada korelasi;

Jika r = +1 atau mendekati, artinya korelasi positif sangat kuat.

Interprestasi terhadap hubungan korelasi atau seberapa besarnya pengaruh variabel-variabel tidak bebas, digunakan pedoman sebagai berikut:

Tabel III.3.

Interprestasi Koefisien Korelasi Nilai r Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,81 – 1,000 Sangat Kuat

Sumber: Sugiyono (2013:231) 5. Analisis Koefisiensi Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) atau adjusted R square bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi vaiabel terikat. Nilai (R2) atau adjusted R square adalah diantara nol atau satu. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen dan sebaliknya jika mendekati nol. Menurut Sugiyono (2013:98), rumus menghitung koefisien determinasi, yaitu:

(35)

Dimana: 0 ≤ r2 ≤ 1 Keterangan:

Kd = Koefisien determinasi

r2 = Kuadrat Koefisien determinasi Kriteria analisis koefisien determinasi:

a. Jika Kd mendekati nol (0), artinya pengaruh variabel indepanden terhadap variabel dependen lemah.

b. Jika Kd mendekati satu (1), artinya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen kuat.

C. Rancangan Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknnya pengaruh yang signifikan antara variabel independen kepada variabel dependen.

Dalam pengujian ini, peneliti menetapkan dengan menggunakan uji signifikan, dengan penetapan hipotesis nol (Ho) adalah suatu hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen. Sedangkan hipotesis alternatif (Hα) adalah hipotesis yang menyatakan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen.

Menurut Sugiyono & Susanto (2015:84), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Secara statistik hipotesis diartikan sebagai pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian.

(36)

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini untuk menguji ada tidaknya pengaruh antara beberapa variabel independen (X) yaitu manajemen aset (inventarisasi, legal audit, dan penilaian aset) dampaknya pada optimalisasi aset sebagai variabel (Y). Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Pengujian Hipotesis Deskriptif a. Hipotesis 1

H0 : Inventarisasi pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) sudah baik.

H1 : Inventarisasi pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) belum baik.

Ketentuan pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

H0 diterima dan H1 ditolak:

Inventarisasi pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) menunjukan presentasi skor > 68% atau pada katagori baik.

H0 diterima dan H1 diterima:

Inventarisasi pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) menunjukan presentasi skor < 68% atau pada katagori tidak baik.

b. Hipotesis 2

H0 : Legal audit pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) sudah baik.

H1 : Legal audit pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) belum baik.

Ketentuan pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

H0 diterima dan H1 ditolak:

Legal audit pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) menunjukan presentasi skor > 68% atau pada katagori baik.

H0 diterima dan H1 diterima:

(37)

Legal audit pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) menunjukan presentasi skor < 68% atau pada katagori tidak baik.

c. Hipotesis 3

H0 : Penilaian aset pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) sudah baik.

H1 : Penilaian aset pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) belum baik.

Ketentuan pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

H0 diterima dan H1 ditolak:

Penilaian aset pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) menunjukan presentasi skor > 68% atau pada katagori baik.

H0 diterima dan H1 diterima:

Penilaian aset pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) menunjukan presentasi skor < 68% atau pada katagori tidak baik.

d. Hipotesis 4

H0 : Optimalisasi Aset pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) sudah baik.

H1 : Optimalisasi Aset pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) belum baik.

Ketentuan pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

H0 diterima dan H1 ditolak:

Optimalisasi Aset pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) menunjukan presentasi skor > 68% atau pada katagori baik.

H0 diterima dan H1 diterima:

Optimalisasi Aset pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) menunjukan presentasi skor < 68% atau pada katagori tidak baik.

2. Pengujian Hipotesis Verifikatif

a. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)

(38)

Uji t (t-test) digunakan untuk menguji hipotesis secara parsial untuk menunjukan pengaruh tiap variabel independen secara individu terhadap variabel dependen. Uji t adalah pengujian koefisien regresi masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Langkah-langkah pengujian dengan menggunakan uji t adalah sebagai berikut:

1) Hipotesis 5

H0 (β=0) : Inventarisasi aset tidak berpengaruh terhadap optimalisasi aset.

H1 (β≠0) : Inventarisasi aset berpengaruh terhadap optimalisasi aset.

2) Hipotesis 6

H0 (β=0) : Legal audit tidak berpengaruh terhadap optimalisasi aset.

H1 (β≠0) : Legal audit berpengaruh terhadap optimalisasi aset.

3) Hipotesis 7

H0 (β=0) : Penilaian aset tidak berpengaruh terhadap optimalisasi aset.

H1 (β≠0) : Penilaian aset berpengaruh terhadap optimalisasi aset.

Kemudian dilakukan tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05 atau 5%, karena dinilai cukup untuk mewakili hubungan variabel-variabel yang diteliti, dan merupakan tingkat signifikan yang umum digunakan dalam suatu penelitian. Untuk mengetahui t tabel dicari dengan menentukan degree of freedom (df) sebagai berikut:

df = n - k

k = banyaknya variabel n = banyaknya sampel

Rumus uji t yang digunakan adalah sebagai berikut:

t hitung =𝑟√𝑛 − 2

√1 − r

Sumber: Sugiyono (2017:230)

(39)

Keterangan:

r = Korelasi parsial yang ditemukan n = Jumlah anggota sampel

t = t hitung yang selanjutnya dibandingkan dengan ttabel

Kriteria Pengujian :

Hasil t hitung dibandingkan dengan ttabel, untuk memberi interpretasi terhadap kuatnya hubungan yang diperoleh dari koefisien korelasi, dengan kriteria sebagai berikut :

a) Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak.

b) Jika thitung < ttabel, maka H0 diterima.

b. Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F)

Uji F (t-test) digunakan untuk menguji hipotesis secara simultan untuk mengetahui pengaruh seluruh variabel independen terhadap variabel dependen langkah-langkah pengujian Uji F adalah sebagai berikut:

1) Hipotesis 8

H0 (β=0) : Inventarisasi aset, Legal audit, dan Penilaian aset tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap optimalisasi aset.

H1 (β≠0) : Inventarisasi aset, Legal audit, dan Penilaian aset terdapat pengaruh yang signifikan terhadap optimalisasi aset.

Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05 atau 5%. Ftabel dicari dengan menentukan besar degree of freedom (df1) pembilang dan (df2) penyebut, sebagai berikut:

df1 = k, k : banyaknya variabel bebas df2 = n- k – 1 (n = jumlah sampel)

Rumus Uji F yang digunakan adalah sebagai berikut:

(40)

F = 𝑅2/𝑘

(1 − R2) (𝑛 − 𝑘 − 1)⁄ Sumber: Sugiyono (2017:192)

Keterangan:

R2 = Koefisien korelasi ganda k = Jumlah variabel independen n = Jumlah anggota sampel Kriteria Pengujian

Hasil Fhitung dibandingkan dengan Ftabel , untuk memberi interpretasi terhadap kuatnya hubungan yang diperoleh dari koefisien korelasi, dengan kriteria sebagai berikut :

a) Jika Fhitung positif, maka

(1) Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak (signifikan) (2) Fhitung < Ftabel, maka Ha diterima (tidak signifikan) b) Jika Fhitung negatif, maka

(1) Fhitung > Ftabel, maka Ho diterima (tidak signifikan) (2) Fhitung < Ftabel, maka Ha ditolak (signifikan) c) Jika F sign< α 0,05 maka Ho ditolak

(1) Jika F sign> α 0,05 maka Ha diterima

Gambar

Gambar III.1.
Gambar III.2. Desain Penelitian Kuantitatif
Tabel III.1.
Tabel III.2.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Sugiyono (2016:8) penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada sampel

Menurut Sugiyono (2017:8) Metode Kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positibisme, digunakan untuk meneliti pada