• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENGKAJIAN SISTEM - Smart Library UMRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB III PENGKAJIAN SISTEM - Smart Library UMRI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PENGKAJIAN SISTEM

3.1. Tempat Objek Penelitian

Sekolah dasar Desa Tarai Bangun, Kec.Tambang, Kab.Kampar, Riau berjumlah delapan sekolah dasar negeri dan suasta, yang terdiri dari 4313 siswa dan siswi. Siswa dan siswi di sekolah dasar desa tarai bangun melakukan aktivitas piket kelas dilakukan sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh wali murid kelas masing-masing, kegiatan piket kelas ini masih dilakakun tanpa bantuan penjaga sekolah mulai dari kelas satu sampai kelas enam. Alat yang digunakan dalam melakukan kebersihan adalah sapu. Sapu yang digunakan oleh murid sekolah dasar ini sama dengan sapu yang digunakan masyrakat pada umumnya, karna sapu yang digunakan merupakan sapu dengan dimensi tubuh orang dewasa maka akan berdampak buruk bagi pengguna anak di sekolah dasar tersebut, maka dari itu peneliti menjadikan sekolah dasar di desa tarai bangun menjadi objek dalam penelitian perancangan sapu anak multifungsi.

3.2. Definisi Sapu Lantai

Sapu lantai merupakan salah satu alat pembersih yang terdiri dari bagian serat atau serabut kaku dan biasanya terpasang atau terikat kepada suatu pegangan silindris. Bentuk sapu hampir selalu mengalami perubahan mulai dari bahan ranting-ranting pohon hingga seikatan serat-serat alami. Pada mulanya, sapu memiliki bentuk bulat, bentuk yang mudah dibuat tapi kurang efisien untuk melakukan pembersihan. Sapu dapat diikatkan ke sebuah pegangan, baik yang pendek untuk pembersih debu, maupun panjang untuk menyapu lantai atau perapian. Saat ini sapu lantai memiliki banyak varian, ada sapu lidi, sapu ijuk, dan sapu plastik. Tiap-tiap varian ini ditujukkan untuk berbagai keperluan. Sapu ijuk misalnya, ada yang untuk di dalam rumah, dan ada pula yang untuk teras. Begitu pula sapu lidi, ada untuk merapihkan tempat tidur dan ada untuk menyapu sampah. Bicara tentang menyapu rumah, pemilihan sapu adalah penting. Karena kualitas sapu akan menentukan kebersihan kamar selain teknik penyapuan itu sendiri. Berikut adalah gambar dari sapu lantai.

(2)

3.2.1. Komponen dan Bahan Sapu.

Berdasarkan hasil karya kerja nyata dari Anang Shobirin pada UD.

Matahari Mojokerto komponen dari sapu ijuk ialah :

1. Gagang Sapu yang terbuat dari kayu dwel yang dilapisi oleh plastik sebagai penghias gagang dengan ukuran rata – rata panjang gagang 100 cm dan diameter 3 cm. Kayu dwel sendiri adalah bagian batang atau cabang serta ranting tumbuhan yang mengeras karena mengalami lignifikasi (pengayuan).

2. Lakop Sapu yang terdiri dari bahan plastik sebagai rumah dan tempat menempel dari serat ijuk. Serat ijuk merupakan serabut berwarna hitam dan liat, Ijuk merupakan bahan alami yang dihasilkan oleh pangkal pelepah enau (arenga pinnata) yaitu sejenis tumbuhan bangsa palma.

Pohon aren menghasilkan ijuk pada 4-5 tahun terakhir. Serat ijuk yang memuaskan diperoleh dari pohon yang sudah tua, tetapi sebelum tandan (bakal) buah muncul (sekitar umur 4 tahun), karena saat tandan (bakal) buah muncul ijuk menjadi kecil-kecil dan jelek. Ijuk yang dihasilkan pohon aren mempunyai sifat fisik diantaranya : berupa helaian benang berwarna hitam, berdiameter kurang dari 0,5 mm, bersifat kaku dan ulet sehingga tidak mudah putus.

3. Penggantung (cup) yang terbuat dari plastik. Sedangkan bahan pembantu lainnya ialah paku dan kawat bendrat. Kawat bendrat adalah kawat yang memiliki diametern kecil namun bersifat liat. Biasanya digunakan untuk mengikat besi tulangan ke besi tulangan lainnya.

3.2.2 Jenis-jenis sapu

Sapu merupakan salah satu peralatan yang akrab dengan aktifitas rumah tangga sehari-hari. Dengan sapu kita bisa membersihkan bagian-bagian rumah sampai ke sudut yang sulit sekalipun. Memang dengan kemajuan teknologi sudah ada vacum cleaner, tapi sapu tetap menjadi pilihan favorit ibu rumah tangga, selain harganya relatif murah, penyimpanannya pun tidak memakan tempat.

(3)

Gambar 3.1 Sapu pada umumnya Sumber: dokumentasi sapu anak

Di pasaran ada beberapa macam jenis sapu yang dijual, dan tentunya masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda. Untuk lebih mengenal jenis sapu dan fungsi dari sapu tersebut:

1. Sapu Ijuk.

Sapu ijuk adalah sapu yang paling banyak digunakan masyarakat Indonesia. Selain mudah mendapatkannya, harganya pun relatif murah.

Dengan bahan baku ijuk, tentunya sapu ini lebih lentur dan mempunyai ketahanan yang lama/awet. Bahan baku ijuk sendiri didapat dari pohon aren. Fungsi dari sapu ijuk adalah sangat cocok digunakan untuk membersihkan lantai dalam rumah dan teras.

2. Sapu Lidi.

Sapu lidi terdiri dari dua macam, yaitu sapu lidi kasur dan sapu lidi halaman rumah. Yang membedakan keduanya adalah jenis lidi yang dipakai dan gagang pegangannya. Untuk sapu lidi kasur, lidanya halus dan gagang pegangannya pendek. Fungsi sapu lidi kasur adalah untuk menyapu material yang bersifat datar, seperti kasur. Sementara sapu lidi halaman rumah, memiliki lidi yang lebih tebal dan jumlah lidi yang lebih banyak dengan gagang pegangannya lebih panjang. Fungsi dari sapu lidi halaman rumah adalah digunakan untuk menyapu bagian luar ruangan yang materialnya bersifat kasar.

3. Sapu Plastik.

Sapu plastik terbuat dari ijuk sintetis. Fungsi dari sapu plastik adalah untuk membersihkan lantai, sebagai pengganti dari sapu ijuk, karena sapu plastik sangat mudah di dapat, selain itu sapu plastik juga sangat cocok untuk

(4)

membersihkan karpet. Kelebihan dari sapu plastik adalah sangat mudah dibersihkan dari kotoran yang melekat di sapu.

4. Sapu Jerami.

Sapu jerami saat ini sudah sangat sulit ditemukan dan jarang digunakan di Indonesia. Sapu ini terbuat dari jerami. Fungsi dari sapu jerami adalah untuk membersihakn material yang agak kasar, seperti lantai yang terbuat dari kayu.

3.3. Penelitian Terdahulu

Sritomo Wignjosoebroto,”Evaluasi Ergonomis Dalam Perancangan Produk”. Pada penelitian tersebut menyatakan bahwa evaluasi ergonomis dalam hal ini merupakan salah satu langkah pengujian agar sebuah rancangan produk pada saat dioperasikan tidak saja mampu memberikan fungsi-fungsi yang telah direncanakan, akan tetapi juga mampu memberikan keselamatan, kesehatan dan juga kenyamanan pada saat dioperasikan. Akhirnya, rancangan produk yang ergonomis itu jelas akan mampu pula meningkatkan nilai komersial dan daya saing produk. Chandra Suhadinata (2011),”Segi Perancangan inovasi sapu lantai dengan pendekatan ergonomi”, dalam penelitian tersebut Konsep perancangan dan pengembangan produk inovasi sapu lantai multifungsi tersebut mengacu pada konsep ergonomis, dimana adanya modifikasi gagang sapu yang bisa diperpanjang pendekkan sesuai dengan kebutuhan penggunanya dan lakop (kepala) sapu yang lebih lebar.

Pengguna sapu pada umumnya menggenggam bagian ujung, setengah, atau tiga per empat dari panjang sapu. Jika sapu yang digunakan lebih pendek daripada penggunanya, maka pengguna cenderung menyapu dengan posisi kerja membungkuk dan menggenggam ujung sapu. Sedangkan dalam ilmu ergonomi, posisi kerja yang benar ialah posisi tubuh tetap tegak agar kerangka tubuh dapat menopang tubuh dengan tepat. Reisky Billy (2017), “Perbaikan rancangan berdasarkan evaluasi keamanan produk pada kruk axilla beroda (Aji-Lukman)”, dalam penelitian tersebut mengevalusi produk krux beroda (Aji Lukman) Karena

(5)

dalam produk tersebut belum diketahui apakah terdapat kesalahan desain sehingga perlu adanya evaluasi keamanan produk.

Dalam penenlitian tersebut dilakukan pembobotan dengan menggunkan metode Simple Additive Weight guna mengetahui elemen rancangan yang memiliki potensi bahaya paling tinggi dan Morphologycal Analysis (MA) sebagai pengumpulan ide-ide dalam melakukan perbaikan serta software olah desain 3D untuk mempermudah pembuatan desain.

Evaluasi

Pengertian Evaluasi Evaluasi merupakan suatu prosedur ilmiah yang sistematis yang dilakukan untuk mengukur hasil program atau proyek (efektifitas suatu program) sesuai dengan tujuan yang direncanakan atau tidak, dengan cara mengumpulkan, menganalisis dan mengkaji pelaksaaan program yang dilakukan secara objektif. Kemudian merumuskan dan menentukan kebijakan dengan terlebih dahulu mempertimbangkan nilai-nilai positif dan keuntungan suatu program. 2.1.2. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Berdasarkan uraian Michael Scriven (dalam Arikunto, 2007: 222223) dan Tayipnapis (1989: 3) dapat disimpulkan bahwa penelitian evaluasi mempunyai dua fungsi yaitu 1) Fungsi formatif, untuk pengumpulan data pada kegiatan yang sedang berjalan dan digunakan untuk perbaikan, pengembangan, dan modifikasi program. 2) Fungsi sumatif yang dilaksanakan setelah program selesasi dilaksanakan. Digunakan untuk pertanggungjawaban program dan penentuan sejauh mana kemanfaatan program.

Penelitian evaluasi bertujuan untuk mengevaluasi komponen-komponen program dan program secara menyeluruh. 2.1.3. Prosedur Evaluasi prosedur penelitian evaluasi menurut Suharsimi Arikunto (2007: 299-230) adalah sebagai berikut:

1. Peneliti mengadakan pengkajian terhadap buku-buku, lapangan dan menggali informasi dari para pakar untuk memperoleh gambaran tentang masalah yang akan diteliti.

2. Peneliti merumuskan problematika penelitian dalm bentuk pertanyaan penelitian setelah terlebih dahulu mengkaji lagi sumber-sumber yang relevan untuk memperoleh ketajamn problematika.

(6)

3. Peneliti menyusun proposal penelitian dengan mencantumkan latar belakang masalah, alasan mengadakan penelitian, problematika, tujuan, hipotesis (disertai dengan dukungan teori dan penemuan penemuan penelitian), metodologi penelitian yang memuat subjek penelitian (populasi dan sampel dengan rincian besarnya sampel, teknik sampling dan siapa sampel penelitiannya), instrumen pengumpulan data dan teknik analisis data.

4. Peneliti mengatur perencanaan penelitian, menyusun instrumen, menyiapkan kancah penelitian dan melaksanakn uji coba instrumen. 2.3.

Perbaikan Desain (Redesign) Kata redesign diadopsi dari bahasa Inggris redesign yang terdiri dari dua unsur, yaitu re yang berarti mengulang/

kembali dan design yang berarti merencanakan/ membentuk.

Tabel 2.1 Rekapitulasi penelitian terdahulu tentang sapu Penelitian Terdahulu

Judul

Perancangan sapu anak (zeitlin, 2000 dalam rosmana, 2003).

Rumusan Masalah

Apakah produk sapu yang sudah ada sudah sesuai dan tepat untuk digunakan anak-anak

Bagaimana merancang sapu untuk anak-anak yang sesuai dengan postur dalam penggunaan dan dapat bekerja secara maksimal

Tujuan

Evaluasi desain sapu yang sudah ada dengan pengguna anak-anak Merancang sapu untuk anak-anak yang sesuai dengan posturnya Menciptakan sarana/ alat yang tepat untuk digunakan anak-anak mengedikasikan masalah kebersihan

Manfaat

Memberikan sebuah penemuan rancangan sapu yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran kebersihan yang tepat dan sesuai digunakan untuk anak-anak ditinjau dari aspek postur tubuh Mengetahui dan mengerti kekurangan atau kelemahan sapu yang sudah ada

Sumber: pengolahan data. 2020

Referensi