Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak Melalui Metode Macro Role Playing di TK Melati binaan PKK Kabupaten Gowa. Pada tahap ini peneliti menyusun rencana kegiatan harian yang akan dijadikan pedoman pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak melalui metode macro role playing. Jenis pekerjaan”, setelah peneliti membuat rencana kegiatan harian, ia membuat lembar observasi yang akan menjadi dasar untuk mengevaluasi apakah hasilnya meningkat atau tidak. meningkatkan kemampuan berbicara anak. serta menyiapkan alat peraga/media yang akan digunakan dalam bermain peran.
Kegiatan pertama adalah peran “dokter”. Sebelum kegiatan dilakukan, terlebih dahulu guru menata tempat duduk anak dan menyiapkan langkah-langkah yang harus dilakukan siswa dalam bermain peran, antara lain sebagai berikut: Bermain peran anak dengan menggunakan alat media dokter, dokter menggunakan stetoskop saat memeriksa pasien. Hasil observasi terhadap anak menunjukkan bahwa perkembangan keterampilan berbicara siswa yang diamati pada anak kelompok B di TK Melati binaan PKK melalui kegiatan bermain peran dokter pada pembelajaran siklus I dapat digambarkan sebagai berikut:
Hasil observasi anak pada pertemuan pertama menunjukkan bahwa kemampuan menggunakan dan menjawab pertanyaan apa, mengapa, dimana, bagaimana, bagaimana, dan lain-lain, dalam permainan peran dokter yang mendapat nilai bagus terdapat 9 anak yaitu. anak yang dapat menjawab pertanyaan tentang kegiatan bermain peran dokter tanpa bantuan guru, sedangkan yang mendapat skor √ pada kategori lulus 7 adalah anak-anak, yaitu anak yang hanya dapat menjawab pertanyaan tentang kegiatan bermain peran dokter, masih membutuhkan bantuan guru, dan yang mendapat nilai ○ pada anak kategori 4 terbawah, yaitu anak yang gagal menjawab pertanyaan tentang kegiatan role play dokter-dokter karena tidak memperhatikan kapan kegiatan itu berlangsung dan tidak tertarik untuk berpartisipasi terlibat dalam pembelajaran. Berbagai jenis pekerjaan.” Setelah peneliti menetapkan rencana kegiatan harian, peneliti kemudian menyiapkan lembar observasi yang akan digunakan sebagai dasar untuk menilai apakah keterampilan berbicara anak meningkat, serta menyiapkan alat peraga/media yang akan digunakan. digunakan dalam bermain peran. Kegiatan yang kedua adalah bermain peran. Sebelum melakukan kegiatan, guru terlebih dahulu menjelaskan kepada anak tentang kegiatan bermain peran yang akan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Pada kegiatan akhir ini guru menugaskan anak untuk menceritakan pengalaman/peristiwa dengan cara yang sederhana yaitu guru memilih satu persatu anak untuk menceritakan pengalamannya saat bermain peran.
Pengamatan / Observasi
Masuk ke kegiatan terakhir pertemuan kedua, anak-anak terlebih dahulu menyanyikan lagu poci kecil sambil mengikuti gerakan guru. Sesuai”, karena sebelum memulai kegiatan, guru memberikan pemahaman kepada siswa tentang tema role play yaitu pekerjaan yang berbeda-beda seperti koki. Hasil observasi anak menunjukkan bahwa perkembangan keterampilan berbicara siswa yang diamati pada anak kelompok B di TK Melati binaan PKK melalui kegiatan bermain peran dalam pembelajaran siklus II I, dapat digambarkan sebagai berikut:.
Hasil observasi anak pada pertemuan kedua menunjukkan bahwa kemampuan menceritakan pengalaman/peristiwa secara sederhana saat bermain peran, terdapat 13 anak yang mendapat nilai baik pada kategori juru masak yaitu anak yang tahu cara menceritakan pengalaman/. peristiwa dengan cara sederhana tanpa bantuan guru, dan yang mendapat skor √ dalam kategori cukup sebanyak 5 anak, yaitu anak yang hanya dapat menceritakan pengalaman/peristiwa sederhana.
Refleksi
Kegiatan yang dilakukan pada siklus II sama dengan kegiatan yang dilakukan pada siklus I yaitu peneliti dengan terlebih dahulu membuat rencana kegiatan harian (DAP) untuk mempersiapkan pelaksanaan role play pada siklus II pertemuan I dan 2 yaitu pada 26 April dan 29 April 2016 dengan tema yang sama yaitu “Pekerjaan” dan subtema. Setelah menyusun rencana kegiatan harian, guru menyiapkan media bermain peran untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak, dan peneliti kembali membuat lembar observasi untuk guru dan lembar observasi anak.
Pelaksanaan
Setelah menyusun rencana kegiatan harian, guru menyiapkan media yang berperan dalam meningkatkan keterampilan berbicara anak, dan peneliti kembali membuat lembar observasi untuk guru dan lembar observasi untuk anak. masuk ke kelas dengan tertib dan di dalam kelas anak-anak kembali menyapa dan membacakan doa sebelum belajar, doa kedua orang tua, doa keselamatan dunia dan akhirat serta membaca surat Al Fatihah, surat Al Falak dan surat-surat lainnya. ayat kursi . Kegiatan dasar dilakukan setelah kegiatan awal yang mengikutsertakan semua anak dalam kegiatan dasar ini. Dalam kegiatan esensial ini terdapat tiga kegiatan yaitu kegiatan pertama berperan sebagai “Guru dan Murid”. Sebelum kegiatan dilakukan, terlebih dahulu guru menjelaskan kepada anak langkah-langkah bermain peran sebagai berikut:
Sebelum kegiatan dimulai, guru terlebih dahulu memberikan peran kepada anak, ada yang berperan sebagai guru dan ada yang berperan sebagai siswa. Pada kegiatan istirahat, guru membimbing anak untuk membacakan ayat cuci tangan sebelum memanggil anak satu per satu untuk berbaris mencuci tangan. Pada kegiatan akhir ini guru mengadakan tanya jawab agar anak dapat menggunakan dan mampu menjawab pertanyaan what, why, where, how much, how, etc.
Yaitu, anak dapat menjawab pertanyaan tentang apa tujuan siswa yang bersekolah?, apa tugas guru?, mengapa siswa harus belajar di sekolah?, apa yang digunakan guru saat mengajar?, catat peneliti. selama kegiatan ini. Pada tahap observasi ini, guru mengecek, dengan menggunakan instrumen panduan observasi, tindakan yang telah dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemajuan yang telah dicapai atau kegiatan yang telah dicapai oleh siswa dan aktivitas guru dalam mengajar. a) Hasil observasi guru. Hasil observasi terhadap anak menunjukkan bahwa perkembangan keterampilan berbicara siswa yang diamati pada anak kelompok B di TK Melati yang dikelola oleh PKK melalui kegiatan bermain peran “Guru dan siswa” dalam pembelajaran di kelas. Siklus II, dapat digambarkan seperti di bawah ini:
Hasil observasi anak pada pertemuan pertama menunjukkan bahwa kemampuan menggunakan dan menjawab pertanyaan apa, mengapa, dimana, berapa, bagaimana, dll, pada kegiatan bermain peran “Guru dan siswa” yang mendapat nilai bagus pada pada kategori baik terdapat 15 anak yaitu anak yang dapat menjawab pertanyaan tentang kegiatan bermain peran “Guru dan siswa” tanpa bantuan guru, sedangkan yang mendapat nilai √ pada kategori cukup. ada 4 anak yaitu anak yang hanya bisa menjawab soal yang berkaitan dengan kegiatan bermain peran “Guru dan siswa” masih membutuhkan bantuan guru, dan yang mendapat nilai ○ pada kategori paling sedikit ada 1 anak yaitu anak yang belum bisa menjawab pertanyaan tentang kegiatan bermain peran "Guru dan siswa". Pada pertemuan kedua dengan topik “Pekerjaan” dan sub topik “Tempat Kerja”. Setelah peneliti menyusun rencana kegiatan harian, peneliti selanjutnya membuat lembar observasi yang akan digunakan sebagai dasar untuk menilai apakah kemampuan berbicara anak meningkat. serta penyiapan alat peraga/media yang akan digunakan selama bermain peran. Pertemuan 2 pembelajaran siklus II dilaksanakan pada hari Jumat, 29 April 2016, dengan peserta didik kelompok B1 sebanyak 20 orang.
Kegiatan awal yang dilakukan adalah mengantri anak di depan kelas, dimana pada kegiatan ini rutin dilakukan setiap hari sebelum anak masuk ke kelas, pada kegiatan berbaris anak-anak menyanyikan lagu “Berbaris, lonceng sedang berdering". Dalam kegiatan esensial ini terdapat tiga kegiatan yaitu kegiatan pertama adalah berperan sebagai “polisi”. Sebelum kegiatan dilakukan guru terlebih dahulu menjelaskan kepada anak langkah-langkah bermain peran sebagai berikut : Sebelum kegiatan dimulai guru terlebih dahulu membagikan peran kepada anak, ada yang berperan polisi, ada yang berperan ibu berbelanja dan beberapa berperan sebagai pencuri.
Pada kegiatan istirahat, guru membimbing anak untuk membacakan ayat cuci tangan sebelum memanggil anak satu per satu untuk berbaris mencuci tangan. Pada kegiatan akhir ini, guru meminta anak menceritakan pengalaman/kejadian sederhana tentang kegiatan role play “polisi” yang telah dilakukan.
Pengamatan/Observasi
Sebelum makan bersama, guru memberikan nasehat kepada anak saat makan, seperti: jangan berisik, jangan berlarian dan jaga kebersihan saat makan. Setelah selesai makan, guru kembali meminta anak-anak membersihkan meja dan membuang sampah ke tempat sampah. Selanjutnya anak bersiap untuk pulang dan membaca doa serta salam dan keluar kelas dengan tertib. dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemajuan atau kegiatan yang telah diwujudkan oleh siswa dan kegiatan guru dalam pendidikan.
Hasil observasi siklus II pertemuan II yang dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 29 April 2016 dengan jumlah siswa 20 orang adalah sebagai berikut. Pantas” karena guru membagi peran sesuai dengan keinginan siswa, ada yang berperan sebagai polisi, pencuri dan seorang ibu. Hasil observasi anak menunjukkan bahwa perkembangan keterampilan berbicara siswa terpantau pada anak kelompok B TK Melati binaan PKK melalui kegiatan bermain peran “Polisi”.
Hasil observasi anak pada pertemuan kedua menunjukkan bahwa kemampuan berbicara dengan indikator menceritakan pengalaman/peristiwa secara sederhana dalam permainan peran guru dan siswa yang memperoleh nilai baik sebanyak 17 anak yaitu anak yang dapat menceritakan pengalaman/peristiwa sederhana tanpa bantuan guru, sedangkan yang mendapat skor √ kategori cukup ada 3 anak yaitu anak yang menceritakan pengalaman/peristiwa secara sederhana. Dari hasil penelitian siklus kedua pada pertemuan kedua dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara anak mengalami perubahan menjadi lebih baik, karena hampir semua anak mengalami peningkatan. Dengan meningkatnya kemampuan berbicara anak, melalui metode bermain peran makro kemampuan berbicara anak di TK Melati didukung oleh PKK Kabupaten Gowa, sehingga penelitian ini dihentikan disini karena tercapai peningkatan kemampuan berbicara anak.
PEMBAHASAN
Role-playing atau bermain peran adalah kegiatan memainkan sesuatu di luar peran seseorang sehingga anak memiliki pemahaman dan gambaran yang akurat tentang sejarah masa lalu, kemungkinan peristiwa masa depan, dan peristiwa panas yang memiliki makna penting di masa sekarang atau situasi yang diciptakan. kapan saja dan di mana saja Sujiono dkk Penggunaan metode bermain peran dalam meningkatkan keterampilan berbicara anak pada pelaksanaan siklus tindakan di kelas I dan II terbukti dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak Data berupa data kualitatif diperoleh dari format observasi setiap kegiatan bermain makro dengan peran yang diberikan selama proses belajar mengajar berlangsung yang merupakan implementasi tindakan kelas dalam meningkatkan keterampilan berbicara anak melalui metode bermain peran makro.
Dalam peningkatan keterampilan berbicara anak di TK Melati binaan PKK Kabupaten Gowa pada siklus II menunjukkan peningkatan yang sangat baik dibandingkan dengan pelaksanaan siklus I dan tahap pra pembelajaran. Pada Siklus I rata-rata kegiatan mengajar guru tidak sesuai dengan langkah-langkah bermain peran, sedangkan kegiatan belajar anak dikategorikan “minor”.