• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - Smart Library UMRI

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - Smart Library UMRI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

25

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Rendemen Arang Aktif Kulit Durian

Rendemen arang aktif dinyatakan dalam %. Hasil penentuan rendemen dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1. Data Hasil Penentuan Rendemen Arang Aktif Kulit Durian Bobot Kering

Kulit Durian (gr)

Bobot Arang yang telah diayak

(gr)

Bobot Arang yang telah diaktivasi (gr)

Rendemen (%)

2.000,00 100,0112 72,8518 72,85

4.1.2. Penentuan Massa Optimum Adsorben Terhadap Sampel Limbah Cair Laundry

Berdasarkan analisis massa optimum adsorben terhadap sampel limbah laundry, didapat hasil analisis berbeda pada setiap massa nya. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Hasil analisis Massa Optimum Adsorben

Parameter Massa Adsorben Batas

Keberterimaan

1 gram 2 gram 3 gram

COD (mg/L) 208,8 188,0 144,6 180 mg/L

BOD (mg/L) 32,47 29,38 28,06 75 mg/L

Surfaktan

(mg/L) 10,14 6,92 5,50 3 mg/L

4.1.3. Penentuan Waktu Kontak Adsorben Terhadap Sampel Limbah Cair Laundry

Berdasarkan analisis waktu kontak adsorben terhadap sampel limbah laundry, didapat hasil analisis berbeda pada setiap waktu kontak nya. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.3.

(2)

Tabel 4.3. Hasil Analisis Waktu Kontak Adsorben

Parameter Waktu Kontak Batas

Keberterimaan 12 Jam 24 Jam 36 Jam

COD (mg/L) 152 144,6 122,6 180 mg/L

BOD (mg/L) 30,87 28,06 19,76 75 mg/L

Surfaktan (mg/L)

8,61 5,50 4,70 3 mg/L

4.2. Analisis Pengujian

4.2.1. Chemical Oxygen Demand (SNI 6989.73:2009)

Berdasarkan analisis COD, maka didapat hasil analisis massa adsorben dan waktu kontak. Hasil analisis massa adsorben dapat dilihat pada tabel 4.4.

Hasil analisis waktu kontak dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.4. Hasil Analisis COD Massa Adsorben Optimum Sebelum

Perlakuan

Setelah Perlakuan

Batas Keberterimaan Massa

Adsorben

Hasil Analisa

% Removal

226,5 mg/L

1 gram 208,8 mg/L 7,9%

180 mg/L

2 gram 188,0 mg/L 17%

3 gram 144,6 mg/L 37%

Tabel 4.5.Hasil Analisis COD Waktu Kontak Adsorben dengan Massa Optimum Sebelum

Perlakuan

Setelah Perlakuan

Batas Keberterimaan Waktu

Kontak

Hasil Analisa

% Removal

226,5 mg/L

12 jam 152 mg/L 32,9%

180 mg/L 24 jam 144,6 mg/L 36,2%

36 jam 122,6 mg/L 45,9%

(3)

4.2.2. Biological Oxygen Demand (SNI 6989.72:2009)

Berdasarkan analisis BOD, maka didapat hasil analisis massa adsorben dan waktu kontak. Hasil analisis massa adsorben dapat dilihat pada tabel 4.6.

Hasil analisis waktu kontak dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.6. Hasil Analisis BOD Massa Adsorben Optimum Sebelum

Perlakuan

Setelah Perlakuan

Batas Keberterimaan Massa

Adsorben

Hasil Analisa

% Removal

102,5 mg/L

1 gram 32,47 mg/L 68,4%

75 mg/L 2 gram 29,38 mg/L 71,4%

3 gram 28,06 mg/L 72,7%

Tabel 4.7. Hasil Analisis BOD Waktu Kontak Adsorben Dengan Massa Optimum Sebelum

Perlakuan

Setelah Perlakuan

Batas Keberterimaan Waktu

Kontak

Hasil

Analisa % Removal

102,5 mg/L

12 jam 30,87 mg/L 69,9%

75 mg/L 24 jam 28,06 mg/L 72,7%

36 jam 19,76 mg/L 80,8%

4.2.3. Surfaktan (SNI 06-6989.51-2005)

Berdasarkan analisis Surfaktan, maka didapat hasil analisis massa adsorben dan waktu kontak. Hasil analisis massa adsorben dapat dilihat pada tabel 4.8. Hasil analisis waktu kontak dapat dilihat pada Tabel 4.9.

(4)

Tabel 4.8. Hasil Analisis Surfaktan Massa Adsorben Optimum Sebelum

Perlakuan

Setelah Perlakuan

Batas Keberterimaan Massa

Adsorben

Hasil

Analisa % Removal

188,0 mg/L

1 gram 10,14 mg/L 94,7%

3 mg/L

2 gram 6,92 mg/L 96,4%

3 gram 5,50 mg/L 97,1%

Tabel 4.9. Hasil Analisis Surfaktan Waktu Kontak Adsorben Dengan Massa Optimum

Sebelum Perlakuan

Setelah Perlakuan

Batas Keberterimaan Waktu

Kontak

Hasil

Analisa % Removal

188,0 mg/L

12 jam 8,61 mg/L 95,5%

3 mg/L

24 jam 5,50 mg/L 97,1%

36 jam 4,70 mg/L 97,5%

4.2.4. Hasil Karakterisasi Spektroskopi FTIR

Berdasarkan analisis spektrum inframerah dari adsorben kulit durian, pengujian FTIR dilakukan untuk melihat senyawa organik pada adsorben kulit durian. Hasil pengujian adsorben kulit durian sebelum dan sesudah diaktivasi menggunakan aktivator HCl 1 N dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10. Hasil FTIR Adsorben Kulit Durian

Gugus Fungsi

Standar (cm-1) (Dachriyanus,

2004) Sebelum Aktivasi Setelah Aktivasi

O-H 3750-3000 3613,79 3634,05

C-H 3000-2700 2889,24 2870,20

C≡C 2400-2100 2331,07 2276,10

(5)

C=O 1900-1650 1688,75 1710,93

C=C 1675-1500 1540,23 1591,34

4.3. Pembahasan

4.3.1.Rendemen Kulit Durian

Kulit durian yang telah diambil kemudian dibersihkan menggunakan air mengalir dengan tujuan agar kulit durian bersih dengan sempurna dari sisa-sisa buah durian dan kotoran lainnya. Kulit durian yang telah bersih kemudian dikeringkan menggunakan oven hingga kulit durian kering sempurna dan tidak mengandung air. Kulit durian yang telah kering mengalami perubahan bentuk fisik yaitu seperti sedikit berkerut, dikarenakan pengeringan pada kulit durian tersebut. Kulit durian yang telah kering kemudian dipotong ukuran kecil dengan tujuan untuk mempermudah dalam proses karbonisasi saat dimasukkan ke dalam cawan krusibel.

Proses karbonisasi menggunakan furnace sebagai alat media pengarangan dengan suhu 4000C selama 15 menit. Kulit durian yang telah dipotong kecil dengan tujuan untuk memudahkan pada saat dimasukkan ke dalam cawan krusibel yang berukuran 50 ml. Proses karbonisasi merupakan suatu proses pembakaran yang akan mengubah suatu material menjadi karbon. Menurut Fessenden (1982), pembakaran adalah reaksi cepat suatu senyawa dengan senyawa oksigen yang disertai dengan pembebasan kalor (panas) dan cahaya. Kemudian kulit durian dimasukkan hingga padat ke dalam cawan krusibel ukuran 50 ml, lalu dimasukkan ke dalam furnace untuk dilakukan pengarangan. Proses pengarangan selama 15 menit, bentuk fisik kulit durian sebelum diarangkan hingga selesai pengarangan adalah tetap sama (tidak hancur). Kemudian setelah didapatkan arang dari proses karbonisasi, arang tersebut digerus menggunakan mortar dengan tujuan memperkecil ukuran arang untuk mempermudah pada proses pengayakan. Setelah arang digerus, kemudian arang diayak menggunakan ayakan 200 mesh.

Pada penelitian ini, arang yang diinginkan untuk diaktivasi adalah sebanyak 100 gr. Karbonisasi dilakukan sebanyak kurang lebih 6 kali pengarangan. Proses aktivasi kulit durian dilakukan dengan perendaman adsorben kulit durian menggunakan aktivator HCl 1 N selama 24 jam. Proses aktivasi

(6)

bertujuan untuk menambah atau mengembangkan volume pori dan memperbesar diameter pori yang telah terbentuk pada proses karbonisasi serta untuk membuat beberapa pori baru (Adinata, 2013). Massa arang aktif sebelum aktivasi lebih besar dari pada sesudah aktivasi karena dalam proses aktivasi kotoran-kotoran yang menutupi pori-pori karbon ikut terlepas seiring pertumbuhan suhu aktivasi.

Menurut Wardhalia (2016) proses aktivasi menyebabkan luas permukaan karbon menjadi lebih besar karena hidrokarbon yang menyumbat pori-pori terbebaskan, sedangkan ukuran pori arang yang merupakan tempat menyerap adsorbat. Selama proses aktivasi, arang dibakar pada suasana oksidasi yang akan menambah jumlah atau volume pori dan luas permukaan arang. Gugus fungsi ini menyebabkan permukaan arang aktif menjadi reaktif secara kimiawi dan mempengaruhi sifat adsorpsinya.

Oksidasi pada arang aktif akan menghasilkan gugus hidroksil, karbonil, dan karboksilat yang memberikan sifat amfoter pada arang sehingga arang aktif dapat bersifat sebagai asam maupun basa. Arang aktif kulit durian sebelum di aktivasi menghasilkan berat arang 100,0112 gr. Arang aktif setelah aktivasi dengan aktivator HCl 1 N menghasilkan berat arang 72,8518 gr dengan rendemen 72,85%. Penetapan rendemen arang aktif kulit durian bertujuan untuk mengetahui jumlah arang aktif yang dihasilkan setelah melalui proses karbonisasi dan aktivasi.

4.3.2. Penentuan Massa Optimum Adsorben Terhadap Sampel Limbah Cair Laundry

Hasil analisis penentuan massa optimum adsorben terhadap sampel terdapat 3 variasi massa adsorben yaitu 1gr; 2gr; dan 3gr. Ketiga variasi massa ini direndam dengan sampel limbah cair laundry sebanyak 50 ml pada beaker glass yang berbeda-beda. Ketiga beaker glass tersebut ditutup menggunakan aluminium foil agar tidak ada kotoran atau bahan-bahan lain yang masuk ke dalam campuan sampel dengan adsorben tersebut. Adsorben dan sampel limbah laundry direndam selama 24 jam. Setelah dilakukan perendaman selama 24 jam, kemudian adsorben disaring menggunakan kertas saring whatman dengan ukuran 42 mm hingga

(7)

filtratnya benar-benar tersaring semua. Kemudian setelah disaring, filtrat nya diambil untuk dianalisa sesuai parameter yang diinginkan.

Hasil analisis yaitu COD, BOD dan surfaktan, didapat hasil analisis yang berbeda disetiap massa adsorbennya. Dimana pada analisa COD didapat hasil analisis pada massa adsorben 1 gr yaitu 208,8 mg/L, pada massa adsorben 2 gr didapatkan hasil 188,0 mg/l dan pada massa adsorben 3 gr didapat hasil 144,6 mg/L. Pada hasil analisis BOD didapat hasil analisis pada massa adsorben 1 gr yaitu 32,47 mg/L, pada massa adsorben 2 gr didapatkan hasil 29,38 mg/L dan pada massa adsorben 3 gr didapat hasil 28,06 mg/L. Kemudian pada hasil analisis Surfaktan juga didapat hasil analisis yang berbeda di setiap massa adsorbennya, dimana pada massa adsorben 1 gr didapat hasil 10,14 mg/L, pada massa adsorben 2 gr didapat hasil 6,92 mg/L, dan pada massa adsorben 3 gr didapat hasil 5,50 mg/L. Dari hasil analisis setiap parameter tersebut dapat dilihat bahwa massa optimum adsorben disetiap parameternya yaitu pada massa adsorben 3 gr. Dimana pada massa adsorben 3 gr tersebut, adsorben dapat mengurangi kadar organik yang terdapat pada limbah laundry lebih baik. Penelitian Wijayanti (2009) menggunakan adsorben arang aktif dari kulit durian menyatakan bahwa pada saat adanya peningkatan massa arang aktif, maka ada peningkatan persentase penyerapan terhadap logam Cr yang diserap.

4.3.3. Penentuan Waktu Kontak Adsorben Terhadap Sampel Limbah Cair Laundry

Hasil analisis penentuan waktu kontak adsorben terhadap sampel terdapat 3 variasi waktu kontak yaitu 12 jam; 24 jam; dan 36 jam. Ketiga variasi waktu kontak ini dilakukan dengan perendaman adsorben sampel limbah cair laundry sebanyak 50 ml pada beaker glass yang berbeda-beda. Ketiga beaker glass tersebut ditutup menggunakan aluminium foil agar tidak ada kotoran atau bahan- bahan lain yang masuk ke dalam campuan sampel dengan adsorben tersebut.

Adsorben dan sampel limbah laundry direndam dengan massa optimum adsorben yaitu 3 gram pada masing-masing waktu kontak. Setelah dilakukan perendaman, kemudian adsorben disaring menggunakan kertas saring hingga filtratnya benar-

(8)

benar tersaring semua. Kemudian setelah disaring, filtrat nya diambil untuk dianalisa sesuai parameter yang diinginkan.

Hasil analisis yaitu COD, BOD dan surfaktan, didapat hasil analisis yang berbeda disetiap massa adsorbennya. Dimana pada analisa COD didapat hasil analisis pada waktu kontak 12 jam yaitu 152 mg/L, pada waktu kontak 24 jam didapat hasil 144,6 mg/L, dan pada waktu kontak 36 jam didapat hasil 122,6 mg/L. Pada hasil analisis BOD didapat hasil analisis pada waktu kontak 12 jam yaitu 30,87 mg/L, pada waktu kontak 24 jam didapatkan hasil 28,06 mg/L dan pada waktu kontak 36 jam didapat hasil 19,76 mg/L. Kemudian pada hasil analisis Surfaktan juga didapat hasil analisis yang berbeda di setiap waktu kontaknya, dimana pada waktu kontak 12 jam didapat hasil 8,61 mg/L, pada waktu kontak 24 jam didapat hasil 5,50 mg/L, dan pada waktu kontak 36 jam didapat hasil 4,70 mg/L. Dari hasil analisis setiap parameter tersebut dapat dilihat bahwa waktu kontak yang efisien disetiap parameternya yaitu pada waktu kontak 36 jam.

Dimana pada waktu kontak 36 jam tersebut, adsorben dapat mengurangi kadar organik yang terdapat pada limbah laundry lebih maksimal dan dalam waktu yang cukup lama. Menurut penelitian Sulistyawati (2008) menggunakan adsorben arang aktif dari kulit durian yang mendapatkan waktu kontak terbaik yaitu pada waktu 24 jam bahwasannya semakin lama waktu kontak maka semakin banyak kesempatan partikel arang aktif untuk mengikat di dalam pori-pori arang aktif.

4.4. Analisis Pengujian

4.4.1. Chemical Oxygen Demand (SNI 6989.73:2009)

Hasil analisis COD pada sampel limbah laundry didapatkan hasil massa adsorben optimum dan waktu kontak adsorben. Dimana pada analisis massa adsorben didapatkan hasil berbeda dari setiap variasi massa adsorben. Massa optimum adsorben didapatkan pada massa adsorben 3 gram yaitu 144,6 mg/L.

Menurut Irwandi et al, 2015, dimana pada massa adsorben 3 gram tersebut terjadi kenaikan efisiensi penyerapan dari pada massa adsorben yang lainnya yaitu 1 gram dan 2 gram, hal ini dikarenakan massa adsorben dapat mempengaruhi penyerapan adsorben. Hal ini dapat dilihat dari seberapa besar adsorben dapat mengurangi kadar pada sampel. Pada massa adsorben optimum yaitu 3 gr, kinerja

(9)

adsorben untuk mengurangi kadar pada sampel berkisar 37%. Hal ini dapat dilihat dari persen removal yang ada pada tabel 4.4.

Kemudian pada analisis waktu kontak didapatkan pula waktu kontak adsorben yang terbaik yaitu pada waktu kontak 36 jam dengan hasil analisis 122,6 mg/L. Dimana pada waktu kontak tersebut, adsorben menyerap dengan maksimal dari waktu kontak lainnya yaitu 12 jam dan 24 jam. Menurut Refilda (2001), semakin lama waktu kontak antara arang aktif dengan sampel, maka akan meningkatkan daya serap arang aktif terhadap sampel. Pada waktu kontak, kinerja adsorben untuk mengurangi kadar pada sampel berkisar 45,9%. Hal ini dapat dilihat dari persen removal yang ada pada tabel 4.5. Hasil analisis COD massa adsorben optimum dapat dilihat pada Grafik 5.1. Hasil analisis COD pada waktu kontak adsorben dapat dilihat pada Grafik 5.2.

Gambar 5.1. Hasil Analisis COD Massa Optimum Adsorben

Hasil analisis COD massa adsorben optimum dapat dilihat bahwasannya pada massa adsorben 3 gram garis grafiknya menurun, hal ini dikarenakan pada massa adsorben 3 gram tersebut adsorben dalam menyerap zat organik secara efisien. Hasil analisis COD massa adsorben optimum didapat yaitu 144,6 mg/L.

Hasil analisis yang didapat sesuai dengan batas keberterimaan sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang baku mutu air limbah, dimana nilai ambang batas COD untuk limbah

0 50 100 150 200 250

0gr 1gr 2gr 3gr

konsentrasi

massa adsorben

Hubungan Antara Massa Adsorben dengan Konsentrasi

COD

(10)

laundry yaitu 180 mg/L. Hal ini karena kadar organik yang terdapat pada limbah laundry tersebut terserap oleh adsorben secara maksimal hingga nilai COD yang didapat sesuai dengan batas keberterimaan yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang baku mutu air limbah.

Gambar 5.2. Hasil Analisis Waktu Kontak Adsorben

Hasil analisis COD pada waktu kontak dapat dilihat bahwasannya pada waktu kontak 36 jam garis grafiknya menurun, hal ini dikarenakan pada waktu kontak 36 jam tersebut adsorben dalam menyerap zat organik secara efisien. Hasil analisis COD waktu kontak adsorben didapat yaitu 122,6 mg/L. Hasil analisis yang didapat sesuai dengan batas keberterimaan sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang baku mutu air limbah, dimana nilai ambang batas COD untuk limbah laundry yaitu 180 mg/L. Hal ini karena kadar organik yang terdapat pada limbah laundry tersebut terserap oleh adsorben secara maksimal hingga nilai COD yang didapat sesuai dengan batas keberterimaan yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang baku mutu air limbah.

Adsorben mampu mengadsorpsi kadar organik seperti logam berat pada limbah karena sisi aktif pada arang aktif masih efektif mengikat kadar organik

0 50 100 150 200 250

0 jam 12 jam 24 jam 36 jam

Konsentrasi

Waktu Kontak

Hubungan Antara Waktu Kontak dengan Konsentrasi

COD

(11)

pada limbah. Hal ini akan terus berlanjut hingga mencapai kondisi jenuh atau waktu optimum, dimana adsorben telah dipenuhi oleh kadar organik pada limbah tersebut. Adsorben mengalami desorpsi yaitu melepaskan kembali kadar organik seperti logam berat yang telah diadsorpsi karena adsorben mengalami kejenuhan sehingga tidak mampu mengadsorpsi kadar organik lebih banyak lagi akibat seluruh gugus aktif telah terikat dengan kadar organik pada limbah tersebut (Marlinawati, 2015).

4.4.2. Biological Oxygen Demand (SNI 6989.72:2009)

Hasil analisis Biological Oxygen Demand (BOD) pada sampel limbah laundry didapatkan hasil massa adsorben optimum dan waktu kontak adsorben.

Dimana pada analisis massa adsorben didapatkan hasil berbeda dari setiap variasi massa adsorben. Massa optimum adsorben didapatkan pada massa adsorben 3 gram yaitu 28,06 mg/L. Dimana semakin besar massa adsorben maka akan terjadi peningkatan jumlah penyerapan adsorben terhadap sampel (Nor, 2014) dari pada massa adsorben yang lainnya yaitu 1 gram dan 2 gram. Kemudian pada analisis waktu kontak didapatkan pula waktu kontak adsorben yaitu pada waktu kontak 36 jam dengan hasil analisis 19,76 mg/L. Dimana pada waktu kontak tersebut, adsorben menyerap dengan maksimal dari waktu kontak lainnya yaitu 12 jam dan 24 jam. Menurut Bernasconi et al (1995), waktu kontak yang lebih lama memungkinkan proses difusi dan penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih baik. Semakin lama waktu kontak antara sampel dan adsorben memungkinkan terjadinya peningkatan penyerapan (Nor et al, 2014). Dapat dilihat dari seberapa besar adsorben dalam mengurangi kadar pada sampel. Pada massa adsorben optimum yaitu 3 gr, kinerja adsorben untuk mengurangi kadar pada sampel berkisar 72,7%. Hal ini dapat dilihat dari persen removal yang ada pada tabel 4.6.

Sedangkan pada waktu kontak yaitu 36 jam, kinerja adsorben dalam mengurangi kadar sampel berkisar 80,8%, Hal ini dapat dilihat dari persen removal yang ada pada tabel 4.7. Hasil analisis BOD massa adsorben optimum dapat dilihat pada Grafik 5.3. Hasil analisis BOD pada waktu kontak adsorben dapat dilihat pada Grafik 5.4.

(12)

Gambar 5.3. Hasil Analisis BOD Massa Adsorben Optimum

Hasil analisis BOD massa adsorben optimum dapat dilihat bahwasannya pada massa adsorben 3 gram garis grafiknya menurun, hal ini dikarenakan pada massa adsorben 3 gram tersebut adsorben dalam menyerap zat organik secara efisien. Hasil analisis BOD massa adsorben optimum didapat yaitu 28,06 mg/L.

Hasil analisis yang didapat sesuai dengan batas keberterimaan sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang baku mutu air limbah, dimana nilai ambang batas BOD untuk limbah laundry yaitu 75 mg/L. Hal ini karena kadar organik yang terdapat pada limbah laundry tersebut terserap oleh adsorben secara maksimal hingga nilai BOD yang didapat sesuai dengan batas keberterimaan yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang baku mutu air limbah.

0 20 40 60 80 100 120

0 gr 1 gr 2 gr 3 gr

konsentrasi

massa adsorben

Hubungan Antara Massa Adsorben dengan Konsentrasi

BOD

(13)

Gambar 5.4. Hasil Analisis BOD Waktu Kontak Adsorben

Hasil analisis BOD pada waktu kontak dapat dilihat bahwasannya pada waktu kontak 36 jam garis grafiknya menurun. Hal ini dikarenakan pada waktu kontak 36 jam tersebut adsorben dalam menyerap zat organik secara efisien. Hasil analisis BOD waktu kontak adsorben didapat yaitu 19,76 mg/L. Hasil analisis yang didapat sesuai dengan batas keberterimaan sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang baku mutu air limbah, dimana nilai ambang batas BOD untuk limbah laundry yaitu 75 mg/L.

Hal ini karena kadar organik yang terdapat pada limbah laundry tersebut terserap oleh adsorben secara maksimal hingga nilai BOD yang didapat sesuai dengan batas keberterimaan yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang baku mutu air limbah.

4.4.3. Surfaktan (SNI 06-6989.51-2005)

Hasil analisis Surfaktan pada sampel limbah laundry didapatkan hasil massa adsorben optimum dan waktu kontak adsorben. Prinsip dari metode MBAS ini adalah surfaktan anionik akan berikatan dengan metilen biru membentuk senyawa kompleks berwarna biru yang larut dalam fase kloroform. Setelah diekstraksi, intensitas warna biru yang terbentuk diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 652 nm sesuai dengan panjang gelombang pada pembuatan kurva kalibrasi. Hasil pengukuran massa adsorben

0 20 40 60 80 100 120

0 jam 12 jam 24 jam 36 jam

konsentrasi

waktu kontak

Hubungan Antara Waktu Kontak dengan Konsentrasi

BOD

(14)

optimum menunjukkan nilai absorbansi sebesar 1,0136, kemudian pada analisa waktu kontak menunjukkan nilai absorbansi sebesar 0,6920.

Berdasarkan penelitian analisis Surfaktan pada massa adsorben optimum yang dilakukan didapat hasil yaitu 5,50 mg/L, sedangkan penelitian analisis Surfaktan pada waktu kontak didapat hasil yaitu 4,70 mg/L. Hasil analisis yang didapat tidak sesuai dengan batas keberterimaan sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang baku mutu air limbah, dimana nilai ambang batas Surfaktan untuk limbah laundry yaitu 3 mg/L. Kadar surfaktan berasal dari deterjen yang digunakan, hal ini dikarenakan surfaktan merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam kegiatan laundry karena biaya pembuatannya yang mudah dan murah. Surfaktan anionik yang umum digunakan adalah Alkyl Benzene Sulfonates (ABS) dan Linear Alkyl Benzene Sulfonates (LAS) (Yunarsih, 2013). Dimana struktur Linear Alkyl Benzene Sulfonates (LAS) dan Alkyl Benzene Sulfonates (ABS) dapat dilihat pada Gambar 5.5.

(a) (b)

Gambar 5.5. (a) Struktur Linear Alkyl Benzene Sulfonates, (b) Struktur Alkyl Benzene Sulfonates (ABS) (Apriyani, 2017)

4.4.4. Hasil Karakterisasi Spektroskopi FTIR

Berdasarkan analisis spektrum inframerah dari adsorben kulit durian, pengujian FTIR dilakukan untuk melihat senyawa organik yang ada pada adsorben. Hasil pengujian adsorben kulit durian sebelum dan sesudah diaktivasi

(15)

menggunakan aktivator HCl 1N mendapatkan hasil yang berbeda. Hasil karakterisasi adsorben sebelum aktivasi dapat dilihat pada Gambar 5.6. Hasil karakterisasi adsorben yang telah diaktivasi dapat dilihat pada Gambar 5.7.

Gambar 5.6. Hasil Karakterisasi Adsorben Sebelum Di Aktivasi

Gambar 5.7. Hasil Karakterisasi Adsorben Setelah Di Aktivasi

Pengujian FTIR dilakukan untuk melihat dan mendeteksi gugus-gugus fungsi senyawa organik pada sampel. Hasil pengujian FTIR sampel arang aktif kulit durian sebelum diaktivasi dapat dilihat pada Gambar 5.5. Dari gambar 5.5

450 750 900 1200 1500 1800 2100 2400 2700 3000 3300 3600 3900 4200 4500

1/cm 20

25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100

%T

3613,79 3072,74 2941,57 2869,24 2603,05 2331,07 1688,75 1540,23 1272,11 1219,06 1107,19 1044,50 1010,74 881,51

ARANG KULIT DURIAN 2

450 750 900 1200 1500 1800 2100 2400 2700 3000 3300 3600 3900 4200 4500

1/cm -0

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100

%T

3634,05 2957,97 2932,89 2870,20 2606,91 2523,00 2313,71 2276,10 1710,93 1591,34 1375,30 1212,31 1082,11 1065,72 1036,78 969,27 772,52

ADSORBEN KULIT DURIAN

(16)

dapat dilihat bahwa spektrum FTIR arang aktif dari kulit durian yang belum diaktivasi menunjukan adanya vibrasi gugus fungsi O-H, C-H, C≡C, C=O, dan C=C. Terbentuknya gugus fungsi akan meningkatkan sifat reaktif dari arang aktif (Tanasale et al, 2012). Hasil analisis FTIR dari adsorben sebelum diaktivasi terdapat serapan bilangan gelombang 3613,79 cm-1 yang diduga adanya vibrasi gugus O-H. Serapan pada bilangan gelombang 2941,57 cm-1 diduga adanya vibrasi gugus fungsi C-H. Serapan pada bilangan gelombang 2331,07 cm-1 diduga adanya vibrasi gugus C≡C. Serapan pada bilangan gelombang 1688,75 cm-1 diduga adanya vibrasi gugus C=O. Kemudian pada bilangan gelombang 1540,23 cm-1 diduga adanya vibrasi gugus fungsi C=C. Hasil dari pembacaan FTIR ini menunjukkan bahwa arang kulit durian mengandung gugus fungsi O-H, C-H, C≡C, dan C=C.

Hasil pengujian FTIR pada adsorben arang aktif setelah diaktivasi menggunakan aktivator HCl 1 N terdapat bilangan gelombang 3634,05 cm-1 diduga adanya vibrasi gugus fungsi O-H. Serapan pada bilangan gelombang 2870,20 cm-1 diduga adanya vibrasi gugus fungsi C-H. Serapan pada bilangan gelombang 2276,10 cm-1 diduga adanya vibrasi gugus fungsi C≡C. Serapan pada bilangan gelombang 1710,93 cm-1 diduga adanya vibrasi gugus fungsi C=O.

Kemudian serapan pada bilangan gelombang 1591,34 cm-1 diduga adanya vibrasi gugus fungsi C=C. Hasil dari pembacaan FTIR ini menunjukkan bahwa arang kulit durian mengandung gugus fungsi O-H, C-H, C≡C, C=O, dan C=C.

Hasil pembacaan gugus fungsi menggunakan uji FTIR sebelum dan sesudah diaktivasi dengan aktivator yaitu tidak ada terjadi penambahan dan pengurangan gugus fungsi. Penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2019) menggunakan adsorben arang aktif dari kulit durian dengan menggunakan aktivator HCl 0,1 N juga terdapat gugus fungsi O-H, C-H, C≡C, C=O, dan C=C.

Hubungannya dengan penelitian yang dilakukan adalah mendapatkan gugus fungsi yang sama pada uji FTIR. Penelitian yang dilakukan oleh Safii (2013) menggunakan arang aktif sekam padi dengan menggunakan aktivator HCl terdapat gugus fungsi O-H, C=C, dan C=O.

Referensi

Dokumen terkait

The findings shown in the table above indicated that the cognitive Level of Revised Bloom’s Taxonomy applied through reading questions in English Textbook for tenth graders in SMK