• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN MASALAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN MASALAH"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

28

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN MASALAH

A. DESKRIPSI DATA

Kapal KM. SABUK NUSANTARA 56 dibuat di Madura pada tahun 2014, dengan menggunakan dua set mesin diesel type YANMAR, 6 AYM- WET, 4 Tak kerja tunggal 2 x 800 HP pada putaran 1900 RPM dan 2 buah mesin bantu type PERKINS, 6 TG 2 AM, 2 x 124 HP

Berikut akan diuraikan mengenai kapal tempat penulis mengadakan penelitian:

Gambar 4.1 Kapal KM. Sabuk Nusantara 56

Nama Kapal : KM. SABUK NUSANTARA 56

D W T : 750 Tonnage

L O A : 58,50 Meter

Date Of Launched : 2014 Date Of Keel Laid : 2014

Nama Pemilik : Kementrian Perhubungan Dirjen Perhubungan

(2)

Call Sign : YBDE2

IMO Number : 9792553

Port Of Registry : SURABAYA

Bendera : INDONESIA

Selain data-data kapal diatas, penulis juga akan menambahkan daftar awak kapal (Crew List) yang berjumlah 20 (dua puluh) orang termasuk Nakhoda. Awak kapal tersebut terdiri dari 4 (empat) orang Officer, 5 (lima) orang Engineer, 1 (satu) orang Boatswain dan 1 (satu) Kelasi, 3 (Tiga) orang jurumudi, 3 (Tiga) orang oiler, 1 (satu) orang Koki (Chief Cook), 1 (satu) Pelayan.

Table 4.1 Crew List Kapal KM. Sabuk Nusantara 56

No NAME RANGE NATIONALITY

1 AGUSTINUS TODING Master Indonesia

2 TEDDY EDUARD.M Chief Officer Indonesia

3 DEBI YULANDARI.P Second Officer Indonesia 4 RENDY FABELA JAYA Third Officer Indonesia

5 HADI WIJOYONO PUK Indonesia

6 SUGENG Chief Engineer Indonesia

7 YULI KRISTANTO Second Engineer Indonesia

8 ZULFIKRI RACHMANSYAH Third Engineer Indonesia

(3)

9 HENDRIK ARDIANSYAH Fourth Engineer Indonesia

10 BUDIONO Bosun Indonesia

11 SEPTIAN AJI PRASETYO Kelasi Indonesia

12 WIRAWAN YULIAN A/B Indonesia

13 MAS AHMAD GHOFUR A/B Indonesia

14 YOPAN APRILIAWAN A/B Indonesia

15 AMSAH KARYATIN Mandor Indonesia

16 ISCHAK AMIRUDIN Oiler Indonesia

17 MOHAMMAD GHOZALI Oiler Indonesia

18 MOCHAMAD IRFANUDIN Oiler Indonesia

19 SUNARDI Chief Cook Indonesia

20 HADI SISWANTO Pelayan Indonesia

Sumber : KM. Sabuk Nusantara 56

Semua peralatan yang berada di dek masih menggunakan operasi manual, terutama peralatan bongkar muatnya. Untuk itu diperlukan kemampuan, ketelitian serta kekompakan sekelompok regu jaga agar dinas jaga dapat terlaksana sesuai prosedur yang berlaku diatas kapal. Berikut akan diuraikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan tugas jaga pada saat kapal sandar di dermaga terutama mengenai perencanaan, pengorganisasian , dan pelaksanaannya.

Adapun hasil wawancara taruna kepada chief officer selaku perwira yang lebih memahami tentang dinas jaga di atas kapal. Chief officer mengatakan masih banyak kekurangan pengetahuan pada crew kapal pada saat

(4)

dinas jaga sehingga para officer dan ABK sering mengalami kesalahan muatan atau pun yang lainnya, dikarenakan sering meninggalkan jam jaga dengan alasan tertentu dan menyerahkan tugas jaga kepada orang lain yang harusnya menjadi tanggung jawab officer dan ABK jaga. Sehingga chief officer membuat daftar dinas jaga supaya lebih diperhatikan oleh officer dan ABK kapal.

1. Perencanaan Tugas Jaga

Dikapal KM. SABUK NUSANTARA 56 tempat penulis melaksanakan praktek berlayar, Chief Officer membuat daftar jaga yang akan menjadi suatu kewajiban dan tanggung jawab petugas jaga terhadap tugas yang diberikan selama jaga. Daftar jaga tersebut dibuat dalam bentuk tabel yang di dalamnya tertulis nama-nama regu jaga dan waktu periode jaga. Awak kapal dalam hal ini sangat berperan dalam pelaksanaan penjagaan. Adapun petugas jaga yang ada diatas kapal seperti tersebut dibawah ini, kecuali : a. Nakhoda ( Master )

b. Kepala Kamar Mesin ( KKM ) atau Chief Engineers ( C/E ) c. Koki (Chief Cook) Dan Pelayan ( Asisten Koki )

Sedangkan awak kapal yang terlibat dalam pelaksanaan tugas jaga tersebut adalah :

a. Bagian Dek

a.1 Chief Officer ( C/O ) a.2 Second Officer ( 2/O ) a.3 Third Officer ( 3/O )

(5)

a.4 Bosun atau Serang (Boatswain) a.5 Kelasi

a.6 Semua Jurumudi (A/B) b. Bagian Mesin

b.1 Second Engineer ( 2/E ) b.2 Third Engineers ( 3/E ) b.3 Fourth Engineer ( 4/E ) 2. Pengorganisasian Tugas Jaga

Daftar jaga tersebut diletakkan di papan pengumuman yang mudah dibaca oleh semua awak kapal, terutama di salon dan lorong-lorong di dalam akomodasi kapal. Pada setiap penjagaan terdiri dari Perwira Jaga bagian dek, Jurumudi, dan dibantu oleh kadet dek untuk bagian dek. Sedangkan untuk bagian mesin terdiri dari Perwira Jaga Mesin, Oiler, dan dibantu oleh kadet mesin. Daftar jaga yang sudah dibuat harus dibaca dan diketahui oleh seluruh awak kapal terutama bagi yang terlibat dalam tugas jaga, sehingga awak kapal mengetahui jadwal jaganya masing-masing.

Chief Officer membuat perencanaan tugas jaga yang akan dilaksanakan oleh satu tim regu jaga diatas kapal. Perencanaan daftar yang dibuat ini berisikan tentang tugas dan tanggung jawab satu tim regu jaga terutama pada saat kapal sedang sandar di pelabuhan. Pembuatan daftar jaga menyesuaikan dengan jumlah awak kapal, dikarenakan tiap kapal memiliki jumlah awak yang berbeda-beda. KM. SABUK NUSANTARA 56 adalah kapal yang semua teknologinya sudah menggunakan sistem komputerisasi

(6)

terkecuali peralatan di deknya. Peralatan-peralatan di dek umumnya masih menggunakan sistem manual operation. Hal inilah yang menghambat satu tim regu jaga dalam melaksanakan tugas jaga.

Disamping itu dengan jumlah awak kapal yang terbatas,dan kurangnya pengetahuan akan peraturan – paraturan yang tercantun dalam STCW.

seorang pemimpin regu jaga menjadi kurang maksimal dalam melaksanakan tugas serta tanggung jawab jaganya. KM. SABUK NUSANTARA 56 hanya memiliki 3 (tiga) orang Officer dan masing- masing mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan pada saat melaksanakan tugas jaga di pelabuhan, Pada saat kapal sedang sandar di pelabuhan dan melakukan persiapan bongkar muat, Chief Officer tidak bertugas sebagai pemimpin regu jaga karena sudah bertanggung jawab atas muatan maupun dokumen-dokumen kapal yang diperlukan.

Chief Officer mempunyai 2 (dua) orang asisten jaga yaitu Second Officer dan Third Officer. Sedangkan Chief Officer memberikan kewajiban dan tanggung jawab kepada 2 (dua) orang asistennya sebagai pemimpin regu jaga. Tetapi tanggung jawab penuh tetap di pegang oleh Nakhoda atau Master diatas kapal. Second Officer dan Third Officer bertugas sebagai pemimpin regu jaga yang di bagi menjadi 2 (dua) tim jaga dan setiap pemimpin regu jaga wajib melaksanakan jam jaganya selama 2 (dua) kali periode jaga. Pada saat pelaksanaan tugas jaga, satu tim regu jaga dipimpin oleh seorang perwira jaga dan dibantu oleh 3 (Tiga) orang Jurumudi (A/B). Pembagian tugas jaga diatur oleh Chief Officer. Adapun pengaturan

(7)

waktu jaga yang terdapat di KM. SABUK NUSANTARA 56 pada saat kapal sedang sandar di pelabuhan adalah sebagai berikut:

Table 4.2 Pembagian Tugas Jaga Pelabuhan

TIM JAGA JABATAN PERIODE JAGA

REGU JAGA I

Second Officer Pemimpin Regu 24.00 – 06.00 12.00 – 18.00 A/B 1 Pembantu 1 12.00 – 16.00 24.00 – 04.00 A/B 2 Pembantu 2 16.00 – 18.00 04.00 – 06.00

REGU JAGA II

Third Officer Pemimpin Regu 06.00 – 12.00 18.00 – 24.00 A/B Pembantu 1 18.00 – 20.00 06.00 – 08.00 Kelasi Pembantu 2 20.00 – 24.00 08.00 – 12.00 Sumber: KM. Sabuk Nusantara 56

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa Second Officer mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan tugas jaga antara pukul 12.00 sampai dengan pukul 18.00 dan pukul 24.00 sampai dengan pukul 06.00, sedangkan Third Officer mempunyai tanggung jawab jaga antara pukul 06.00 sampai dengan pukul 12.00 dan 18.00 sampai dengan pukul 24.00.

(8)

Jadi setiap perwira jaga, Second Officer maupun Third Officer mempunyai tanggung jawab jaga 12 jam selama 1 (satu) hari kapal berada di dermaga.

Pada saat melaksanakan tugas jaganya, perwira jaga sebagai pemimpin regu dibantu oleh 2 (dua) orang Jurumudi (A/B) dan 1 (satu) Kelasai dek yang pembagian tugas jaganya telah diatur oleh Chief Officer. Untuk tugas jaga kadet tidak tercantum dalam tabel diatas. Dikarenakan kadet diatas kapal melaksanakan tugas jaga sewaktu-waktu atas perintah atau order dari Chief Officer. Regu jaga dua dipimpin oleh Second Officer dibantu oleh 2 (dua) A/B 1 (satu) Os selama 6 (enam) jam. Sedangkan Third Officer sebagai pemimpin regu jaga satu dibantu oleh 2 (dua) A/B 1 (Kelasi) selama 6 (enam) jam jaga dan. Pelaksanaan rolling jaga hanya berlaku bagi A/B saja, dan dilaksanakan setiap satu bulan sekali sesuai dengan perintah atau order dari Chief Officer sebagai penanggung jawab atau pemimpin Anak Buah Kapal (ABK) bagian dek.

B. PEMBAHASAN MASALAH

1. Tanggung Jawab Perwira Jaga dan Jurumudi Jaga

Sesuai dengan Standing Order dan Contigency Plan ,disebutkan bahwa perwira maupun jurumudi jaga wajib melaksanakan semua order yang telah dibuat oleh Chief Officer. Tetapi pada kenyataannya perwira maupun jurumudi jaga hanya melaksanakan beberapa peraturan. Dari prosedur yang tertulis dalam Contigency Plan tersebut perwira dan jurrumudi jaga hanya melaksanakan beberapa prosedur jaga dan mengabaikan prosedur

(9)

yang lain sesuai dengan tugasnya masing-masing, perwira maupun jurumudi jaga tidak melaksanakan semua dari prosedur yang ada di atas kapal. Jadi sesuai dengan tingkatan menurut Arikunto (2002:180) bahwa perwira maupun jurumudi jaga kurang melaksanakan dinas jaga sesuai dengan tanggung jawabnya masing-masing, terutama pada saat kapal sandar dan sedang melaksanakan loading di dermaga Port klang. Terutama untuk perwira jaga yang bertugas sebagai pemimpin regu jaga wajib bertanggung jawab penuh atas segala sesuatu yang terjadi diatas kapal selama masa periode jaganya dimulai sampai dengan selesai. Sebagai fakta yang terjadi diatas kapal yaitu pada saat kapal sandar di Pelabuhan Sapeken dan akan melakukan loading muatan. Setelah kapal KM. SABUK NUSANTARA 56 berada in position untuk melakukan loading muatan, petugas jaga yang berada di dek pada saat itu adalah regu dua yang dipimpin oleh Third Officer. Seharusnya pada saat itu juga pemimpin regu sudah berada di dek bersama jurumudi jaga, tetapi kenyataan yang ada adalah jurumudi jaga saja yang berada di dek dan sedang mempersiapkan semua alat bongkar muat dibantu oleh kadet. Setelah selang waktu satu jam kemudian pemimpin regu jaga datang ke dek utama untuk menjalankan tugas jaganya. Segala sesuatu tentang kegiatan yang berhubungan dengan persiapan loading tidak diketahui oleh pemimpin regu jaga, padahal semua kegiatan tersebut harus dicatat dalam log book jaga yang ditulis oleh perwira jaga. Karena Perwira jaga pada saat itu tidak mengetahui waktu persiapan loading, maka dia menanyakan kepada yang

(10)

mengetahui yaitu jurumudi dan kadet. Sedangkan setiap orang yang ikut dalam satu tim jaga sudah mempunyai tanggung jawab yang berbeda- beda. Misalnya jurumudi jaga hanya bertugas sebagai pembantu jaga yang melakukan semua perintah pemimpin regu jaga, jurumudi jaga selalu mempersiapkan semua peralatan bongkar muat setiap kali kapal sandar di pelabuhan, mulai dari membuka Lasing, sampai dengan membantu boatswain memasang tangga ke darat (Gang Way). Jurumudi tidak perlu mencatat waktunya setiap kali dia memulai pekerjaannya, yang bertugas memantau dan mencatatnya dalam log book jaga adalah perwira jaga yang bertugas pada saat itu. Karena Perwira jaga tidak tepat waktu berada di tempat maka kadet membantu mencatat setiap kegiatan yang berhubungan dengan persiapan loading dan memasukkannya kedalam log book jaga.

Setelah jam jaga regu dua selesai, pukul 12.00 semua tim regu jaga satu sudah berada di dek dan second officer sebagai pemimpin regu jaga.

2. Pengetahuan Awak Kapal Bagian Dek Tentang Prosedur Jaga

Berdasarkan wawancara yang telah dilaksanakan oleh penulis pada tanggal 3 februari 2018 di atas kapal KM. SABUK NUSANTARA 56 pada saat sedang sandar di Pelabuhan TANJUNG PERAK diperoleh hasil bahwa Chief Officer sebagai objek wawancara mengatakan” tidak” sebanyak 6 (enam) kali, dan mengatakan “ya” sebanyak 4 (empat) kali. Jadi di kapal KM. SABUK NUSANTARA 56 pengetahuan awak kapal mengenai prosedur pelaksanaan dinas jaga terutama pada saat kapal sedang sandar di

(11)

pelabuhan Tanjung perak masih kurang. Hal ini terbukti dengan fakta- fakta yang penulis alami selama melaksanakan praktek berlayar diatas kapal. Terutama para jurumudi (ABK) yang berada di dek pada saat pelaksanaan dinas jaga tidak melakukannya sesuai prosedur yang ada.

Mereka tidak membaca dan memahami Standing order maupun Contigency Plan yang ada di atas kapal atau perintah yang diberikan oleh perwira jaga baik yang disampaikan secara lisan maupun secara tertulis.

Padahal Chief Officer sudah membuat Standing Order yang gunanya untuk mengatur perwira jaga maupun jurumudi jaga agar melaksanakan dinas jaga sesuai ketentuan, sehingga pada saat pelaksanaan dinas jaga tersebut tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Pada voyage 09/2018 KM. SABUK NUSANTARA 56 memuat muatan yang dibawa dari Port Masalembo Menuju kalianget dan melakukan persiapan bongkar setelah proses penambatan kapal selesai. Pada saat itu tepatnya pukul 09.00 waktu setempat, tim regu jaga dua yang terdiri dari Third Officer sebagai pemimpin regu dan dibantu oleh seorang jurumudi jaga sudah berada di dek utama mendapat perintah langsung dari Chief Officer untuk membantu pelaksanaan dinas jaga regu dua. Setelah persiapan bongkar selesai Chief Officer menunggu perintah dari Loading Master untuk melaksanakan pembongkaran muatan. Sesuai dengan Standing Order yang dibuat oleh Chief Officer bahwa setiap regu jaga yang akan melaksanakan tugasnya yaitu membongkar muatan, sebelumnya muatan tersebut harus di sirkulasi terlebih dahulu dengan cara membuka semua lasing. Hal tersebut selalu

(12)

diamati dan dipantau oleh Third Officer sebagai penanggung jawab regu jaga dua. Seorang jurumudi jaga yang bertugas pada saat itu adalah jurumudi yang baru saja naik keatas kapal, sehingga dia belum mengerti dan memahami tentang prosedur dinas jaga kapal sandar terutama pada saat sedang melakukan proses bongkar muat. Jurumudi tersebut hanya melaksanakan perintah dari pemimpin regu jaga dalam hal ini adalah Third Officer. Dia tidak mencoba untuk mempelajari atau bertanya langsung kepada perwira yang bersangkutan tentang prosedur jaga yang harus dijalankan diatas kapal. Akibatnya pada saat proses bongkar sedang berlangsung terjadi suatu kesalahan fatal yang seharusnya tidak terjadi.

Kejadian itu bermula pada waktu jurumudi jaga sedang stand by sementara Third Officer sedang nongkrong di mes room maka terjadi kesalahan pada waktu bongkar muat. Setelah semua persiapan bongkar selesai dilakukan, Chief Officer berada stand by di dek bersama regu jaga satu sebagai pengawas. Sedangkan Third Officer siap untuk melaksanakan perintah dari Chief Officer. Setelah Chief Officer mengatakan bahwa muatan sudah siap untuk dibongkar, maka jurumudi yang masih berada dekat dengan melihat pada muatan tersebut agar tidak terjadi kesalahan bongkar muat. maka akibat yang ditimbulkan adalah Kesalahan muatan (over stowage).

Sehingga merugikan kapal, muatan, dan perusahaan pelayaran.

Berikut penulis gambarkan dari dampak ketidak efektifan dalam mematuhi peraturan – peraturan yang sudah ditetapkan diatas kapal:

(13)

Gambar 4.2. Derrick Boom kurang terawat

Sumber : KM. Sabuk Nusantara 56 Gambar 4.3. Jala-jala yang sudah hampir putus

Sumber : KM. Sabuk Nusantara 56

(14)

D. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Berdasarkan berbagai permasalahan diatas dan melihat adanya pelaksanaan dinas jaga yang tidak sesuai dengan prosedur yang ada akan mempengaruhi produktifitas dan hasil yang dicapai oleh perusahaan. Maka penulis menemukan berbagai alternatif pemecahan atau solusi sebagai bahan pertimbangan untuk mengatasi berbagai permasalahan seperti yang diungkapkan diatas. Alternatif tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Segera meluruskan penyimpangan yang terjadi diatas kapal menyangkut tentang tanggung jawab perwira dan jurumudi jaga dalam melaksanakan tugas jaganya.

3. Mencari penyebab mengenai anak buah kapal yang kurang familiar terhadap prosedur jaga kapal sandar dan sedang melaksanakan proses bongkar muat di pelabuhan. Dan segera menyelesaikan permasalahan tersebut.

4. Melaksanakan pertemuan rutin ( Meeting ) membahas permasalahan yang ada dan mencari solusi yang terbaik.

5. Meningkatkan komunikasi dan koordinasi antara perwira dan bawahannya.

6. Meningkatkan kesejahteraan awak kapal dengan cara peningkatan perhatian perusahaan kepada para pekerjanya diatas kapal.

7. Segera meluruskan pelaksanaan dinas jaga yang tidak sesuai dengan prosedur yang ada diatas kapal. Dalam hal ini berkaitan dengan tanggung jawab Perwira dan Jurumudi jaga pada saat melaksanakan tugas jaga.

Nahkhoda maupun Officer harus disiplin dalam melaksanakan tugasnya,

(15)

terutama Perwira jaga harus bisa memberikan contoh yang baik kepada anak buahnya serta mempunyai jiwa kepemimpinan yang baik pula.

Sehingga anak buah kapal akan menghormati atasannya dan merasa sungkan apabila tidak melaksanakan tugas jaga sesuai prosedur yang telah dibuat.

8. Segera mencari penyebab dari permasalahan diatas kapal yang dapat mengakibatkan kurang mengertinya awak kapal tentang aturan jaga pada waktu kapal sandar dan sedang melaksanakan kegiatan bongkar muat.

Dalam hal ini semua perwira diatas kapal harus aktif untuk mencari jalan keluar terhadap masalah yang nantinya akan mempengaruhi kondisi kapal serta muatannya. Perwira diatas kapal harus mampu menguasai semua kondisi kapal pada terutama pada saat kapal berada di pelabuhan, sehingga mampu mengarahkan dan membimbing anak buah kapal yang belum mengerti tentang aturan atau prosedur jaga yang semestinya.

9. Segera memberitahu kepada Nakhoda tentang permasalahan yang sebenarnya sedang terjadi diatas kapal. Dan segera diadakan Sharring atau Meeting yang wajib dihadiri oleh semua awak kapal dan membahas semua permasalahan yang terjadi diatas kapal, serta bersama-sama mencari solusi terbaik dari permasalahan yang ada.

10. Perusahaan harus aktif mencari jalan keluar terhadap masalah yang nantinya dapat mempengaruhi kondisi serta situasi kerja diatas kapal.

Perusahaan harus mampu mengambil tindakan serta kebijakan yang nantinya tidak menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak. Perusahaan

(16)

juga harus menangani hal ini secepatnya, sehingga tidak mempengaruhi kinerja awak kapal lain. Tingkatkan komunikasi serta koordinasi antara perwira dan bawahan baik itu dalam hal dinas ataupun diluar dinas yang menyangkut hubungan sosial di dalam masyarakat yang dalam hal ini terjadi di dalam lingkungan di atas kapal. Tingkatkan pula hubungan kerja yang harmonis antara perwira dan bawahannya secara sesering mungkin dengan cara mengadakan pertemuan rutin diatas kapal mengangkat masalah-masalah yang terjadi di atas kapal. Juga dengan jalan bertukar informasi baik dari perwira ke bawahan ataupun dari bawahan ke perwira.

Sehingga para bawahan tidak merasakan adanya jurang pemisah yang selama ini menjadikan jarak antara perwira dan bawahannya. Para bawahan akan cenderung mendekati perwira atau orang-orang yang bisa diajak bertukar pikiran dan informasi dengan mereka. Mereka akan memilih siapa yang dapat diajak bicara. Mereka tidak akan berbicara panjang lebar ketika berhadapan dengan perwira yang kurang sependapat dengannya. Dengan kata lain, mereka melihat dulu siapa orang yang diajak bicara dengan maksud tetap menjaga perasaan orang yang diajak bicara tersebut.

11. Perusahaan juga harus tanggap terhadap semua permasalahan yang sedang terjadi diatas kapal sebagai bukti keterlibatan perusahaan dalam menangani dan memperhatikan para pekerjanya diatas kapal. Menurut D.H Moreby, para pemilik kapal mempunyai masalah yang sangat khusus bila menyangkut kesejahteraan pelaut-pelaut mereka. Karena pelaut ini

(17)

mengalami waktu yang cukup lama untuk jauh dari keluarga mereka serta jauh dari kehidupan sosial yang normal serta fasilitas rekreasi di darat.

Pelaut tidak hanya bekerja di atas kapal, tetapi selain dari giliran kerja sebentar di pelabuhan, mereka harus menghabiskan semua waktu luangnya di atas kapal yang sama. Awak kapal membentuk suatu masyarakat kecil yang terpisah, dan apabila orang-orang ini akan bekerja secara efisien sebagai suatu kelompok, maka perhatian terbesar yang harus ditunjukkan oleh perusahaan adalah pada semua faktor-faktor kemanusiaan yang mempengaruhi kesejahteraan mereka di atas kapal. Perusahaan harus segera menyelesaikan persoalan yang saat itu terjadi di atas kapal agar permasalahan tersebut tidak berlarut-larut, dan tidak terulang kembali sehingga menimbulkan dampak baru yang dapat merugikan pihak perusahaan itu sendiri. Apabila awak atau kru kapal benci terhadap kapal dimana mereka bertugas, maka akan timbul pemborosan atau perusakan peralatan atau perbekalan dan pada akhirnya akan menimbulkan masalah- masalah baru yang menyangkut kedisiplinan para pekerja. Manajemen operasional di atas kapal juga akan terhambat yang tentunya akan menghambat pula pencapaian standar kerja kapal yang telah dikehendaki oleh pihak perusahaan. Dan pada akhirnya akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan tersebut, karena menurunnya kualitas kerja yang mengakibatkan kerugian bagi perusahaan tersebut. Karena menurunnya kualitas kerja akan mengakibatkan turunnya pendapatan kapal bagi perusahaan. Secara praktis setiap pihak yang menaruh perhatian pada

(18)

operasi kapal mempunyai peranan dalam memperbaiki keadaan kerja serta kehidupan dikapal. Dan pemilik kapal adalah satu-satunya yang jelas memiliki ketentuan untuk menyediakan fasilitas serta formula tertentu untuk meningkatkan kesejahteraan para pekerjanya demi tercapainya peningkatan kinerja mereka. dan mengatur keorganisaasian kapal. Hanya dengan usaha bersama dari semua yang berkepentingan bahwa kondisi- kondisi di laut dapat diangkat menuju standar yang di kehendaki oleh semua pihak.

Penulis menginginkan dan mengharapkan agar alternatif pemecahan dari permasalahan yang ada di atas bisa diterima dan dipahami dan pada akhirnya dapat diterapkan di KM. SABUK NUSANTARA 56 , supaya terjadi perubahan yang berarti dalam kehidupan serta suasana kerja di atas kapal yang efisien.Kinerja sumber daya manusia dalam diri manusia tidak mudah dalam usaha meningkatkan produktifitas dan kualitas terhadap suatu pekerjaan .karena kinerja ini timbul dengan sendirinya dan sangat memerlukan pengolahan atau menejemen khususagar potensi ini tumbuh dan digunakan secara maksimal dalam usaha mencapai tujuan tertentu.karena beban dan volume pekerjaan merupakan konsekuensi logis dari pada fungsi yang beraneka ragam yang harus dilaksanakan seperti keharusan adanya penentuan tanggung jawab dan wewenang secara jelas, uraian pekerjaan yang rapi, kreteria mengukur pelaksanan tugas yang akurat dan objektif, dan sebagainya.pekeraj yang yang baik sanagat menghargai waktudengan efektif,

(19)

dan juga mamapu menciptakan peluang - peluang yang akan menghasilkan buah kerja yang memuaskan.

(20)

PENUTUP

A. SIMPULAN

Dari berbagai uraian yang telah dikemukakan pada bab - bab sebelumnya, akhirnya penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Tanggung jawab dan loyalitas kerja awak kapal KM. SABUK NUSANTARA 56 dalam melaksanakan dinas jaga mempengaruhi hasil pekerjaannya.

2. Kurangnya pemahaman dari para Anak Buah Kapal khususnya bagian dek terhadap aturan jaga yang sesuai dengan STCW 1978 Amandemen 2010 pada saat kapal sandar di pelabuhan. Hal ini akan menyebabkan kerusakan kapal dan muatannya.terutama dalam pelaksanaan penataan muatan

B. SARAN

Penulis mengajukan beberapa saran menyangkut tentang simpulan yang telah diambil atas permasalahan yang ada, saran-saran yang diambil antara lain:

1. Agar kinerja awak kapal tidak menurun, maka dalam melaksanakan dinas jaga harus sesuai prosedur dinas jaga yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan atau peraturan tertulis yang ada di atas kapal, dan yang telah ditetapkan di dalam sijil, seperti Standing Order dan Contigency Plan maupun peraturan international STCW 1978 Amandemen 2010.

(21)

2. Dalam menerima kru baru sebaiknya perusahaan pelayaran menerima anak buah kapal yang memiliki kemampuan, ketrampilan dan mempunyai pengalaman yang memenuhi sarat.

Referensi

Dokumen terkait

The degradation rate of hemicellulose and cellulose of torrefied EFB increased when the torrefaction temperature increased from 225°C to 300°C, leading to lower char yield and overall