• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM

Sesuai dengan judul yang diangkat yakni "Pentingnya Pengetahuan dan Pelatihan Kru Kapal Tentang Prosedur Darurat di Kapal MV. Ruby Indah."

maka sebagai gambaran, akan dijelaskan tentang keadaan sebenarnya yang terjadi di kapal, sehingga dengan deskripsi ini penulis mengharapkan agar pembaca mampu dan bisa merasakan tentang semua hal yang terjadi selama penulis melaksanakan penelitian. Berikut akan diuraikan mengenai data-data kapal tempat penulis mengadakan penelitian.

1. Ship Particular

Nama Kapal : MV. RUBY INDAH

Call Sign : 9VND IMO Number : 9172416

Flag State : SINGAPORE

Port of Registry : SINGAPORE Date of Keel Lying : 08 APRIL 1998 Date of Launching : 22 JULY 1998

Date of Delivery : 22 OKTOBER 1998

Ship Owner : PACSARI PTE. LTD, SINGAPORE 3 Lim Teck Kim Road, #11-02 Genting Centre, Singapore

Builder : MITSUI ENGINEERING & SHIPPING CO.LTD

(2)

Classiflcation : ABS

Type of Vessel : BULK CARRIER

DWT : 77755 MT

Gross Tonnage : 43217 MT Net Tonnage : 23779 MT

L.O.A : 229 M

L.B.P : 218 M

Breath Moulded : 36.50 M Depth Moulded : 18.50 M Height (Maximum) : 47.45 M Draft Maximum : 12.82 M FWA/CONSTANT : 296 MM TPC (Summer Draft) : 75.20 MT

Gambar 4.1 Kapal MV. Ruby Indah Sumber : Gambar Kapal MV. Ruby Indah

(3)

2. Crew List

Selain data-data kapal diatas, juga masih ada data-data para awak kapal di MV. RUBY INDAH atau disebut juga Crew List yang terdiri dari 22 (dua puluh dua) orang termasuk Nakhoda. Anak buah kapal tersebut terdiri dari, 3 (tiga) orang Officer, 4 (empat) orang Engineer, 1 (satu) orang Deck Cadet, 1 (satu) Engine Cadet, 1 (satu) orang Electrician, 1 (satu) orang Boatswain, 1 (satu) orang Oiler, 3 (tiga) orang AB, 2 (dua) OS, 2 (dua) orang Fitter, 1 (satu) orang Chief Cook, 1 (satu) orang Messboy.

Kapal MV. RUBY INDAH dibuat di Singapore pada tahun 1998, dengan menggunakan dua set mesin induk tipe MITSUI B&W. Sedangkan daya kerja mesin induknya 10223 KW.

Agar tercipta keselamatan bagi crew kapal saat mengalami suatu keadaan darurat yang menyebabkan kapal tenggelam, di kapal MV. RUBY INDAH dilengkapi dengan alat keselamatan diantaranya:

1. Sekoci penolong ada 2 (dua) buah, yang terdiri dari 1 (satu) rescue boat di sebelah kanan (starboard) yang dapat menampung maksimal 28 (dua puluh delapan) orang, dan terdapat 1 (satu) sekoci di sebelah kiri (port) yang dapat menampung maksimal 28 (dua puluh delapan).

2. Life raft ada 5 (lima) buah, yang terletak 1 (satu) di depan (forecastle) yang dapat menampung maksimal 5 (lima) orang, 2 (dua) di kanan (starboard) tepatnya dibelakang rescue boat, yang dapat menampung masing-masing maksimal 15 (lima belas orang), dan 2 (dua) di kiri (port) tepatnya di belakang sekoci, yang dapat menampung masing-masing maksimal 15 (lima belas) orang.

(4)

3. Life jacket ada 26 (dua puluh enam) buah yang terletak di masing-masing kabin, dan terdapat 4 (empat) buah di anjungan (bridge), dan juga terdapat 5 (lima) buah di forecastle. Di kamar mesin juga terdapat 2 life jacket.

Agar semua alat keselamatan tersebut selalu terjaga dan layak untuk digunakan maka perlu dilakukan perbaikan, perawatan dan juga harus membuat laporan serta dokumentasi terhadap pelaksanaan pelatihan menghadapi keadaan darurat di atas kapal untuk dikirim ke perusahaan dilakukan oleh third officer.

B. HASIL PENELITIAN 1. Penyajian Data

Pengetahuan dan pelatihan bagi kru kapal sangatlah penting guna untuk meminimalisir kesalahan dan kepanikan ketika terjadi keadaan darurat di atas kapal, karena musibah bisa datang kapan saja. Keselamatan bagi seluruh kru kapal sangat penting untuk diperhatikan, karena kita bekerja di atas kapal yang mana risiko kecelakaan kerja dan musibah sangatlah besar.

SOLAS 1974 (Safety of Life at Sea) telah merumuskan suatu aturan yaitu SOLAS (Safety of Life at Sea) chapter 11-1 yaitu upaya khusus untuk meningkatkan keselamatan pelayaran.

Selama penulis melaksanakan praktik di atas kapal, penulis memperoleh deskripsi data yang berkaitan dengan penerapan sistem di atas kapal sebagai berikut :

(5)

a. Kurangnya kesadaran kru kapal terhadap tugas dan tanggung jawab pada saat latihan keadaan darurat

Pada tanggal 13 April 2019 saat kapal berlabuh jangkar di perairan Taean (Korea Selatan) di posisi lintang 37° 02.31’ N dan bujur 126° 07.25’ E (log book terlampir) pukul 15.30 WIB diadakan latihan keadaan darurat (drill) yaitu boat drill dan fire drill. Yang pertama dilakukan adalah boat drill, alarm abandon ship dibunyikan oleh kapten di anjungan dan seluruh ABK kapal berkumpul di boat station sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan yaitu port and starboard side.

Pada saat semua ABK (Anak Buah Kapal) sudah berkumpul di tempatnya masing-masing, mulailah pengecekan jumlah dan peralatan apakah sudah siap dan lengkap. Pada saat itu penulis dapat dibagian starboard side yang dipimpin oleh mualim 2 dan beranggotakan 11 orang ABK (Anak Buah Kapal). Pada saat mualim 2 memulai untuk menanyakan tugas dan tanggung jawab, salah satu seorang kelasi tidak dapat menjawab apa tugas dan tanggung jawabnya, dan akhirnya kelasi diperintah mualim 2 untuk melihat tugas dan tanggung jawabnya di muster list yang sudah tertempel di setiap deck akomodasi kapal.

Setelah selesai melakukan latihan sekoci dilanjutkan latihan kebakaran. Semua ABK (Anak Buah Kapal) berkumpul di muster station yang berada di poop deck dan dibagi menjadi 3 bagian yaitu emergency party, engine party, standby party. Pukul 16.00 WIB nakhoda memberitahukan kepada koordinator masing-masing bagian, yaitu memberitahukan terjadinya kebakaran di paint store, setelah itu

(6)

bergeraklah semua ABK (Anak Buah Kapal) menuju tempat lokasi terjadinya kebakaran dan melakukan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Seorang juru mudi terlibat perdebatan adu mulut dengan juru mudi yang lain karena saling melempar untuk menjadi seorang pemadam yang mengenakan fireman outfit dan SCBA (Self Contained Breathing Apparatus). Kemudian mualim 1 memerintahkan dua orang juru mudi tersebut untuk melihat lagi tugas dan tanggung jawab di muster list. (Gambar dapat dilihat di lampiran gambar pada halaman lampiran).

b. Pengetahuan dan Pelatihan Kru Kapal Tentang Prosedur Darurat Di bawah ini merupakan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan penulis di kapal adalah sebagai berikut:

Penulis melakukan observasi tentang seberapa paham dan proses latihan kru kapal yang berkaitan dengan prosedur darurat (drill).

Berikut adalah hasil wawancara penulis dengan salah satu perwira kapal:

Nama : Yessica Hilaria Tabania Jabatan : Mualim III

Pertanyaan

1. Seberapa paham Anda mengenai prosedur darurat di atas kapal?

2. Apakah Anda hafal dengan tugas dan tanggung jawab pada saat latihan keadaan darurat?

3. Bagaimana pendapat Anda tentang kesadaran kru kapal terhadap tugas

(7)

dan tanggung jawab masing-masing kru kapal?

4. Menurut Anda, apakah masih perlu adanya kegiatan untuk meningkatkan kesadaran kru kapal tentang prosedur darurat di atas kapal?

5. Apakah ada lembaga/instansi yang mengecek langsung tentang tugas dan tanggung jawab pada saat drill atau kesiapan kru kapal ketika akan melakukan drill?

Jawaban

1. Saya sudah sangat paham dengan apa itu prosedur darurat, meskipun tidak sama persis sesuai dengan buku, namun saya sudah memiliki banyak pengalaman tentang prosedur darurat

2. Tentu saja saya hafal semua tugas dan tanggung jawab saya ketika latihan keadaan darurat, karena itu sangat penting agar kita bisa menjadi pribadi yang bertanggung jawab

3. Menurut pendapat saya, mereka (kru kapal) sudah banyak yang paham tentang tugas dan tanggung jawab masing-masing, tetapi tidak semua, saya juga pernah menjumpai pada saat latihan (drill) ada yang tidak mengerti apa tugas dan tanggung jawabnya

4. Ya, menurut saya perlu diadakan kegiatan latihan rutin tiap satu minggu sekali, agar kru kapal lebih sadar akan pentingnya tugas dan tanggung jawab mereka masing-masing

(8)

2. Analisis Data

Dari data yang didapatkan penulis di MV. Ruby Indah dapat dianalisa bahwa:

A. Pengetahuan kru kapal tentang prosedur darurat masih belum dapat diterapkan

Didalam muster list kapal MV. Ruby Indah sudah tertera seluruh tugas dan tanggung jawab masing-masing kru kapal. Didalam muster list tersebut dijelaskan bahwa tugas dan tanggung jawab ABK (Anak Buah Kapal) dalam masing-masing latihan keadaan darurat seperti (abandon ship, fire drill, enclosed space, man over board, oil spill, hijacked). Setiap ABK (Anak Buah Kapal) memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda dalam setiap latihan, untuk mengetahui tugas dan tanggung jawab ABK harus benar-benar menghafal dan memahami serta menerapkan ketika latihan dilaksanakan.

Pelaksanaan latihan selalu dilakukan satu minggu sekali setiap hari sabtu pukul 15.30 LT sesuai dengan perintah manegement perusahaan yang diteruskan oleh Nakhoda kepada seluruh kru kapal.

Untuk pelaksanaan abandon ship (boat drill) dan fire drill harus 5. Ya tentu ada, terutama di Amerika. Saya pernah ketika kapal sandar di salah satu pelabuhan di Amerika, dan pihak dari USA Coast Guard sendiri yang melakukan pengecekan pada kru kapal mengenai tugas dan tanggung jawab mereka pada saat terjadi keadaan darurat di atas kapal

(9)

dilaksanakan setiap satu bulan dua kali untuk pelaksanaan menjadi tanggung jawab Nakhoda.

Sebelum dilaksanakan latihan Nakhoda selalu memberikan pengumuman kepada seluruh ABK (Anak Buah Kapal) bahwa akan diadakan latihan, namun demgan pertimbangan kondisi cuaca di laut apabila cuaca baik maka latihan akan dilaksanakan dan apabila cuaca buruk maka latihan tidak akan dilaksanakan tetapi diganti dengan safety meeting yang mana pelaksanaannya dilakukan didalam ship’s office.

Selama penulis melaksanakan praktik dari tanggal 05 Oktober 2018 sampai 23 Oktober 2019 sering kali ketika kapal berlayar di Samudera Pasifik selalu mendapatkan cuaca yang buruk sehingga dalam satu bulan hanya melaksanakan satu kali latihan.

B. Pelaksanaan latihan keadaan darurat kurang maksimal

Selama penulis melaksanakan praktik di atas kapal sering kali menjumpai ketika latihan keadaan darurat dilaksanakan terdapat salah satu orang kru kapal tidak serius ketika melaksanakan latihan keadaan darurat.

Pada tanggal 06 April 2019 pukul 16.30 LT saat kapal berlabuh jangkar di perairan Taean (Korea Selatan) di lintang 37°

02.21’ N dan bujur 126° 07.13 E (log book terlampir), dilaksanakan latihan keadaan darurat yaitu enclosed space, yang mana skenario salah satu orang kru kapal jatuh ketika menaiki tangga fore peak tank lalu juru mudi I dengan mengenakan SCBA (Self Contained Breathing

(10)

Apparatus) yang akan menolong korban yang terjatuh dan setelah selesai menolong korban akan diberikan pertolongan pertama oleh medical party yang mana dipimpin oleh mualim II dan ketika mualim II menjelaskan bagaimana cara menolong korban dengan baik dan benar tetapi salah satu kru kapal tidak mendengarkan malah asyik mengobrol dengan kru kapal yang lain, sehingga mualim II hanya menjelaskan kepada beberapa orang kru kapal yang benar-benar memperhatikan.

Ketika selesai latihan seluruh ABK (Anak Buah Kapal) berkumpul di anjungan kemudian Nakhoda memberikan pertanyaan kepada kru kapal tentang cara menolong korban, kebetulan yang diberi pertanyaan adalah kru yang tidak mendengarkan penjelasan dari mualim II sehingga dia tidak bisa menjawab pertanyaan dari Nakhoda. Kemudian Nakhoda menegur mualim II sebagai koordinator karena tidak bisa mengarahkan kru yang tidak serius.

C. PEMBAHASAN MASALAH

1. Bagaimana pengetahuan kru kapal tentang tugas dan tanggung jawab yang berkaitan dengan prosedur darurat di atas kapal ?

Berdasarkan penelitian dan pengamatan yang dilakukan penulis selama melaksanakan praktek laut di kapal, diketahui bahwa pengetahuan kru kapal tentang tugas dan tanggung jawab yang berkaitan dengan prosedur darurat di atas kapal belum begitu memahami dan dalam menggunakan alat-alat penolong/keselamatan pemadam kebakaran belum

(11)

sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku. Dalam setiap pelaksanaan latihan keadaan darurat setiap anggota harus mengetahui tugas dan tanggung jawab dalam latihan yang dilaksanakan tersebut, namun pada kenyataannya banyak crew yang tidak melaksanakan karena banyak crew yang tidak melaksanakan tugasnya dan berharap tugasnya dikerjakan orang lain sehingga latihan tersebut kurang lancar.

Dalam pelaksanaan keadaan darurat komandan tim harus mengecek kelengkapan anggota tim di muster station untuk mengetahui lengkap tidaknya anggota tim, kemudian komandan tim memberikan pengarahan kepada anggota agar anggota mengerti akan tugas dan tanggung jawabnya.

Maka perlu dilakukan penggarahan-pengarahan terhadap anak buah kapal agar selama menjalankan tugasnya dapat mengerti akan tujuan latihan tersebut. Pengarahan tersebut sebaiknya dilakukan sebelum latihan dilaksanakan agar mendapatkan hasil yang optimal. (Gambar dapat dilihat di lampiran gambar pada halaman lampiran).

Berdasarkan dari berbagai macam buku-buku yang ada hubungannya dengan permasalahan yang ada serta wawancara dengan Perwira di atas dalam masalah alat pemadam serta cara pemadaman diatas kapal, diperoleh hal-hal sebagai berikut:

1. Harus sering dilaksanakannya latihan-latihan pemadaman api (fire drill) diatas kapal. Pada saat latihan berlangsung, perlu juga untuk memperhatikan serta meneliti kembali keadaan dari peralatan pemadam yang digunakan terutama pada alat-alat pemadam yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya pada saat peralatan tersebut digunakan. Setelah

(12)

selesai mengadakan latihan, diadakan pemeriksaan kembali kondisi masing-masing peralatan.

2. Perwira yang bertanggung jawab atas alat-alat pemadam kebakaran harus lebih memperhatikan pemeriksaan dan perawatan alat-alat pemadam kebakaran yang ada diatas kapal.

Pemahaman mengenai teknik pemadaman juga harus dijelaskan kepada crew, misalnya: tindakan pemadaman harus didahului atau bersamaan dengan usaha pertolongan.

Hal-hal yang perlu dilakukan adalah:

a. Sikap dan tindakan harus tegas dan disipin.

b. Ketenangan dan kekompakan harus dijaga.

c. Kecepatan dan efisiensi harus pula diperhatikan.

Sebelum melakukan tindakan pemadaman perlu diperhatikan hal- hal sebagai berikut:

i) Memperhatikan arah angin.

ii) Bahan yang terbakar atau jenisnya.

iii) Posisi kebakaran.

iv) Volume bahan yang terbakar.

v) Alat pemadam yang tersedia dan yang harus disiapkan.

Dengan menerangkan hal-hal seperti disebutkan diatas, maka crew akan lebih memperhatikan keberadaan peralatan keselamatan diatas kapal serta dapat menggunakan alat-alat pemadam kebakaran dengan benar, serta menjamin ketenangan crew dalam menjalankan tugasnya.

(13)

2. Bagaimana proses pelatihan dalam menjalankan prosedur darurat untuk menghadapi suatu keadaan darurat di atas kapal ?

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang dilakukan penulis selama melaksanakan praktek laut di kapal, diketahui bahwa crew masih kurang siap dalam menghadapi latihan keadaan darurat diatas kapal dan dalam penggunaan alat-alat penolong/keselamatan khususnya pemadam kebakaran dan sekoci belum maksimal, hal ini dapat diselesaikan dengan pengarahan dan mempraktekkan langsung dari Nakhoda maupun Perwira kapal. Akibat buruk dari penggunaan alat yang hanya sekadarnya tersebut kemungkinan berupa penurunan keterampilan bahkan menjadi lupa akan pemakaian peralatan-peralatan keselamatan, kejadian tersebut dapat diketahui bahwa pelaksanaan latihan keadaan darurat di kapal tidak mengenai pada sasaran, pelaksanaan latihan menjadi tidak sesuai dengan tujuan dan manfaat. seperti salah satu tujuan dan manfaat dilaksanakannya latihan keadaan darurat diatas kapal menurut Purwantomo (2004:08), yaitu menjaga keterampilan crew dalam mempergunakan peralatan yang dapat dipakai untuk menanggulangi keadaan darurat.

Peralatan yang digunakan untuk latihan kebakaran tersebut tidak kurang jumlahnya dan sesuai dengan jumlah peralatan yang tercancum dalam sijil kebakaran. Sedangkan anak buah kapal dikatakan terampil apabila mereka dapat memakai dan mempergunakan alat penolong/keselamatan tersebut dengan benar. Pelaksanaan penggunaan alat-alat keselamatan yang hanya sekadar atau formalitas saja seperti yang

(14)

telah dicontohkan tersebut, maka dapat berpengaruh buruk terhadap para awak kapal itu sendiri, yaitu akan mempengaruhi keterampilan awak kapal dalam mempergunakan alat-alat keselamatan dan keterampilan yang telah dimiliki oleh para awak kapal. kurang lengkapnya alat-alat pemadam kebakaran pada saat latihan juga akan berakibat fatal, penggunaan alat pemadam yang tidak sesuai dengan jenis/sebab kebakarannya akan berakibat lamanya penanganan dan membahayakan bagi yang memadamkannya.

Sehingga untuk menjaga keterampilan crew harus diadakan latihan secara teratur sesuai dengan ketentuan terdapat pada SOLAS 1974, dan penggunaan alat-alat keselamatan yang hanya untuk sekadarnya atau formalisasi saja, akan menyebabkan kendornya tingkat keterampilan para anak buah kapal tersebut dalam pelaksanaan latihan keadaan darurat.

Selain itu crew tidak tahu letak dari pemadam kebakaran yang harus mereka bawa sesuai dengan sijil keadaan darurat kebakaran karena setiap latihan kebakaran mereka hanya membawa alat pemadam yang sama, sehingga saat kejadian kebakaran yang sebenarnya alat-alat pemadam kebakaran tidak lengkap karena tidak adanya kesiapsiagaan dari anak buah kapal.

Keterlambatan para crew untuk segera berkumpul setelah mendengar isyarat berkumpul banyak disebabkan oleh karena kebiasaan atau anggapan dari para crew bahwa isyarat berkumpul tersebut hanyalah sekedar latihan dan juga keterlambatan oleh karena alasan pekerjaan yang sedang dikerjakan oleh crew, hal ini dapat dapat dilakukan seperti

(15)

Nakhoda maupun perwira memberikan pengarahan dan memberikan teguran secara lisan maupun tertulis dan memberikan sangsi kepada crew yang melanggar. Supaya pekerjaan di atas kapal tidak bertubrukan dengan kegiatan latihan maka Mualim yang bertanggung jawab perlu membuat jadwal dan memberi penggumuman minimal 12 (dua belas) jam sebelum pelaksaan kegiatan latihan. Masalah kedisiplinan yaitu kelengkapan peralatan keselamatan yang harus dikenakan oleh anak buah kapal setiap pelaksanaan latihan masih ditemukan crew yang tidak lengkap seperti tidak memakai safety helmet, safety shoes, life jacket, setelah komandan tim mengetahui, segera hal tersebut dibetulkan untuk mengambil perlengkapan.

Masalah pembagian tugas masing-masing dalam latihan keadaan darurat akan menyebabkan kurang maksimalnya pelaksanaan latihan keadaan darurat di atas kapal. Dalam setiap pelaksanaan latihan keadaan darurat setiap anggota harus mengetahui tugas dan tanggung jawab dalam latihan yang dilaksanakan tersebut, namun pada kenyataannya banyak anak buah kapal yang tidak melaksanakan karena banyak crew yang tidak melaksanakan tugasnya dan berharap tugasnya dikerjakan orang lain sehingga latihan tersebut kurang lancar, Seperti ini dapat dilakukan crew baru atau pengganti wajib melihat dan menghafalkan tugas dan tanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan latihan di muster list. Dalam pelaksanaan komandan tim harus mengecek kelengkapan anggotanya di muster station kemudian komandan tim memberikan pengarahan kepada anggota agar anggota mengerti akan tugas dan tanggung jawabnya.

(16)

BAB V PENUTUP

A. SIMPULAN

Berdasarkan pada hasil penelitian di lapangan serta dari hasil uraian pembahasan mengenai kesiapan dan pelaksanaan crew dalam menghadapi latihan keadaan darurat beserta kendalanya di MV. RUBY INDAH dan mengenai respon crew terhadap latihan keadaan darurat di atas kapal tersebut, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengetahuan kru kapal tentang tugas dan tanggung jawab tentang prosedur keadaan darurat masih kurang, karena belum begitu memahami dalam menggunakan alat-alat keselamatan.

2. Dalam pelaksanaan latihan keadaan darurat kru kapal masih kurang siap dalam menghadapi latihan keadaan darurat di atas kapal.

B. SARAN

Sesuai permasalahan yang telah dibahas dalam skripsi ini penulis ingin memberikan saran yang mungkin dapat bermanfaat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah sebagai berikut:

1. Latihan keadaan darurat di atas kapal harus dilaksanakan sesuai dengan yang dilaporkan ke perusahaan atau yang tertulis di buku harian (Log Book). Perlunya ditumbuhkan rasa tanggung jawab, saling menghargai

(17)

antara anggota tim latihan keadaan darurat, agar tindakan atau kerjasama tim dapat berjalan dengan lancar dan efektif.

2. Adanya pengarahan (Briefing) sebelum latihan sehingga para anak buah kapal sebelumnya mengetahui gambaran latihan yang akan dilaksanakan dan gambaran tata cara pengunaan alat-alat keselamatan sesuai dengan prosedur. Perlu ditumbuhkan rasa tanggung jawab, saling menghargai, agar kerjasama tim dapat berjalan dengan lancar dan efektif.

Referensi

Dokumen terkait

Some studies advocate that the thyroid gland need not be removed routinely in all laryngectomies, unless there is advanced disease with thyroid cartilage erosion and gross thyroid gland