Berdasarkan data pada tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa hasil observasi guru siklus I yang dilakukan oleh dua orang pengamat dalam dua pertemuan mencapai skor rata-rata 30,5 dengan kategori cukup. Berdasarkan data pada tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa hasil observasi siswa siklus I yang dilakukan oleh dua orang pengamat dalam dua pertemuan mencapai skor rata-rata 30,5 dengan kategori cukup. Berdasarkan data tabel 4.5 aspek afektif kategori terampil siklus I dua pertemuan, nilai afektif menerima (taat) pada pertemuan 1 mendapat skor 22,5% dan pada pertemuan 2 mendapat skor 42,5%. skor rata-rata adalah 32,5%.
Nilai afektif menyikapi (kompromi) pada pertemuan 1 memperoleh skor 12,5% dan pada pertemuan 2 memperoleh skor 32,5% sehingga nilai meannya adalah 22,5%. Berdasarkan tabel 4.6 data aspek psikomotorik kategori terampil siklus I dua sesi, nilai psikomotorik meniru (mengubah) pada sesi 1 mendapat skor 25% dan pada sesi 2 mendapat skor 45% sehingga skor rata-ratanya adalah 25%. adalah 35%. Nilai manipulasi psikomotorik (demonstrasi) pada pertemuan 1 memperoleh nilai 22,5% dan pada pertemuan 2 memperoleh nilai 45% sehingga diperoleh nilai rata-rata sebesar 33,75%.
Skor pengalaman psikomotorik (operasional) pada pertemuan 1 diberi skor 25% dan pada pertemuan 2 diberi skor 42,5% sehingga rata-rata skornya adalah 33,75%. Nilai psikomotorik artikulasi (penggunaan) diberi skor 25% pada pertemuan 1 dan skor 30% pada pertemuan 2 sehingga rata-rata skornya adalah 27,5%.
Refleksi Siklus I
Guru membimbing siswa dalam menarik kesimpulan dari materi yang telah dipelajarinya dengan meminta pendapat dari 4 sampai 6 kelompok. Guru membimbing siswa dalam bertanya dan memberikan pendapat untuk mengidentifikasi masalah dan menuliskan hasilnya di papan tulis. Guru membimbing siswa dalam mengemukakan pendapatnya mengenai masalah yang ingin dipecahkan dan merangkum pendapat tersebut untuk menemukan jawaban sementara.
Guru membimbing siswa dalam melakukan diskusi kelompok dan melakukan eksplorasi untuk memperoleh informasi/data dengan menggunakan perangkat pembelajaran. Guru juga membimbing siswa untuk menaati peraturan guru dalam pembelajaran, sehingga kelas menjadi kondusif dan tertib. Selain itu, guru juga hendaknya membimbing siswa untuk fokus pada tugas yang diberikan dan tidak menyibukkan diri dengan mengerjakan OSZA.
Guru juga membimbing siswa agar lebih gigih dan aktif dalam menjawab pertanyaan yang diajukan. Selain itu, guru juga hendaknya membimbing siswa untuk aktif bertanya kepada guru, bertukar pendapat dengan siswa lain, dan mengumpulkan bahan pembelajaran yang berkaitan dengan materi tersebut.
Siklus II
Berdasarkan data tabel 4.11, data aspek afektif kategori keterampilan siklus II dalam dua pertemuan, nilai afektif penerimaan (ketaatan) pada pertemuan 1 mendapat skor 65% dan pada pertemuan 2 mendapat skor sebesar 77,5%, sehingga hasil rata-ratanya adalah 71,5%. Nilai afektif respon (kompromi) pada pertemuan 1 memperoleh skor 57,5% dan pertemuan 2 memperoleh skor 62,5% sehingga rata-rata skornya adalah 60%. Estimasi nilai afektif (persuasif) pada pertemuan 1 memperoleh skor 55% dan pada pertemuan 2 memperoleh skor 72,5% sehingga rata-rata skornya adalah 63,75%.
Nilai afektif mengelola (membangun) mendapat skor 55% dan pada pertemuan ke 2 mendapat skor 75% sehingga rata-rata skor 65%. Nilai afektif immersion (perubahan perilaku pada pertemuan 1 memperoleh skor 47,5% dan pada pertemuan 2 memperoleh skor 77,5% sehingga rata-rata skor sebesar 62,5%. 3) Deskripsi penilaian psikomotorik. Berdasarkan Tabel 4.12 data aspek psikomotorik kategori keterampilan siklus II dalam dua pertemuan, skor psikomotorik imitasi (berubah) pada pertemuan 1 memperoleh skor 57,5% dan pada pertemuan 2 memperoleh skor 77,5%, sehingga skor rata-ratanya adalah 67,5%.
Nilai manipulasi psikomotorik (demonstrasi) pada pertemuan 1 memperoleh nilai 55,0% dan pada pertemuan 2 memperoleh nilai 65,0% sehingga diperoleh nilai rata-rata sebesar 60,0%. Skor pengalaman psikomotorik (operasional) pada pertemuan 1 memperoleh skor 57,5% dan pada pertemuan 2 memperoleh skor 87,5% sehingga mean skornya adalah 72,5%.
Refleksi Siklus II
99. siswa dalam menganalisis data menggunakan bahasa yang mudah dipahami siswa dan memberikan penjelasan terhadap setiap data yang sesuai dengan materi. Berdasarkan hasil observasi siswa pada siklus II dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa pada siklus II secara keseluruhan telah mencapai seluruh indikator yang ditentukan pada lembar observasi. Berdasarkan evaluasi yang diperoleh siswa pada siklus II hanya 4 siswa yang belum tuntas, sedangkan yang mendapat nilai >7,0 sebanyak 36 siswa, rata-rata kelas 82 dengan ketuntasan 90%.
Hasil belajar siklus II ini mengalami peningkatan dan tuntas, karena telah mencapai ketuntasan belajar klasikal yaitu minimal 85% siswa mencapai nilai 7,0. Peningkatan hasil belajar kognitif (disajikan pada lampiran 53 halaman 263), sehingga penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model inkuiri terbimbing tuntas pada siklus ini. 2) Nilai Afektif. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti selama kegiatan pembelajaran siklus I terlihat bahwa aspek afektif memperoleh skor rata-rata sebesar 71,25% (lulus).
Rerata yang dicapai masing-masing aspek psikomotor kategori terampil adalah 67,5% pada aspek imitasi, 60% pada aspek manipulasi, 66,25% pada aspek pengalaman, dan 61,5% pada aspek artikulasi. Pada siklus II perkembangannya mengalami peningkatan sehingga harus dipertahankan dan ditingkatkan lagi untuk pembelajaran selanjutnya.
Pembahasan Dari Setiap Siklus 1. Aktivitas Pembelajaran
Hasil belajar dari segi kognitif meningkat, ditunjukkan dengan rata-rata nilai tes pada siklus I sebesar 66,75 dengan ketuntasan belajar klasikal 52,5%, kemudian meningkat pada siklus II menjadi 82,0 dengan ketuntasan belajar klasikal 90% dan menunjukkan peningkatan nilai rata-rata sebesar 15,25 dan ketuntasan belajar klasikal meningkat sebesar 37,5%. Hal ini terjadi karena meningkatnya aktivitas guru dan siswa di II. siklus yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini mendukung pendapat Abdurrahman (2012:29) bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah menyelesaikan kegiatan belajar.
Rata-rata penilaian ranah afektif pada aspek penerimaan meningkat dari 32,5% pada siklus I menjadi 71,25% pada siklus II. Hal ini didukung dengan hasil pendapat Winarni (2012:34) yang menyatakan bahwa nilai-nilai sosial positif dalam kerja kelompok sangat dibutuhkan siswa dalam kehidupan sehari-hari dan secara nyata dan akan tercermin dalam sikap dan perilaku yang percaya diri, kritis, penuh perhatian dan mampu menawarkan solusi alternatif bersama-sama. Rata-rata penilaian ranah psikomotor aspek imitasi meningkat dari 35% pada siklus I menjadi 67,5% pada siklus II.
Dari penelitian yang telah dilakukan terlihat adanya peningkatan pada setiap aspek dari siklus I ke siklus II. Hal ini didukung oleh pendapat Winarni bahwa a) aspek imitasi adalah keterampilan siswa dalam membangun atau meniru langkah kerja.
Nilai Karakter
Dengan meningkatkan nilai-nilai karakter pada diri siswa maka tujuan pengembangan nilai-nilai karakter tercapai.
KESIMPULAN DAN SARAN
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan kesimpulan di atas, disarankan kepada guru sekolah dasar khususnya guru Matematika agar model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat diterapkan dalam pembelajaran Matematika.
RIWAYAT HIDUP
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Menjelaskan cara menentukan salah satu sisi sejajar jika luas, tinggi, dan salah satu sisi sejajar (prosedur C2). Menunjukkan sikap teliti dan hati-hati dalam menyelesaikan permasalahan perhitungan luas trapesium (menyeluruh/menghargai).
- Materi Pembelajaran
- Sumber dan media pembelajaran
- Media pembelajaran
Menampilkan ide-ide anda saat memotong layang-layang dan membentuknya menjadi persegi panjang (Kreatif/Respon) 3. Mendemonstrasikan kepatuhan terhadap kaidah atau langkah-langkah mencari rumus luas layang-layang (Disiplin/Penerimaan). Menunjukkan sikap teliti dan hati-hati dalam menyelesaikan soal perhitungan luas layang-layang (menyeluruh/menghargai).
Melalui diskusi kelompok dengan menggunakan alat peraga layang-layang, siswa dapat menemukan rumus luas layang-layang (C4-Konseptual). Melalui diskusi kelompok dengan menggunakan alat peraga layang-layang, siswa dapat menentukan luas layang-layang jika diketahui panjang diagonal-diagonalnya (C3-Konseptual). Melalui diskusi kelompok dengan menggunakan alat peraga layang-layang, siswa dapat mengubah bentuk layang-layang menjadi persegi panjang (C2-Faktual).
Melalui diskusi kelompok dengan menggunakan alat peraga layang-layang, siswa dapat menjelaskan cara mencari rumus luas layang-layang (C2-Prosedural). Melalui diskusi kelompok siswa dapat menjelaskan cara menentukan luas layang-layang dengan menggunakan rumus (C2-Prosedural) 4. Melalui diskusi kelompok siswa dapat menanyakan cara mencari rumus luas layang-layang (Rasa ingin tahu/penerimaan) .
Melalui diskusi kelompok, siswa dapat menyampaikan gagasannya tentang cara menggunting layang-layang dan membentuknya menjadi persegi panjang (Kreatif/Respon). Melalui diskusi kelompok dengan menggunakan alat peraga layang-layang, siswa dapat dengan serius membentuk potongan layang-layang menjadi persegi panjang (Kerja Keras/Mengelola) 4. Melalui LDS dan evaluasi, siswa dapat menunjukkan sikap teliti dan hati-hati dalam menyelesaikan masalah. hati-hati/menghargainya).
Cara menghitung luas hiasan dinding. jawaban yang diharapkan adalah menggunakan rumus luas layang-layang) b. cara menemukan rumus naga. Jawaban yang diharapkan adalah ya. Siswa melakukan penelitian. gunakan alat peraga untuk mencari rumus luas layang layang.. kreatifitas, kerja keras dan disiplin. Guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil OSZA terkait pencarian rumus luas layang-layang di depan kelas.
Pertemuan 1
- Jujur
- Kerja keras
- Teliti
- STANDAR KOMPETENSI
- KOMPETENSI DASAR
- INDIKATOR Pertemuan 1
- TUJUAN PEMBELAJARAN Pertemuan 1
Subjek Penelitian : Siswa Kelas V B SDN 19 Kota Bengkulu Materi : Menemukan Rumus Siklus Layang-layang Luas/Pertemuan : I Pertemuan 2. Guru membimbing siswa dalam mendapatkan informasi/data melalui eksplorasi dengan menggunakan alat peraga pembuatan layang-layang. Siswa menjelajah. menggunakan alat peraga untuk.. menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan layang-layang.. kreatifitas, kerja keras dan disiplin.
Guru membimbing setiap kelompok untuk menurunkan rumus luas permukaan layang-layang dari data yang diperoleh. Guru memberikan tindak lanjut berupa tugas dengan membuat layang-layang dengan berbagai bentuk dan menempelkannya pada karton. Materi Pelajaran: Menyelesaikan Soal Layang-layang Isilah tanda centang (√) sesuai penilaian pengamat pada kolom penilaian.
Materi Pembelajaran: Menyelesaikan Masalah Terkait Layang-layang Isikan tanda centang (√) sesuai penilaian pengamat pada kolom penilaian. Materi Pembelajaran : Menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan layang-layang. Isikan tanda centang (√) sesuai dengan penilaian pengamat pada kolom penilaian.