27 A. Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepatuhan pasien pada instruksi pasca pencabutan gigi decidui. Untuk mengetahui hasil penelitian ini, peneliti berpedoman pada pemeriksaan bekas luka pasca pencabutan dan hasil check list yang diperoleh dengan wawancara kepada 46 orang tua pasien terdiri dari 27 orang laki-laki (58,7%) dan 19 orang perempuan (41,3%) yang dilakukan pencabutan gigi decidui di Poli Gigi Puskesmas Duren Bandungan Kabupaten Semarang.
1. Analisis Univariat
a. Persentase instruksi yang diberikan pada pasien pasca pencabutan gigi decidui
Tabel 3.1 Persentase kepatuhan instruksi yang diberikan pada pasien pasca pencabutan gigi decidui
No Instruksi Patuh Tidak Patuh
n % N %
1 Pasien kumur satu kali 42 91,3 4 8,7
2 Pasien menggigit tampon kurang lebih 15 menit/
sampai darah tidak keluar
42 91,3 4 8,7
3 Pasien tidak mengisap-isap daerah bekas pencabutan
46 100 0 0
4 Pasien tidak meludah 41 89,1 5 10,9 5 Pasien tidak memegang-
megang daerah bekas pencabutan
43 93,5 3 6,5
6 Pasien menghindari rangsang panas pada daerah bekas pencabutan selama 1 jam
46 100 0 0
Pada Tabel 3.1 Persentase kepatuhan instruksi yang diberikan pada pasien pasca pencabutan gigi decidui memiliki tingkat kepatuhan tertinggi yaitu 100% pada pasien tidak mengisap-isap daerah bekas
pencabutan dan menghindari rangsang panas pada daerah bekas pencabutan. Sedangkan dengan kepatuhan terendah yaitu 89,1% yaitu pada saat pasien tidak meludah pasca pencabutan gigi decidui.
b. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kepatuhan Pasien terhadap Instruksi Pasca Pencabutan gigi Decidui
Tabel 3.2 Distribusi frekuensi berdasarkan kepatuhan pasien terhadap instruksi pasca pencabutan gigi decidui
Kategori N %
Patuh 33 71,7
Tidak Patuh 13 28,3
Total 46 100
Pada Tabel 3.2 Distribusi frekuensi tertinggi berdasarkan kepatuhan pasien terhadap instruksi pasca pencabutan gigi decidui kebanyakan responden patuh yaitu sebanyak 33 orang (71.7%).
c. Distribusi frekuensi berdasarkan lama penyembuhan luka pasca pencabutan gigi decidui
Tabel 3.3 Distribusi frekuensi berdasarkan lama penyembuhan luka pasca pencabutan gigi decidui
Pada tabel 3.3 diketahui distribusi frekuensi berdasarkan lama penyembuhan luka pasca pencabutan gigi decidui tertinggi yaitu pada 0-3 Hari sebanyak 43 orang (93,5%)
2. Analisis Bivariat
Tabel 3.4 Distribusi frekuensi pengaruh kepatuhan terhadap penyembuhan luka pasca pencabutan gigi decidui.
Penyembuhan Kategori
0-3 Hari 3-5 Hari Total
Sig.
N % n % N
%
Patuh 33 71,7 0 0 33 71.7
0.004
Tidak Patuh 10 21,8 3 6,5 13 28.3
Total 43 93,5 3 6,5 46 100
Lama Penyembuhan N (%)
0-3 Hari 43 93,5
3-5 Hari 3 6,5
Total 46 100
Pada tabel 3.4 diketahui distribusi frekuensi pengaruh kepatuhan terhadap penyembuhan luka pasca pencabutan gigi decidui tertinggi pada kategori patuh dan dengan lama penyembuhan 0-3 hari yaitu sebanyak 33 orang (71.7%). Hasil uji statistik menunjukkan nilai signifikan 0,004, sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh antara kepatuhan terhadap instruksi terhadap lamanya penyembuhan luka.
B. Pembahasan
Pada penelitian ini 46 responden yang merupakan pasien pencabutan gigi decidui, diberikan 6 instruksi pasca pencabutan yang meliputi cara kumur, instruksi untuk menggigit tampon, tidak menghisap-hisap bekas pencabutan, tidak meludah , tidak memegang bekas pencabutan, menghindari rangsang panas selama 1 jam. Dimana setelah diberikan istruksi tersebut pasien diharapkan datang kembali pada hari ke 3 untuk melihat luka penyembuhan pasca pencabutan gigi decidui.
Instruksi yang diberikan sejumlah enam tersebut, ada dua instruksi yang dilakukan/ dipatuhi oleh seluruh responden yaitu untuk tidak menghisap-hisap bekas pencabutan dan menghindari rangsangan panas.
Sedangkan untuk empat instruksi lainnya, pasien kumur satu kali tingkat kepatuhannya 91,3%, untuk isntruksi menggigit tampon selama 30 menit tingkat kepatuahan 91,3%, tidak meludah tingkat kepatuhannya 89,1%, tidak memegang bekas pencabutan tingkat kepatuhannya sebesar 93,5%.
Berdasarkan tabel frekuensi kepatuhan yang didapatkan, data frekuensi kepatuhan menunjukkan bahwa 33 orang (71,7%) termasuk dalam kriteria patuh, dan 13 orang (28,3%) termasuk dalam kriteria tidak patuh. Instruksi yang diberikan kepada responden dan orang tua mengenai apa yang harus dilakukan pasca pencabutan gigi agar luka pasca pencabutan gigi dapat segera sembuh dalam kurun waktu yang cepat membuat orang tua sebagian besar telah patuh dengan instruksi yang diberikan. Orang tua tidak ingin melihat gigi anaknya terus menerus merasakan sakit yang berkepanjangan pasca pencabutan gigi decidui, oleh karena itu sebagian besar instruksi yang diberikan sangat di patuhi oleh orang tua agar bekas luka pasca pencabutan
dapat segera sembuh. Hal ini sejalan dengan penelitian Sritiawan, dkk 2015 di mana pemahaman yang baik dan positif dari manfaat instruksi dan risiko tidak mematuhi instruksi akan menumbuhkan sikap kepatuhan dari responden, Semakin tinggi kesadaran seseorang untuk menjaga kesehatan maka semakin tinggi kesadaran untuk mematuhi instruksi yang diberikan dalam perawatan, sehingga akan membantu proses penyembuhan.
Berdasarkan tabel frekuensi lama penyembuhan, data frekuensi lama penyembuhan menunjukkan bahwa sebagian besar responden termasuk dalam kriteria sembuh cepat dengan jumlah 43 orang (93,5%). Hal ini disebabkan karena sebagian besar responden memiliki tingkat kepatuhan yang baik. Pada tabel tabulasi silang antara kepatuhan dengan lama penyembuhan dapat dilihat bahwa responden dengan kriteria patuh, 100% memiliki tingkat penyembuhan luka yang cepat yaitu sebanyak 33 orang (71,7%). Dari responden yang tidak patuh ada 10 orang (21,7%) yang mengalami proses penyembuhan dengan cepat. Hal ini mungkin disebabkan faktor-faktor lain misalkan nutrisi, obat ataupun makanan atau minuman dingin seperti ice cream yang dikonsumsi pasca pencabutan gigi. Hasil tabulasi silang tersebut menunjukkan bahwa semakin baik tingkat kepatuhan seseorang terhadap instruksi yang diberikan, maka semakin baik juga tingkat penyembuhan luka seseorang. Tingkat kepatuhan seseorang yang baik akan membantu proses penyembuhan dalam berobat, begitu sebaliknya jika kepatuhan seseorang buruk kemungkinan akan menghambat atau memperlambat proses penyembuhan luka.
Dalam penelitian ini kepatuhan akan mengurangi terjadinya komplikasi, kepatuhan merupakan faktor yang menentukan efektivitas suatu pengobatan. Untuk memperoleh kepatuhan pasien maka peran petugas kesehatan dalam berkomunikasi terhadap pasien sangat diperhatikan kejelasannya. Kejelasan komunikasi dalam memberikan instruksi merupakan hal yang paling utama. Kepatuhan pasien terhadap instruksi dipengaruhi oleh komunikasi petugas kepada pasien, dengan instruksi yang jelas maka akan meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalankan semua instruksi petugas.
Jika terjadi kesalahan dalam penyampaian instruksi, tidak seorangpun akan
mematuhi instruksi karena salah paham tentang instruksi yang diberikan padanya. Kadang-kadang hal ini disebabkan oleh kegagalan profesional kesalahan dalam memberikan informasi lengkap, penggunaan istilah medis dan memberikan banyak instruksi yang harus diingat oleh penderita, maka instruksi yang diberikan harus sesuai dengan bahasa awam yang mudah dimengerti. Dalam menjalankan profesinya,setiap perawat gigi Indonesia wajib memberikan pelayanan yang sebaik mungkin kepada individu dan masyarakat tanpa membedakan budaya, etnik, kepercayaan dan status ekonominya. Pelayanan sebaik mungkin disini adalah pelayanan yang sesuai dengan standar kompetensi dan standar profesi dimana di dalamnya dituntut adanya kehati-hatian dan ketelitian dalam melaksanakan tindakan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut kepada pasien.
Hasil uji statistik dapat diketahui bahwa data sprearman rank mempunyai nilai signifikan sebesar 0,004, hasil tersebut berarti < 0,05. Dari hasil uji statistik, dapat diartikan bahwa ada pengaruh antara kepatuhan pasien pada instruksi pasca pencabutan gigi decidui dengan lama penyembuhan luka, hal ini sejalan dengan penelitian Muniroh, dkk (2013) yang menyebutkan bahwa ada hubungan yang signifikan Pengawas Minum Obat terhadap kesembuhan pada penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Mangkang, begitu pula penelitian yang dilakukan Widiyanto (2016), ada hubungan antara kepatuhan minum obat dengan kesembuhan responden TB BTA positif di Puskesmas Delanggu Klaten. Hal ini diperkuat oleh pernyataan yang dikemukakan oleh Notoatmidjo (2003), bahwa kepatuhan berobat merupakan salah satu perilaku pemeliharaan kesehatan, yaitu usaha seseorang untuk memelihara kesehatan atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha penyembuhan apabila sakit dan juga merupakan suatu perubahan perilaku dari perilaku yang tidak mematuhi peraturan ke perilaku yang mematuhi peraturan.
Kepatuhan pasien sangat dibutuhkan dalam setiap perawatan medis, maka pasien akan mendapat kenyamanan dalam proses pengobatan, sehingga pengobatan akan berjalan dengan lancar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kepatuhan pasien pada instruksi pasca pencabutan gigi decidui dengan lama penyembuhan luka. Kepatuhan merupakan faktor yang memberikan efek yang kompleks bagi pasien, tingkat kepatuhan pasien yang tinggi terhadap instruksi yang diberikan petugas maka akan memberikan dampak yang positif bagi pasien, begitu sebaliknya jika pasien tidak mematuhi instruksi yang diberikan petugas maka akan memberi dampak negatif bagi pasien.