Dari beberapa sistem yang telah dijelaskan, ada pula yang relevan dengan sistem pertanian yang dijelaskan dalam Islam, sistem mapeppe dare yang digunakan oleh sebagian masyarakat desa Nepo tidak jauh berbeda dengan sistem tersebut. Komentar atau jawaban yang berbeda-beda dari masyarakat khususnya petani mengenai perjanjian kerjasama ini, ada yang mengatakan mengetahuinya dan ada pula yang mengatakan tidak mengetahui sama sekali istilahnya.Di Desa Nepo tidak semua orang melakukan kerjasama tersebut, namun hanya sebagian saja yang melakukan kerjasama tersebut. mereka melakukan kerjasama mapeppe dare ini.. Komentar dan tanggapan warga desa Nepo terhadap mapeppe dare baik pihak pembuatnya (petani) maupun pihak pemberi tanah (pemilik) adalah sebagai berikut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Majen salah satu petani dapat disimpulkan bahwa “kerja sama dengan Mapeppe Dare sudah cukup. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Ani, salah satu petani yang bekerja sama dengan Mapeppe Dare, dapat disimpulkan. Dari hasil wawancara dengan Ibu Kasma salah satu ibu rumah tangga yang juga bekerja sama dengan Mapeppe Dare dapat disimpulkan bahwa masih terdapat kesepakatan antara kedua belah pihak yaitu petani dan penggarap dalam membuat perjanjian mengenai hal tersebut. pembagian keuntungan Mapeppe Dare. , tetapi hanya secara lisan, bukan lisan. Bukti tertulis dan juga mengatakan bahwa mapeppe berani.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Rasma selaku petani dapat disimpulkan bahwa kerjasama Mapeppe Dare sangat membantu keuangan keluarganya dan juga kebutuhan sehari-hari, karena normalnya Ibu Ratna bisa mendapatkan 20-25 karung per hari. panennya, tapi juga tergantung berapa liter biji yang ditanam dan biasanya harga biji per tas sekarang Rp. Wawancara dengan Ibu Ratna, salah satu koperasi yang melaksanakan kegiatan kerjasama Mapeppe Dare. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Ratna salah satu koperasi yang bekerjasama dengan Mapeppe Dare mengungkapkan bahwa dirinya sudah lama menjadi petani kacang tanah, namun baru sekitar 4 tahun terakhir ia mendirikan koperasi. , yang dipanggil Mapeppe Dare oleh masyarakat Desa Nepo. Dia juga mengatakan dia tidak mengetahuinya. sejak kapan mulai berlaku?
Berdasarkan wawancara dengan Pak Lasima yang merupakan salah satu pemegang saham yang bekerjasama dengan Mapeppe Dare, ujarnya. Dari hasil wawancara dengan bapak Lasima selaku pemilik koperasi yang mengatakan bahwa beliau sudah cukup lama menjadi petani yaitu selama 5 tahun dan dari 5 tahun tersebut beliau menggarap lahan orang lain dan melakukan kerjasama mapeppe dare. dan mati. hasil dari kerjasama tersebut beliau mampu membantu keuangan keluarga dan memenuhi kebutuhan sehari-harinya dan dalam kurun waktu 5 tahun beliau mengaku tidak pernah mengalami kegagalan karena tidak mendapatkan hasil yang sekecil-kecilnya melainkan hanya kurang dan model penyalurannya bergantung pada perjanjian. Wawancara dengan Ibu Sariyah salah satu pemilik lahan yang juga bekerjasama dengan Mapeppe Dare mengatakan hal tersebut.
Dari hasil wawancara dengan Bpk. Ia menceritakan kepada Lanati pemilik lahan yang melakukan kerjasama mapeppe dare bahwa mapeppe dare sudah dilakukan sejak lama namun dahulu mereka tidak meminta imbalan berupa uang melainkan hasil yang dihasilkan petani berupa kacang-kacangan dengan pendistribusiannya, jika Petani mendapat sekitar 10 karung, maka petani harus memberikan 1 karung kepada pemilik lahan, namun harga kacang tanah dahulu dengan harga sekarang berbeda, dahulu harga kacang tanah masih berkisar tigaratus, namun sekarang jumlahnya dua kali lebih tinggi. Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dijelaskan bahwa penggarap merasa bahwa kerjasama mapeppe dare dengan pemilik lahan sangat membantu mereka. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani penggarap dari pendapat beberapa petani, hampir seluruh petani mengatakan bahwa kerjasama dengan Mapeppe Dare sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka seperti kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan sehari-hari, dan juga dapat memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier mereka.
Selebihnya mengatakan bahwa terkadang bekerja dengan Mapeppe Dare dapat menimbulkan kerugian, misalnya kerugian. Sementara itu, pihak pemilik lahan sendiri mengatakan bahwa hasil kerjasama Muzâra'ah Mapeppe Dare tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam jangka waktu yang lama dan hanya mampu memenuhi kebutuhan sekitar satu hingga tiga bulan saja. Kerja sama ini dilatarbelakangi oleh beberapa faktor seperti karena mereka sudah tidak mampu lagi bertani, karena jauh dari tempat tinggal, bisa saling membantu dan juga memanfaatkan lahan yang tidak terpakai. Namun dapat dikatakan bagi hasil di Desa Nepo atau muzâra'ah dalam mapeppe dare yang berkaitan dengan pembagian hasil dalam analisis hukum Islam kurang tepat dalam hal pembagian hasil, dimana dalam muzâra'ah tersebut dijelaskan bahwa distribusi.
Maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa aspek keadilan dalam praktek muzâra’ah mapeppe berani dilakukan di Desa Nepo tidak terlalu terlihat, karena kedua pihak yang mengadakan perjanjian, baik pihak pemilik tanah maupun para petani saling merasa puas, saling memahami dan membantu satu sama lain.
Analisi ‘Urf Terhadap Perjanjian Bagi hasi Mapeppe Dare
Secara realistis, respon masyarakat terhadap perjanjian bagi hasil ini dapat ditunjukkan dengan adanya adaptasi adat dan “urf yang proporsional, seperti muzâra’ah dalam bentuk mapeppe dare, yang tidak membagi secara jelas hasil antara pemilik tanah dan penggarap serta tidak sesuai dengan hukum yang berlaku. akan tetapi sesuai dengan ketentuan hukum karena dilandasi oleh rasa kekeluargaan dan gotong royong antara satu sama lain, serta saling puas satu sama lain dalam pelaksanaan kerjasama ini, namun seiring berjalannya waktu kerjasama ini tetap dilaksanakan selama masih ada Tidak ada sesuatupun yang merugikan di antara keduanya, baik dari pemilik tanah maupun dari pihak penggarap itu sendiri.Dalam fiqh Islam hal ini disebut dengan al-mu'attah, menurut mayoritas ulama fiqh al-mu'attah hukumnya boleh jika hal tersebut telah terjadi. menjadi suatu adat istiadat di suatu daerah karena hal ini menunjukkan adanya unsur kegembiraan dari kedua belah pihak, baik dari pemilik tanah maupun dari pemegang saham.Menurut mayoritas ulama, suatu transaksi didasarkan pada kerelaan bersama, dan kedudukan mereka sudah menunjukkan bahwa akad itu sudah mengandung unsur kemauan, maka ketika mengadakan akad bagi hasil muzâra'ah dalam hal mapeppe dare, diperbolehkan membagi hasil dan ketentuan yang terdapat dalam muzâra' Ah, bagi hasil yang terdapat dalam muzâra 'ah, apalagi dalam hal bagi hasil harus sesuai dengan teori muzâra'ah.
Hasil wawancara dengan Ibu Kasma menunjukkan bahwa beliau pernah mengalami gagal panen yang disebabkan oleh curah hujan yang tidak teratur dan kondisi cuaca yang berubah-ubah, serta tanaman terserang hama, dan pada saat yang sama hasil panen tidak banyak sehingga beliau harus melakukannya. membagikan hasilnya. dengan pemilik tanah, namun pada saat itu pemilik tanah ingin mengetahui keadaannya. Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kerjasama ini terdapat unsur gotong royong, dan saling pengertian serta kekeluargaan antara pemilik tanah dengan penggarap, dimana ketika petani penggarap mengalami gagal panen, pemilik tanah tidak. memaksakan sebagian hasilnya kepada petani. Jadi dapat dikatakan ini adalah 'urf shahih', yaitu adat-istiadat yang berlaku dalam kehidupan masyarakat yang tidak bertentangan dengan nash (ayat atau hadits) dan tidak merugikannya.
Karena tidak adanya nisbah bagi hasil pada awal akad perjanjian, maka menimbulkan unsur gharar atau ketidakpastian, dan hal ini sudah menjadi 'urf atau adat istiadat yang melekat pada masyarakat Desa Nepo, sehingga dalam hal ini ' urf' yang biasa terjadi di kalangan masyarakat merupakan adat yang menyimpang dari konsep Islam yang ada, dimana dalam konsep Islam dijelaskan bahwa 'urf yang biasa dijadikan hukum adalah 'urf yang tidak menyimpang dari ketentuan Islam, sedangkan dalam pembagian bagian bagi hasil terdapat unsur gharar dan gharar merupakan sesuatu yang diharamkan dalam islam sehingga pembagian bagian tidak dijelaskan secara rinci pada awal akad hal ini tidak sesuai dengan islam sehingga dapat mengakibatkan hingga penipuan yang dapat dilakukan oleh petani dan juga dapat memanipulasi hasil panen sedemikian rupa sehingga bagi hasil yang diperoleh pemilik tanah tidak sesuai dengan harapannya. Dan janganlah sebagian dari kalian mengkonsumsi harta orang lain di antara kalian dengan cara yang tidak benar dan membawa (urusan) kekayaan itu kepada hakim. Dari ayat tersebut Allah melarang kita untuk berlaku sewenang-wenang terhadap sesama dan harta milik orang lain, dengan merampas hak orang lain atau tidak memberikan bagiannya kepada orang lain, hal ini merupakan hal yang tidak boleh dilakukan dalam Islam, maka sebagai muslim yang baik sebelumnya kalian bekerja sama dengan baik.