• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENUTUP

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "BAB IV PENUTUP"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan permasalahan yang dikaji dalam penulisan ini, maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut :

1. Eksistensi masyarakat hukum adat Soa Olusi masih tetap dijaga dan dijalankan sejak dahulu kala hingga sekarang. Sesuai dengan pasal 2 UU No. 5 tahun 1999, hak atas tanah milik Soa Olusi masih dianggap ada dan eksis, karena masih terdapat masyarakat Desa Latdalam yang masih tunduk dan terikat oleh tatanan hukum adatnya, tanah adatnya menjadi lingkungan hidup dan tempatnya mengambil kebutuhan hidup sehari-hari, serta terdapat tatanan hukum adat mengenai pengurusan, penguasaan dan penggunaan tanah hak milik Soa Olusi yang berlaku dan ditaati oleh masyarakat hukum adat Desa Latdalam seperti tatanan hukum adat mengenai hak penguasaan atas tanah yang dimiliki oleh Soa Olusi dan sebagai wujud pengakuan dan perlindungan atas haknya ditandai dengan pemberian harga ‘Sopi’dan ‘Sirih Pinang’ sebagai benda adat yang biasanya digunakan dalam upacara adat di Desa Latdalam.

2. Perlindungan hukum atas tanah hak milik Soa Olusi antara lain : a. Tidak sahnya proses jual beli tanah hak milik Soa Olusi

Proses peralihan hak atas tanah milik Soa Olusi melalui jual beli yang dilakukan oleh pihak lain yang nantinya diperuntukkan untuk

(2)

94

pembangunan infrastruktur gas alam cair lapangan blok masela di Desa Latdalam, status hukumnya tidak sah/cacat hukum karena tidak sesuai dengan prosedur yang benar. Menurut hukum adat Desa Latdalam status hukumnya tidak sah/cacat hukum karena tidak sesuai dengan prosedur yang benar karena tidak melalui pemberitahuan dan meminta persetujuan lewat upacara adat dengan membawa barang adat seperti Sopi adat dan Sirih Pinang sebagai perantara untuk membicarakan maksud-maksud tertentu misalnya membeli tanah adat dan tidak dilakukan dihadapan kepala adat. Sedangkan menurut hukum barat dan setelah berlakunya UU Dasar Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960, bahwa proses peralihan hak atas tanah melalui jual beli hak atas tanah tersebut status hukumnya tidak sah karena tidak berlangsung pembuatan akta dihadapan pejabat yang berwenang yaitu Kepala Kantor Pendaftaran Tanah dan tidak mengikuti ketentuan-ketentuan dalam pembuatan akta tanah yang diatur dalam aturan hukum serta tidak dihadiri oleh masyarakat Soa Olusi yang punya hak atas tanah.

b. Prinsip terjaminnya hak-hak masyarakat Soa Olusi, berdasarkan UUD 1945 pasal 28 H ayat (4) maka masyarakat adat Soa Olusi, harus mendapat perlindungan hukum terkait tanah hak milik Soa Olusi dalam rangka pembangunan infrastruktur gas alam cair lapangan blok masela melalui proses pengadaan tanah melalui ganti rugi dan rekognisi yang dilakukan dalam musyawarah dimana sebagai titik temu keinginan antara pemilik tanah (Soa Olusi) dengan pihak yang

(3)

95

instansi pemerintah yang memerlukan tanah, untuk selanjutnya memperoleh kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian yang prosedur ganti kerugian untuk pengadaan tanah demi kepentingan umum secara jelas diatur dalam PP. Nomor 19 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum yang merupakan peraturan turunan dari UU Cipta Kerja No. 11 Tahun 2020.

Ketika proses pengadaan tanah yang dilakukan oleh Pemerintah demi pembangunan infrastruktur gas alam cair lapangan blok masela lewat proses ganti rugi hak atas tanah yang dilakukan oleh pihak Pemerintah adalah salah/keliru yakni kepada pihak yang telah membeli tanah yang merupakan pengambilalihan hak atas tanah milik Soa Olusi, maka terdapat 2 perlindungan hukum bagi masyarakat hukum adat Soa Olusi, yakni :

- Perlindungan hukum preventif, masyarakat hukum adat Soa Olusi dapat melakukan konsultasi publik dan upaya keberatan kepada instansi yang memerlukan tanah (pemerintah)

- Perlindungan hukum represif, masyarakat hukum adat Soa Olusi dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara terhadap lokasi penetapan pembangunan dimaksud.

(4)

96

B. Saran

1. Jika terjadi sengketa tanah pada masyarakat hukum adat, maka harus ditempuh terlebih dahulu penyelesaian secara hukum adat yang berlaku dengan duduk bersama antara pihak yang bersengketa untuk membicarakan solusi dari sengketa tanah yang terjadi. Jika tidak dapat penyelesainnya, barulah ditempuh penyelesainnya secara hukum yang berlaku.

2. Kepada masyarakat hukum adat Desa Latdalam, bahwa tetap melestarikan hukum adat yang sudah ada sejak dahulu kala dan bagi masyarakat pada umumnya, bahwa dalam melakukan jual beli hak atas tanah, harus melihat kembali status hak atas tanah milik dan mengikuti prosedur yang ditentukan oleh undang-undang.

3. Perlu penegakkan kembali aturan yang sudah ada dan perlu adanya regulasi mengenai perlindungan hak-hak masyarakat hukum adat atas tanah hak milik kerabat/soa.

4. Perlu adanya regulasi khusus mengenai pelaksanaan jual beli tanah.

5. Kepada Pemerintah Desa Latdalam dan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Tanimbar, bahwa tetap memperhatikan dan melindungi hak-hak masyarakat hukum adat Desa Latdalam baik penguasaan hak atas tanah, maupun hak adat lainnya.

Referensi

Dokumen terkait

2 1М.Ҿтемісов атындағы Батыс Қазақстан мемлекеттік университеті, Орал, Қазақстан 2Абай атындағы Қазақ Ұлттық педагогикалық университеті, Алматы, Қазақстан ҒАБИДЕН ҚҦЛАХМЕТТІҢ