• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV - Repository IAIN PAREPARE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB IV - Repository IAIN PAREPARE"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

41

4.1 Hukuman Bagi Anak Pelaku Tindak Pidana Kejahatan Pembunuhan Oleh Pengadilan NegeriPinrang Dalam Kasus Putusan Nomor 10/Pid.Sus/2018/Pn.Pinrang

Pembunuhan adalah suatu aktifitas yang dilakukan oleh seseorang dan beberapa orang yang mengakibatkan seseorang dan/atau beberapa orang meninggal.1 Menurut pengertian yang lain disampaikan oleh mustofa hasan bahwa Pembunuhan adalah perampasan atau penghilangan nyawa seseorang oleh orang lain yang mengakibatkan tidak berfungsinya seluruh fungsi vital anggota badan karena berpisahnya roh dengan jasad korban.2

Tindak pidana kejahatan pembunuhan diatur dalam kitab undang-undang hukum pidana (KUHP) berdasarkan pada Pasal 388 sampai dengan Pasal 350.

Pelaku pembunuhan memiliki pertanggungjawaban pidana sama dengan tindak pidana lainnya akan diancam sesuai dengan hukuman sesuai Pasal yang dilanggarnya yang berdasarkan dakwaan penuntut umum.

Pembunuhan yang dilakukan oleh anak memiliki sanksi pidana sesuai Pasal 23 dan 2 yaitu :

Pidana pokok :

1Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, h 24.

2Mustofa Hasan, Beni Ahmad Saebani, Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah ) di Lengkapi dengan Kajian Hukum Pidana Islam, h. 273.

(2)

1. Pidana penjara 2. Pidana kurungan 3. Pidana denda 4. Pidana pengawasan Pidana tambahan :

1. Perampapasan barang-barang tertentu 2. Pembayaran ganti rugi3

Perkara putusan nomor 10/Pid.Sus/2018/Pn.Pinrang tentang pembunuhan oleh anak.Jaksa Penuntut Umum mengajukan dakwaan kepada anak Ridwan Bin Kaseng.

Dakwaan pertama kepada anak Ridwan Bin Kaseng pada hari senin tanggal 16 april 2018, bertempat di Jl. Anggrek, Kec. Paleteang, Kab.Pinrang atau setidaknya masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Pinrang yang berwenang memeriksa dan mengadili perkara ini, “yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan, dengan sengaja merampas nyawa orang lain” yaitu terhadap korban Riksa Septia Als Ecca Bin H. DG.Nojeng. Kronologis pembunuhan yang dilakukan oleh Anak Ridwan Bin Kaseng bersama dengan Muhlis menuju ke Kota Pinrang dalam keadaan mabuk setelah meminum ballo di Pekkabata dia menuju ke Paleteang rumah Edeng sepupunya. Kemudian Muhlis melihat korban sedang menghisap lem fox di depan rumah saksi Raul. Lalu Muhlis menegur korban dengan

3Nasriana, Perlindungan Hukum Pidana bagi Anak di Indonesia (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 82.

(3)

berkata “Kenapa kamu mengisap lem fox di sini” dan korban menjawab “Kenapa kalau saya mengisap lem fox, ini bukan rumahmu” setelah itu Muhlis bertanya lagi

“Kemana yang punya rumah” dan korban menjawab “ada dalam rumah”. Sambil menunjuk kesebuah rumah yang berdinding seng, kemudian Anak Ridwan Bin Kaseng dan Muhlis menuju kerumah yang ditunjuk lalu Muhlis memanggil Raul, kemudian Saksi Raul membuka pintu dan saat melihat sepupunya Muhlis dan Anak Ridwan Bin Kaseng. Saksi Raul langsung melompat keluar berlari melalui samping rumah dan menuju keujung lorong Jl.Cempaka untuk bersembunyi sambil mengintip kearah Muhlis dan Anak Ridwan Bin Kaseng.

Muhlis dan Anak Ridwan Bin Kaseng menghampiri korban dan Muhlis memarahi korban dengan berkata “Kamu yang selalu ajar-ajari keluargaku isap lem fox disini.Lalu korban marah dan langsung memegang kerah baju Muhlis, memukul wajah Muhlis sebanyak satu kali kearah pipi, sehingga Muhlis membalas menarik kerah baju korban dan meninju wajah korban.Kemudian terjadi perkelahian antara Muhlis dan korban yang saling memukul hingga perempatan yang ada ditengah Jalan Lorong Anggrek. Melihat hal tersebut Anak Ridwan Bin Kaseng meninju punggung korban sebanyak tiga kali, dan pada saat perkelahian terjadi, baju korban yang ditarik oleh Muhlis terlepas dari badan korban sehingga korban melarikan diri kearah Jl.

Anggrek dan dikejar oleh Anak Ridwan Bin Kaseng dan Muhlis.

Korban Riksa berlari kesebuah warung nasi kuning milik saksi Hj.Unggu Binti Takia yang sedang nonton tv dan dikejar oleh Muhlis namun dihalangi oleh saksi Hj.Unggu Bin Takia. Lalu korban masuk kedalam dapur saksi Hj.Unggu mengambil satu buah pisau diatas kulkas kemudian korban keluar dapur kembali mengejar Muhlis sampai ke Jl.Lorong Anggrek. Melihat hal tersebut Anak Ridwan

(4)

Bin Kaseng ikut lari ke lorong dan memungut balok kayu , sedangkan Muhlis memungut batu sebesar kepalan tangan.

Korban lalu mengayunkan pisaunya kearah Muhlis, namun Muhlis menghindar kebelakang dan Anak Ridwan Bin Kaseng memukulkan balok kayu kearah punggung korban dari arah belakang korban sebanyak satu kali, sehingga balok kayu itu patah dan terjatuh, dan korban oleng kemudian anak meninju pipi korban dari arah samping kirinya menggunakan tangan kiri satu kali, sehingga korban jatuh kejalan sambil memegan pisau setelah itu Muhlis duduk di tubuh korban dengan tangan kanan merebut pisau dan tangan kiri memukul bagian belakang korban menggunakan batu berkali-kali. Saat berhasil merebut pisau ditangan kanan, Muhlis berdiri dan membuang batu ditangan kirinya.

Korban kembali berdiri berusaha meninju Muhlis namun ditangkis dengan tangan kiri lalu Muhlis menusukkan pisau tersebut kebegian sebelah kiri korban sehingga korban terjatuh. Lalu Muhlis duduk diatas korban dan menusukkan pisau ke pinggang sebelah kiri korban, selanjutnya Anak Ridwan Bin Kaseng mengambil motor kemudian membonceng Muhlis meninggalkan tempat tersebut.Karena hal tersebut Anak Ridwan Bin Kaseng mengakibatkan korban Riksa meninggal dunia ditempat kejadian. Berdasarkan keterangan diatas sesuai dengan yang dijelaskan oleh Panitera Muda Hukum Pengadilan Negeri Pinrang mengatakan bahwa :

Berdasarkan hal tersebut Jaksa Penuntut Umum memberikan dakwaan sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 338 Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Jo.Undang-Undang RI No.11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana Anak.4

4Putusan Pengadilan Negeri Pinrang nomor 10/Pid.Sus/2018/PN.Pinrang, h.3.

(5)

Dakwaan kedua dari Jaksa Penuntut Umum dimana Pengadilan Negeri Pinrang yang berwenang memeriksa dan mengadili perkara ini, “ dengan terang- terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang yang mengakibatkan maut,” terhadap korban Riska Septia Als Ecca Bin H.

DG.Nojeng. Jaksa Penuntut Umum memberikan dakwaan sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 170 ayat (2) Ke-3 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Jo Undang-Undang RI No.11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana Anak.5 Seperti yang dijelaskan oleh Panitera Muda Hukum pada Pengadilan Negeri Pinrang menjelaskan bahwa :

Anak Ridwan Bin Kaseng turut andil dalam melakukan perbuatan pembunuhan karena merasa emosi melihat perilaku korban terhadap sepupu Muhlis yang telah mengajarkan untuk mengisap lem fox sehingga menjadi kebiasaan yang tidak baik. Pembunuhan ini dilakukan terdakwa bersama dengan sepupunya yang diadili dalam berkas perkara lain6

Menurut Simons, merumuskan strafbaat feit adalah suatu tindakan melanggar hukum yang dengan sengaja telah dilakukan oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakanya, yang dinyatakan sebagai dapat dihukum dan Wirjono Prodjikoro, menyatakan bahwa tindak pidana itu adalah suatu perbuatan yang pelakunya yang dapat dikenakan hukum pidana sedangkan J.E. Jonkers, mengatakan peristiwa pidana ialah perbuatan yang melawan hukum yang berhubungna dengan kesengajaan atau kesalahan yang dilakukan oleh orang yang dapat dipertanggungjawabkan.7

5Putusan Pengadilan Negeri Pinrang nomor 10/Pid.Sus/2018/PN.Pinrang, h.6.

6Patahuddin S.H, Panitera Muda Hukum Pengadilan Negeri Pinrang, wawancara oleh peneliti, di Pengadilan Negeri Pinrang, 14 September 2020.

7Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana bagian 1 ,Stensel Pidana, Tindak Pidana, Teori- teori Pemidanaan, dan Batas Berlakunya Hukum Pidana h.67-75.

(6)

Pertanggungjawaban pidana diberikan kepada semua orang yang melakukan perbuatan kejahatan tanpa ada perbedaan dihadapan hukum. Sehingga hakim memiliki tanggungjawab dalam menentukan setiap amar putusan dengan mempertimbangkan manfaat yang akan didapatkan terhadap penjatuhan pidana yang dilakukan kepada terdakwa. Jaksa Penuntut Umum ketika memberikan tuntutan dan hakim ingin memberikan saknsi pidana maka mereka harus terlebih dahulu mempertimbangkan dari segi jenis dan beratnya putusan.

Perbuatan pidana yang dilakukan oleh Anak Ridwan Bin Kaseng mengakibatkan korban meninggal dunia, dan berdasarkan hasil Visum Et Repertum Nomor : 133/RSUL/VER/IV/2018, tanggal 24 April 2018 yang dibuat dan ditandatangani oleh dr. Heriyanti Amran, dekter pemeriksa pada Rumah Sakit Lasinrang, pada pemeriksaanya ditemukan;

1. Masuk rumah sakit dalam keadaan mayat

2. Luka terbuka pada kepala bagian atas kanan ukuran 2 cm, lebar 1 cm, dalam 1 cm, pinggir luka tidak rata

3. Lecet pada batang hidung ukuran panjang 1 cm, lebar 4 mm

4. Luka terbuka pada bibir bawah bagian dalam ukuran panjang 1 cm, lebar 1 cm, dalam 1cm, tepi luka tidak rata

5. Lebam pada bibir atas bagian dalam ukuran panjang 2,5 cm, lebar 1,5 cm 6. Bengkak pada pipi kiri ukuran diameter 6 cm

7. Lecet pada pipi kiri ukuran panjang 8 cm, lebar 0,5 cm

8. Luka terbuka pada dada samping kiri ukuran pandang 5 cm, lebar 2 cm dalam sampai rongga bagian dalam dada, tepi luka rata dan panjang 6 cm, lebar 2 cm dalam sampai rongga bagian dalam dada, tepi luka rata

(7)

9. Lecet pada mulut kanan ukuran panjang 4 cm lebar 2,5 cm

10. Luka terbuka pada pinggang kiri ukuran panjang 6 cm, lebar 1,5 cm dalam sampai rongga dalam perut

Kesimpulan : keadaan tersebut diatas diduga disebabkan oleh trauma benda tajam.8 Wirjono Prodjodikoro mengatakan bahwa terdapat dua unsur pokok dari hukum pidana, yaitu norma dan sanksi. Norma diartikan sebagai larangan atau perintah sedangkan sanksi merupakan kelanjutan dari adanya norma, yakni adanya sanksi atas pelanggaran norma itu berupa ancama dengan hukum pidana.9

Hakim sebelum memutuskan dan memberikan sanksi kepada terdakwa terlebih dahulu memperhatikan dan mempertimbangkan fakta-fakta hukum.

Terdakwa telah didakwa oleh Penuntut Umum dengan dakwaan yang berbentuk alternatif, yaitu pertama Pasal 338 Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Jo. Undang-Undang RI No.11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana Anak. Atau kedua Pasal 170 ayat (2) Ke-3 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Jo Undang-Undang RI No.11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana Anak, sehingga Hakim dengan memperhatikan fakta-fakta hukum tersebut diatas terlebih dahulu mempertimbangkan dakwaan alternative kedua yang menurut hakim anak mempunyai kecenderungan kuat terbukti, sebagaimana diatur dalam Pasal 170 ayat (2) Ke-3 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Jo Undang-Undang RI No.11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana Anak yang unsur-unsurnya adalah :

8Putusan Pengadilan Negeri Pinrang Nomor 10/Pid.Sus/2018/PN.Pinrang, h, 8-9.

9Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana , h, 41-41.

(8)

1. Barang siapa

2. Dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang yang dilakukan oleh anak

3. Yang mengakibatkan maut.10

Oleh karena semua unsur-unsur dalam Pasal ini telah terpenuhi maka selanjutnya Hakim menimbang bahwa anak diberikan dakwaan alternative kedua yang telah terbukti maka majelis hakim sudah cukup menyatakan terdakwa telah terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana surat dakwaan penuntut umum, dan tidak perlu lagi membutktikan dakwaan lainnya. Seperti yang dijelaskan oleh Panitera Muda Hukum di Pengadilan Negeri Pinrang mengatakan bahwa:

Hakim dalam memberikan putusan, hukuman yang diberikan kepada terdakwa pelaku pembunuhan yang dilakukan oleh anak hakim perlu memperhatikan hal-hal yang dapat meringankan terdakwa dan hal-hal yang memberatkan terdakwa serta fakta-fakta yang terjadi selama berlangsungnya proses persidangan.11

Menimbang bahwa terhadap pembelaan Penasehat Hukum terdakwa dan terdakwa sendiri yang pada intinya secara tertulis dan lisan mengakui perbuatannya dan mohon dipidana yang seringan-ringannya, yang lamanya sesuai dengan kesalahan terdakwa dan rasa keadilan dimasyarakat, terhadap pembelaan ini, Hakim anak akan mempertimbangkan dengan memperhatikan keadaan-keadaan yang meringankan dan memberatkan terdakwa.12

10 Putusan Pengadiilan Negeri Pinrang Nomor 10/Pid.Sus/2018/PN.Pinrang, h, 15-16.

11Patahuddin S.H, Panitera Muda Hukum Pengadilan Negeri Pinrang, wawancara oleh peneliti, di Pengadilan Negeri Pinrang, 14 September 2020.

12Putusan Pengadiilan Negeri Pinrang Nomor 10/Pid.Sus/2018/PN.Pinrang, h, 19.

(9)

Menimbang bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap diri terdakwa, maka perlu dipertimbangkan terlebih dahulu keadaan yang memberatkan dan meringankan terdakwa.

Keadaan yang memberatkan terdakwa;

1. Perbuatan terdakkwa menyebabkan saksi korban meninggal 2. Perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat

Keadaan yang meringankan terdakwa;

1. Terdakwa masih dikategori anak menurut hukum

2. Terdakwa mengakui perbuatannya secara terus terang dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa dijatuhi pidana maka harus dibebani pula untuk membayar biaya perkara

Memperhatikan Pasal 170 ayat (2) Ke-3 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Jo Undang-Undang RI No.11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana Anak serta Peraturan Perundang-Undamga lain yang bersangkutan:

MENGADILI

1. Menyatakan terdakwa Ridwan Bin Kaseng terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “melakukan kekerasan menyebabkan orang mati yang dilakukan oleh anak”.

2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama empat (4) tahun.

(10)

3. Menetapkan masa penangkapan dan lamanya masa penahanan yang telah dijalani oleh terdakwa dikurangkan seluruh dari pidana yang dijatuhkan.

4. Memerintahkan agar terdakwa tetap ditahan.

5. Memerintahkan terdakwa menjalani masa pidananya di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) kelas II Parepare

6. Menyatakan barang bukti berupa, satu lembar baju kaos warnah pink abu-abu berisi tulisan Bumblebee Future, Satu lembar celana Jeans warna biru yang berlumuran darah, dua buah potongan balok kayu, satu buah gagang pisau warna hitam terdapat tulisan merk Kiwi dipakai dalam perkara lain.

7. Menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp.2.000,- (dua ribu rupiah).13

4.2 Analisis hukum pidana Islam terhadap hukuman bagi anak pelaku tindak kejahatan pembunuhan pada kasus putusan Nomor 10/Pid.Sus/2018/PN.

Pinrang

Hukuman yang diberikan kepada pelaku tindak pidana pembuhan oleh anak dengan memperhatikan Pasal 170 ayat (2) Ke-3 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Jo Undang-Undang RI No.11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana Anak serta Peraturan Perundang-Undamga lain yang bersangkut.

13Putusan Pengadiilan Negeri Pinrang Nomor 10/Pid.Sus/2018/PN.Pinrang, h, 21

(11)

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Pinrang yang mengadili perkara pidana anak dengan acara pemeriksaan biasa dalam tingkat pertama menjatuhkan hukuman sebagai berikut :

MENGADILI

1. Menyatakan terdakwa Ridwan Bin Kaseng terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “melakukan kekerasan menyebabkan orang mati yang dilakukan oleh anak”.

2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama empat (4) tahun.

3. Menetapkan masa penangkapan dan lamanya masa penahanan yang telah dijalani oleh terdakwa dikurangkan seluruh dari pidana yang dijatuhkan.

4. Memerintahkan agar terdakwa tetap ditahan.

5. Memerintahkan terdakwa menjalani masa pidananya di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) kelas II Parepare.

6. Menyatakan barang bukti berupa, satu lembar baju kaos warnah pink abu-abu berisi tulisan Bumblebee Future, Satu lembar celana Jeans warna biru yang berlumuran darah, dua buah potongan balok kayu, satu buah gagang pisau warna hitam terdapat tulisan merk Kiwi dipakai dalam perkara lain.

7. Menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp.2.000,- (dua ribu rupiah).14

Peneliti akan menganalisis mengenai hukuman bagi ه anak pelaku tindak pidana kejahatan pembunuhan denganmenggunakan pendekatan 4 mazhab.

14Putusan Pengadiilan Negeri Pinrang Nomor 10/Pid.Sus/2018/PN.Pinrang, h, 21.

(12)

Mazhab Maliki berpendapat bahwa Al-Quran adalaha kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Rasulullah Saw. Al-Quran diturunkan kepada Nabi sebagai solusi untuk menjawab permasalahan hukum saat itu, sehingga kehadiran hukum sangat dibutuhkan dan Al-Quran sebagai sumber utama hukum pidana Islam yang menerankan Islam secara global, kemudian sunnah berperan sebagai penjelas hukum- hukum secara terperinci.

Metode yang digunakan untuk menentukan jalan keluar dalam setiap permasalahan dalam sumber hukumIslammenggunakan istinbath hukum. Dalam menyelesaikan permasalahan hukum ada beberapa sumber-sumberhukum yaitu menggunakan Al-Quran, sunnah, ijma, qiyas, maslahah mursalah, istishab, dan istihsan.

Pendapat mahzhab Maliki tentang kekerasan menyebabkan orang mati yang dilakukan oleh anak secara sah berdasarkan dalam putuan nomor 10/Pid.Sus/2018/Pn.Pin. Maliki berkata “Yang biasanya disepakati diantara kita adalah tidak ada pembalasan terhadap anak kecil. Keinginan mereka adalah kecelakaan, hudud tidak diwajibkan atas mereka jika mereka belum mencapai masa pubertas atau dewasa dan jika seorang anak yang melakukan pembunuhan, maka itu dianggap sebagai kecelakaan dan apabila seorang anak melakukan pembunuhan dengan seorang dewasa yang merdeka secara tidak sengaja maka setiap dari mereka membayar setengah dari denda.15

Pendapatmahzhab Maliki mengenai kurungan yang diberikan selama 4 tahun terhadap anak, menetapkan masa penangkapan dan lamanya masa penahanan yang

15Al-Muwatta’Imam Malik Ibn Anas, Kumpulan Hadist dan Hukum Islam Pertama (Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada, 1999), h.494.

(13)

telah dijalani oleh terdakwa dikurangkan seluruh dari pidana yang dijatuhkan. Anak tersebut ditahan sebagai instrument untuk memberikan efek jera dan memperbaiki perilaku kejahatan untuk mencapai tujuan yaitu dengan meminimalisir terjadinya kejahatan dan tidak ada alasan untuk menyakiti dan merendahkan seorang pidana atau membebaninya dengan sesuatu yang lebih berat dalam penjara selama itu dipergunakan untuk mempebaiki dan memberikan pelajaran si terpidana. Sesuai firman Allah Swt dalam QS-Ali Imran/3:104































Terjemahnya:

dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.16

Ayat diatas menganjurkan untuk berbuat kebaikan dan menghilangkan sifat- sifat yang buruk, memberikan pelajaran bagi pembuat kejahatan karena untuk mencapai kemenangan ia yang harus mengetahui syarat dan taktis yang digunakan.

Dengan adanya kewajiban untuk mencapai kemenangan dalam setiap perjuangan umat Islam maka dalam mengambil keputusan dengan menggunakan dan mempertimbangkan baik dan buruknya suatu perbuatan.

Dilihat dari perspektif mazhab Maliki masalah penahanan anak sebagai pelaku pembunuhan tidak perlu dilakukan karena perbuatannya tersebut termasuk dalam kategori kesalahan. Sehingga hakim tidak memberikan hukuman berupa penahanan seperti pelaku kejahatan yang dilakukan orang dewasa lainnya pada umumnya. Tetapi

16Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya. h. 63.

(14)

hakim tetap memberikan sanksi berupa membayar setengah diya>tsebagai balasan atas perbuatannya. Namun masalah pembuktian dalam kasus pembunuhan yang dilakukan oleh anakyang diajukan dihadapan persidangan sebagai alat bukti, harus mempertimbangkan apakah perbuatan tersebut adalah pembunuhan sengaja atau pembunuhan tersalah. Imam Malik menganggap bahwa suatu pembunuhan dikatakan sengaja apabila perbuatan dilakukan dengan rasa permusuhan dan mengakibatkan terbunuh, baik menggunakan benda tajam maupun tidak. Jadi pembuktian hanya berfokus pada alat yang digunakan pelaku untuk membunuh. Namun mengenai alasan apakah dia termasuk dalam pembunuhan sengaja atau pembunuhan tersalah tidak menjadi persoalan karena tersembunyi dalam hati sehingga fokusnya hanya melihat alat bukti yang digunakan dan keadaan dari sisi pelaku kejahatan.17

Menurut hemat peneliti mengenai hukuman yang diberikan kepada pelaku tindak pidana kejahatan pembunuhan yang dilakukan oleh anak dengan menggunakan pendekatan mazhab maliki sudah sesuai dengan yang seharusnya karena anak merupakan regenerasi yang mestinya dijaga dan didik sehingga jika melakukan pembunuhan masih dianggap sebagai perilaku dalam kesalahan bukan sebagai kejahatan sehingga hukuman yang diberikan murni sebagai pengajaran.

Pendapat mazhab Hambali tentang putusan nomor 10/Pid.Sus/2018/Pn.Pin.

mengenai anak sebagai pelaku kejahatan yang telah terbukti melakukan pembunuhan dengan kekerasan. Pembunuhan menurut mazhab Hambali alat yang digunakan untuk membunuh terdiri atas tiga yaitu alat yang umum yang digunakan untuk membunuh seperti pedang dan tombak. Alat yang kadang digunakan untuk membunuh sehingga

17 Nurani, Pembunuhan Dalam Perspektif Hukum Islam, vol. 94, no.3 (Desember 2013), h.4.

(15)

tidak jarang menimbulkan kematian seperti cambuk dan tombak. Sedangkan, alat yang jarang mengakibatkan kematian seperti menggunakan tangan kosong.

Pembunuhan merupakan perbuatan manusia yang mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang. Seperti firman Allah Swtdalam QS An-Nisa/4:92.



























































































































Terjemahnya:

dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan Barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah . jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada Perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, Maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman.

Barangsiapa yang tidak memperolehnya, Maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah Swt.

dan adalah Allah SwtMaha mengetahui lagi Maha Bijaksana.18

Menurut Imam Hambali, pengampunan dapat menggugurkan hukuman

qis}a>s}secara otomatis yang mengakibatkan hukuman diya>t sebagai hukuman pengganti.

Syarat-syarat berlakunya qis}a>s}menurut Imam Hambali yaitu pelaku seorang muqallah, pembumuhan dilakukan dengan sengaja, unsur kesengajaan dalam pembunuhan tidak

18Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya. h. 92.

(16)

diragukan. Oleh sebab itu, qis}a>s}tidak dapat dilaksanakan pada anak kecil maupun orang gila.

Sebagaimana yang di gambaran oleh Imam Hambali mengenai hukuman yang diberikan terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anak maka menurut hemat peneliti dengan mengunakan pendekatan kecakapan hukum bahwa hukuman yang diberikan kepada anak tidak dapat di samaratakan dengan pembunuhan yang dilakukan oleh orang dewasa karena beberapa alasan tertertu seperti belum baliq dan masih labil tingkat emosi seorang anak sehingga peneliti sepakat dengan hukuman yang diberlakukan kepadanya sesuai dengan hasil putusan.

Pendapat Mazhab Syafi’itentang putusan nomor 10/Pid.Sus/2018/Pn.Pin.

mengenai anak sebagai pelaku kejahatan yang telah terbukti melakukan pembunuhan dengan kekerasan. Menurut pandangan Mazhab Syafi’i pembunuhan yang dilakukansecara sah oleh anak maka tetap diberlakukanhukuman atas perbuatan Jari>mahyang ditetapkan supaya orang tidak melanggarnya, Mazhab Syafi’i membagi

Syubhatmenjadi 3 bagian yaitu keraguan yang berkenan dengan sasaran perbuatan, keraguan yang berkenaan dengan pelaku, dan keraguan yang berkenaan dengan kebingungan menentukan hukumankarena melakukan suatu perbuatan larangan untuk melakukan perintah melaksanakannya semata-mata agar bisa ditaati. Tanpa hukuman, perintah dan larangan akan menjadi seuatu yang sia-sia sehingga hukuman sangat diperlukan agar bisa menjadi lebih efektif .19

Pendapat Mazhab Syafi’I tentang mengenai kurungan yang diberikan selama 4 tahun terhadap anak, menetapkan masa penangkapan dan lamanya masa penahanan

19 Mustofa Hasan dan Beni Ahmad Saebani, Hukum Pidana Islam. h. 59-60.

(17)

yang telah dijalani oleh terdakwa dikurangkan seluruh dari pidana yang dijatuhkan.

Pandangan Mazhab Syafi’I tentang hukuman yang diberikan kepada pelaku pembunuhan diberikan kesempatan kepada wali korban untuk boleh memberikan hukuman qis}a>s}bagi pelaku atau sebagian yang lain menggantinya dengan diya>t. Namun, apabila anak sebagai pelaku kejahatan pembunuhan jika menurut Mazhab Syafi’i hukuman yang diberikan adalah hanya diberikan hukuman dengan membayar setengah diya>tdan tidak perlu di qis}a>s}.

Bagi pelaku pembunuhan bisa mengganti hak qis}a>s}ketika keluarga dan wali si korban memaafkan sipelaku. Seperti dalam Firman Allah Swtdalam QS.Al- Baqarah/2: 178













































































Terjemahnya:

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka Barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih.20 Ayat diatas menjelaskan bahwa manusia tidak memiliki perbedaan derajat sehingga manusia yang membunuh dan dibunuh, ketika memiliki kesepakatan maka bisa saja diberlakukan maaf kepadanya.

20Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya. h.27.

(18)

Mazhab Syafi’I berpendapat bahwa apabila anak sebagai pelaku pembunuhan atau seorang anak yang belum mencapai usia baligh tidak wajib dikenakan hukuman jika anak tersebut berbuat dosa. Ulama Syafi’i mengatakan satu nyawa hanya untuk membayar satu nyawa, apakah para wali korban sepakat untuk menuntut qis}a>s}atau tidak karenamerujuk pada kitabAllah, terdapat dalil yang berbunyi “ dan ujilah anak yatim itu hingga diketahui tibanya waktu menikah”. Imam Syafi’I menjelaskan tanda datangnya usia untuk boleh menikah bagi laki-laki yaitu bermimpi dan bagi wanita haid dan saat itu mereka bukanlah anak-anak lagi. Semua hudud akan dibebankan kepadanya. Masa baligh itu apabila genap usia 15 tahun. Had pelaku pencurian dan pembunuhan serta lainnya bisa diterapkan.21

Sanksi pidana berupa diya>tatau ta’zi>ryang dapat diberlakukan untuk anak- anak yaitu:

1. Diya>t

Pendapat Imam Syafi’I, bahwa diya>t yang berlaku bagi anak-anak ditanggung oleh keluarganya, yang disebut al-‘aqilah adalah keluarga dari pihak ayah. Imam Syafi’I mewajibkan tetap membayar kaffarat ditetapkan bagi anak- anak selama wujudnya benda atau harta.

2. Ta’zir

Menurut Imam syafi’I, hukuman ta’zirdapat diberlakukan sesuai yang dicontohkan Rasulullah. Seperti yang terdapat dalam sebuah hadis yang artinya

“Perintah anak-anak melakukan sholat, bila mereka telah berusia 7 tahun, 10 tahun boleh dipukul, maka jika meninggalkan sholat dan pisahkan tempat tidur mereka (H.R Abu Daud).

21Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillayuhu. (Jakarta: Gema Insani, 2011), h. 565

(19)

Perintah pukulan yang dikemukakan diatas diartikan sebagai salah satu hukuman ta’zi>rbagi anak. Namun hukuman bagi anak ini harus dengan syarat tidak menimbulkan luka. Anak-anak dalam hukumIslam tidak dikategorikan melakukan maksiat karena belum Muqallaf maka untuk member pelajaran kepada anak yang sudah mumayyis maka ta’zi>rditerapkan didasari kemaslahatan dan atau ketertiban umum.

Dari uraian pendapat yang dikemukakan oleh mazhab syafii mengenai hukuman bagi anak pelaku tindak pidana pembunuhan menurut hemat peneliti bahwa dalam pemberian hukuman kepada anak maka banyak aspek yang perlu di pertimbangkan karena dalam pemberian hukuman kepada anak maka hukuman diberikan dengan tujuan untuk menjadikan anak sebagai pribadi yang jauh lebih baik sehingga hukuman murni untuk kemaslahatan anak dan peneliti sepakat dengan putusan yang di berikan.

Melihat dari Pendapat Mazhab Hanafi tentang pembunuhan. Putusan nomor 10/Pid.Sus/2018/Pn.Pinrang. mengenai anak sebagai pelaku kejahatan yang telah terbukti melakukan pembunuhan dengan kekerasan. Ancaman bagi pelaku tindak pidana pembunuhan, mereka tidak terdapat perbedaan antara masing-masing objek dan subjek, karena ayat-ayat tentang qis}a>s}bersifat umum. Mazhab Hanafi berpendapat sesuai dengan prinsip bahwa tidak ada perbedaan anatara muslim dan zinnia, karena mereka memiliki nilai yang sama sesuai firmanAllah Swtdalam QS. Al-Maidah/5:32























































(20)





























Terjemahnya:

Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa:

Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya. dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.22

Ayat diatas menjelaskan bahwa membunuh seorang manusia berarti membunuh semua manusia, karena dalam Islam sendiri manusia dianjurkan untuk memelihara kehidupan antar sesama, sehingga sebuah kewajiban untuk masing- masing menjaga keselamatan hidup dan menjauhi hal-hal yang membahayakan orang lain.

Pembunuhan menurut Mazhab Hanafi dikatakan dilakukan dengan sengaja apabila alat yang digunakan untuk membunuh itu adalah alat melukai dan memang digunakan untuk menghabisi nyawa seseorang, seperti senjata ,pisau, parang, panah, dan alat-alat tajam lainnya. Pembunuhan sengaja dapat dikenakan hukuman

qis}a>s}sehingga untuk membuktikannya tidak boleh ada keraguan, baik dari segi niat

tujuan maupun dari segi alat yang digunakan. Sedangkan alat yang digunakan haruslah alat yang memang disediakan untuk menghilangkan nyawa.

22Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya. h. 113.

(21)

Pendapat Mazhab Maliki mengenai kurungan yang diberikan selama 4 tahun terhadap anak, menetapkan masa penangkapan dan lamanya masa penahanan yang telah dijalani oleh terdakwa dikurangkan seluruh dari pidana yang dijatuhkan. Anak diberikan penahanan murni karena ingin memberikan pendidikan dan pembelajaran kepada anak agar tidak mengulangi perbuatannya.

Anak sebagai pelaku pembunuhan menurut Mazhab Hanafi berpendapat bahwa umumnya hukuman bagi pelaku pembunuhan diberikan hukuman qis}a>s}, tetapi jika anak yang melakukan pembunuhan tidak dapat dikenakan hukuman berupa

qis}a>s}karena hukumqis}a>s}tidak dapat diberikan kepada beberapa katogori yaitu anak

kecil, orang gila dan orang yang perkembangan akalnya terganggu (idiot), sebab mereka bukan orang-orang yang terkena taklif syar’I dan mereka tidak mempunyai tujuan yang benar atau keinginan yang bebas. Kalaupun ada orang-orang gila yang kumat-kumatan kemudian ketika ia sedang dalam keadaan normal lalu membunuh,ia tetap dikenakan hukuman qis}a>s}demikian juga dengan orang yang mabuk karena minuman ketika ia sedang mabuk karena minuman.23

Mazhab Hanafi berpendapat bahwa ketika hukuman qis}a>s}tidak diberlakukan kepada pelaku pembunuhan karena alasan anak-anak maka hukumannya diganti dengan hukuman diya>t yang ditanggung oleh keluarga atau wali pelaku tindak pidana pembunuhan.

Dari pendapat yang dikemukan oleh mazhab hanafi mengenai pembunuhan yang dilakukan oleh anak maka menurut hemat peneliti bahwa hukuman berupa qisas tidak dapat diberikan kepada anak karena mereka belum terkena taklifi syarii

23Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillayuhu. h, 689.

(22)

sehingga dalam pemberian hukuman harus murni untuk memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak dan peneliti sepakat dengan hukuman yang diberikan sesuai dengan putusan.

Referensi

Dokumen terkait

Therefore, in this study, the tutors‟ goals for the participants were to be able to explain possible causes for the ill-structured problem given to them, effects of the

Once SOX9 expression is upregulated in the developing testes, it then upregulates and forms a positive feed-forward loop with fibroblast growth factor 9 FGF9, enhancing gonadal