• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN STRES MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER DALAM PENYUSUNAN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN STRES MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER DALAM PENYUSUNAN SKRIPSI"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)

Fakultas Dakwah

Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam

Oleh :

Ayu Dian Islamiyati NIM : D20183071

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

FAKULTAS DAKWAH 2023

(2)

SKRIPSI

diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)

Fakultas Dakwah

Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam

Oleh :

Ayu Dian Islamiyati NIM : D20183071

Disetujui Pembimbing

David Ilham Yusuf, M.Pd.I.

NIP. 198507062019031007

(3)

SKRIPSI

telah diuji dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)

Fakultas Dakwah

Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam Hari : Senin

Tanggal : 2 Januari 2023

Tim Penguji Ketua

Aprilya Fitriani, M.M.

NIP. 199104232018012002

Sekretaris

Nasirudin Al Ahsani, MA NIP. 199002262019031006

Anggota

1. Prof. Dr. Ahidul Asror, M.Ag.

2. David Ilham Yusuf, M.Pd.I

( ) ( )

Menyetujui Dekan Fakultas Dakwah

Prof. Dr. Ahidul Asror, M.Ag.

NIP. 197406062000031003

(4)

―Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.‖

(HR. Ahmad)

(5)

senantiasa melimpahkan rahmat serta kemudahan untuk menyelesaikan studi di Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq Jember. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, dengan sangat berterima kasih karya ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua orang tua saya tercinta, yakni ayah Zainuri dan Ibu Rohayati yang telah membesarkan saya dan selalu memberikan yang terbaik dengan sepenuh hati, sampai saya menjadi Sarjana. Terima kasih telah memberikan pendidikan terbaik untuk saya, selalu memberikan doa, dukungan baik moril maupun moral, kasih sayang dan cinta yang sangat luar biasa bagi saya yang tidak dapat saya balas satu persatu atas pengorbanannya. Saya bersyukur Tuhan telah mempercayakan saya kepada kedua orang tua terbaik, yaitu ayah dan ibu saya. Tak lupa pula adik tercinta Oktavian Fajar Muslim dan mas Mursid serta keluarga besar lainnya yang selalu memberikan dukungan serta doa hingga saya menjadi seperti sekarang ini.

2. Kepada seluruh guru yang telah memberikan ilmu hingga saat ini, yang telah membantu saya menjadi kader yang berkualitas. Terkhusus kepada dosen pembimbing pak David Ilham Yusuf M.Pd.I, yang tak pernah lelah memberikan bimbingan dan waktu beliu serta limpahan ilmu yang tak terhitung nilainya.

(6)

4. Kepada teman berantem saya Niluf Farul Izza, teman saingan Restu Nur Wana, my tutor Rahayu Kurniawati dan Nuriyah sofiatul, Cindy serta tim hura hura BKI 2, terima kasih atas sistem dukungan yang diberikan, dan terima kasih telah memberi saya dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Kepada keluarga besar Perisai Diri Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

6. Almamaterku tercinta, Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

(7)

Maha Esa, segala sesuatu menjadi mungkin, yang telah memberikan hidayah taufiq dan kekuatan sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam tetap tercurah kepada revolusioner sejati, Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa peradaban jahiliyah menuju peradaban ilmu pengetahuan dengan penuh berkah seperti saat ini. Penyusunan karya ilmiah ini tidak lepas dari keterlibatan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik berupa motivasi, dorongan maupun inspirasi. Sebagai penghargaan, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE, MM, selaku Rektor Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq Jember.

2. Bapak Prof. Dr. Ahidul Asror, M.Ag selaku Dekan Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq Jember.

3. Bapak Muh. Ardiansyah M.Ag. selaku Ketua Program Studi Bimbingan Konseling Islam Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq Jember

4. Bapak David Ilham Yusuf M.Pd.I. selaku Pembimbing saya yang telah mengorbankan banyak waktu dan tenaga dalam memberikan bimbingan dan arahan serta memberikan banyak inspirasi dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh staf pengajar dan staf Fakultas Dakwah dengan tulus iklas memberikan ilmu dan wawasan kepada saya.

Jember, 15 Desember 2022

Penulis

(8)

Kata kunci : kecerdasan emosional, stres, mahasiswa

Salah satu kewajiban mahasiwa dalam mendapatkan gelar sarjana yakni menyelesaikan tugas akhir atau skripsi sebagai syarat dari kelulusan. Umumnya mahasiwa dalam penyelesaian skripsi diberikan waktu selama satu semester, namun kenyataannya banyak mahasiswa membutuhkan waktu lebih dari satu semester, bahkan ada sebagian kecil mahasiwa tidak menyelesaikannya.

Permasalahan yang dihadapi mahasiswa dalam penyelesaian skripsi ini pada akhirnya dapat menyebabkan mahasiswa mengalami tekanan yang mengakibatkan stres. Kondisi stres yang bersifat negatif menyebabkan dampak pada perubahan psikologis maupun fisik, oleh karna itu kondisi yang tertekan baik fisik ataupun psikis ini membutuhkan pengelolaan emosi yang baik. Sarafino berpendapat salah satu faktor untuk mengatasi stres berasal dari diri individu, yakni kecerdasan emosional.

Fokus penelitian dalam penelitian ini adakah hubungan antara kecerdasan emosional dengan stres mahasiswa Program Studi Bimbingan Konseling Islam Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember dalam penyusunan skripsi, dengan tujuan penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kecerdasan emosional dengan stres mahasiswa Program Studi Bimbingan Konseling Islam Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember dalam Penyusunan Skripsi.

Jenis penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampling jenuh. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 81 orang. Jawaban setiap item instrumen menggunakan skala likert.

Hasil uji korelasi pearson antara kecerdasan emosional dengan stres menunjukkan nilai r yakni sebesar -0,487 dan sig bernilai 0,000, dengan begitu memiliki hubungan antara kecerdasan emosional dengan stres mahasiswa Program Studi Bimbingan Konseling Islam Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember dalam penyusunan skripsi, maka dinyatakan (H1) diterima yakni ada hubungan kecerdasan emosional dengan stres mahasiswa Program Studi Bimbingan Konseling Islam Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember dalam penyusunan skripsi.

(9)

HALAMAN COVER ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian... 12

D. Manfaat Penelitian... 12

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 14

F. Definisi Operasional ... 14

G. Asumsi Penelitian ... 17

H. Hipotesis ... 17

I. Sistematika Pembahasan ... 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 19

A. Penelitian Terdahulu ... 19

B. Kajian Teori... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 49

A. Pendekatan dan Jenis Penelitan ... 49

B. Populasi dan Responden... 49

C. Teknik dan Istrumen Pengumpulan Data ... 49

D. Analisis Data ... 54

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS ... 58

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 58

(10)

E. Keterbatasan Penelitian ... 81

BAB V PENUTUP ... 82

A. Simpulan... 82

B. Saran-Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83 PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

MATRIK PENELITIAN LMPIRAN-LAMPIRAN

(11)

1.1 Indikator penelitian ... 15

2.1 Penelitian Terdahulu ... 22

4.1 Deskripsi responden penelitian berdasarkan jenis kelamin ... 61

4.2 Deskripsi responden penelitian berdasarkan kelas ... 62

4.3 Uji Validitas skala kecerdasan emosional ... 64

4.4 Uji Validitas item skala stres ... 65

4.5 Reliabilitas variabel kecerdasan emosional ... 66

4.6 Reliabilitas variabel stres ... 67

4.7 Hasil Uji Normalitas ... 70

4.8 Hasil linieritas ... 70

4.9 Uji korelasi pearson ... 71

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sepatutnya warga yang berkedudukan di Indonesia seseorang mendapati hak dan kewajiban dalam meningkatkan kualitas hidupnya.

Pernyataan tersebut didasari oleh UUD 1945 Pasal 28 C ayat 1, menyatakan

―Setiap orang berhak atas pendidikan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, serta budaya untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan rakyat.‖1 Pendidikan merupakan faktor penting untuk membangun suatu negara termasuk juga faktor, sosial, politik, ekonomi, budaya dan moral. Pendidikan yang bermutu tinggi akan menghasilkan beberapa orang yang berkualitas, dimulai menjadi subjek dan obyek pembangunan itu sendiri.2 Mutu pendidikan atau kualitas pendidikan itu sendiri, merupakan upaya perbaikan dari pendidikan untuk kemudian dapat menghasilkan nilai lebih melalui apa yang kita lakukan agar dapat mencapai pencapaian tinggi yang sesuai dengan harapan.3

Kenyatannya posisi Indonesia berada pada tingkat dunia dalam segi kualitas pendidikan maupun sistem pendidikannya masih jauh dari kata terbaik. Menurut data yang dipublikasikan oleh Word Population Review, pada tahun 2021 Indonesia menduduki peringkat 54 dari total keseluruhan 78

1 Undang undang dasar 1945 tentang Hak Asasi Manusia pasal 28 ayat 1.

2R. Deden Syamsu. ―Rancangan dan Implementasi Penilaian Berbasis Kinerja dengan Mempetimbangkan Sistem Penilaian Akreditasi (SISPENA) dan Evaluasi Diri Sekolah (EDS)‖.

(Master thesis, Universitas Pasudan, 2019), 4.

3 Ace Suryadi dan H.A.R. Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 1995), 108.

(13)

negara mencakup kualitas tingkat pendidikan dunia.4 Hal ini sebagai bukti bahwa kualitas pendidikan di Indonesia membutuhkan banyak pembenahan untuk memenuhi harapan dan tuntutan yang ada. Walaupun belum terpenuhinya harapan dan tuntutan yang ada, Indonesia memiliki tingkat stres tertinggi di Asia, disusul Filipina dan Malaysia.5 Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) dalam jurnalnya menjelaskan, permasalahan pentingnya jiwa yang sehat semakin menurun dan penyebabnya adalah stres, kecemasan bahkan depresi. Bagi pelajar rata-rata masalah kesehatan jiwa yakni stres dan kecemasan terkait proses belajar dan perubahan dalam kehidupan sehari-hari. Hasil swaperiksa masalah psikologis dilaporkan 64,8% dari 4.010 responden dengan kelompok usia 17-29 serta diatas 60 tahun menunjukkan jumlah masalah psikologis terbesar. Mahasiswa merupakan salah satu kelompok usia yang terpengaruh terkenanya dampak kesehatan mental. Rifa Fauziyyah juga mengatakan bahwa rata rata tingkat stres pelajar indonesia adalah 55,1%.6

Terkait dengan pernyataan pada webinar Vogy Gautama, ―Tentunya kewajiban dan dorongan yang besar akan menghasilkan kualitas pendidikan

4Siti Nur Arifa, ―Hari Pendidikan Internasional bagaimana Tingkat Pendidikan di Indonesia Saat ini?‖, good news from Indonesia, 24 Januari 2022, https://www.goodnewsfromindonesia.

id/2022/01/24/hari-pendidikan-internasional-bagaimana-tingkat-pendidikan-di-indonesia-saat-ini

5 Bimo Aria Fundrika dan Dicky Prastya, ―Riset Garmin: Indonesia Jadi Negara dengan Tingkat Stres Tertinggi dan Jarang Olahraga‖, suara.com, 12 Desember 2021, https://www.suara.com/health/2021/12/10/122356/temuan-garmin-soal-status-kesehatan-

pengguna-asia-tingkat-stres-orang-indonesia-tertinggi.

6 Rifa Fauziyyah et al., ―Dampak Pembelajaran Jarak Jauh terhadap Tingkat Stres dan Kecemasan Mahasiswa selama Pandemi COVID-19‖, Jurnal Bikfokes Vol 1, No.2 (2021): 113-114, http://dx.doi.org/10.51181/bikfokes.v1i2.4656.

(14)

yang berkualitas‖.7 Pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi, biasa disebut dengan Perguruan Tinggi, adalah salah satu cara terbaik untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Setiap orang yang mendaftar dalam pendidikan ini diharapkan dapat berkembang menjadi kandidat intelektual dengan pengetahuan dalam topik studi yang diteliti. Menurut Santoso, mahasiswa adalah siapa saja yang menempuh pendidikan tinggi.8 Sebagai penerus bangsa, salah satu syarat mahasiswa dalam menjemput gelar S1 (Strata satu) yakni menyelesaikan tugas akhir perkuliahan atau lumrah disebut skripsi.

Tugas akhir merupakan karya ilmiah didasarkan dengan temuan penelitian yang dilakukan dibawah bimbingan dosen pembimbing, oleh mahasiswa semester akhir.9 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengungkapkan tugas akhir merupakan karya tulis ilmiah yang menjadi bagian atas tuntasnya pendidikan akademik. Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah mahasiswa melalui penelitian.10 Mengerjakan skripsi tentu tidak mudah, dan mahasiswa seringkali menemui kesulitan selama proses tersebut.

Mahasiswa semester 6 sudah dapat mengajukan judul skripsi, hal itu bisa diawali dengan mencari fenomena di lingkungan sekitar untuk mendapatkan ide sebagai perancangan judul tugas akhir, mencari literatur,

7 Zahra, Semakin tinggi tingkat pendidikan ditempuh, semakin tinggi pula kewajiban dan tekanan yang diperoleh, UGM Fakultas Ekonomi dan Bisnis, 29 Desember 2021, Semakin tinggi tingkat pendidikan ditempuh, semakin tinggi pula kewajiban dan tekanan yang diperoleh (ugm.ac.id).

8 Riezky Vieramadhani, ―Resiliensi Pada Mahasiswa Baru Penyandang Cerebral Palsy (CP)‖, (Skripsi, Universitas Brawijaya Malang, 2014), 27.

9 Najmi,Diana, ―Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Stres Mahasiswa dalam Menyusun Tugas Akhir pada Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Brawijaya Malang‖, (Master thesis, Universitas Brawijaya, 2016), 1.

10 Ibid, Najmi Diana, 1.

(15)

menyesuaikan pendapat dengan dosen pembimbing, mengetahui sistematika penulisan tugas akhir dan lain sebagainya, namun ketika mahasiswa tidak mampu menghadapi kesulitan tersebut maka akan menjadi suatu masalah.

Menurut Kinansih, permasalahan yang sering dihadapi mahasiswa saat menulis tugas akhir adalah merumuskan masalah, pencarian judul, sistematika tugas akhir, kesulitan metode penelitian, analisis data serta waktu yang terbatas.11 Emosi negatif dapat diakibatkan oleh kesulitan yang dialami mahasiswa dalam penyusunan skripsi. Kecemasan, kehawatiran, harga diri rendah, frustasi, kehilangan motivasi, dan stres semuanya dapat diakibatkan oleh emosi negatif.12

Penjelasan Clonninger tentang stres mengacu pada situasi atau perasan yang penuh dengan tekanan atau ketegangan yang terjadi ketika seseorang memiliki masalah dan tidak tahu bagaimana menyelesaikannya, serta banyak pikiran yang menghalangi untuk melakukan sesuatu.13 Sementara itu Sarafino berpendapat sama, bahwa tuntutan yang melebihi kemampuan individu menyebabkan stres, dan jika seseorang merasa tidak mampu memenuhi tuntutan tersebut, individu akan merasakan ketegangan di dalam dirinya, Jika ketegangan ini berlangsung dengan berjalannya waktu dan tidak segera teratasi, ketegangan akan berubah menjadi stres.14 Stres adalah respons umum tubuh terhadap semua tuntutan untuk reaksi baik dan negatif. Menurut Mulhall

11 Kinansih, A.K., Skripsi kelar dalam 30 hari (Klaten: Galmas Publisher, 2004)

12 Made Afryan et al,. ―Hubungan Tingkat Stres Terhadap Motivasi Mahasiswa dalam Menyelesaikan Skripsi pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Kedokteran‖, Jurnal Agromedicine vol 6, no.1 (Juni 2019): 64.

13 Safaria, Manajemen Emosi, (Jakarta : Bumi Aksara, 2012) hal 28.

14 Barseli dan Ifdil, ―Konsep Stres Akademik Siswa‖, Jurnal Konseling dan Pendidikan Vol. 5 No 3 (2017): 144, https://doi.org/10.29210/119800.

(16)

dalam Jurnal Insight, definisi stres adalah respon individu terhadap pemicu stres atau stressor. Sementara itu, Aneshenhel dalam jurnal yang sama, bahwa stressor merupakan stimulus eksternal atau internal yang berpotensi menimbulkan stres.15 Maka stressor atau pemicu stres dapat dibedakan menjadi dua kategori yang disebut sebagai stressor internal sekaligus hal ini memicu adanya stress dari dalam diri, sedangkan stressor eksternal menyebabkan stress pada luar diri.

Hal yang dialami oleh mahasiswa terkait stres, yang dirasakan pada umumnya merupakan stres akademik. Penulisan skripsi merupakan salah satu kebutuhan atau tuntutan akademisi, mahasiswa sering mengalami tekanan akademik sebagai akibat dari ketidakmampuan mereka untuk memenuhi tuntutan tersebut. Stres akademik, menurut Desmita ialah stress yang berasal dari dorongan akademik.16 Stres akademik itu sendiri merupakan suatu perasaan tegang dan takut yang akan terjadi, dan kemudian menghambat pelaksanaan berbagai tugas dan kegiatan dalam lingkungan akademik. Distres terjadi bila mahasiswa mendapati masalah pada salah satu atau lebih dari organ tubuh yang berdampak terhadap kegiatan yang akan dijalankan, namun mahasiswa dikatakan tidak mengalami stres dan disebut sebagai eustress

15 S.A. Musabiq dan Isqi Karimah, ―Gambaran stres dan Dampak pada Mahasiswa‖, Jurnal Insight 20, no.2 (Agustus 2018): 74, https://doi.org10.26486/psikologi.v20i2.240

16 Dony Anggara dan Sulisworo, Hubungan Stres Akademik Dengan Subjective WellBeing Pada Mahasiswa Tingkat Akhir‖, Prosiding Psikologi Vol 6, No.2, (2020): 595, http://dx.doi.org/10.29313/.v6i2.23629

(17)

ketika mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik tanpa adanya keluhan fisik maupun psikis.17

Menurut penelitian Rahmawati dan Adawiyah mengatakan bahwa stres akademik dalam kategori distres, dampak yang dihasilkan pun beragam mulai dari gejala yang terbilang ringan seperti sakit kepala, kehilangan nafsu makan hingga yang lebih parah.18 Berdasarkan data pada Journal of Guidance menyampaikan hasil yang cukup beragam berkaitan dengan stres akademik.

Gejala fisik menunjukkan respon akibat stress dimulai dari pengerjaan proposal hingga penyelesaian skripsi, seperti keringat berlebihan, mudah kelelahan, gugup, gelisah, susah tidur, cemas, gangguan makan, dan sangat sensitif. Secara psikologis, akibat tekanan dan konflik yang muncul selama proses penyusunan skripsi, setiap individu juga mengalami berbagai perubahan emosi dan perilaku namun, responden menyadari proses penyelesaikan skripsi ini tidaklah mudah. Tekat, kesabaran, kepercayaan diri, keinginan yang kuat, dan menjaga perasaan agar senantiasa baik selama mengupayakan proses yang layak untuk dijalankan.19

Dampak stres pada mahasiswa penyusun skripsi bisa sampai hal yang fatal seperti fenomena bunuh diri yang terjadi pada kalangan mahasiswa menjadi bukti adanya masalah serius dalam beberapa tahun terakhir, contohnya saja baru-baru ini pada bulan Februari mahasiswa asal Kediri

17 Aat Sriati, “Penyelesaian Stress Melalui Coping Spiritual”, (Jatinangor: Fakultas Keprawatan Universitas Padjadjaran 2008), h. 27-28.

18 S.A. Musabiq dan Isqi Karimah, 77.

19 Kiki Anggun Saputri, ―Hubungan Antara Self Efficacy Dan Social Support Dengan Tingkat Stres Pada Mahasiswa Akhir Penyusun Skripsi di FIP UNNES Tahun 2019‖, Konseling Edukasi:

Journal of Guidance and Counseling, Vol. 4, No. 1, (Januari-Juni 2020): 104.

(18)

dengan inisial M.A 23 tahun nekat mengakhiri hidupnya dengan gantung diri, dari hasil yang diperoleh faktor nekatnya M.A didasari karena tekanan psikologis, hal ini diduga depresi dikarenakan skripsi atau tugas akhir.20

Adanya permasalahan yang kompleks pada mahasiswa penyusun skripsi menunjukkan penyebab stress berasal dari berbagai faktor. Sarafino dan Smith, berpendapat factor yang berkontribusi terhadap stres adalah diri individu, keluarga dan masyarakat/lingkungan.21 Selanjutnya Barseli dan Ifdil, menjelaskan dua jenis faktor yang berkontribusi terhadap stres akademik yakni faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal seperti persaingan antar orang tua, status sosial, tekanan untuk mencapai prestasi tinggi. Selain itu faktor internal seperti kepribadian, pola pikir, dan keyakinan. Mahasiswa lebih cenderung mengalami stres akademik yang lebih tinggi ketika individu merasa tidak memiliki kendali atas situasi yang dialaminya.22

Pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa stres tertinggi dialami oleh mahasiswa semester akhir, pada semester yang pada masanya mahasiswa dihadapi oleh tugas akhir serta tuntutan penyelesaian studi tepat waktu. Rata rata mahasiswa di Indonesia berusia antara 18 sampai 24 tahun, berada dalam tahapan perkembangan dewasa muda sesuai tahapan perkembangan dan pada tahap ini, mahasiswa berusaha mengesplorasi diri untuk menemukan jati diri yang sebenarnya, bergaul satu sama lain, membina hubungan dan mengemban

20Adi Nugroho, ―Skripsi belum selesai, mahasiswa asal Badas gantung diri‖, Radar Kediri, 14 Februari, 2022, https://radarkediri.jawapos.com/kediri-raya/hukum-kriminal/14/02/2022/skripsi- belum-selesai-mahasiswa-asal-badas-gantung-diri/

21 Ibid, Kiki Anggun Saputri, 106.

22 Barseli dan Ifdil, 143.

(19)

tanggung jawab sosial. Saat menyelesaikan tugas tugas perkembangan ini, tidak jarang menghadapi masalah yang menyebabkan stres.

Sarafino berpendapat salah satu cara mengurangi stress ialah dengan mengelola emosional dengan cerdas.23 Maka dari itu perlunya bagi mahasiswa khususnya mahasiwa penyusun skripsi untuk mengatasi stres yang dialami.

Ketika individu mendapatkan tekanan atau stressor, emosi sangatlah berperan penting terhadap suatu tindakan yang dihadapi stressor. Emosi berasal dari diri individu, dengan kemampuan atau kecerdasan dalam memahami dan mengelola emosi, baik diri sendiri maupun pada orang lain serta menjadikan individu berfikir positif terhadap dirinya sehingga dapat mengatasi tekanan atau stressor yang dihadapi, dan tidak mengakibatkan stres yang berkelanjutan.24 Pengelolaan emosi ini merupakan salah satu dari aspek kecerdasan emosional.25

Goleman mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan seseorang untuk mengatur dan menjaga keseimbangan emosi serta kemampuan dalam berfikir melalui ketrampilan kesadaran, pengendalian, memotivasi diri serta keterampilan sosial. Goleman juga berpendapat bahwa kemampuan seseorang untuk menghadapi tuntutan dan tekanan lingkungannya dapat dipengaruhi oleh kecerdasan emosional.26 Hal ini, ketika mahasiswa dengan kecerdasan emosional yang tinggi menghadapi segala kendala dalam

23 Septina Dwi Lestari, ―Hubungan antara kecerdasan emosional dengan stres dalam menyusun skripsi pada mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta‖ , (skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2016) H. 4.

24 Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa Dan Kesehatan Jiwa, Cet. Ke-3, (Jakarta: PT Dana Bhaktiprima Yasa, 1997), h. 45-46.

25 Najmi,Diana, 4-5.

26 Najmi,Diana, 5.

(20)

perkuliahan dan kegiatan kegiatan, orang cenderung tidak mudah putus asa, dapat berkonsentrasi, dan dapat memotivasi diri sendiri. Ini karena orang dengan kecerdasan emosional yang baik akan dapat menerima situasi mereka, bertanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan mereka, tidak khawatir tentang masa depan, dan tidak marah tanpa sebab. Mahasiswa dengan kecerdasan emosional rendah, di sisi lain, sering menjadi berkecil hati, sulit untuk memperhatikan di kelas, dan merasa sulit untuk tetap termotivasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Artha dan Supriadi bahwa kemampuan seseorang untuk mengelola stres tergantung pada kecerdasan emosional mereka.27

Hal ini juga dialami bagi mahasiswa terutama mahasiswa dalam penyusunan skripsi Peneliti mewawancarai beberapa mahasiswa Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember setingkat maupun senior yang sedang menyusun skripsi, dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa mengalami kendala atau hambatan dalam menyelesaikan tugas akhir, seperti kesulitan terkait penelitian, mencari literatur, kebingungan dalam penulisan, banyaknya revisi, dan kesulitan bertemu dosen pembimbing. Sebagian besar pula hasil wawancara individu merasakan permasalahan dalam akademik ketika individu merasa bahwa tugas akhir menjadi tuntutan serta tanggung jawab yang harus diselesaikan, secara fisik individu melalui observasi, dapat dilihat dari mudahnya berkeringat, kehawatiran yang berlebihan, menjadi sangat sensitif dan terkadang sakit kepala ketika terlalu banyak tekanan dalam berfikir.

27 Artha, N.M.W.I., & Supriyadi, ―Hubungan antara kecerdasan emosi dan self efficacy dalam pemecahan masalah penyesuaian diri remaja awal‖, Jurnal Psikologi udaya 1, no. 1, (2013): 193.

(21)

Secara psikologis, akibat tekanan dan konflik yang muncul selama proses penyusunan proposal hingga skripsi, setiap individu juga mengalami berbagai perubahan emosi dan perilaku. Hal tersebut dapat membuat mahasiswa tertekan atau stres bahkan berdampak pada pembelajaran serta psikologisnya.28 Bersamaan dengan hal ini, melalui pengamatan awal yang dilakukan peneliti terhadap mahasiwa penyusun skripsi yang memiliki kemampuan mengelola emosi dalam berfikir dan bertindak terkait hambatan dalam perkuliahan maupun luar perkuliahan, para mahasiswa cenderung dapat bertanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaannya, menerima keadaan, tidak mudah khawatir dan marah tanpa sebab, dapat berkonsentrasi juga memotivasi diri untuk mengerjakan dan menyelesaikan kewajiban yang dimiliki namun sebaliknya, pada mahasiwa yang memiliki kemampuan pengelolaan emosi berfikir dan bertindak yang rendah, cenderung lekas berputus asa, khawatir, marah, dan sulit berkonsentrasi yang menyebabkan terhambat dalam penyelesaian kewajiban yang dimiliki.29

Perspektif Islam menjelaskan bahwa masalah yang menimpa seseorang ialah bukti kasih sayang Allah Swt kepada umatnya, dengan cobaan itu Allah akan mengugurkan dosa yang dimiliki hambanya.30 Seseorang sering membuat komentar negatif tentang situasi buruk yang dialaminya, bahkan apa yang dianggap buruk belum tentu buruk. Allah Swt berfirman dalam surat Al- Baqarah 2 ayat 286 yang berbunyi:

28 Wawancara, Jember, Mei 2022.

29 Observasi, Mei 2022.

30 Tarmizi, ―Problem solving dalam perspektif Bimbimngan Konseling Islam‖, Jurnal Miqot no.1, vol 37 (Januari-Juni, 2013): 91.

(22)

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebank.an kepada orang- orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir." (QS. Al-Baqarah 2 Ayat 286).31

Pada surat Al-Baqarah 2 ayat 286, Allah swt ingin menegaskan kembali bahwa Allah tidak membebani seseorang diluar kemampuannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dilakukan dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. Artinya, setiap ketetapan Allah swt kepada manusia, baik itu kewajiban, cobaan atau musibah, hal itu sebanding dengan kemampuannya, tidak lebih dan tidak kurang.32

Penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa setiap permasalahan yang dihadapi seseorang terdapat hikmah didalamnya, dengan demikian seseorang harus sabar pada cobaan yang diberikan oleh Allah Swt. Permasalahan yang terjadi pada setiap manusia terutama mahasiswa Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember yang memahami dan mendalami ilmu agama Islam, idealnya mahasiswa lebih sabar dan lapang dada dalam menjalani ujian yang dihadapi. Berangkat dari hasil observasi dan wawancara sebelumnya pada mahasiswa Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, masih terdapat mahasiswa yang mengeluh akan permasalahan yang dialaminya dan merasa tidak sanggup menghadapinya. Maka pemaparan yang

31 Via Al-Qur'an Indonesia, https://quran-id.com.

32 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah 1 (Jakarta : Lentera Hati, 2012), 624.

(23)

sudah dijelaskan diatas peneliti tertarik untuk mengangkat judul: “Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Stres Mahasiswa Program Studi Bimbingan Konseling Islam Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember dalam Penyusunan Skripsi”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan apa yang telah dijabarkan diatas terbentuklah suatu rumusan masalah asossiatif hubungan simetris disebabkan peneliti menelusuri keterkaitan antara kecerdasan emosional dengan stres mahasiswa Program Studi Bimbingan Konseling Islam Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember dalam penyusunan skripsi, maka dari itu rumusan masalah pada penelitian ini yakni ―Adakah Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Stres Mahasiswa Program Studi Bimbingan Konseling Islam Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember dalam Penyusunan Skripsi?‖

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan diatas, maka ditetapkan tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui ada tidaknya Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Stres Mahasiswa Program Studi Bimbingan Konseling Islam Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember dalam Penyusunan Skripsi.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian terbagi menjadi dua yakni secara teoritis dan praktis

(24)

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan, menguatkan teori-teori sebelumnya serta memberikan sumbangan referensi dan literatur terutama pada fungsi kuratif pada bimbingan konseling, terutama pencegahan dalam stres yang dialami mahasiswa penyusun skripsi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pemangku kebijakan

Penelitian ini diharapkan dapat menyajikan sebuah data bagi pemangku kebijakan sesuai fungsi kuratif (pencegahan) untuk tindak lanjut.

b. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sebuah pandangan dan informasi terkait variabel lain yang ditemukan dilapangan seperti jenis kelamin yang dapat mempengaruhi pada penelitian serupa tentang kecerdasan emosional dan stres pada diri seseorang, sehingga peneliti selanjutnya dapat berfokus untuk mengembangkan dan menguatkan teori teori pada penjelasan yang lebih detail.

(25)

E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Variabel Penelitian

Penelitian ini variabel independen/ bebas (x) yakni kecerdasan emosional, sedangkan untuk variabel dependen/ variabel terikat (y) yakni stres.

Desain penelitian yang akan peneliti lakukan digambarkan dengan:

Keterangan :

X: Kecerdasan Emosional Y: stres

2. Indikator Penelitian

Indikator pada kecerdasan emosional menurut Goleman ada lima yakni mengenali emosi, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati), membina hubungan dengan orang lain. Sedangkan untuk stres sendiri indikator menurut Sarafino ada dua yakni biologis dan psikologis.

F. Definisi Operasional 1. Kecerdasan emosional

Kecerdasan emosional dalam penelitian ini diartikan sebagai Kemampuan untuk mendeteksi, memahami, mengendalikan, dan menggunakan emosi secara efektif untuk berpikir dan bertindak, serta

X Y

(26)

kapasitas untuk menginspirasi diri sendiri dan membangun hubungan positif dengan orang lain.

2. Stres

Stres dalam penelitian ini merupakan situasi atau perasaan penuh tekanan atau tuntutan berasal dari internal maupun eksternal yang menyebabkan stres akademik pada diri individu dan dipandang sebagai beban yang melebihi individu. Penelitian ini terhadap stres lebih menekankan tentang tingkatannya, yang merupakan berat ringannya stress dialami mahasiswa penyusun skripsi dengan tingkatan ringan, sedang, dan berat.

3. Mahasiwa Program Studi Bimbingan Konseling Islam

Mahasiwa Program Studi Bimbingan Konseling Islam dalam penelitian ini yakni mahasiswa tahun angkatan 2018 yang sedang mengerjakan tugas akhir atau skripsi.

Indikator pada penelitian ini adalah:

Tabel 1.1 Indikator penelitian

Variabel Definisi Indikator

Kecerdasan Emosional (X)

Goleman mengartikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan yang dimiliki individu untuk mengendalikan emosi diri sendiri, memahami perasaan orang lain, memotivasi diri untuk mencapai tujuan, tangguh dalam menghadapi kegagalan, dan meningkatkan pikiran

Mengenali emosi diri 1. Keyakinan lebih tentang

perasaannya 2. Kesadaran diri

mengenali perasaan sewaktu waktu perasaan itu terjadi.

Mengelola emosi diri 1. Penilaian diri secara

teliti

2. Kendali diri secara

(27)

melalui pengalaman kehidupan manusia.33

emosional

Memotivasi diri sendiri 1. Menata emosi untuk

mencapai tujuan 2. Kemampuan untuk

menghibur diri sendiri Mengenali emosi orang lain (empati)

1. Empati

2. Penilaian terhadap orang lain

Membina hubungan dengan orang lain 1. Mampu bekerjasama

dengan orang lain 2. Ketrampilan sosial

Stres Sarafino mendefinisikan

stres merupakan suatu keadaan yang disebabkan ketidaksesuaian antara keadaan biologis dan psikologis individu dalam menghadapi tuntutan yang dirasa sudah diluar batas atau sulit untuk dihadapi.34

Biologis

-gangguan tidur, makan dan sakit kepala

- pernafasan jantung yang tidak teratur kesehatan menurun

Psikologis Kognitif

- Mengalami gangguan daya ingat, tidak fokus dan susah dalam berkonsentrasi.

- Takut gagal, memiliki harga diri yang rendah, kecemasan akan masa depan

Psikologis (Emosi)

- Mempunyai kecemasan yang berlebihan terhadap

33 Daniel Goleman, Emotional Intelligence, Terj. T. Hermaya (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007) , 87.

34 Ifan Maulana & Ilham Nur Alfian, ―Pengaruh Efikasi Diri dan Penyesuaian Diri terhadap Stres Akademik pada Mahasiswa Masa Pandemi COVID-19‖,Buletin Riset Psikologi dan Kesehatan Mental (BRPKM) Vol. 1, no. 1 (2021): 831, http://e-journal.unair.ac.id/index.php/BRPKM

(28)

segala sesuatu,

- mudah marah dan sedih hingga merasa

tertekan,depresi

-Sulit mengatasi masalah Psikologis

(Tingkah laku) -Sulit bekerjasama dengan orang lain, kehilangan minat - mudah terkejut, sulit untuk rileks

G. Asumsi Penelitian

Asumsi ini juga dapat disebut sebagai anggapan dasar. Pada penelitian ini yaitu adanya hubungan antara kecerdasan emosional dengan stres mahasiswa Program Studi Bimbingan Konseling Islam Universitas Islam Negeri Achmad Siddiq Jember dalam penyusunan skripsi. Hal ini sejalan dengan Sarafino yakni salah satu faktor untuk mengatasi stres berasal dari diri individu, yakni kecerdasan emosional.

H. Hipotesis

H1: ―ada hubungan kecerdasan emosional dengan stres mahasiwa Program Studi Bimbingan Konseling Islam Universitas Islam Negeri Achmad Siddiq Jember dalam penyusunan skripsi‖.

Ho: ―tidak ada hubungan kecerdasan emosional dengan stres mahasiwa Program Studi Bimbingan Konseling Islam Universitas Islam Negeri Achmad Siddiq Jember dalam penyusunan skripsi‖

(29)

I. Sistematika Pembahasan BAB I. PENDAHULUAN

Bab I menerangkan latar belakang, rumusan masalah yang disusun, tujuan dari dilaksanakannya penelitian, manfaat yang diperoleh melalui penelitian ini, ruang lingkup dalam penelitian, definisi operasional yang sering dipakai oleh peneliti, asumsi atas penelitian, hipotesis sebelum mencapai hasil penelitian, dan sistematika pembahasan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab II menerangkan hasil penelitian terdahulu yang dijadikan landasan dan pemaparan materi yang digunakan sebagai acuan.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III menjelaskan pemaparan secara gamblang serta rinci tentang metode penelitian yang dipakai peneliti, mencakup pendekatan dan jenis penelitian, populasi serta sampel, teknik serta instrumen pengumpulan data, dan juga analisis data.

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

Bab IV menjelaskan tentang gambaran objek dari penelitian yang dilakukan, kemudian penyajian data, hasil analisis serta pengujian hipotesis dan pembahasan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan.

V PENUTUP

Bab V menerangkan kesimpulan beserta saran-saran menurut hasil riset yang telah dilaksanakan.35

35 Tim Penyusun IAIN Jember, Pedoman Karya Tulis Ilmiah (Jember:IAIN Jember,2020),74-75.

(30)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Riset yang peneliti laksanakan membahas tentang ―Hubungan kecerdasan emosional dengan stres mahasiwa Bimbingan Konseling Islam Universitas Islam Negeri Achmad Siddiq Jember dalam penyusunan skripsi‖.

Riset yang peneliti laksanakan telah melewati proses penelusuran sebelumnya yakni pada penelitian terdahulu guna acuan serta menghindari adanya plagiarisme. Berikut ialah beberapa penelitian terdahulu riset ini:

1. Daniel Arif Parsaoran Tambunan, Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan Stres Kerja Pada Perawat, Skripsi: Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, 2022, perbedaan pada penelitian ini berfokus pada stres kerja perawat, dengan subjek penelitian seorang perawat RS Tugurejo, Semarang. Persamaan dalam penelitian ini menjelaskan tentang hubungan kecerdasan emosional dengan stres.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa hipotesis Uji Korelasi dengan Spearman Rho, yang telah diuji, ternyata valid. Temuan analisis memperlihatkan b,ahwa ada hubungan terbalik yang sangat substansial antara kecerdasan emosional dan stres kerja keperawatan, dengan rxy = - 0,568 dan nilai p = 0,000 (p < 0,05).36

36 Daniel Arif Parsaoran Tambunan, ―Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan Stres Kerja Pada Perawat‖(Skripsi, Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, 2022).

(31)

2. Rizky Sigit Setyaji, Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Stres Akademik pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta yang Terdampak Pandemi Covid-19. Skripsi:

Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2021.

Penelitian ini berbeda dari yang lain karena berkonsentrasi pada masalah tekanan akademik siswa selama pandemi Covid-19. Secara komparatif, penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kuantitatif untuk menyelidiki hubungan antara tingkat stres mahasiswa dan kecerdasan emosional. Riset ini menunjukkan hubungan negatif antara kecerdasan emosional dan stres akademik, yang nilai koefisien korelasinya ialah -0,516 dan tingkat signifikansi 0,000 (p<0,01).37

3. Sulis Murdiani, Hubungan kecerdasan emosional dengan stres kerja perawat di Pukesmas Oro Oro Ombo Kota Madiun, Skripsi: STIKES Bahakti Husada Mulia Madiun, 2021. Perbedaan pada riset ini yakni, riset ini fokusnya pada stres kerja perawat dengan populasi semua perawat Puskesmans Oro Oro Ombo Madiun dan menggunakan keseluruhan sampel. Sedangkan persamaan pada penelitian ini menjelaskan hubungan kecerdasan emosional dengan stres dan penggunaan pendekatan kuantitatif.

Hasil riset ini menunjukkan kecerdasan emosional perawat hampir seluruh yang ada di Puskesmans Oro Oro Ombo Madiun yang memiliki kategori baik yakni 36 orang atau 80%. Analisis yang didapat tentang

37 Rizky Sigit Setyaji, ―Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Stres Akademik pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta yang Terdampak Pandemi Covid-19‖

(Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2021).

(32)

stres kerja Puskesmans Oro Oro Ombo Madiun sebagai responden dalam riset ini ialah rendah yakni 82,2%.38

4. Tresya Novita S.A., ―Literature Riview: Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Tingkat Stres Kerja Perawat Tahun 2020, Skripsi:

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Medan, 2020. Aspek unik dari penelitian ini adalah penggunaan pendekatan survei kuantitatif dan analitis yang dikombinasikan dengan strategi berbasis literatur untuk penelitian, yang melibatkan pencarian literatur yang relevan dan membaca buku, jurnal, dan publikasi lain tentang subjek yang diminati.

Mempertimbangkan kesejajaran dan bagaimana kecerdasan emosional dan tingkat stres terkait.

Menurut tinjauan penelitian, kecerdasan emosional dan tingkat stres kerja perawat terkait. Jelas bahwa perawat sangat rentan terhadap stres karena mereka bekerja di bidang medis dan terus-menerus berhubungan dengan pasien. Faktor lain yang berkontribusi terhadap stres termasuk beban kerja yang dianggap berat sekali, waktu kerja yang mendadak/mendesak, konflik kerja, otoritas kerja yang kurang bahkan tidak memadai, serta masih banyak lagi.39

5. Elida Gultom, ―Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Stres Kerja Perawat pada Pt Nusa Lima Medika Pekan baru‖, jurnal Eko dan Bisnis (Riau Economics and Business Review), Vol. 13 No.2 (Juni 2022):

38 Sulis Murdiani, ―Hubungan kecerdasan emosional dengan stres kerja perawat di Pukesmas Oro Oro Ombo Kota Madiun‖ (Skripsi, STIKES Bahakti Husada Mulia Madiun, 2021).

39 Tresya Novita S.A., ―Literature Riview: Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Tingkat Stres Kerja Perawat Tahun 2020 (Skripsi, Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Medan, 2020).

(33)

148-156. Teknik sampel yang dipakai dalam riset ini, yaitu sampel jenuh, yakni memakai semua populasi sebagai bagian dari sampel dan difokuskan pada tekanan kerja perawat di PT Nusa Lima Medika Pekanbaru. Kesamaan riset ini yakni memakai pendekatan analitis kuantitatif untuk menjelaskan hubungan antara kecerdasan emosional dan stres.

Mayoritas kategori dalam populasi keperawatan dinilai sebagai menengah (78,57%) menurut hasil analisis data deskriptif pada skala kecerdasan emosional. Variabel stres kerja mengungkapkan bahwa 85,71% responden termasuk dalam kisaran sedang. Nusa Lima Medika Pekanbaru menerima temuan analisis data yang memperlihatkan hubungan negatif kecerdasan emosional dengan stres kerja keperawatan.40

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Judul Perbedaan Persamaan Hasil

1 Daniel Arif Parsaoran Tambunan, Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan Stres Kerja Pada Perawat, Skripsi:

Universitas Katolik

Soegijapranata

penelitian ini berfokus pada stres kerja perawat, dengan subjek penelitian seorang perawat RS Tugurejo, Semarang.

menjelaskan berkenaan dengan hubungan kecerdasan emosional dan stres.

.

Kesamaan dalam riset ini memberikan wawasan tentang bagaimana kecerdasan emosional dan stres berinteraksi.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa hipotesis Uji Korelasi dengan Spearman Rho, yang telah diuji, ternyata valid. Temuan analisis memperlihatkan bahwa

40 Elida Gultom, ―Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Stres Kerja Perawat pada Pt Nusa Lima Medika Pekan baru‖, jurnal Eko dan Bisnis (Riau Economics and Business Review), Vol. 13 No.2 (Juni 2022): 148-156.

(34)

Semarang, 2022, ada hubungan terbalik yang sangat substansial antara kecerdasan emosional dan stres kerja keperawatan, dengan rxy

= - 0,568 dan nilai p = 0,000 (p <0,05).

2 Rizky Sigit

Setyaji, Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Stres Akademik pada Mahasiwa

Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Surakarta yang Terdampak Pandemi Covid- 19. Skripsi : Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2021.

Permasalahan stres akademik pada mahasiswa di masa pandemi Covid-19

Membahas tentang hubungan kecerdasan emosional dengan stres pada

mahasiswa, dengan metode penelitian kuantitatif

Temuan ini menunjukkan hubungan negatif antara kecerdasan emosional dan stres akademik, yang nilai koefisien korelasinya ialah -0,516 dengan tingkat signifikansi 0,000 (p<0,01).

3 Sulis Murdiani, Hubungan kecerdasan

emosional dengan stres kerja perawat di pukesmas oro oro ombo kota madiun, Skripsi:

STIKES Bahakti Husada Mulia Madiun, 2021

Penelitian ini berfokus pada stres kerja perawat dengan populasi semua perawat

Puskesmans Oro Oro Ombo Madiun dan menggunakan keseluruhan sampel.

Menjelaskan hubungan kecerdasan emosional dengan stres dan

penggunaan pendekatan kuantitatif

Riset ini memperlihatkan kecerdasan emosional perawat hampir seluruh yang ada di Puskesmans Oro Oro Ombo Madiun yang memiliki kategori baik yakni 36 orang atau 80%. Analisis yang didapat tentang stres kerja Puskesmans Oro Oro Ombo Madiun mayoritas rendah yakni 82,2%.

4 Tresya Novita S.A., ―Literature Riview:

Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Tingkat Stres Kerja Perawat

Penelitian ini menggunakan kuantitatif dengan pendekatan survey analitik memakai studi pendekatan

Membahas hubungan kecerdasan emosional dengan stres,

Menurut tinjauan penelitian, kecerdasan emosional dan tingkat stres kerja perawat terkait.

Jelas bahwa perawat sangat rentan terhadap stres karena mereka bekerja di bidang medis

(35)

Tahun 2020, Skripsi:

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Medan, 2020.

literatue riview, dalam proses penelitian melaksanakan penelusuran serta penelitian

kepustakaan seperti membaca buku, jurnal dan lainnya yang terkait topik penelitian.

dan terus-menerus berhubungan dengan pasien. Faktor lain yang berkontribusi terhadap stres termasuk beban kerja yang dianggap berat sekali, waktu kerja mendesak, konflik kerja, otoritas kerja yang tak memadai, serta banyak lagi.

5. Elida Gultom,

―Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Stres Kerja Perawat Pada Pt Nusa Lima Medika Pekanbaru‖,Jurnal Eko dan Bisnis (Riau Economics and Business Review), Vol. 13 No.2 (Juni 2022):

148-156.

Penelitian ini fokusnya pada stres kerja perawat PT Nusa Lima Medika Pekanbaru, Teknik sampel yang dipakai ialah Sampel Jenuh, yakni semua populasi menjadi sampel.

Sama-sama membahas tentang hubungan kecerdasan emosional dengan tingkat stres, dengan pendekatan metode kuantitatif.

Hasil analisis data deskriptif pada skala kecerdasan emosional menunjukkan bahwa mayoritas kategori tmenunjukkan bahwa kecerdasan emosi pada perawat tergolong sedang. Sedangkan pada variabel stress kerja mayoritas kategori stres kerja tergolong sedang pada perawat di PT Nusa Lima Medica Pekanbaru.

Hasil analisis data mendukung teori bahwa kecerdasan emosional dan stres kerja perawat di PT Nusa Lima Medika Pekanbaru berkorelasi negatif.

B. Kajian Teori 1. Stres

a. Pengertian Stres

Stressor, proses (interaksi), serta respons stres ialah menjadi tiga komponen stres. Helmi dalam Safaria, menerangkan stressor ialah situasi ataupun stimulus yang mengancam kesejahteraan individu.

(36)

Respons stres ialah reaksi yang terlihat, dan proses stres adalah mekanisme yang terhubung yang berawal dengan terjadinya stresor dan berlangsung hingga respons stres dihasilkan. 41

Hans Selye memberi arti stres sebagai reaksi tubuh non-spesifik terhadap tiap tuntutan atau beban yang dialami. Menurut Clonninger, stres ialah keadaan yang mengakibatkan orang tegang saat menghadapi tantangan atau masalah yang tidak ada solusi yang jelas, dan kuantitas pikiran hingga mengganggu orang tersebut terhadap sesuatu yang harus dilakukan.42 Hubungan antara individu dan lingkungan yang dinilai individu sebagai kelebihan beban ataupun di luar kemampuan seseorang serta bisa membahayakan kesejahteraannya adalah penjelasan psikologis tentang stres menurut Lazarus dan Folkman.43

Hal yang dialami oleh mahasiswa terkait stres, yang dirasakan pada umumnya merupakan stres akademik. Mahasiswa sering mengalami stres akademik akibat skripsi yang merupakan salah satu persyaratan atau tuntutan akademik, ketidakmampuan seseorang menyesuaikan diri dengan tuntutan akademik mengakibatkan stres akademik. Desmita mendefinisikan stres akademik sebagai stres ditimbulkan stressor akademik.44 Stres akademik itu sendiri merupakan suatu perasaan tegang dan takut yang akan terjadi, dan kemudian menghambat pelaksanaan berbagai tugas dan kegiatan dalam

41 Safaria, 27.

42 Safaria, 28.

43 Arilia Rahma, Coping Stres Pada Wanita Hamil Resiko Tinggi Grande Multi, (Skripsi: Fakultas Psikologi UNAIR Surabaya, 2007), H. 11

44 Dony Anggara dan Sulisworo, 595.

(37)

lingkungan akademik. Distres terjadi ketika mahasiswa tidak dapat mengerjakan tugasnya dengan baik karena memiliki masalah pada salah satu atau lebih organ tubuhnya, namun mahasiswa dikatakan tidak mengalami stres dan disebut sebagai eustress ketika mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik tanpa adanya keluhan fisik maupun psikis.45 Menurut Safaria, stres jangka pendek mungkin memiliki efek positif, tetapi stres jangka panjang akan berbahaya bagi kesehatan seseorang dan kehidupan secara keseluruhan karena mengganggu kesehatan dan fungsi tubuh lainnya.46

b. Indikator Stres

Ketika mahasiswa mendapat stres, indikator utamanya dari dampak yang disebabkan menurut Sarafino dan Smith yakni biologis dan psikologis.

1) Biologis

Ketika seseorang berada di bawah tekanan, itu dapat memiliki efek pada bagaimana kesehatan fisik mereka terpengaruh, termasuk gangguan pencernaan, sakit kepala, masalah kulit, gangguan makan, ketidakmampuan untuk tertidur, dan keringat berlebihan. ketegangan, kecemasan, kecemasan, jantung berdebar- debar, gemetar, perubahan nafsu makan, bisul, dan masalah fisik lainnya.

45 Aat Sriati, 27-28.

46 Safaria, 29

(38)

2) Psikologis

Merupakan gejala secara psikologis serta sosial yakni gejala kognisi, emosi, serta tingkah laku.

a) Gejala kognisi, merupakan Tingkat stres seseorang yang dapat berdampak pada kapasitas mereka untuk berpikir, yang mengarah ke gejala kognisi seperti kehilangan ingatan, kurangnya perhatian, dan kesulitan fokus. Harga diri rendah, kecemasan kegagalan, kecenderungan untuk membuat keputusan bodoh dengan mudah, khawatir tentang masa depan/

mendatang, dan tidak stabilnya emosi.

b) Gejala emosi, merupakan keadaan stres individu, yang dikenal sebagai gejala emosional, dapat mengganggu stabilitas emosional dan mengakibatkan gejala emosional termasuk kecemasan yang berlebihan tentang segala hal, lekas marah, dan kecenderungan untuk merasa tidak bahagia.

c) Gejala Masalah perilaku adalah Keadaan stres individu, kadang-kadang disebut sebagai gejala perilaku, dapat mengubah perilaku sehari-hari dan memiliki kecenderungan untuk memiliki karakter yang tidak diinginkan, yang dapat menjadi masalah dalam situasi sosial. Indikator peringatan ini termasuk kehilangan minat, kesulitan mematuhi, terkejut atau terkejut dengan mudah, mengalami kesulitan bersantai, minum obat, membutuhkan seks, dan meningkatkan konsumsi alkohol

(39)

dan tembakau.47

c. Respon Terhadap Stres Akademik

Ifdil menulis dalam jurnalnya bahwa reaksi terhadap tekanan akademik meliputi ide, perilaku, reaksi fisiologis, dan perasaan.

1) Pemikiran, reaksi yang dihasilkan, seperti harga diri yang rendah, khawatir tentang masa depan, kesulitan fokus, kecenderungan mudah untuk melupakan sesuatu, takut gagal, dan kecenderungan mudah untuk mempertimbangkan apa yang harus dilakukan.

2) Perilaku, reaksi yang dimanifestasikan, seperti tertutup, menyalahgunakan obat-obatan dan alkohol, tidur berlebihan atau tidak cukup, makan berlebihan atau kurang makan, dan memiliki kecenderungan untuk menangis dengan cepat dan tanpa sebab.

3) Respons fisik, seperti telapak tangan mudah berkeringat, kelelahan, sakit kepala, detak jantung lebih cepat, mulut kering, kecenderungan untuk sakit, mual, dan sakit perut.

4) Perasaan, reaksi dan perasaan emosional, seperti ketakutan, agitasi, ketidaksabaran, dan kekhawatiran.

d. Faktor-faktor yang mengakibatkan Stres

Faktor yang menjadi sumber stres bagi mahasiswa, berikut faktor-faktor yang mempengaruhi stres akademik:48

1) Stressor internal

a) Pola pikir, Orang-orang dengan pola pikir negatif, mereka yang

47 Kiki Anggun Saputri, 107.

48 Barseli dan Ifdil, 143.

(40)

percaya bahwa mereka tidak memiliki kendali atas situasi cenderung lebih stres. Ketegangan yang lebih sedikit kemungkinan akan dialami oleh murid jika mereka merasa lebih mengendalikan tindakan mereka.

b) Kepribadian mahasiswa mungkin berdampak pada seberapa besar stres yang dapat mereka toleransi. Murid optimis biasanya kurang stres dibanding murid pesimis.

c) Kepercayaan diri dapat memengaruhi seberapa stres mahasiswa.

Keyakinan atau pemikiran diri adalah konsep yang dimaksudkan.

Memahami persepsi seseorang tentang dunia di sekitar mereka sangat penting. Siswa mungkin mengalami tekanan psikologis dari tes yang mereka rasa akan mengubah perspektif mereka tentang berbagai hal, bahkan dalam jangka panjang.

Pendapat lain tentang faktor internal mahasiswa menurut Diana Najmi dalam penelitiannya:

a) Jenis kelamin, wanita biasanya mengalami lebih banyak stres daripada pria.

b) Usia, menurut psikologi individu, kematangan emosi siswa dan keterampilan memecahkan masalah lebih baik semakin tua mereka.

c) Tingkat pengetahuan mahasiswa, pengetahuan berhubungan dengan kemampuan berfikir secara rasional dan mudah mendapatkan informasi baru termasuk penyelesaian masalah.

(41)

Mahasiswa yang memiliki pengetahuan yang rendah cenderung memiliki tingkat stres yang berat.

d) Kecerdasan emosional mahasiswa, pada penelitian Megawati menunjukkan keterampilan pribadi, emosional, dan sosial yang dipengaruhi oleh kecerdasan emosional dapat membantu orang menghadapi tekanan dan harapan lingkungan mereka dengan sukses.

e) Karakteristik kepribadian mahasiswa berkontribusi pada penciptaan reaksi yang berbeda terhadap stresor yang sama.

Ketika mahasiswa memiliki kepribadian tidak mudah marah dan sabar akan tahan terhadap tingginya stressor, dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak memiliki kepribadian tersebut.

f) Strategi koping mahasiswa, juga mempengaruhi adanya stressor, melibatkan unsur unsur pemikiran dalam mengatasi suatu masalah, strategi koping ini digunakan mahasiswa dalam menghadapi stres.49

2) Stressor eksternal

a) Persyaratan dan kurikulum akademik sistem pendidikan standar yang lebih ketat memiliki dampak yang merugikan pada persaingan siswa, peningkatan waktu belajar, dan ketegangan.

Meskipun hal ini diperlukan untuk kemajuan pendidikan di tanah air, namun justru meningkatkan tingkat stres yang harus

49 Najmi,Diana, 14.

(42)

dihadapi oleh mahasiswa.

b) Mahasiswa berada di bawah tekanan untuk berprestasi baik dalam studi mereka, mendapatkan IPK tinggi, dan lulus sesuai jadwal. Orang tua, keluarga, guru, tetangga, teman, dan diri sendiri adalah sumber utama dari tekanan ini.

c) Pendidikan slalu menjadi simbol prestise sosial karena promosi kedudukan sosial. Orang dengan kredensial akademik yang sangat baik akan dihargai oleh masyarakat, sedangkan orang dengan tingkat pendidikan rendah akan direndahkan. Murid yang berkembang secara akademis tidak diragukan lagi disukai, terkenal, serta dipuji masyarakat, sementara itu, siswa gagal dicemooh sebagai lambat atau malas. Ini dipandang sebagai pembuat masalah dan sering diberhentikan oleh profesor maupun guru, kekerasan oleh orang tua, atau diabaikan oleh teman sekelas.

d) Orang tua bersaing satu sama lain guna membesarkan anak-anak yang mampu dalam berbagai cara. Ini adalah saat orang tua yang berpendidikan tinggi dan kaya informasi bersaing.

Pendapat lain tentang faktor eksternal mahasiswa menurut Diana Najmi dalam penelitiannya yakni:50

a) Stres bisa timbul karena tugas akhir, yang dipandang sebagai tanggung jawab besar bagi orang tersebut dan tidak sejalan

50 Najmi,Diana, 15.

(43)

dengan kemampuan siswa.

b) Dosen, hal ini terjadi ketika peliknya proses bimbingan pada dosen sebagai satu dari sekian faktor guna penyelesaian skripsi.

c) Mahasiswa mungkin diperlukan untuk mencapai prestasi yang telah ditetapkan baik oleh fakultas, universitas, maupun orang- orang karena bobot belajar dan standar akademik saat ini.

Tuntutan ini dapat membebani siswa di luar kapasitas mereka, dan ketika bebannya terlalu besar, stres dapat terjadi.

e. Tingkat Stres

Pendapat yang dikemukakan Rasmun tentang stres yakni:

1) Stres ringan ialah stres yang tidak berdampak negatif pada susunan fisiologis seseorang. Setiap orang umumnya mengalaminya, misalnya ketika mereka melupakan sesuatu, ketiduran, merasa cemas, atau menerima kritik. Stres ringan seringkali hanya berlangsung beberapa menit atau jam, dan kecuali jika dialami berulang kali, itu tidak mengakibatkan penyakit.

2) Stres sedang didefinisikan sebagai stres yang berjalan selama lebih dari beberapa jam hingga berhari-hari dan mampu menyebabkan penyakit bermanifestasi. Stresor yang cukup menegangkan termasuk beban kerja yang berlebihan, transaksi terbuka, harapan untuk pekerjaan baru, dan ketidakhadiran yang diperpanjang dari anggota keluarga.

3) Stres kronis, atau stres berat, biasanya berkembang selama

(44)

beberapa minggu hingga bertahun-tahun. stresor berat seperti kesulitan keuangan dan penyakit fisik yang berkepanjangan.

Stres tentu tidak bisa dihindari sepenuhnya, setiap hari individu akan mengalami berbagai macam stimulus atau stressor yang menimbulkan stres seperti kebisingan, kemacetan, polusi udara dan banyak hal lainnya disekitar yang dapat menimbulkan stres. Mengatasi hal tersebut perlunya meningkatkan kemampuan mengelola stres dan emosi dengan cara meningkatkan kemampuan dalam mengatasi stres dan tekanan emosi negatif, hal ini dengan mengenali penyebab stres dan perbedaan mengatasi dan menghadapi stres, mengenali gejala gejala stres dan menemukan cara yang efektif untuk mengatasinya. 51

2. Kecerdasan Emosional

a. Pengertian kecerdasan emosional

Tahun 1990, Peter Salovey dari Havard University di New Hampshire menciptakan frasa "kecerdasan emosional", mengidentifikasinya sebagai hal yang penting untuk sukses. Kata

"emosi" bersumber dari kata kerja Latin "emovere," yang artinya menjauh serta menunjukkan kecenderungan untuk bertindak ataupun berbuat secara emosional.52 Seiring dengan mengadopsi pandangan kecerdasan yang lebih besar, Stenberg dan Salavey juga bertujuan untuk memikirkan kembali kerangka kerja yang diperlukan seseorang

51 Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa Dan Kesehatan Jiwa, Cet. Ke-3, (Jakarta: PT Dana Bhaktiprima Yasa, 1997), h. 45-46

52 Daniel Goleman, 7.

(45)

untuk dicapai dalam hidup, yang membawa kita kembali ke seberapa signifikan kecerdasan emosional atau pribadi.53

Menurut Salovey, kecerdasan emosional adalah kapasitas untuk mengenali dan mengelola emosi sosial, termasuk kapasitas untuk menggunakan emosi sendiri serta emosi orang lain serta kapasitas untuk membedakan emosi sendiri dari emosi orang lain. Kapasitas ini berfungsi sebagai panduan untuk pikiran dan perbuatan seseorang.54 Berbeda dengan pandangan Agustian, yang mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kapasitas untuk mengalami kejujuran diri sebagai sumber keamanan, arah, kekuatan, dan pengetahuan.55 Goleman mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kapasitas orang untuk memotivasi diri sendiri dalam mencapai tujuan, tangguh dalam menghadapi kegagalan, memahami perasaan orang lain, mampu mengendalikan emosi sendiri, dan memperbaiki pikiran dalam bentuk pengalaman hidup manusia. Definisi ini hampir identik dengan Salovey.56

Menurut Bar On, kecerdasan emosional ialah kumpulan bakat, kompetensi, serta kemampuan non-kognitif yang berdampak pada kapasitas seseorang guna berhasil menanggapi tuntutan dan tekanan dari lingkungannya. Menurut Davis, kecerdasan emosional ialah kemampuan memahami, mengendalikan, dan menggunakan emosi

53 Ibid, Daniel Goleman, 57.

54 Mubayid Makmun, kecerdasan dan kesehatan emosional anak, Terj. Muhammad Muchson Anasy (Jakarta: PT. Al Kautsar, 2006), 15.

55 A., Agustian, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power (Jakarta: Penerbit Arga, 2006), 42.

56 Daniel Goleman, 87.

(46)

dengan bijaksana.57 Kemampuan merasakan adalah apa yang disebut Ary Ginanjar sebagai kecerdasan emosional (EQ), dan kejujuran hati nurani adalah kunci untuk mengembangkannya. Hati nurani digunakan sebagai pusat prinsip karena dapat memberikan seseorang rasa stabilitas, arah, kekuatan, dan pengetahuan.58

Menurut beragam penejelasan diatas, maka bisa diambil simpulan bahwa kecerdasan emosianal ialah kemampuan untuk memahami, mengenali, mengendalikan, dan menggunakan emosi untuk mengarahkan ide ke arah tindakan seseorang sesuai dengan keinginan seseorang supaya sukses dalam menyelsaikan tiap tuntutan maupun tekanan lingkungan.

b. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional

Kemampuan untuk mengelola emosi seseorang dapat dikembangkan dengan belajar, bukan yang telah ditentukan sejak lahir.

Menurut Goleman berikut ini adalah unsur-unsur yang memberi pengaruh pada kecerdasan emosional:

1) Lingkungan keluarga adalah ruang kelas pertama dalam studi emosi. Karena orang tua adalah orang pertama yang perilakunya diperhatikan dan diinternalisasi—perilaku yang pada akhirnya akan jadi bagian dari kepribadian anak—peran orang tua sangat penting.

Ketika anak masih bayi, kecerdasan emosional ini dapat diajarkan melalui contoh ekspresi wajah. Kehidupan emosional keluarga

57 Saam dan Sri Mulyani, Psikologi Keperawatan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2012), 160.

58 Ary Ginanjar Agustian, ESQ Emotional Spiritual Quotients, (The ESQ Way 165), hal. 42.

Referensi

Dokumen terkait

UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember adalah berbasis Islam Nusantara. Islam Nusantara mempunyai karakter yang dibangun dengan infrastruktur budaya. Islam yang ramah,

1. M., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember yang telah mendedikasikan apa yang dimiliki untuk memberikan fasilitas dalam menuntut

Tinjauan Hukum Ekonomi Syari‟ah Pada Transaksi Digital Resource Game ( Studi Kasus Jual Beli Resource “Rise Of Kingdom” Oleh TM STORE Di Desa Rogojampi Kecamatan

18 Baratama, “Hubungan Antara Regulasi Diri Dengan Prokrastinasi Tugas Akhir Skripsi Pada Mahasiswa Prodi BK UNY” (Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta, 2014), 24.. 3)

Dalam sebuah pemberdayaan, tentunya akan menghadapi hambatan atau tantangan tersendiri. Untuk membentuk profesional dan komitmen bersama dalam hal kebaikan juga bukan merupakan

Nurastuti dalam Tukiran mengatakan bahwa hipotesis asal mulanya dari dua kata yakni hypo artinya sebelum dan thesis yang artinya dalil. Oleh karena itu, hipotesis dapat dipahami

Almamater Universitas Islam Negeri (UIN) Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, semua dosen dan civitas akademik tanpa terkecuali. Dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan

Hasil dari penelitian terdahulu juga ikut menjadi acuan terhadap penelitian yang akan peneliti lakukan dengan judul hubungan husnudzon dengan resiliensi pada