• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIAPAN MAHASISWA ANGKATAN 2018 PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM UNTUK MENJADI KONSELOR ISLAM DI FAKULTAS DAKWAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KESIAPAN MAHASISWA ANGKATAN 2018 PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM UNTUK MENJADI KONSELOR ISLAM DI FAKULTAS DAKWAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER SKRIPSI"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

i

KESIAPAN MAHASISWA ANGKATAN 2018 PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

UNTUK MENJADI KONSELOR ISLAM DI FAKULTAS DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri KH. Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Fakultas Dakwah Jurusan Pemberdayaan Masyarakat Islam Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam

Oleh:

Zuliana Nurindahsari NIM: D20183053

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

FAKULTAS DAKWAH

JANUARI 2023

(2)

ii

KESIAPAN MAHASISWA ANGKATAN 2018 PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

UNTUK MENJADI KONSELOR ISLAM DI FAKULTAS DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri KH. Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Fakultas Dakwah Jurusan Pemberdayaan Masyarakat Islam Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam

Oleh:

Zuliana Nurindahsari NIM: D20183053

Disetujui Pembimbing

Dr. H. ABDUL MU’IS, S.Ag., M.Si.

NIP. 19730424000031005

(3)

iii

KESIAPAN MAHASISWA ANGKATAN 2018 PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

UNTUK MENJADI KONSELOR ISLAM DI FAKULTAS DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

SKRIPSI

Telah diuji dan terima untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Fakultas Dakwah Jurusan Pemberdayaan Masyarakat Islam Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam

Hari : Kamis Tanggal : 5 Januari 2023

Tim Penguji

Anggota :

1. Dr. H. Sofyan Hadi, M.Pd ( )

2. Dr. H. Abdul Mu’is, S.Ag., M.Si. ( )

Menyetujui Dekan Fakultas Dakwah

Prof. Dr. Ahidul Asror, M.Ag.

NIP. 197406062000031003

Ketua Penguji Sekretaris

H. Zainul Fanani, M.Ag.

NIP. 197107272005011001

Arrumaisha Fitri, M.Psi.

NIP. 198712232019032005

(4)

iv MOTTO





































































Artinya: Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; tetapi Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu infakkan di jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dizalimi (dirugikan). (Q.S Al-Anfal 60)1

*Kementrian Agama RI, Ar-rahim Al-Qur’an dan Terjemahan. (Bandung:CV Mikraj Khazanah, 2010), 183.

(5)

v

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta taufik hidayahnya yang senantiasa diberikan kepada saya untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, dengan segala rendah hati serta syukur penulis persembahkan skripsi ini kepada:

1. Kedua orang tua saya, yakni bapak Marsiyanto dan ibu Eni Nur Aini yang telah membesarkan saya, menyayangi, mendidik, mendukung, mendoakan saya. Memberikan kesempatan serta dukungannya hingga saya bisa menempuh perguruan tinggi. Semoga allah selalu memberikan beliau rezeki, panjang umur, dan juga kesehatan.

2. Adik kandung saya tercinta M Fahri Pamungkas, kakek saya H. Ihsanudin dan nenek saya H. Istiqomah yang saya hormati, dan segenap keluarga besar saya yang telah mendukung serta mendoakan saya.

3. Keluarga besar prodi Bimbingan dan Konseling Islam khususnya BKI 1 angkatan 2018 yang telah menemani selama perkuliahan.

4. Semua pihak yang sudah terlibat dalam penulisan skripsi ini yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

مي ِحَّرلٱ ِنَّٰمْحَّرلٱ ِهََّّٰللٱ ِمْس ِ

Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya pelaksanaan, perencanaan, dan penyelesaian skripsi yang berjudul

“Kesiapan Mahasiswa Angkatan 2018 Prodi Bimbingan dan Konseling Islam Untuk Menjadi Konselor Islam di Fakultas Dakwah UIN KH Achmad Siddiq Jember” sebagai salah satu syarat menyelesaikan program sarjana, dapat terselesaikan dengan lancar. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., M.M. Selaku Rektor Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember yang telah mendukung dan selalu membuat kampus kami tercinta semakin maju.

2. Prof. Dr. Ahidul Asror, M.Ag. Selaku Dekan Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Jember.

3. Muhammad Ardiansyah, M.Ag. Selaku ketua prodi Bimbingan dan Konseling Islam Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.

4. Dr. H. Abdul Mu’is, S.Ag., M.Si. Selaku dosen pembimbing tugas akhir skripsi yang telah membimbing, mengarahkan, serta memberikan saran sehingga skripsi ini bisa selesai.

5. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember yang telah banyak memberikan ilmu, mendidik dan membimbing selama penulis menempuh pendidikan.

(7)

vii

6. Segenap Civitas Akademika Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga masih perlu penyempurnaan. Oleh sebab itu untuk menyempurnakan skripsi ini kritik dan saran yang membangun dari segenap pihak merupakan hal yang berharga bagi penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi masyarakat pada umumnya, amin.

Jember, 8 Desember 2022 Penulis,

Zuliana Nurindahsari NIM: D20183053

(8)

viii ABSTRAK

Zuliana Nurindahsari, 2023: Kesiapan Mahasiswa Angkatan 2018 Prodi Bimbingan dan Konseling Islam Untuk Menjadi Konselor Islam di Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.

Kata Kunci: Kesiapan, Kecerdasan, Kematangan, Bimbingan dan Konseling Islam, Konselor Islam

Menjadi konselor islam harus memenuhi kriteria dan pencapaian, ABKIN (Asosiasi Profesi Bimbingan dan Konseling Indonesia) merumuskan standar kompetensi yang harus dipenuhi oleh calon konselor nantinya. Selama ini, hanya sebatas pengetahuan yang pada akhirnya tidak menjadi patokan dalam diri sendiri.

Bahkan, ada beberapa orang yang mungkin belum mengetahui secara utuh mengenai apa saja kriteria dan sejauh mana kualitas pribadi yang harus dicapai bagi calon konselor. Masalah ini lah yang pada akhirnya menarik perhatian penulis untuk mengkaji kesiapan mahasiswa angkatan 2018 prodi Bimbingan dan Konseling Islam ditinjau dari kesiapan dan kematangan.

Fokus penelitian skripsi ini yaitu: 1). Bagaimana kesiapan mahasiswa angkatan 2018 prodi Bimbingan dan Konseling Islam untuk menjadi Konselor Islam ditinjau dari aspek kematangan. 2). Bagaimana kesiapan mahasiswa angkatan 2018 prodi Bimbingan dan Konseling Islam untuk menjadi Konselor Islam ditinjau dari aspek kecerdasan. Tujuan penelitian ini yaitu: 1). Untuk mengetahui kesiapan angkatan 2018 mahasiswa prodi Bimbingan dan Konseling Islam untuk menjadi Konselor Islam ditinjau dari aspek kematangan. 2). Untuk mengetahui kesiapan mahasiswa angkatan 2018 prodi Bimbingan dan Konseling Islam untuk menjadi Konselor Islam ditinjau dari aspek kecerdasan.

Metode penelitian deskriptif kualitatif. Subyek penelitian yang digunakan yakni teknik purposive. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data menggunakan model analisis data Miles dan Huberman yang meliputi: kondensasi data (data condensation), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (conclusions drawing). Keabsahan data menggunakan trianggulasi sumber dan triangulasi teknik

Adapun hasil penelitian ini, yaitu: 1). Ada beberapa mahasiswa yang sudah memenuhi kriteria kesiapan untuk menjadi Konselor Islam ditinjau dari aspek kematangan, dan ada juga mahasiswa yang belum memenuhi beberapa aspek kriteria kematangan. 2). Ada beberapa mahasiswa yang sudah memenuhi kriteria kesiapan untuk menjadi Konselor Islam ditinjau dari aspek kecerdasan, dan ada juga mahasiswa yang belum memenuhi beberapa aspek kriteria kecerdasan.

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Definisi Istilah ... 9

F. Sistematika Pembahasan ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu ... 11

B. Kajian Teori ... 15

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 47

B. Lokasi Penelitian ... 48

C. Subyek Penelitian ... 48

(10)

x

D. Teknik Pengumpulan Data ... 50

E. Analisis Data ... 52

F. Keabsahan Data ... 54

G. Tahap-tahap Penelitian ... 55

BAB IV PENYAJIAN DATA A. Gambaran Obyek Penelitian ... 57

B. Penyajian Data dan Analisis... 63

C. Pembahasan Temuan ... 112

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 120

B. Saran ... 121

DAFTAR PUSTAKA ... 122 LAMPIRAN

1. Pernyataan Keaslian Tulisan 2. Matriks Penelitian

3. Surat Ijin Penelitian Pedoman Penelitian 4. Jurnal Kegiatan Penelitian

5. Lembar Persetujuan Informan 6. Dokumen Hasil Nilai Studi 7. Dokumentasi

(11)

xi

DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.1 Orisinalitas Penelitian ... 14 2. Tabel 4.1 Profil Prodi Bimbingan dan Konseling Islam ... 62

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian

Tingkat kedewasaan dimana menguntungkan untuk mempraktikkan apa pun dikenal sebagai kesiapan (readiness). Keadaan kesiapan total seseorang menentukan apakah mereka siap untuk menanggapi suatu keadaan dengan cara tertentu atau tidak.2 Dengan demikian, kesiapan dapat dianggap sebagai keadaan yang menunjukkan sesuatu telah memenuhi persyaratan untuk kelayakan.

Pertumbuhan dan perkembangan mengarah pada kematangan (maturation), yang merupakan proses yang menyebabkan perubahan perilaku3 Monks menegaskan bahwa sebagai hasil dari perkembangan fisik, kedewasaan menekankan adanya kapasitas untuk aktivitas yang lebih tinggi daripada fungsi psikis.4 Ketika sesuatu sudah matang, itu menunjukkan bahwa ia telah tumbuh secara maksimal. Di sini, konselor memiliki kemampuan kognitif yang baik atau matang serta stabilitas emosional, mental, dan kepribadian.

Kekuatan dan ketangguhan seorang konselor adalah kualitas penting bagi seorang penolong. Hubungan antara konselor adalah salah satu kemitraan dan keselarasan, terlepas dari kenyataan bahwa ini harus diingat. Kedewasaan konselor memungkinkan dia untuk menangani situasi yang menantang. Sulit

2 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 113.

3Rusdiana, Nasihudin, Kesiapan PTKIS Dalam Mendukung Implementasi Kebijakan Surat Keterangan Pendamping Ijazah,(Bandung:Pusat Penelitian dan Penerbitan UIN Sunan Gunung Jati. 2018), 14.

4 Monks, Psikologi Perkembangan dalam Pengantar Berbagai Bagian, (Yogyakarta:UGM Press, 2003), 32.

(13)

2

untuk goyah dan membiarkan sesuatu yang negatif memengaruhi Anda. Oleh karena itu, seorang konselor harus menjunjung tinggi prinsip-prinsip yang baik ketika memberikan layanan konseling. Kedewasaan diri sangat penting untuk dimiliki oleh seorang konselor.5

Kecerdasan adalah bakat tertinggi umat manusia. Tingkat kecerdasan seseorang dapat membantunya dalam memecahkan berbagai masalah yang muncul dalam hidupnya. Manusia telah memiliki kecerdasan sejak lahir, dan dapat terus tumbuh hingga dewasa.6 Gardner, yang dikutip oleh Yuliana Nurani Sujiono dalam buku Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, mendefinisikan kecerdasan sebagai kapasitas untuk memecahkan masalah dan menghasilkan barang-barang berharga dalam satu atau lebih konteks budaya.

Dia menganut aliran pemikiran yang berbeda. Dia berpendapat bahwa untuk menerima bahwa kekuatan yang bervariasi dan gaya pemahaman yang kontras ada di antara orang-orang, konsep kecerdasan harus mengakui bahwa setiap orang memiliki kekuatan pemahaman yang unik dan otonom.7 Sudut pandang lain, khususnya Garrett, yang dikutip oleh Dalyono dalam buku Psikologi Pendidikan, menunjukkan bahwa kecerdasan setidaknya memerlukan keterampilan yang diperlukan untuk menangani masalah yang membutuhkan pemahaman dan penggunaan simbol.8

5 Tulus Tu’u, Dasar-dasar Konseling Pastoral, (Yogyakarta:ANDI Offset. 2007) , 37.

6 Yuliani Nurani Sujiono dan Bambang Sujiono, Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak, (Jakarta: Indeks, 2010), 48.

7 Yuliana Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: PT Indeks. 2009), 176.

8 Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 183.

(14)

3

Kementrian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) dengan detail menetapkan Standar Kompentensi Lulusan (SKL) dan Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) jenjang sarjana prodi BKI yaitu sebagai pembimbing agama, konselor, dan peneliti dengan watak positif, yang kompeten dan terkini dalam disiplin ilmunya serta mumpuni untuk melaksanakan tanggung jawab bimbingan dan konseling Islam sesuai dengan ajaran, etika, ilmu pengetahuan, dan kompetensi Islam.9 Sayangnya, kualitas dan pencapaian yang berbeda dalam seorang konselor potensial belum mendapat perhatian khusus. Saat ini hanya terbatas pada pengetahuan yang tidak berfungsi sebagai standar untuk diri sendiri. Bahkan, ada beberapa orang yang mungkin belum sepenuhnya memahami persyaratan dan ruang lingkup kualitas pribadi yang harus dicapai bagi calon konselor, sehingga tidak mungkin bagi calon konselor untuk menilai kemampuannya dan menentukan apa yang perlu ditingkatkan untuk menjadi konselor profesional.

Konselor sebagai tenaga profesional tidak diragukan lagi harus mampu menawarkan kepada setiap individu layanan terbaik, metodis, objektif, logis, dan tahan lama sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal.10 Kredensial akademik konselor pada satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan nonformal adalah sebagai berikut, menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008

9 Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) Program Studi Jenjang Sarjanapada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam dan Fakultas Agama (FAI) pada Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia. 2018), 135.

10 Khairullah, Akhmad Rizkhi Ridhani, Aminah, Karakteristik Konselor Islami (Kajian Empiris Nilai-nilaiI Pendidikan Karakter Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari). Jurnal Bimbingan dan Konseling Ar-Rahman, Vol. 4, No. 2, 2018.

(15)

4

tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor: 1) Jurusan bimbingan dan konseling dengan gelar sarjana (S-1); 2) dilatih sebagai konselor. Keterampilan konselor meliputi keahlian instruksional, keahlian kepribadian, keahlian sosis, dan keahlian profesional.11

ABKIN (Asosiasi Profesi Bimbingan dan Konseling Indonesia) merumuskan bahwa salah satu komponen standar kompetensi yang harus dijiwai dan dimiliki oleh konselor adalah mengembangkan pribadi dan profesionalitas secara berkelanjutan, yang di dalamnya meliputi: 12

1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 2. Menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat 3. Memiliki kesadaran diri dan komitmen terhadap etika profesional

4. Mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat tugas dan secara eksternal antar profesi

5. Berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling Konsep ABKIN yang disebutkan di atas menunjukkan bahwa penekanan harus lebih ditempatkan pada kecerdasan atau kedewasaan emosional dan spiritual konselor daripada pada pengetahuan teknis dan kemampuan intelektual mereka. Masalahnya adalah apakah lembaga pendidikan dapat menghasilkan konselor yang dapat memenuhi persyaratan ini, atau apakah kita dapat melatih atau menghasilkan konselor dengan semua

11 Rafael Lisinus, Pastiria Sembiring, Pembinaan Anak Berkebutuhan Khusus Sebuah Perspektif Bimbingan dan Konseling(t.th:Yayasan Kita Menulis. 2020), 268-269.

12 Asosiasi Bimbingan Dan Konseling Indoneasi (ABKIN). 2018.

(16)

5

kemampuan yang disebutkan di atas adalah perhatian utama bagi para profesional bimbingan dan konseling.13

Sayangnya, kualitas dan pencapaian yang berbeda dalam seorang konselor potensial belum mendapat perhatian khusus. Saat ini hanya terbatas pada pengetahuan yang tidak berfungsi sebagai standar untuk diri sendiri.

Bahkan, beberapa orang mungkin tidak sepenuhnya memahami persyaratan dan tingkat di mana atribut pribadi tertentu harus dipenuhi oleh calon konselor. Oleh karena itu, calon konselor tidak dapat menilai sejauh mana kemampuannya dan tidak dapat menentukan apa yang harus ditingkatkan untuk menjadi konselor yang berkualitas. Setelah wawancara singkat dengan beberapa mahasiswa prodi Bimbingan dan Konseling Islam mereka mengungkapkan bahwa merasa belum memenuhi kriteria dan pencapaian seorang calon konselor. Masih banyak poin yang belum terpenuhi dalam standar kopetensi yang harus dimiliki seorang calon konselor.

Menurut peraturan pemerintah Indonesia No. 30 dari tahun 1990, mahasiswa adalah mereka yang terdaftar dan menghadiri universitas tertentu.

Selain itu, menurut Sarwono, mahasiswa adalah siapa saja yang telah mendaftar secara resmi untuk kuliah dan berusia antara 18 dan 30 tahun.14 Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq Jember memiliki program studi yakni Bimbingan dan Konseling Islam yang mencetak lulusan menjadi konselor. Mahasiswa BKI adalah mahasiswa yang kemungkinan besar akan

13 Muskinul Fuad, Kualitas Pribadi Konselor Urgensinya Dan Pengembangannya. Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, Vol. 3, No. 2, 2009.

14 Harun Gafur, Mahasiswa dan Dinamika Dunia Kampus, (Bandung:CV Rasi Terbit. 2015), 17.

(17)

6

menekuni dunia Bimbingan dan Konseling, yang biasanya dikenal dengan konselor.

Menurut Samsul Munir, bimbingan dan konseling Islam adalah praktik memberikan nasihat atau bantuan yang terfokus, abadi, dan terorganisir kepada setiap orang sehingga mereka dapat menyadari potensi mereka atau fitrah keagamaannya dengan menginternalisasi prinsip-prinsip yang terdapat dalam Al-Quran dan hadits Nabi Muhammad SAW. Hal ini akan memungkinkannya untuk hidup selaras dengan dan sesuai dengan persyaratan Al-Quran dan hadits.15

Sesuai dengan firman Allah SWT yang menggambarkan orang-orang yang dapat memberikan informasi, konselor sebagai pelaksana pendampingan konseling harus memiliki kemampuan khusus.

ِدمتْهُمْلٱ موُهم ف ُهَّللٱ ِدْهم ي نمم ُهمل مدِمتَ نملم ف ْلِلْضُي نمممو ِ

اًدِشْرُّم اًّيِلمو ۥ

Artinya: ... "Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk, dan Barang siapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya." (QS. Al Kahfi: 17).16

Ayat di atas menunjukkan kepada kita perlunya seorang konselor yang mengemukakan agama dan bimbingan ilahi. Bahkan kecuali konselor yang menerima poin dan solusi atas masalah yang Tuhan maksudkan, konselor tidak dapat menawarkan solusi atas masalah yang dialami oleh konselor/klien. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa banyak masalah yang dihadapi oleh para konselor atau orang-orang pada umumnya dalam kehidupan sehari-hari mereka tidak benar-benar muncul kecuali Allah SWT memberikan persetujuan-Nya.

15 Samsul Munir, 23.

16 Kementrian Agama RI, 413.

(18)

7

Setelah mini riset kepada beberapa mahasiswa angkatan 2018 prodi Bimbingan dan Konseling Islam bagaimana kesiapannya untuk menjadi konselor islam hampir semua siswa menjawab belum memiliki kesiapan dari segi psikologis (diri sendiri) ataupun dari segi pengetahuan, sehingga hal tersebut tidak sesuai dengan visi dan misi prodi Bimbingan dan Konseling Islam yang mencetak tenaga ahli Bimbingan dan Konseling Islam yang berprestasi, berkualitas, dan profesional. 17

Berdasarkan konteks penelitian diatas peneliti tertarik untuk mengangkat judul “Kesiapan Mahasiswa Angkatan 2018 Prodi Bimbingan dan Konseling Islam Untuk Menjadi Konselor Islam di Fakultas Dakwah Universitas Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember”

B. Fokus Penelitian

Apabila mengacu pada latar belakang diatas, maka fokus penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana kesiapan mahasiswa angkatan 2018 prodi Bimbingan dan Konseling Islam untuk menjadi Konselor Islam ditinjau dari aspek kematangan?

2. Bagaimana kesiapan mahasiswa angkatan 2018 prodi Bimbingan dan Konseling Islam untuk menjadi Konselor Islam ditinjau dari aspek kecerdasan?

17 Wawancara Mahasiswa BKI Angkatan 2018, 13 Januari 2022.

(19)

8

C. Tujuan Penelitan

Dilihat dari fokus penelitian tentunya peneliti tentunya memiliki tujuan penelitian yakni sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kesiapan angkatan 2018 mahasiswa prodi Bimbingan dan Konseling Islam untuk menjadi Konselor Islam ditinjau dari aspek kematangan.

2. Untuk mengetahui kesiapan mahasiswa angkatan 2018 prodi Bimbingan dan Konseling Islam untuk menjadi Konselor Islam ditinjau dari aspek kecerdasan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Untuk menambah wawasan serta ilmu tentang kesiapan mahasiswa Bimbingan dan Konseling Islam untuk menjadi Konselor Islam nantinya.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengalaman dan ilmu, mengasah kemampuan menulis serta menjadi bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.

b. Bagi Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Islam

Sebagai acuan kesiapan mahasiswa untuk menjadi Konselor Islam nantinya.

(20)

9

c. Bagi Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan referensi ataupun literatur untuk penelitian selanjutnya khususnya mahasiswa Bimbingan dan Konseling Islam.

E. Definisi Istilah

Guna memperkuat istilah yang dipakai peneliti agar tidak menimbulkan kesenjangan pemahaman oleh pembaca maka peneliti menjelaskan definisi istilah sebagai berikut:

1. Kesiapan

Kesiapan adalah suatu kondisi dimana seseorang telah mencapai pada tahapan tertentu atau dikonotasikan dengan kematangan fisik, psikologis, spiritual dan skill. Dapat disimpulkan bahwa kesiapan adalah dimana seorang individu mempersiapkan segala sesuatu baik secara fisik, psikologis, skill, maupun spiritual. Untuk kesiapan yang dimaksut disini adalah kesiapan mahasiswa Bimbingan dan Konseling Islam untuk menjadi Konselor Islam.

2. Konselor Islam

Konselor Islam adalah seseorang yang membantu konseli atau biasa disebut dengan klien dalam menyelesaikan masalah menggunakan landasan kaidah-kaidah atau nilai-nilai agama islam. Konselor Islami disini yang dimaksud adalah mahasiswa Bimbingan dan Konseling Islam yang akan menjadi calon konselor islam yang telah menguasai ilmu agama

(21)

10

islam seperti menguasai ilmu al-quran, hadist, aqidah, akhlak, fiqih dengan cara mempelajari, memahami dan juga mengamalkannya.

F. Sistematika Pembahasan

Peneliti mengatur sistematika pembahasan sesuai dengan metodologi penelitian sehingga penulisan skripsi ini dapat dipahami secara keseluruhan dan urutan penulisan secara berturut-turut yang konsisten dengan pembahasan.

Lima bab yang membentuk pembahasan sistematis penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab I : Pada bab ini membahas mengenai latar belakang penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah dan sistematika pembahasan.

Bab II : Pada bab ini membahas mengenai kajian pustaka yang berisi tentang penelitian terdahulu dan kajian teori.

Bab III: Pada bab ini menjelaskan tentang metodologi penelitian yang memaparkan pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.

Bab IV: Pada bab ini menjelaskan tentang uraian hasil penelitian yang memaparkan gambaran obyek penelitian, penyajian data, analisis data, dan pembahasan temuan yang telah didapatkan selama penelitian.

Bab V : Pada bab ini berisi tentang menjabarkan kesimpulan dan saran penelitian.

(22)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bagian ini peneliti mencantumkan beberapa karya ilmiah yang berhubungan dengan tema penelitian yang akan dilakukan dengan judul

“Kematangan dan Kecerdasan Mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling Islam Angkatan 2018 Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember Untuk Menjadi Konselor Islam” untuk mengetahui persamaan dan perbedaan penelitian yang akan diangkat oleh peneliti sebelumnya, sehingga nanti tidak terjadi plagiasi ataupun peniruan karya ilmiah yang sama. Adapun penelitian terdahulu yang telah dikaji sebagai berikut:

A. Penelitian Terdahulu

Pada bagian ini peneliti mencantumkan beberapa karya ilmiah yang berhubungan dengan tema penelitian yang akan dilakukan dengan judul

“Kesiapan Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Islam tingkat akhir menjadi Konselor Islami di Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember”. Berikut adalah beberapa karya ilmiah yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan antara lain:

1. Cut Sriwahyuni dalam skripsinya yang berjudul “Hubungan Kepercayaan Diri terhadap Kesiapan Kerja Mahasiswa Bimbingan Konseling Islam Angkatan tahun 2016 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN SUSKA Pekanbaru Riau”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara mahasiswa jurusan Bimbingan dan Konseling Islam di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN SUSKA Pekanbaru

(23)

Riau pada tahun 2016 dengan persiapan mereka memasuki dunia kerja.

Dalam penelitian ini, strategi kuantitatif dikombinasikan dengan metodologi penelitian deskriptif.18

2. Rahmat Andri Musopa dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Kesiapan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Sebagai Calon Pendiddik Profesional” penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan mahasiswa prodi pendidikan matematika menjadi calon pendidik profesional. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. 19 3. Dian Suciyanti program studi Bimbingan Konseling Islam yang berjudul

“Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Kematangan Karir Anak Remaja Akhir Di LKSA Yayasan Nur Hidayah Surakarta” pada tahun 2020. Mencari tahu apakah kecerdasan emosional dan kematangan karier remaja akhir di Yayasan LKSA Nur Hidayah Surakarta menjadi tujuan utama penelitian skripsi ini. Penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan studi korelasional adalah metode yang digunakan. Penelitian korelasional digunakan dalam penelitian kelompok subjek untuk menentukan ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih.

Menurut temuan penelitian, variabel x dan variabel y terkait. Hasil uji yang menunjukkan nilai 2 ekor signifikan sebesar 0,008 dan korelasi pearson sebesar 0,476 mendukung temuan.. Sedangkan jika dilihat dari nilai r

18 Cut Sriwahyuni, Hubungan Kepercayaan Diri terhadap Kesiapan Kerja Mahasiswa Bimbingan Konseling Islam Angkatan tahun 2016 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN SUSKA Pekanbaru Riau,(Skripsi:Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim. 2021), 1-78.

19Rahmat Andri Musopa, Analisis Kesiapan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Sebagai Calon Pendiddik Profesional,(Skripsi:Universitas Islam Negeri Raden Raden Intan.

2020).

(24)

hitungnya (Pearson Correlation) ternyata lebih besar dari nilai r table (0,476 >

0,361). 20

4. Vidja Swara Kirana program studi Bimbingan dan Konseling fakutas Ilmu Pendidikan yang berjudul “Tingkat Kematangan Karier Pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan Implikasinya Pada Penyusunan Program Bimbingan Karier” tahun 2019.

Penelitian tersebut menggunakan pendekatan kuantitatif deskripstif dengan satu variabel yaitu tingkat kematangan karier pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi tersebut berfokus untuk mengetahui tingkat kematangan karier pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Hasil yang didapat dari penelitian skripsi tersebut yakni tidak ada mahasiswa yang memiliki capaian hasil kematangan karier yang berada pada kategori rendah dan sangat rendah. Item dengan skor dalam kategori sangat tinggi sebanyak 9 (26%) item, item dengan skor kategori tinggi sebanyak 24 (69%) item, item dengan skor kategori sedang sebanyak 2 (6%). Hal tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki kematangan karier yang tinggi di dalam dirinya.21

5. Zuliana Nurindahsari Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Islam dalam skripsi yang berjudul “Kesiapan Mahasiswa Angkatan 2018 Prodi

20 Dian Suciyanti, Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Kematangan Karir Anak Remaja Akhir Di LKSA Yayasan Nur Hidayah Surakarta, (Skripsi:Institut Agama Islam Negeri Surakarta. 2020).

21 Vidja Swara Kirana, Tingkat Kematangan Karier Pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan Implikasinya Pada Penyusunan Program Bimbingan Karier, (Skripsi:Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2019).

(25)

Bimbingan dan Konseling Untuk menjadi Konselor Islam di Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember”.

Tujuan penelitian ini yakni ingin mengetahi bagaimana kesiapan mahasiswa angkatan 2018 prodi Bimbingan dan Konseling Islam ditinjau dari aspek kematangan dan kecerdasan. Metodelogi penelitian yang digunakan deskriptif kualitatif, subyek penelitian menggunakan teknik purposive, Analisis data menggunakan model analisis Miles dan

Huberman, Keabsahan data menggunakan Triangulasi teknik dan Triangulasi Sumber.

Tabel 2.1 Orisinalitas Penelitian

No Judul Penelitian Persamaan Perbedaan 1 Hubungan

Kepercayaan Diri terhadap Kesiapan Kerja Mahasiswa Bimbingan

Konseling Islam Angkatan tahun 2016 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN SUSKA Pekanbaru Riau

- Membahas kesiapan mahasiswa

Bimbingan dan Konseling Islam

- Penelitian ini fokus pada kepercayaan diri mahasiswa - Jenis penelitian yang

digunakan yakni penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif

2 Analisis Kesiapan Mahasiswa

Program Studi Pendidikan

Matematika

Sebagai Calon Pendiddik

Profesional

- Membahas

tentang kesiapan mahasiswa

- Persiapan mahasiswa di program studi matematika untuk menjadi calon tenaga pendidik profesional menjadi tujuan utama dari kajian penelitian ini.

- Pendekatan

penelitian yang digunakan yaitu pendekatan

(26)

kuantitatif.

3 Skripsi Dian Suciyanti

Hubungan Antara Kecerdasan

Emosional Dengan Kematangan Karir Anak Remaja Akhir Di LKSA Yayasan Nur Hidayah

Surakartam

- Membahas tentang

kecerdasan dan juga kematangan

- Penelitian ini fokus pada hubungan kecerdasan

emosional dengan kematangan karir - Subjek penelitian

anak remaja

- Jenis penelitian yang digunakan yakni penelitian kuantitatif dengan desain penelitian

korelasional.

4 Skripsi Vidja Swara Kirana Tingkat

Kematangan Karier Pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta dan Implikasinya Pada Penyusunan

Program

Bimbingan Karier

- Membahas tentang kematangan mahasiswa

Bimbingan dan Konseling.

- Penelitian tersebut menggunakan

pendekatan kuantitatif deskripstif

B. Kajian Teori 1. Kesiapan

a. Pengertian Kesiapan

Pengertian kesiapan berasal dari kata “siap” menurut KBBI adalah “sudah disediakan (tinggal memakai atau menggunakan saja)”.22 Menurut Slameto “Kesiapan merupakan tingkat seseorang menentukan apakah dia siap untuk menanggapi atau menanggapi suatu

22 KBBI V.

(27)

keadaan dengan cara tertentu atau tidak”.23 Dari uraian tersebut dapat disimpukan bahwa untuk menjadi calon konselor islam seseorang dikatakan memiliki kesiapan jika mereka siap memberikan respon ataupun jawaban tertentu ataupun situasi tertentu.

b. Prinsip Kesiapan

Prinsip kesiapan menurut Dalyono yaitu: 24

1) Berbagai aspek perkembangan berinteraksi (saling mempengaruhi).

2) Pengalaman seseorang berdampak pada perkembangan fisiologisnya.

3) Perkembangan fungsi kepribadian jasmani dan rohani seseorang dipengaruhi secara kumulatif oleh pengalaman. Kemudian, jika seseorang memiliki kesiapan untuk terlibat dalam kegiatan tertentu, maka pengalaman hidup tertentu akan menjadi formatif untuk pertumbuhan pribadinya. Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 113.

Berdasarkan pendapat diatas calon konselor islami harus memiliki prinsip kesiapan yakni meliputi aspek perkembangan, pengalaman, kepribadian, maupun kesehatan jasmani dan rohani.

Sebelum melakukan konseling harus dipastikan sudah memenuhi aspek-aspek prinsip kesiapan untuk mendukung proses konseling.

23 Slameto, 113.

24Dwi Anisa Faqumala, Yuli Kurniawati, Kesiapan Anak Masuk Sekolah Dasar,(Pekalongan: PT Nasya Expanding Management. 2020), 14.

(28)

c. Aspek-aspek Kesiapan

Menurut Slameto dua aspek kesiapan yaitu kematangan dan kecerdasan:25

1) Pertumbuhan dan perkembangan menyebabkan perubahan perilaku, yang merupakan proses pematangan.26

2) Menurut Santrock, kecerdasan adalah kapasitas untuk memecahkan masalah serta kapasitas untuk menyesuaikan diri dengan situasi baru dan mendapatkan pengetahuan darinya.27

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa seorang calon konselor islam harus memenuhi aspek-aspek kesiapan sebelum melakukan konseling seperti aspek kematangan, dan juga kecerdasan.

2. Kematangan (Maturnity) a. Pengertian Kematangan

Allport menegaskan bahwa serangkaian fitur terstruktur dan seimbang yang memulai dan mengarahkan perilaku sesuai dengan prinsip otonomi fungsional adalah penentu utama perilaku dewasa. Dia menambahkan bahwa tidak semua orang memperoleh kedewasaan penuh dalam hal usia. Normalitas dan kedewasaan seseorang ditentukan oleh seberapa besar pikiran dan keinginan sadar mereka mengesampingkan motif bawah sadar mereka dan seberapa jauh mereka

25 Musnizar Safari, Psikologi Pendidikan Anak Usia Dini, (Riau: DOTPLUS. 2020), 77.

26 Rusdiana, Nasihudin, Kesiapan PTKIS Dalam Mendukung Implementasi Kebijakan Surat Keterangan Pendamping Ijazah,(Bandung:Pusat Penelitian dan Penerbitan UIN Sunan Gunung Jati. 2018), 14.

27 Neni Hermita, dkk, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak, (Yogyakarta: CV BUDI UTAMA. 2017), 11.

(29)

telah matang dari akar remaja mereka.28 Menurut Monks, sebagai hasil dari perkembangan fisik, kedewasaan menekankan adanya kapasitas untuk beroperasi dalam perilaku yang lebih tinggi daripada fungsi psikis..29

Menurut teori yang dikemukaan oleh Allport, ia menolak gagasan psikoanalisis, menawarkan konsep-konsep berikut dalam kaitannya dengan kedewasaan:

1) Menurut Allport, orang yang dewasa dan sehat tidak diatur oleh kekuatan yang tersembunyi dari pandangan dan tidak terkendali, juga tidak didorong oleh perjuangan bawah sadar. Dalam nada yang sama, tindakan mereka tidak dipengaruhi oleh benda atau peristiwa yang jauh atau tersembunyi. Pengaruh irasional itu hanya berdampak pada neurotik. Orang sehat yang dapat berpikir jernih dan bertindak secara sadar sepenuhnya menyadari kekuatan yang mengarahkan mereka dan mampu mengendalikan kekuatan itu.

2) Trauma dan perselisihan awal tidak mengatur kepribadian yang matang. Orang yang sehat mengarahkan dan mengarahkan diri mereka ke masa kini dengan sikap optimis, dengan rencana dan aspirasi masa depan, daripada melihat ke belakang.

3) Tidak ada tumpang tindih fungsional antara individu neurotik dan individu yang sehat. Menurut Allport, orang neurotik hidup dalam

28 Alwisol. Psikologi Kepribadian. (Yogyakarta: UMM Press, 2007), 230.

29 Monks, Psikologi Perkembangan dalam Pengantar Berbagai Bagian, (Yogyakarta: UGM Press, 2003), 32.

(30)

konflik dan memiliki pengalaman seperti anak kecil, sedangkan orang yang sehat berfungsi dengan cara yang berbeda dan lebih maju.

4) Berbeda dengan psikolog lain yang lebih berkonsentrasi pada individu neurotik, Allport lebih fokus pada penelitian orang dewasa dewasa. Oleh karena itu, dapat diklaim bahwa sistem Allport hanya berfokus pada kesehatan. 30

Dalam situasi ini, dapat dikatakan bahwa kedewasaan mengacu pada kapasitas seseorang untuk melakukan pekerjaan apa pun yang berkontribusi pada perkembangan dan pertumbuhan mereka.

Akibatnya, orang tersebut selalu fokus pada tugas dan tujuan hidup yang bermakna.

b. Kematangan Diri (Self Maturity)

Menurut Allport, kedewasaan adalah konsekuensi akhir dari fungsi tubuh dan psikis yang seimbang sebagai hasil dari perkembangan dan kemajuan.31 Hal ini didukung oleh gagasan Maslow yang menegaskan bahwa kapasitas seseorang untuk mengaktualisasikan dirinya yaitu, kemampuan untuk menggunakan dan memaksimalkan kemampuan seseorang merupakan indikasi kedewasaan diri.32 Didukung dengan pemikiran P. Tillich, kedewasaan diri biasanya ditandai dengan keberanian seseorang untuk

30 Baihaqi, M.I.F. Psikologi Pertumbuhan. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 77-97.

31 Suryabrata, Sumadi. Psikologi Kepribadian. (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2007), hal. 339.

32 Goble, F. G. Madzhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow. (Yogyakarta:

Kanisius, 1987), hal. 48.

(31)

hidup, kemandirian, keseriusan, ketekunan, rasa tanggung jawab, dan kemampuan untuk menerima realitas kehidupan.33

Definisi kepribadian yang matang dan sehat, menurut Gordon Allport, adalah Orang-orang yang bekerja menuju masa depan dengan menyatukan dan mengintegrasikan semua kepribadian mereka tanpa membiarkan pengalaman awal atau tidak sadar mereka mempengaruhi mereka sendiri.

Dari berbagai definisi yang ditawarkan, dapat disimpulkan bahwa self-maturity adalah kapasitas seorang individu untuk mengaktualisasikan dirinya, yang ditunjukkan oleh seseorang yang selalu bercita-cita untuk masa depan dan cita-cita. Dorongan itu membuat orang dewasa lebih berani, rajin, otonom, dan berdedikasi pada tugas-tugas yang mereka pimpin.

c. Karakteristik Kematangan Diri (Self Maturity)

Ketika seseorang mencapai pertumbuhan dan perkembangan, yang telah terbukti menjadi dewasa, diklaim bahwa orang tersebut sudah dewasa / matang.

Gagasan yang diciptakan oleh Abraham Maslow mengemukakan berbagai hipotesis organisme mengenai kematangan diri dalam artikelnya "Holistic Dynamic Theory," termasuk:

1) Self actualization, Harapan yang realistis dapat diterima secara efisien melalui aktualisasi diri. Orang tidak takut dengan apa

33 P. Tillich dalam Kartono, Kartini. Teori Kepribadian. (Bandung: Alumni, 1980), hal. 129.

(32)

yang belum pernah mereka alami dan memiliki hubungan positif dengan lingkungan mereka.

2) Kapasitas untuk penerimaan tanpa syarat dari diri sendiri dan orang lain.

3) Impulsif dalam menghargai orang, tempat, dan benda.

4) Berusaha keras untuk menemukan solusi yang efisien, penuh perhatian, dan tanpa pamrih. Dia juga keras kepala dan tegas ketika dihadapkan pada tantangan.

5) Jadilah independen dari lingkungan dan budaya Anda.

6) Tunjukkan apresiasi baru untuk orang-orang daripada klise.

Selain itu, impulsif dan merespons positif situasi baru.

7) Memiliki kesadaran dan penilaian sosial yang tajam. Tunjukkan empati kepada semua orang yang Anda temui di dunia.

8) Memilih lingkaran sosial Anda dengan hati-hati

9) Menampilkan prinsip, keyakinan, perilaku, dan rasa hormat yang demokratis terhadap orang lain.

10) Dimungkinkan untuk memisahkan akhir dari sarana dengan kepastian moral. Itu semua tergantung pada apa tujuan akhirnya.

11) Memiliki selera humor filosofis, menghindari permusuhan, dan mampu membuat lelucon dalam batas-batas yang wajar.

12) Kemampuan kreatif tanpa batas untuk menghasilkan ide dan kegiatan baru yang praktis. 34

34 Kartono, Kartini, 126-128.

(33)

Pendapat lainya disampaikan oleh Allport dalam teorinya ia menyebutkan bahwa ada enam karakteristik kematangan diri individu, yaitu:

1) Perluasan perasaan diri

Kemampuan untuk terlibat dalam dan menikmati berbagai kegiatan, kapasitas untuk mengenali kepentingan sendiri dan kepentingan orang lain, serta kapasitas untuk mengantisipasi masa depan dan membuat rencana adalah contoh dari perluasan perasaan diri seseorang.

Pengembangan diri dan ekspansi diri berjalan beriringan. Awalnya berfokus terutama pada individu, diri pada akhirnya akan berkembang ketika lingkaran pengalaman melebar untuk membentuk nilai-nilai dan cita-cita abstrak. Dengan kata lain, jika seseorang mencapai tingkat kesadaran diri tertentu, dia akan mulai lebih fokus pada hal-hal di luar diri mereka. Semakin aktif seseorang terlibat dengan berbagai kegiatan atau konsep, semakin sehat kondisi psikologisnya.

2) Hubungan diri yang hangat dengan orang lain

Merupakan kapasitas seseorang untuk keramahan dan kasih sayang, kedekatan yang datang dengan mencintai keluarga dan teman-teman mereka, dan cinta yang menghormati dan menghargai bagaimana mereka berinteraksi dengan orang lain. Saat berinteraksi dengan orang lain, ada dua jenis kehangatan.

(34)

Kemampuan untuk merasakan keintiman (cinta) dan tergerak adalah yang utama. Orang yang secara psikologis baik akan dapat mengekspresikan cinta mereka kepada teman, keluarga, dan hubungan lainnya. Selain itu, orang-orang yang sehat secara psikologis mampu memahami emosi manusia yang melekat pada rasa sakit, ketakutan, kesedihan, dan kegagalan. Pengalaman emosional, di sisi lain, dapat membentuk seseorang menjadi individu dewasa yang memahami tindakan orang lain dan menerima kelambatan mereka.

3) Keamanan emosional dan penerimaan diri

Kapasitas untuk mentolerir frustrasi untuk membawa perasaan menjadi seimbang. Ini termasuk kemampuan untuk menghindari mengambil tindakan berlebihan pada hal-hal yang membangkitkan impuls tertentu (seperti memuaskan dorongan seks sebaik mungkin tanpa mengganggu atau membiarkan kebebasan).

Mampu merangkul semua aspek diri sendiri, bahkan kekurangan, adalah tanda kedewasaan. Orang dewasa dapat mengendalikan emosi mereka dan tidak menyembunyikannya berkat kecerdasan emosional mereka. Ketakutan dan rasa tidak aman tidak akan ada pada orang yang dewasa atau sehat. Dia juga tidak menyerah begitu saja dan akan terus mencari cara untuk sukses. Oleh karena itu, ia mampu melewati kegelisahan langsung yang muncul.

(35)

4) Persepsi, keterampilan, dan tugas yang realistis

kapasitas untuk memahami hal-hal, orang-orang, dan keadaan dengan jujur. Selain itu, orang dewasa akan dapat memenuhi kebutuhan finansial mereka tanpa menunjukkan kepanikan, ketakutan, rendah diri, atau perilaku negatif lainnya. Selain itu, mereka akan mampu dan tertarik pada pemecahan masalah.

Orang yang dewasa dan sehat dapat memandang dunia secara objektif; mereka tidak siap untuk menaruh kepercayaan mereka dalam keadaan apa pun, tidak peduli seberapa baik atau mengerikan itu. Orang ini menerima kenyataan apa adanya, tidak mengubahnya agar sesuai dengan kebutuhan, keinginan, ilusi, atau kecemasan mereka sendiri. Orang dengan kepribadian yang sehat akan berhasil di tempat kerja dan mengembangkan bakat dan keterampilan tertentu sesuai dengan tingkat bakat mereka. Mereka benar-benar mengabdikan diri untuk sebuah proyek atau usaha dengan menggabungkan kemampuan dan komitmen. Selain itu, orang-orang yang dewasa dan dalam kesehatan yang baik menganggap tanggung jawab dan kesuksesan untuk setiap pekerjaan mereka. Oleh karena itu, Seseorang dengan identitas yang maju dan sehat akan melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan komitmen dan tekad, dan kemampuan untuk memberikan seseorang rasa kesinambungan dalam hidup.

(36)

5) Objektifikasi diri

Objektifikasi diri ini menggabungkan humor dan kebijaksanaan. Objektifikasi diri adalah kapasitas untuk melihat diri sendiri dan orang lain secara objektif. Orang membutuhkan wawasan untuk memahami diri mereka sendiri dan orang lain.

Yang lain juga membutuhkan humor sehingga mereka dapat menikmati diri mereka sendiri dan tertawa bersama dengan orang lain, secara aktif memuji penemuan untuk diri sendiri dan orang lain pada saat yang sama, dan mengidentifikasi kekacauan dan gangguan pada diri mereka sendiri dan orang lain. Orang dengan tingkat kesadaran diri yang tinggi adalah individu yang dewasa dan sehat. Memahami hubungan antara citra diri seseorang dan kenyataan diperlukan untuk pengenalan diri yang memadai.

Semakin intim ikatan antara keduanya, semakin berkembang setiap orang. Kesadaran diri yang lebih tinggi membuat orang lebih perhatian terhadap orang lain. Dia akan mendapatkan bantuan dengan orang lain sebagai hasilnya. Orang-orang ini juga memiliki selera humor dan kecerdasan tentang hal-hal yang tidak biasa dan mustahil, serta kapasitas untuk menertawakan diri sendiri.

6) Filasafat hidup yang mempersatukan

Setiap tindakan yang diambil manusia harus didukung oleh plot signifikan yang memberinya makna. Meskipun bukan satu-satunya sumber, agama adalah salah satu yang paling signifikan untuk

(37)

filsafat semacam itu. 35

Orang yang sehat akan terus menunggu yang dimotivasi oleh tujuan dan rencana jangka panjang yang telah ditetapkan. Orang- orang ini memiliki perasaan, memiliki tujuan, memberikan perhatian penuh pada pekerjaan mereka sampai selesai, dan menunjukkan kesombongan seperti batu. Kehidupan seseorang memiliki tujuan karena motivasi ini. Tujuan dan nilai-nilai keduanya memainkan peran penting dalam filosofi kehidupan. Dan jika hati nurani berperan dalam sentimen kewajiban dan tanggung jawab kepada diri sendiri dan orang lain, nilai-nilai ini akan sangat kuat.

Enam faktor mengarah pada kesimpulan bahwa individu yang dewasa dan sehat selalu bermanfaat. Seseorang dapat memahami berbagai emosi tentang dirinya sendiri melalui perencanaan untuk masa depan, menerima tanggung jawab atas tindakannya sendiri, dan, tentu saja, tumbuh secara emosional.

Menurut banyak sumber, Allport berpendapat bahwa orang dewasa memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Extension of self (perluasan diri)

Yaitu bahwa kegiatannya tidak boleh hanya difokuskan pada pemenuhan tugas dan persyaratan langsungnya. Dalam extension of self ini, proyeksi diri masa depan melalui kegiatan seperti

35Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang: UMM Press, 2007), 160.

(38)

berharap (hoping) dan mempersiapkan (planning) sangat penting.

2) Self objectification (objektifikasi diri)

Ada dua komponen pokok dalam hal ini, yakni : a) Insight

Dalam konteks ini, insight mengacu pada kapasitas seseorang untuk memahami bagaimana mereka.

b) Humor

Humor mengacu pada kapasitas seseorang untuk kepuasan dan untuk menyebabkan hiburan. Selain itu, yang dimaksud dengan humor dalam konteks ini adalah kapasitas untuk membela diri dan hal-hal yang dihargai seseorang serta kesadaran akan perbedaan apa pun.

c) Philoshophy of life (filsafat hidup)

Apa yang dimaksudkan di sini adalah sesuatu yang memotivasi orang untuk bertindak. Yang memberinya rasa tujuan dan makna dalam hidup. Agama, yang merupakan salah satu aspek kehidupan yang paling signifikan, adalah salah satu yang dapat memberikan inspirasi. 36

Menurut Erik Erikson kematangan diri individu digambarkan dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a) Untuk mencapai tujuan hidup, milikilah organisasi kerja yang sukses.

36 Suryabrata, Sumadi. Psikologi Kepribadian. (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2007), 224- 225.

(39)

b) Memiliki integritas moral dalam arti serius, bertanggung jawab, toleran, dan mandiri.

c) Mampu menerima kenyataan apa adanya di dunia.

d) Untuk dapat membela diri, tidak egois, tidak hampa atau curiga terhadap orang lain, dan memiliki hubungan interpersonal yang sehat. 37

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa seseorang dengan pikiran dewasa biasanya memiliki sikap tenang, tidak akan bereaksi secara impulsif terhadap kesulitan, akan menerima tanggung jawab atas segala sesuatu yang didorong padanya, dan akan dapat menjalin ikatan yang kuat dengan orang lain di sekitarnya.

d. Kematangan Diri (Self Maturity) Perspektif Islam

Dalam Islam, kematangan diri seseorang ditunjukkan oleh perilaku perhatian mereka terhadap orang lain dan lingkungannya, yang telah berkembang menjadi kebutuhan untuk menjadi anggota masyarakat yang beradab. Perilaku-perilaku tersebut dijelaskan dalam surat Al-Furqon ayat 72, yang berbunyi:

مرْوُّزلا منْوُدمهْشمي ملَ منْيِذَّلامو اًمامرِك اْوُّرمم ِوْغَّللاِب اْوُّرمم امذِامو ِ

Artinya: “Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang- orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya”.38

37 Kartono, Kartini. Teori Kepribadian. (Bandung: Alumni, 1980), 126.

38 Kementrian Agama RI, Al Quran dan Terjemahannya, ( Jakarta: t.p, 2019), 521.

(40)

Dalam ayat tersebut Bagian ini menjelaskan bahwa seorang Muslim yang baik mencontohkan kematangan diri. Muslim yang baik akan terus-menerus menjadi teladan bagi orang lain dengan ucapan dan perilaku mereka yang tulus dan membantu.

Ayat lain melanjutkan dengan mengatakan bahwa orang dewasa adalah orang yang rendah hati, sopan, dan baik hati, dan yang bertindak dengan cara yang bermanfaat bagi orang lain daripada menyakiti mereka.

Seperti yang dijelaskan dalam surat Q.S Yunus ayat 72:

رْجما ْنِّم ْمُكُتْلمامس امممف ْمُتْيَّلموم ت ْنِامف ِهَّٰ للا ىملمع َّلَِا ميِرْجما ْنِا ِ

مْيِمِلْسُمْلا منِم منْوُكما ْنما ُتْرِمُامو ِ

Artinya: “Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikitpun dari padamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku Termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepada- Nya)".39

Dalam perspektif islam, kematangan diri seseorang dapat digambarkan dengan sikap yang positif dan memberikan dampak yang positif pula baik pada dirinya sendiri maupun pada orang lain.

Dalam Islam, individu yang matang adalah seseorang yang secara konsisten menunjukkan kebajikan, seperti contoh berikut:

1) Kepribadian Mukmin

Mukmin berarti adalah orang yang yang berimn. Orang yang beriman adalah orang benar dalam memegang dan melaksanakan amanat, sehingga hatinya merasa nyaman. Kepribadian mukmin

39 Kementrian Agama RI, 298.

(41)

dapat digambarkan sebagai berikut: 40

a) Iman kepada Allah yang melahirkan kepribadian rabbani atau kepribadian ilahi

b) Iman kepada Malaikat yang melahirkan kepribadian maliki c) Iman kepada Kitabullah (Alquran) yang melahirkan kepribadian

qurani

d) Iman kepada Rasulullah yang melahirkan kepribadian rasuli e) Iman kepada hari akhir yang melahirkan kepribadian yaum

akhiri

f) Iman kepada takdir yang melahirkan kepribadian takdiri 2) Kepribadian Muslim

Muslim mengacu pada orang Islam. Orang yang berislam adalah seseorang yang menyerah, tunduk, dan patuh dalam berperilaku baik sehingga hidupnya bersih sejak lahir dan dari pikiran, yang akan menuntunnya menerima keselamatan dan kedamaian hidup di dunia ini dan yang berikutnya. Muslim di negara ini mewujudkan lima prinsip Islam berikut: 41

a) Membaca dua kalimat syahadat, yang melahirkan kepribadian syahadatain

b) Menunaikan sholat, yang melahirkan kepribadian mushalli c) Mengerjakan puasa, yang melahirkan kepribadian sha’im

40Mujib, Abdul. Kepribadian Dalam Psikologi Islam .(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), 188.

41 Mujib, Abdul, 250.

(42)

d) Membayar zakat, yang melahirkan kepribadian muzaki e) Melaksanakan haji, yang melahirkan kepribadian hajji 3) Kepribadian Muhsin

Muhsin adalah istilah untuk seorang yang berbuat ihsan.

Dengan demikian, yang disebut kepribadian muhsin adalah kepribadian yang dapat meningkatkan dan mempercantik seseorang dalam interaksinya dengan dirinya sendiri, sesama manusia, alam semesta, dan tuhan yang dimaksudkan hanya untuk kebajikan mereka. Muhsin memiliki banyak tipe kepribadian berbeda yang dipisahkan menjadi sepuluh tingkatan. Bentuk-bentuk kepribadian muhsin diantaranya adalah karakter karakter ta’ib (yang bertaubat), karakter zahid (yang zuhud), karakter wari’ (yang wara’ atau menjaga diri dari perbuatan yang tidak patut), karakter karakter khafi’ (yang khawf atau karakter yang takut akan kebencian),

karakter raji’ (yang raja’ atau karakter yang berharap terhadap suatu kebaikan dari Allah SWT), karakter mukhlash (yang ikhlash), karakter mustaqim (yang istiqamah), karakter shabir (yang sabar) dan lain sebagainya.42

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa, dari perspektif Islam, kedewasaan diri adalah kapasitas untuk menjadi rendah hati, tidak sombong, dan untuk mempertimbangkan setiap tindakan dalam terang Sang Pencipta. Kegiatan positif juga niscaya akan berdampak

42 Mujib, Abdul. 308.

(43)

signifikan pada kehidupannya maupun kehidupan orang lain.

3. Kecerdasan

a. Pengertian Kecerdasan

Kata "kecerdasan" berasal dari kata "pintar," yang menunjukkan kepintaran dan kecepatan dalam memecahkan masalah dan memahami informasi baru. Puncak dari pertumbuhan akal adalah kecerdasan. Kemampuan untuk mengatasi situasi saat ini, yang dalam hal ini membutuhkan bakat mental, adalah apa yang dimaksud dengan kecerdasan.43

Kecerdasan atau yang biasa disebut dengan inteligensi berasal dari bahasa Latin “intelligence” yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain (to organize, to relate, to bind together)44. Istilah "kecerdasan" memiliki sejumlah konotasi bagi para ahli studi.

Mereka mengklaim bahwa meskipun kecerdasan dapat disaksikan, itu adalah hal yang paling sulit untuk didefinisikan. Ini terjadi karena kecerdasan bergantung pada konteks atau lingkungan.

Dusek mengklaim bahwa ada dua cara untuk menggambarkan kecerdasan: secara statistik dan kualitatif. Kecerdasan kualitatif adalah cara berpikir dalam menciptakan konstruksi tentang bagaimana menghubungkan dan mengelola informasi luar yang disesuaikan dengan diri sendiri, sedangkan kecerdasan kuantitatif adalah proses pembelajaran untuk memecahkan masalah yang dapat diuji dengan tes

43 Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, (Surabaya : Apollo, 2006), 141.

44 Uswah Wardiana, Psikologi Umum, (Jakarta: Pt. Bina Ilmu, 2004), 159.

(44)

kecerdasan. Menurut Howard Gardner, kecerdasan adalah kapasitas untuk memecahkan masalah atau menghasilkan hal-hal yang berharga bagi budaya tertentu.45

Alfred Binet, seorang pelopor dalam pengukuran kecerdasan, mendefinisikan kecerdasan sebagai kapasitas seseorang untuk menangani tiga situasi berbeda. Pertama, kapasitas untuk arah berpikir atau bertindak, yang menunjukkan kapasitas bagi orang tersebut untuk menetapkan dan bekerja menuju tujuan (goal setting). Kedua, kapasitas untuk mengubah garis tindakan seseorang seperlunya, menunjukkan kapasitas untuk beradaptasi dengan situasi tertentu. Ketiga, kapasitas untuk kritik diri atau kritik otomatis, yang memerlukan kapasitas bagi orang tersebut untuk memperbaiki kesalahan mereka.46

Selain itu, Raymond Bernard Cattel membagi kemampuan mental menjadi dua kelompok: Inteligensi fluid (gf) dan inteligensi crystallized (gc). Bakat yang disebut Inteligensi fluid adalah bakat yang dihasilkan dari variabel yang melekat secara biologis yang diperoleh sebelum lahir dan tidak terpengaruh oleh pendidikan dan pengalaman.

inteligensi crystallized adalah keterampilan yang mencerminkan pengaruh pengalaman, pendidikan, dan budaya, kecerdasan ini akan berkembang pada tingkat yang lebih tinggi seperti yang dilakukan oleh pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan seseorang. Sementara

45Akyas A. Hari, Psikologi Umum Dan Perkembangan, ( Jakarta Selatan: Mizan Publika, 2004), 141.

46T. Safaria, Interpersonal Intelligence: Metode Pengembangan Kecerdasan Interpersonal Anak, (Yogyakarta: Amara Books, 2005), 19.

(45)

inteligensi crystallized masih dapat terus berkembang hingga usia 30 hingga 40 tahun dan bahkan lebih, sifat-sifat Inteligensi fluid biasanya tidak berubah setelah usia 14 atau 15 tahun.47

Menurut definisi kecerdasan yang diberikan di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan adalah kapasitas seseorang untuk memecahkan tantangan yang diberikan, dalam hal ini yang membutuhkan pemikiran kritis dan dapat dievaluasi baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

b. Macam-macam Kecerdasan

Tiga kategori kecerdasan yang telah ditentukan oleh psikolog di seluruh dunia relevan dengan pemetaan kecerdasan seseorang (quotient mapping) adalah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. Ketiga kecerdasan ini adalah kualitas bawaan yang dimiliki setiap orang pada tingkat pribadi.48

1) Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient)

Pada bagian sebelumnya, kami memberikan penjelasan terperinci tentang apa arti kecerdasan dan bagaimana perbedaannya dari kecerdasan intelektual (IQ). Sedangkan hasil dari intelligence test kit adalah skor kecerdasan intelektual (IQ). Hanya proses berpikir konvergen, atau kapasitas untuk memberikan jawaban tunggal atau kesimpulan logis berdasarkan informasi yang disajikan,

47 T. Safaria, 21.

48Rustam Hanafi, Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan Emosional Dan Performa Auditor (Semarang : Universitas Islam Sultan Agung Semarang, 2010), 22.

(46)

yang dimaksudkan untuk diukur dengan tes kecerdasan. Oleh karena itu, kecerdasan intelektual bukanlah ukuran kecerdasan yang komprehensif dan hanya memberikan indikasi terbatas tentang tingkat kecerdasan seseorang.

Agus Negremantó menegaskan bahwa "neokorteks," kelas terbaru dari sel-sel otak yang tumbuh, memiliki peran penting dalam kecerdasan intelektual. Jika emosi tampak optimis, energik, terstimulasi, dan aman secara bawaan, "neokorteks" dapat berpikir kreatif.49

Menurut Syahmuharnis, kecerdasan intelektual adalah cerminan dari kecerdasan linguistik dan logis, oleh karena itu mereka yang memiliki tingkat kecerdasan intelektual yang tinggi biasanya berhasil di sekolah.50

Berdasarkan beberapa definisi yang diberikan di atas, dapat dikatakan bahwa kecerdasan adalah keterampilan mental yang menggunakan proses berpikir rasional dan proses kognitif untuk memahami situasi baru.

Menurut Stenberg kecerdasan intelektual memiliki 3 aspek yaitu:51

49 Nggermanto, Agus, Quantum Quotient. Kecerdasan Quantum, (Bandung : Nuasa. 2002), 45.

50 Syahmuharnis, Harry Sidharta, Transecdental Qoetiont, Kecerdasan Diri Terbaik, (Jakarta:Republika. 2006), 198.

51 Febri Sulistiya, Pengaruh Tingkat Kecerdasan Intelektual Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Jasmani, Olahraga Dan Kesehatan Pada Siswa Di Smpn 15 Yogyakarta, (Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta, 2016), 15.

(47)

a) Kemampuan memecahkan masalah

Orang dengan kecerdasan intelektual dapat menunjukkan kesadaran akan masalah saat ini, membuat keputusan yang bijaksana, memecahkan masalah secara efektif, dan menunjukkan kejernihan mental.

b) Intelegensi verbal

Orang dengan kecerdasan intelektual menggunakan berbagai macam kata, membaca dengan pemahaman, ingin tahu secara intelektual, dan menampilkan rasa ingin tahu.

c) Intelegensi praktis

Orang yang cerdas secara intelektual memahami masalah, tahu bagaimana mencapai tujuan, sadar akan lingkungan mereka, dan memiliki minat pada dunia luar.

Keterampilan pemecahan masalah, kecerdasan verbal, dan kecerdasan praktis adalah semua komponen kecerdasan intelektual, sesuai dengan uraian yang diberikan di atas.

2) Kecerdasan Emosional (Emotional Quotient)

Emosi secara etimologi berasal dari kata “e” yang berarti energy dan “motion” yang berarti getaran. Dalam hal ini, Emosi dapat dianggap sebagai energi dinamis yang selalu bergeser dan bergerak.

Istilah "emosi" digunakan untuk menggambarkan aktivitas atau pergolakan ide, emosi, atau gairah apa pun yang signifikan atau luar

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Penelitian pernah dilakukan oleh Sari (2018) Dengan hasil penelitian bahwa faktor keterlambatan penyelesaian studi mahasiswa prodi bimbingan konseling Islam Institut Agama Islam

Berangkat dari data tersebut, dilanjutkan wawancara terhadap responden prodi Bimbingan Konseling Islam yang lolos Kampus Mengajar Angkatan 1 dan Angkatan 2 (n =

Output yang diperoleh dari pelatihan ini adalah peningkatan kompetensi dalam memberikan konseling Hukum Keluarga Islam dan kesiapan mahasiswa HKI sebagai calon konselor, secara

Berkat ridho dari Allah SWT dan bantuan dari berbagai pihak disekitar yang secara langsung maupun tidak langsung, peneliti mampu menyelesaikan penelitian skripsi

Sangat Tidak Sesuai 1 Sangat Tidak Sesuai 5 Teknik angket ini ditujukan kepada mahasiswa prodi bimbingan konseling Islam angkatan 2018 IAIN Kudus untuk

vi.. Studi Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember yang selalu memberikan arahannya

Maslahah maximizer ialah suatu hal yang bisa dicapai dengan terpenuhinya paling tidak perkara-perkara dharuriyat, dimudahkan dengan memenuhi masalah hajiyat serta

UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember adalah berbasis Islam Nusantara. Islam Nusantara mempunyai karakter yang dibangun dengan infrastruktur budaya. Islam yang ramah,