• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB IV"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

23 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. GAMABARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Dalam Karya Ilmiah Terapan ini penulis akan mendeskripsikan tentang gambaran umum objek penelitian sesuai dengan judul penelitian yaitu ”OPTIMALISASI PENGGUNAANPERSONAL SAFETY EQUIPMENT DALAM MENGURANGI RESIKO

KECELAKAAN KERJA DI ATAS KAPAL”. Sehingga dengan adanya deskripsi gambaran umum objek penelitian ini pembaca dapat memahami dan mampu merasakan tentang hal yang terjadi pada saat penulis melakukan penelitian di atas KM.TL IX.

KM.TL IX adalah sebuah kapal cargo curah yang di kelola oleh PT. TONASA LINES yang berkantor di Jl.Tonassa No.2, Gaddong, Kec.Bontolala, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90154. Kapal KM.TL IX memiliki nama panggilan (CallSign) Yankey Golf Oscar Echo (YGOE) Port Of Registry Makassar IMO/MMSI 73753775/525994147, dan memiliki Gross Tonnage (GT) 2294 Ton.

Ukuran – ukuran pokok kapal diantaranya : Panjang Kapal / Length Over All (LOA) 78.21 meter dan lebar kapal 14.40 Meter.

Dalam melakukan penelitian, lokasi penelitian taruna yaitu diatas kapal KM.TL IX, perusahaan PT. TONASSA LINES, jenis kapal cargo curah. Berikut ini Ship Particular KM.TL IX

(2)

24

SHIP’S PARTICULAR

1. Ship’s name : KM.TL IX

2. Nationality : Indonesia

3. Year Built : MARCH 1974

4. Call Sign : YGOE

5. BUILDER : OSHIMA DOCK CO.LDT JAPAN

6. DWT : 3850’0 Ton

7. LOA : 83.35 Meter

8. LBP : 78.21 Meter

9. BREADTH : 14.40 M

10. DRAFT/FULL DRAFT LOAD : 6.10/AT 3.970 Tons

11. FW CAPACITY : 72.60/ BALLAST TANK 708 M3

12. OWNERS : PT. TONASSA LINES

13. CLASSIFICATION : BKI

14. LOADING SYSTEM : BY AIR SLIDE CAP.600 Ton/hrs

15. MAIN ENGINE : DAIHATSU DIESSEL

16. SERVICE SPEED : 12.5 Knots

17. NP / RPM : 2.800 PS / 600 RPM

(3)

25

Gambar 4.1 KM.TL IX

KM.TL IX mempunyai route yang tiap voyagenya Biringkassi – Belang Belang, Biringkassi – Celukan Bawang, Biringkassi – Labuhan, Biringkassi – Lembar. Kapal ini memuat dan menbongkar muatan Semen Curah. Dalam pengoperasian bongkar dan muatnya atau di kenal dengan istilah Discharging dan Loading yang sudah terhitung dalam Cargo Manifest. Dan akan di periksa kembali oleh Mualim I diatas kapal dengan dibuatnya sebuah stowage plan untuk proses bongkar dan muat. Hal tersebut diulang berulangkali tiap voyage dan dilakukan pada saat kapal sandar di pelabuhan.

B. HASIL PENELITIAN 1. Penyajian Data

Optimalisasi penggunaan Personal Safety Equipment dalam mengurangi resiko kecelakaan kerja diatas kapal harus dilakukan dengan baik dan benar. Hal ini dikarenakan jika tidak diterapkan dengan benar memakan resiko kecelakaan kerja ada menjadi lebih berbahaya.

(4)

26

Namun optimalisasi penggunaan Perasonal Safety Equipment di KM..TL IX memang kurang dilaksanakan dengan benar. Walaupun Nahkoda selalu mengadakan pertemuan setiap satu bulan sekali, namun masih ada anak buah kapal yang kurang memperhatikan prosedur penggunaan Personal Safety Equipment dikarenakan kurangnya kedisiplinan dan kesadaran diri. Namun masih ada juga crew yang sadar akan pentingnya penggunaan Personal Safety Equipment. Faktor manusia dalam kecelakaan merupakan konsepsi klasik.

Penyebab terjadinya kecelakaan kerja memang tidak lepas dari faktor manusia.

Manusia sebagai pelaku utama dalam pekerjaan. Tidak ada satu kerugian pun yang lepas sama sekali dari unsur manusia. Mesin otomatispun masih perlu pengawasan manusia.

Oleh karena keterbatasan manusia tersebut, maka penggunaan Personal Safety Equipment sangat penting dan aturan lain tentang Personal Safety Equipment untuk mencegah terjadinya kecelakaan saat bekerja. Dengan adanya aturan – aturan ini, diharapkan dapat meningkatkan keselamatan kerja dan memperkecil resiko kecelakaan dalam bekerja. Selain itu juga harus diadakan pengarahan oleh wakil dari perusahaan yang berwenang untuk mengurusi keselamatan terhadap anak buah kapal, agar peranan Personal Safety Equipment dapat dipahami dan dimengerti oleh anak buah kapal demi untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja. Berikut ini gambar penggunaan Personal Safety Equipment yang sesuai dengan aturan dan yang tidak sesuai aturan;

(5)

27 Gamabr 4. 1

Melakukan gerinda tidak menggunakan kaca mata Gambar 4.3

Melakukan pembersihan bagfilter tidak menggunakan werpack

(6)

28 Gambar 4.4

Pengecekan Propeller Menggunakan Werpack dan Helm Gamabar 4.5

Kadet mengecat tidak menggunakan alat pelindung diri

(7)

29

Gambar 4.6

Pengarahan dari captain agar menggunakan alat pelindung diri dengan benar

Gamabr 4.7

Cadet mesin jaga tidak memakai safety shoes

(8)

30 Tabel 4.1

Catatan Kasus Kecelakaan Kerja Yang Terjadi Di KM.TL IX

NO NAMA JABATAN URAIAN

KASUS

DUGAAN PEENYEBAB

KETERANGAN BULAN

KEJADIAN

1 JAYADI JURU

MUDI

Anak buah kapal cedera

mata karena karat pada

saat menciping

Korban tidak memakai kacamata

Kesalahan manusia

Jaruari 2018

2 AYU

WAHYUNI

CADET Anak buah kapal cidera kepala

Korban tidak memakai

helm

Kesalahan manusia

Januari 2018

3 AMIR

SAPUTRA

JURU MINYAK

III

Anak buah kapal cedera

mata

Korban tidak memakai

masker

Kesalahan manusia

Maret 2018

4 ABD ASIS JURU MINYAK

II

Anak buah kapal cideran

kaki tergencet

drum

Korban tidak memakai

sepatu

Kesalahan manusia

Maret 2018

(9)

31

Yang termasuk di dalam hal tersebut terhadap rendahnya kedisiplinan awak kapal untuk mematuhi peraturan tentang penggunaan Personal Safety Equipment dan kurangnya pemahaman dalam melaksananakan pekerjaan di kapal.

Karena tidak disiplinnya anak buah kapal berupa tidak menggunakan Personal Safety Equipment untuk melindungi diri selama melakukan pekerjaan.

Keadaan disiplin tidak akan terjadi apabila anak buah kapal itu sendiri tidak mempunyai keinginan untuk melaksanakannya. Dikatakan disiplin tinggi apabila anak buah kapal mau bekerja dengan memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan dengan baik. Dikatan disiplin rendah apabila anak buah kapal gagal mengikuti standar, menolak atau melanggar peratuaran dan untuk itu mereka perlu pengawasan. Tindakan yang patut diberikan degan cara menegur, memberi pengarahan atau kalau perlu hukuman oleh pihak yang berwenang demi kepetingan bersama.

2. Analisis Data

Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan Mualim I dan Bosun dari pengamatan di KM.TL IX, berdasarkan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan pada anak buah kapal saat bekerja, yaitu :

a) Rendahnya kedisiplinan anak buah kapal dalam mematuhi peraturan keselamatan kerja. Seperti saat bekerja di tempat yang tinggi tidak menggunakan sabuk keselamatan. Contoh ketika kapal sandar di Pelsus semen Belang – belang Mamuju, anak buah kapal yang mengecat bucket tidak menggunakan sabuk pengaman. Selain itu juga pada saat bekerja seorang kadet tidak menggunakan helm

(10)

32

sehingga kepalanya terbentur dinding bucket. Hal ini tidak hanya terjadi pada anak buah kapal yang bekerja di deck, namun juga anak buah kapal di kamar mesin yang kebanyakan tidak menggunakan sepatu keselamatan yang mengakibatkan tergelincir karena lantai kamar mesin yang lincin dan banyak oli di lantai kamar mesin.

b) Pemahaman anak buah kapal yang kurang tentang peranan alat – alat pelindung diri dalam melaksanakan pekerjaan. Ini diakibatkan karena kurangnya pengetahuan dan pengalaman bekerja di atas kapal. Sehingga anak buah kapal paham akan pekerjaan yang dilakukan dan resiko resiko yang dilaukan dan reisko resiko yang akan menimpanya. Hal ini yang menyebabkan terjadinya kesalahan dan kecelakaan kerja.

c) Peralatan keselamatan kerja yang tersedia di atas kapal dan yang digunakan oleh Anak Buah Kapal untuk bekerja ada yang sudah rusak dan tidak layak untuk digunakan. Menurut mualim I KM.TL IX saat penulis meminta pendapatnya, Mualim I juga mengatakan bahwa ini yang menyebabkan para Anak Buah Kapal enggan menggunakan alat pelindung diri saat bekerja.

d) Peusahaan telah berusaha memberikan perhatian pada masalah keselamatan kerja anak buah kapal yang bekerja di atas kapal sebatas manajerial, namun karena alasan ekonomi dan alasan untuk menumbuhkan partisipasi para anak buah kapal hingga kini belum

(11)

33

melengkapi anak buah kapal yang bekerja dengan peralatan keselamatan kerja yang layak pakai.

e) Menurut Bosun, faktor ini yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja pada anak buah kapal KM.TL IX , adalah anak buah kapal yang baru naik atau bekerja di kapal kurang melalui tahap familiarisasi atau pengenalan terhadap lingkungan di kapal degan benar, faktor kedisiplinan anak buah kapal juga sangat penting dalam penggunaan alat – alat pelindung diri. Di kapal KM.TL IX setiap anak buah kapal yang baru sign on biasanya anak buah kapal tersebut diikutsertakan dalam pekerjaan tanpa tahap familiarisasi.

Dari kelima faktor diatas menurut Bosun anak buah kapal yang paling lama di KM.TL IX kasus secelakaan kerja yang paling sering terjadi seperti terjatuh, tertimpa benda jatuh adalah kurang ditingkatnya disiplin anak buah kapal untuk menggunakan Personal Safety Equipment dan pegetahuan anak buah kapal untuk melakukan pekerjaan.

C. PEMECAHAN MASALAH

Oleh karena itu untuk mengatisipasi keadaan yang demikian ada beberapa alternatif pemecahan masalah yang bersumber dari faktor manusia terhadap keselamatan kerja yang mungkin dapat direalisasikan;

1. Meningkatkan kedisiplinan anak buah kapal dalam mematuhi peraturan keselamatan kerja dan menggunakan Personal Safety

(12)

34

Equipment di atas kapal sesuai pasal 12b, 12c, 13 dan 14 UU NO.1 Tahun 1970, Dengan cara adanya sistem peringatan bahkan sampai pada pemberhentian, jika hal tersebut betul – betul membahayakan dirinya sendiri dan orang lain. Selain itu agar kedisiplinan terus berlanjut makan diperlukan adanya pengawasan. Nahkoda kapal dapat menunjuk salah satu perwira baik deck ataupun dikamar mesin untuk menjadi pengawas di departementnya masing – masing. Dalam pengawasan dibutuhkan sikap yang tegas dan tanggung jawab sehingga dapat diteladani dan dijadikan contoh oleh para anak buah kapal dalam menaati peraturan keselamatan kerja.

2. Pihak perusahaan hendaknya dalam menerima anak buah kapal baru agar diseleksi dengan baik dan memperhatikan kelengkapan dokumen / sertifikat dan pengalaman bekerjadi atas kapal. Hal ini dimaksudkan supaya mendapat sumber daya manusia yang handal, terampil dan mengerti akan tugas dan tanggung jawab masing – masing.

3. Anak buah kapal baru yangakan memulai pekerjaan di kapal harus ada kerja sama dari anak buah kapal yang lainya untuk menjelaskan dan familisasi mengenai segala sesuatu mengenai kapal tersebut, tugas dan bahaya – bahaya yang akan dihapadinya dalam melakukan pekerjaan. Hal ini akan menghindari kecelakaan dalam bekerja di atas kapal. Petunjuk tentang penggunaan

(13)

35

Personal Safety Equipment harus diberikan dan wajib dilaksanakan oleh semua orang yang bekerja di atas kapal.

Analisa mengenai peran perushaan dalam mencapai keberhasilan progam keselamatan tidak lepas dari sistem manajemen yang dilakukan oleh perusahaan.

Sistem manajemen yang baik dapat menekan jumlah kecelakaan kerja, sebaliknya kecelakaan kerja dikarenakan kesalahan manusia yang disebabkan oleh sistem manajemen yang buruk.

Sudah menjadi tanggung jawab pihak perusahaan untuk mendukung dan menyediakan Personal Safety Equipment untuk awak kapal dengan kualitas yang baik dan sesuai aturan yang berlaku. Keselamatan perusahaan dalam mencapai tingkat keselamatan kerja yang tinggi juga harus dilihat dari penyediaan Personal Safety Equipment di atas kapal dan adanya sistem manajemen keselamatan kerja yang diselenggarakan dengan baik. Jika yang tersebut tidak memadai, anak buah kapal tidak akan pernah memberi cukup kepercayaan bahwa perusahaan benar – benar menaruh perhatian terhadap keselamata kerja. Dengan begitu, Anak Buah Kapal tidak akan memperhatikan pula keselamatan. Efek lainya anak buah kapal tidak akan melaksankan perkerjaan dengan baik dan tidak akan lama untuk bekerja diatas kapal tersebut. Perusahaan akan mengalami banyak kerugian. Pada dasarnya kecelakaan tidak hanya disebabkan oleh ketidak pedulian olehpara anak buah kapal, tetapi manajemen gagal dalam melakukan control yang menjadi tanggung jawabnya, karena manajemen unsur penting dalam usaha penanggulangan kecelakaan. Karena manajemenlah yang menentukan peraturan unsur produksi lainya. Oleh karena itu yang dapat dilakukan perusahaan adalah

(14)

36

membuat suatu progam keselamatan kerja yang didalamnya terdapat unsur – unsur sebagai berikut :

1. Kebijakan keselamatan kerja dan partisipasi manajemen.

2. Pembagian tanggung jawab dan prosedur keselamatan kerja.

3. Panitia keselamatan kerja.

4. Peraturan standart dan prosedur keselamatan kerja.

5. Pencegahan secara teknik, melalui pengadaan peralatan Personal Safety Equipment.

6. Prosedur pemilihan, penempatan dan pemindahan anak buah kapal serta progam pembinaan.

7. Progam motivasi meliputi penyuluhan dengan menggunakan poster dan forum komunikasi.

8. Pengawasan.

Perlu diingat bahwa tidak semua komponen progam ini harus dilakukan secara serempak, tapi hendaknya dilakukan dengan memilih komponen mana yang prioritas dan sesuai dengan keadaan serta keterbatasan yang ada di dalam perusahaan.

Dalam Undang – Undang No.1 Tahun 1970, pasal 12 b dan 12 c dijelaskan bahwa tenaga kerja diwajibkan:

1. Memakai alat pelindung diri.

2. Memenuhi atau menaati semua syarat – syarat keselamatan kerja.

(15)

37

Dari pasal 13 disebutkan juga bahwa barang siapa yang akan memasuki tempat kerja, diwajibkan untuk menaati semua petunjuk keselamatan dan kesehatan kerja dan wajiib menggunakan Personal Safety Equipment yang diwajibkan.

Dalam pasal 14 disebutkan bahwa perusahaan diwajibkan secara cuma – cuma menyediakan semua Personal Safety Equipment yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada di bawah dan bagi setiap orang yang memasuki tempat kerja tersebut.

Selain itu pemahaman anak buah kapal dalam melakukan pekerjaan juga sangat penting. Anak buah kapal harus mengerti apa yang harus dilakukan dan resiko – resiko bahaya yang akan di hadapi, anak buah kapal tersebut akan mempersiapkan diri dengan segala sesuatu untuk melakukan pekerjaan. Biasanya anak buah kapal yang kurang pengalaman sering mendapatkan kecelakaan.

Karena pengalaman untuk waspada terhadap kecelakaan bertambah baik sesuai dengan kerjanya di atas kapal. Anak buah kapal baru biasanya belum mengetahui pemahaman secara mendalam masalah pekerjaan dan keselamatannya. Selain itu, mereka sering mementingkan dahulu selesainya sejumlah pekerjaan yang diberikan kepada mereka, sehingga keselamatan tidak cukup mendapatkan perhatian yang serius.

(16)

38 BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dengan memperhatikan permasalahan yang telah diuraikan terlebih dahulu, maka penulis dapat menyimpulkan faktor – faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja di KM.TL IX adalah:

1. Penerapan penggunaan Personal Safety Equipment di KM.TL IX masih kurang diterapkan dalam pekerjaan di kapal dan belum sesuai dengan aturan yang berlaku.

2. Kecelakaan kerja yang terjadi pada anak buah kapal KM.TL IX disebabkan oleh beberapa faktor seperti, kurangnya pengalaman anak buah kapal dalam bekerja di atas kapal, kurangnya kedisiplinan dan pemahaman akan penerapan prosedur keselamatan kerja, tidak adanya kesadaran anakbuah kapal untuk menggunakan Personal Safety Equipment pada saat bekerja di atas kapal, serta banyak Personal Safety Equipment yang kurang layak untuk digunakan. Sehingga mengakibatkan kecelakaan kerja bagi anak buah kapal dan mengganggu operasi kapal serta kerugian bagi perusahaan.

3. Peralatan keselamatan kerja yang ada di atas kapal masih banyak yang kurang sesuai dengan standart aturan yang berlaku. Dan sebagian perlalatan kerja kurang layak pakai.

4. Sehinga penulis menyimpulkan bahwa sebenarnya penerapan pelindungan diri ketika bekerja tidaksesuai dengan SOLAS 1974

(17)

39

berserta amandemen – amandemenya mengenai persyaratan keselamatan kapal.

B. SARAN

Penulis mengajukan saran sebagai upaya yang dapat direalisasikan dalam usaha penerapan Personal Safety Equipment agar mengurangi kecelakaan kerja di atas kapal yaitu :

1. Sebaiknya Nahkoda, perwira deck dan perwira mesin di kapal KM.TL IX untuk meningkatkan kedisiplinan anak buah kapal pada saat melakukan pekerjaan di atas kapal memakai Personal Safety Equipment yang sudah ditentukan pada teguran tertulis yaitu anak buah kapal anak buah kapal yang tidak memakai Personal Safety Equipment pada saat melaksanakan pekerjaan agar di sign off. Hal ini dilakukan untuk menghindari kecelakaan kerja yang nantinya mengganggu operasional kapal.

2. Sebaiknya agar faktor – faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja di KM.TL IX dapat diminimalkan, hal tersebut dapat dilakukan dengan cara familiriasasi di kapal anak buah kapal yang baru naik. Anak buah kapal yang baru diganti juga harus memberikan familiarisasi kepada anak buah kapal yang baru naik tersebut, hal ini dilakukan agar anak buah kapal yang baru mengerti dan paham betul situasi dan kondisi kapal sebelum melakukan pekerjaan.

(18)

40

3. Pihak perusahaan sebaiknya menyelenggarakan Personal Safety Equipment yang berkualitas dan sesuai dengan standart aturan yang berlaku, disesuaikan dengan keadaan dan keterbatasan perusahaan. Disarankan juga agar anak buah kapal dapat merawat serta menjaga peralatan keselamatan kerja agar masih dapat digunakan dengan layak.

4. Sebaiknya perusahaan dapat membuat suatu progam keselamatan kerja dan melaksanakan sistem manajemn keselamatan seperti yang terdapat pada SOLAS 1974 beserta amandemen – amandemennya mengenai persyaratan keselamatan kapal. Tapi untuk menjalankan progam keselamatan kerja disarankan untuk memilih komponen mana dari progam keselamatan kerja yang diprioritaskan dan sesuai dengan keadaan serta keterbatasan yang ada dalam perusahaan. Namun juga ada konsekuensi yang tegas dari pihak perusahaan bagi anak buah kapal.

Referensi

Dokumen terkait

sudah sesuai dengan kerja para anak buah kapal Dari semua hasil wawancara yang dilakukan penulis terhadap seluruh crew kapal maka penulis menarik kesimpulan dari hasil wawancara