BAB IV
HASIL PENLITIAN DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DITELITI
Dalam Karya Ilmiah Terapan ini penulis akan mendeskripsikan tentang gambaran umum objek penelitian sesuai dengan judul penelitian ini yaitu
“PENERAPAN EMPLOYMENT CONDITIONS SESUAI MLC
(MARITIME LABOUR CONVENTION) DIATAS KM. CIREMAI”. Sehingga dengan adanya deskripsi gambaran umum objek penelitian ini pembaca dapat memahami dan mampu merasakan tentang hal yang terjadi pada saat penulis melakukan penelitian di atas kapal KM. Ciremai. Taruna melakukan penelitian di atas kapal berguna untuk mempersiapkan diri sebagai Perwira di atas kapal agar memiliki pedoman untuk memiliki haknya sebagai seorang pelaut agar mendapatkan kesejahteraan diatas kapal.
KM. Ciremai merupakan sebuah kapal Roro/Passengger salah satu kapal milik PT. PELNI (Persero). yang beralamatkan Jl. Gajah Mada No.14, RT.6/RW.2, Petojo Utara, Kecamatan Gambir, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10130
1) Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di atas kapal KM. Ciremai dengan jenis kapal adalah kapal pessenger yang beroperasi dalam rute pelayaran antar pulau yaitu di mulai dari home base yaitu Jakarta, Surabaya, Makkasar, Bau Bau, Sorong, Manokwari, Biak, Jayapura dan kembali lagi ke home base dengan singah ke pelabuhan
sebelumnya. Adapun penambahan rute pada saat libur natal atau tahun baru dan libur lebaran yaitu pelabuhan Ambon dan Namlea. Kapal KM. Ciremai sandar di dermaga penumpang pada setiap pelabuhan.
Berikut data-data kapal tempat penulis melaksanakan praktek laut yang di dapat dari ship particular.
SHIP PARTICULARS
NAMA KAPAL : KM. CIREMAI
TYPE KAPAL : RORO/PASSENGER
BENDERA : INDONESIA
TEMPAT PENDAFTARAN : JAKARTA
IMO NO. 9032135
CLASS : BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
PANJANG : 146,50 M
LEBAR : 23,40 M
SARAT MAX : 5,90 M
LOA : 146,5 M
LBP : 130.0 M
BREADTH MOULDED : 23,4 M
HEIGHT : 41,5 M
DESIGN DRAFT : 5,90 M
DWT : 3200 TONS
DISPLACEMENT : 10.583 TONS
GRT / NRT : 14.581 Ton / 5.360 Ton MERK MESIN UTAMA : MAK
TYPE : 6 DLM 32
TENAGA KUDA / PK : 6400 Kw x 2 buah
JUMLAH MESIN 2
OPERASIONAL SPEEDS : 17 KNOT
KECEPATAN MAX : 21 KNOT
JENIS BAHAN BAKAR : HSD
2) Awak Kapal
Diatas kapal KM. Ciremai memiliki 89 awak kapal termasuk Nakhoda. Awak kapal terdiri dari 8 orang deck officer termasuk Nakhoda, 10 orang enginer officer termasuk KKM, 1 serang atau bosun, 1 orang mandor mesin, 1 orang kasap deck, 1 orang kasap mesin, 1 orang pandai besi, 1 orang tandil, 3 orang mistri, 3 juru mudi, 3 orang panjarwala, 1 orang kelasi, 3 orang juru motor, 4 orang juru minyak, 3 orang P.U.K, 1 orang jenang, 2 orang perakit masak, 4 orang juru masak, 2 orang pelayan kepala 21 orang pelayan, 2 orang penatu, Dalam bidang keamanan terdapat 8 orang satpam dan salah satu dari satpam menjadi komandan satpam, dalam bidang medis terdapat 1 orang dokter atau perawat serta 2 cadet deck dan 1 cadet engine.
B. HASIL PENELITIAN 1. Penyajian Data
Dari pengalaman yang diperoleh selama praktek diatas kapal, tidak banyak ABK yang mengetahui tentang employmet condition atau kondisi kerja sesuai aturan MLC (Maritime Labour Convention) diatas kapal .
Penerapan Employment Condition sesuai MLC (Maritime Labour Convention) diatas KM. Ciremai yang dinaungi oleh PT.Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) dapat dikatakan telah diterapkan dengan cukup baik. Sebagai contoh setiap anak buah kapal yang baru direkrut oleh PT. Pelayaran Nasional Indonesia, harus memiliki sertifikat kesehatan dan pelatihan sebelum diberikan
penempatan kerjanya sehingga para pelaut dapat memenuhi syarat saat bekerja diatas kapal. Untuk masalah tentang kondisi kerja diatas KM Ciremai juga diterapkan dengan cukup baik para anak buah kapal diberikan sistem jam kerja yang sesuai serta hak untuk cuti para pelaut seta pemberian upah aatau gaji yang sudah diatur olek perusahaan.
Adapun permasalah diatas kapal KM. Ciremai berupa tambahan jam kerja yang belum menentu dikarnakan jam sandar yang terkadang bisa maju atau bisa mundur yang di akibatkan keadaan arus dan cuacah pada laut atau samudera yang dilalui serta permasalahan pada kondisi mesin kapal, adapun hak untuk cuti para ABK yang terkadang bisa maju dan bisa mundur,.
Dengan penerpan MLC (Maritime Labour Convention) yang diterapkan diatas kapal sangat berpengaruh dengan kinerja seluruh ABK kapal KM. Ciremai, dikarnakan telah terjaminnya kesejahteraan para awak kapal sehigga para ABK dapat bekerja dengan lebih giat lagi.
2. Analisis Data
Dari temuan permasalahan yang ditemukan diatas kapal maka penulis menganalisis data tersebut bahwa diatas kapal KM. Ciremai diberlakukan beberapa peraturan yang sudah di tetapkan oleh perusahaan PT. Pelni untuk abk diatas kapal yang sesuai dengan penerapan aturan MLC (Maritime Labour Convention) pada aturan yang kedua yaitu tentang employment condition sebagai berikut:
a) Perjanjian kerja laut
Untuk memastikan bahwa awak kapal mempunyai perjanjian yang adil maka diaturlah tentang perjanjian kerja laut yaitu sebagai berikut:
1) Syarat dan ketentuan kerja awak kapal wajib ditetapkan atau merujuk pada perjanjian tertulis yang jelas dapat ditegakkan secara hukum dan wajib konsisten dengan standar-standar sebagaimana tercantum dalam Kaidah.
2) Perjanjian kerja awak kapal wajib disepakati oleh para awak kapal berdasarkan kondisi-kondisi yang memastikan bahwa awak kapal memiliki kesempatan untuk meninjau kembali dan meminta saran mengenai syarat dan ketentuan dalam perjanjian tersebut dan tanpa tekanan menerimanya sebelum penandatanganan.
3) Selama masih sesuai dengan hukum dan kebiasaan nasional Negara Anggota, perjanjian kerja awak kapal wajib dipahami untuk enggabungkan setiap perjanjian kerja bersama yang berlaku.
Dengan adanya peraturan yang sudah di tetapkan oleh MLC maka penulis melihat secaara langsung di atas KM. Ciremai untuk permasalahan tentang perjanjian kerja laut perusahaan membuat perjanjian dengan abk yang mana di buktikan dengan lembar Perjanjian Kerja Laut dimana dalam perjanjian itu tertulis data diri abk nama dan alamat pemilik kapal, masa kontrak, jabatan diatas kapal, upah atau gaji yang didapat serta jumlah cuti tahunan berbayar dan lain-lain. Dalam hal ini juga penulis memberikan sedikit gambaran penerapan MLC tentang employment conndition atau kondisi kerja pada perjanjian kerja laut yang di berikan perusahhan PT. Pelni kepada abk yang di lampirkan pada lembar lampiran
b) Waktu Dinas Jam Kerja Serta Waktu Dinas Jam Jaga
Dengan ditetapkanya peraturan waktu dinas kerja harian pada surat keputusan direksi tentang penetapan peraturan dinas awak kapal PT.Pelni (persero) pada pasal 47 halaman 162 menyatakan sebagai berikut:
1) Bagi ABK yan tidak berdinas jaga laut sebagaimana diatur dalam peraturan ini melaksanakan dinas harian
2) Waktu dinas harian dilaksanakan sebagai berikut:
Tabel 4.0 Waktu Dinas Jam Kerja.
HARI WAKTU KETERANGAN
Senin, Selasa, rabu, kamis.
07.30 - 10.00 10.00 - 10.30 10.30 - 12.00 12.00 - 13.00 13.00 - 16.00
Istirahat
Ishoma
Jumat
07.30 – 11.00 11.00 - 13.00 13.00 – 16.00
Ishoma
Sabtu
08.00 – 10.00 10.00 – 10.30 10.30 – 12.00
Istirahat
Minggu - Libur
3) Khusus ABK pelayan kapal yang tidak terkait dengan dinas kerja harian pada ayat 2 pasal ini jam kerja di atur sesuai ketentuan khusus pada kapal masing – masing sesuai dengan kebutuhan atas perintah nakhoda.
Serta waktu dinas jam jaga yang telah di tetapkan oleh perusahaan yang terlampir pada surat keputusan direksi pasal 45 untuk kapal tipe 2000 pack menetapkan sebagai berikut:
1) Dinas Jaga Anjungan dilaksanakan selama kapal berlayar atau dipelabuhan / sandar,jika dianggap perlu atas perintah Nakhoda pada waktu kapal berlabuh jangkar, diperairan ramai, cuaca buruk, kabut dan arus kuat.
2) Yang melaksanakan tugas jaga Anjungan adalah : Di Kapal Penumpang :
• Mualim Jaga
• Juru Mudi Jaga
• Panjarwala Jaga
• Calon Perwira / Taruna Prala Jurusan Nautika
Tabel 4.1 Waktu Dinas Jam jaga laut
Waktu jam jaga Perwira jaga
00.00 s/d 04.00 Mualim II Yunior
04.00 s/d 08.00 Mualim I
08.00 s/d 12.00 dan 20.00 s/d 24.00 Mualim III Yunior 12.00 s/d 16.00 Mualim III Senior
16.00 s/d 20.00 Mualim II Senior
4) Pengaturan waktu dinas jaga laut Juru Mudi masing –masing 2 x 4 jam sehari setiap personil jaga dan Panjarwala/taruna prala bagian dek (apabila diperlukan).
5) Serah terima tugas jaga laut di Anjungan dilaksanakan oleh Mualim Jaga lama kepada Mualim Jaga baru yang dicatat dalam Buku Harian Kapal dan ditanda tangani bersama serta dicatat pula keadaan
penumpang dan muatan.
6) Petugas jaga laut pengganti sudah berada di Anjungan paling lambat 15 (lima belas) menit sebelum serah terima tugas jaga dan petugas jaga laut yang digantikan dapat meninggalkan Anjungan setelah petugas pengganti benar-benar menguasai keadaan sekitar kapal.
Dengan penulis melihat penetapan peraturan waktu dinas kerja harian serta waktu dinas jam jaga yang sudah diatur perusahaan pada saat berada diatas kapal dengan membandingkan kondisi secara langsung diatas kapal yang mana penulis melaksanakan peraktek berlayar diatas kapal maka penulis merasakan cukup baik diterapkan peraturan tersebut. Dengan contoh sebagai berikut, jikalau kapal sandar di pelabuhan pada dini hari yang mana para abk diharuskan ikut membantu proses sandarnya kapal sampai dengan selesai maka keesokan harinya untuk waktu kerja harian diralat dengan waktu asli yang ditetapkan pada peraturan perusahaan PT Pelni pada pukul 08:00 menjadi pukul 09:00 sehingga para abk dapat sedikit waktu istirahat sebelum memulai kerja harian pada keesokan harinya.
c) Cuti Wajib Bagi ABK
Untuk hak untuk cuti para anak buah kapal sudah di atur oleh PT.Pelni yang terlapir pada surat keputusan direksi pasal 54 yang menyatakan sebagai berikut:
a. Untuk kapal yang menyingahi pelabuhan – pelabuhan di pulau jawa yang bekerja di kapal penumpang ditetapkan 4 (empat) voyage atau 2 (dua) bulan berlayar 1 (satu) voyage atau 2 (dua) minggu cuti.
b. Untuk kapal yang tidak menyinggahi pelabuhan pelabuhan di pulau jawa di tetapkan 6 (enam) voyage atau 3 (tiga) bulan berlayar dan 2 (dua) voyage atau 4 (empat) minggu cuti.
dengan adanya peraturan yang dibuat oleh perusahaan dan penulis melihat kondisi real diatas kapal maka untuk penerapan peraturan ini dirasa sudah cukup baik di terapakan di atas kapal dengan contoh diatas kapal KM.Ciremai para abk melaksanakan cuti setiap 3 (tiga) bulan atau 6 (enam) voyage berlayar dan 1 (satu) bulan atau 2 (dua) voyage di rumah, dan itu berpengaruh bagi kesejahteraan para abk diatas kapal. Tetapi pada saat pandemi Covid-19 ini terdapat sedikit kendala yaitu perusahaan sulit untuk mencari penganti cuti abk, di karnakan perusahaan menambahkan sedikit persyaratan untuk abk yang mau naik diatas kapal, yaitu sebelum naik kapal diharuskan para abk melaksanakan rapid tes yang mana menunjukan hasil non reaktif dan jika hasil rapid tes tersebut menunjukan hasil reaktif maka perusahaan tidak bisa menaikan penganti cuti untuk abk diatas kapal tersebut.
d) Waktu Istirahat dan Waktu Makan
Untuk peraturan tentang waktu istirahat para anak buah kapal perusahaan telah mengatur peraturan tersebut pada surat keputusan direksi Nomer : 12.06/01/SK/HKO.01/2017 tentang Penetapan Peraturan Dinas Awak Kapal PT.Pelni pada pasal 49 halaman 164 yang menyatakan sebagai berikut:
a. Awak kapal harus melaksanakan waktu istirahat diluar waktu kerja sebagaimana tersebut pada peraturan ini.
b. Untuk menjaga kondisi dalam melaksanakan tugas yang di
bebankan, awak kapal harus memanfaatkan waktu istirahat minimal 6 (enam) jam dan tidak disalah gunakan untuk kepentingan pribadi Berpedoman aturan diatas, penulis melihat kondisi real diatas kapal para anak buah kapal mendapatkan waktu istirahat yang cukup yaitu 6 jam dalam satu hari. Tetapi untuk tambahan jam kerja yang tidak menentu dikarnakan jadwal sandar kapal yang terkadang bisa maju atau mundur, para anak buah kapal benar benar memanfaatkan waktu enam jam tersebut untuk istirahat.
karena waktu untuk istirata para abk itu berpengaruh terhadap kesehatan abk saat bekerja diatas kapal.
e) Upah
Untuk sistem upah pada perusahaan PT. PELNI (Persero) menurut saya sudah baik dikarnakan PT. PELNI merupakan perusahaan pelayaran BUMN yang di miliki negara yang mana di buktikan pada lembar lampiran yang berisikan slip gaji yang mana setiap bulanya perusahaan membeerika gaji kepada abk secara teratur setiap bulnya. Adapun salah satu hasil wawancara yang dituliskan pada penelitian ini antara narasumber atau penulis dengan
perwira diatas kapal yang lebih tepatnya mulaim III senior sebagai narasumber I serta juru mudi jaga sebagai narasumber II kapal KM.Ciremai.
Berikut hasil wawancara yang telah di laksanakan:
Tabel 4.2 Wawancara
No Pertanyaan Jawaban
Narasumber 1 Narasumber 2 1 Apakah bapak mengerti
betul tentang MLC (Maritime labour Convention?
Saya tau tentang apa itu MLC , karna saya pernah membaca buku tersebut .
Saya sedikit tau tapi tidak begitu mengerti.
2 Menurut bapak apakah di atas KM Ciremai tersebut telah diterapkan terkhusus pada aturan yang kedua yaitu kondisi kerja ?
Sudah sangat diterapkan dengan baik dan sesuai standart jika di hitung- hitung jam istirahat dan jam kerja di atas kapal ini sudah cukup balanced.
Dan abk juga lebih memilih untuk tidur dikapal dari pada keluar saat kapal off.
Saya kurang memahami isi dari MLC aturan 2 tentang kondisi kerja tersebut, namun menurut saya pembagian waktu istirahat dan waktu bekerja di atas kapal sudah sangat baik dan cukup abk.
3 Apakah pengaruh dari penerapan kondisi kerja diatas kapal menurut bapak?
Menurut saya sangat
berpengaruh karena dengan adanya penerapan peraturan MLC di perusahaan ini, jadi perusahaan mengatur sistem jam kerja, jam istirahat dan hak untuk cuti anak buah kapal sudah di atur ,terutama juga upah yang di terima oleh anak buah kapal yang menurut saya
Menurut saya juga sangat berpengaruh karena dengan adanya MLC yang di terapkan di perusahaan ini jadi
perusahaan mengatur sistem jam kerja, jam istirahat dan hak untuk cuti serta upah yang sesuai.
sudah sesuai dengan kerja para anak buah kapal
Dari semua hasil wawancara yang dilakukan penulis terhadap seluruh crew kapal maka penulis menarik kesimpulan dari hasil wawancara tersebut bahwa kurangnya pemahaman tentang apa itu MLC (Maritime Labour Convention) terutama pada aturan kedua yaitu tentang employment condition atau kondisi kerja yang mana penerapan tersebut sudah diterapka cukup baik diatas kapal Tetapi untuk penerapan MLC aturan dua tentang kondisi kerja menurut hasil wawancara tersebut, menyatakan bahwa sudah cukup baik penerapanya dengan bukti peraturan perusahaan yang mengatur tentang sitem jam kerja dan jam istirahat para abk dan juga hak untuk cuti, repatriasi, upah dan lain-lain dan dengan diterapkannya aturan tersebut oleh perusahaan maka sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan abk saat berada di atas kapal maupun saat didarat
C. PEMBAHASAN
MLC (Maritime Lobour Convention) ialah suatu konvensi yang mengatur tentang hak- hak para pelaut serta pengaruh terhadap kesejahteraan para pelaut diseluruh dunia. Penerapan MLC di Indonesia pun khususnya di PT. Pelayaran Nasional Indonesia telah diatur dengan cukup baik terutama pada aturan yang ke dua dalam MLC (Maritime Labour Convention) tentang Employment Condition dalam arti kondisi kerja yang mencakup tentang jam kerja dan jam istirahat, upah, hak untuk cuti dan lain-lain. Penerapan tentang kondisi kerja tersebut pada saat di atas kapal KM. Ciremai sudah cukup baik Berdasarkan hasil pengolahan data maka penulis menemukan bahwa dalam penerapan MLC (Maritime Labour Convention) diatas kapal KM. Ciremai beberapa sudah diterapkan dengan
cukup baik. Adapun aturan-aturan yang telah diterapkan oleh perusahaan adalah:
a . jam kerja dan jam istirahat yang sesuai.
b. Upah/gaji sesuai standart
c. Hak untuk cuti para anak buah kapal d. repatriasi dan lain-lain
Dari beberapa aturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan diatas berpengaruh sangat besar bagi kesejahteraan para ABK seperti:
a. Sistem jam kerja dan jam istirahat para anak buah kapal yang seimbang dan itu sangat berpengaruh untuk kesehatan para ABK saat bekerja diatas kapal
b. Hak untuk cuti setiap anak buah kapal sudah di atur. Dengan diaturnya hak untuk cuti para ABK maka sangat berpengaruh untuk mengurangi tekanan pikiran saat bekerja diatas kapal dan para ABK dapat meluangkan waktu untuk berkumpul dengan keluarganya dirumah c. Serta upah yang diterima para ABK menurut saya sudah standart sudah
sesuai dengan kerja para anak buah kapal dan ini sangat berpengarug bagi perekonomian para ABK serta untuk melanjutkan kejenjang berikutnya dikarnakan biaya yang diperluka cukup banyak.
Dengan terjamin kesejahteraannya saat berada diatas kapal seperti kondisi kerja para anak buah kapal serta fasilitas-fasilitas yang diterim diatas kapal, Dengan semua kebijakan ini sangat berpengaruh besar bagi kesejahteraan para anak buah kapal dan untuk menambah semangaat bekerja saat berada di atas kapal.
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN
MLC (Maritime Lobour Convention) ialah suatu konvensi yang mengatur tentang kesejahteraan para pelaut diseluruh dunia. Setelah penulis melakukan pengamatan penelitian mengenai penerapan Employment Condition sesuai MLC diatas KM. Ciremai maka penulis dapat membuat kesimpulan dari permasalahan pada bab sebelumnya:
1. Tentang penerapan MLC (Maritime Labour Convention) terutama pada Employment Condition maka dirasa telah diterapkan dengan cukup baik diatas kapal sesuai dengan peraturan yang sudah ada. Namun untuk masalah tambahan jam kerja para abk yang kurang menentu maka beresiko terhadap berkurangnya waktu istirahat para anak buah kapal.
2. Dengan diterapkanya peraturan MLC (Maritime Labour Convention) tentang employment condition atau kondisi kerja diatas kapal maka berpengaruh terhadap kesejahteraan crew diatas kapal sebagai contoh untuk sistem jam kerja dan jam istirahat sangat berpengaruh untuk menjaga kesehatan para anak buah kapal serta hak cuti yang sudah ditetapkan membuat para abk dapat meluangkan waktu untuk berkumpul bersama keluarga dan juga aturan aturan lain yang tercakup pada aturan MLC tentang employment Condition atau kondisi kerja, dan itu benar-benar dirasakan oleh para abk saat berada diatas kapal maupun pada saat berada didarat.
B. SARAN
Setelah penulis melakukan pengamatan dan pembahasan mengenai penerapan MLC di atas KM. Cerimai yang terbilang cukup baik dan belum sesuai degan regulasi dari MLC bagian 2 yaitu tentang kondisi kerja, maka penulis berusaha untuk memberikan saran yang diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :
1. Meminta pihak perusahaan untuk menerapkan standar MLC sesuai peraturan yang sudah ada
2. Meningkatkan rasa peduli akan kesejahteraan para awak kapal bagi pihak perusahaan
3. Merevisi peraturan peerusahaan tentang sistem kerja pada abk terutama pada jam kerja dan jam istiraahat
4. Mengatur dan menjalankannya hak cuti bagi setiap para anak buah kapal sesuai peraturan yang sudah di tetapkan.