BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Berikut ini adalah beberapa gambaran dari pengalaman atau data – data yang pernah dialami oleh penulis pada waktu melaksankaan praktek laut di KMP. Athaya. Selama penulis melaksanakan praktek laut penulis menemukan permasalahan yang terkait dengan pemetaan identifikasi resiko kegiatan di atas kapal dengan menggnakan metode hazop analysis.
Berikut akan diuraikan mengenai data – data kapal tempat penulis mengadakan penelitian.
Gambar 3.1 Foto kapal KMP. ATHAYA tampak depan
Sumber: Dokumentasi oleh penulis
SHIP PARTICULAR
02. NAME OF VESSEL : KMP. ATHAYA
03. CALL SIGN : YBRH2
04. IMO NO. : 9114567
05. MMSI NO. : 525119018
06. PORT OF REGISTRY : JAKARTA
07. FLAG : INDONESIA
08. SHIP BUILDER : MHI, SHIMONSEKI YAMA
GUCHI PVER, JAPANBARU JKT SELATAN
09. OWNER COMPANY : PT. JEMLA FERRY JL.WOLTER
MONGUNSIDI NO. 91 KEBAYORAN 10. DATE KEEL AS LARD
11. YEAR BUILD 12. CLASSIFICATION 13. LOA
14. LBP
15. BREADTH MOULDED 16. DEPTH MOULDED 17. HEIGHT
18. MAXIMUM DRAUGHT 19. GROSS TONNAGE 20. MAIN ENGINE
6VX2CAIT
21. AUXLALARY ENGINE : DAIHATSU 6DLB-22X3
: 1994 : 1995
: BKI
: 136.60 M : 128.44 M : 22.40 M : 12.03 M : 11.82 M : 5.70 M : 13.413 T
: NKK SEMT PIELSTICK 14 PC2-
22. MAX SPEED : 21.90 KNOTS
23. SERVICE SPEED : 17 KNOTS
24. BOW TRUSTER : FITTED
25. TYPE : RO-RO PASSANGER SHIP
PASSANGER CAPACITY 742 PERSON, CAR CAPACITY 150 UNIT, MIX/100 UNIT TRUCK
Di atas kapal KMP. Athaya memiliki daftar awak kapal (Crew List) yang berjumlah 32 awak kapal, termasuk Nakhoda dan Kepala Kamar Mesin, awak kapal tersebut terdiri dari 5 Perwira Deck, 4 Perwira Engine, 1 Ahli Listrik, 4 Oiler, 1 Bosun, 7 Kelasi, 4 Juru Mudi, 2 Koki, 2 Pelayan, 2 Deck Cadet, 3 Engine Cadet. Dari ke 32 awak kapal tersebut, kesemuanya berkewarganegaraan Indonesia.
B. Hasil Penelitian
1. Penyajian Data
Keselamatan dan keamanan merupakan faktor penting dalam melaksanakan kegiatan berkerja. Sehubungan dengan itu maka awak kapal mempunyai tugas dan tanggung jawab yang besar dalam mencegah kecelakaan yang dapat menyebabkan kerugian dan penderitaan bagi semua pihak mulai dari awak kapal itu sendiri sampai pada tingkat perusahaan yaitu melalui usaha keselamatan kerja yang baik. Penulis mencoba menggambarkan permasalahan yang pernah dialami sewaktu melaksanakan praktek laut yaitu, kurang adanya kedisiplinan pada awak kapal untuk menggunakan peralatan keselamatan sesuai SOP yang ada pada saat melakukan pekerjaan.
Untuk mengidentifikasi potensi bahaya apa saja yang crew alami pada saat melaksanakan pekerjaan, berikut beberapa kerja harian yang dilakukan oleh crew kapal yaitu:
i. Mengecat ii. Mengetok iii. Pengelasan
iv. Mooring/Unmooring v. Lego Jangkar
vi. Bongkar Muat Kendaraan
Penelitian ini dilaksanakan pada saat penulis mulai melaksanakan kerja harian, dan diperoleh deskripsi data yang berkaitan dengan resiko kegiatan diatas kapal sebagai berikut :
a. Hasil Observasi
Kurangnya kedisiplinan crew kapal pada saat melaksanakan kerja harian. Pada tanggal 29 April 2020 saat kapal anchorage di Pelabuhan Merak, sejumlah crew deck melaksanakan kerja harian yang telah dilakukan secara rutin pada saat kapal anchorage. Ketika itu terlihat oleh penulis bahwa crew yang sedang melaksanakan kerja harian tersebut tidak menggunakan alat keselamatan.
Berikut dokumentasi yang penulis dapat pada saat melaksanakan praktek layar di kapal KMP. Athaya.
Gambar 3.2 Gambar ABK yang sedang mengecat lantai
Gambar 3.3 Pelaksanaan kerja harian menggunakan scalling gun
Gambar 3.4 Pengelasan pipa got
Gambar 3.5 Pelaksanaan crew yang sedang mengetok
\
Gambar 3.6 Pelaksanaan Bongkar Muat Kendaraan
Dan berikut merupakan tabel pengamatan daftar kecelakaan yang pernah terjadi di KMP. Athaya:
Tabel 4.1 Daftar kecelakaan kerja yang pernah terjadi di atas kapal Kmp. Athaya
Tanggal Nama Jabatan Kecelakaan Penyebab
15-02-2020 Erwan Kelasi Terjatuh pada saat pemasangan
nozzle springkle
Terpeleset pada saat menaiki steger ( tidak menggunakan safety shoes ).
09-11-2019 Supriyadi Juru Mudi Terkena percikan karat pada saat
melakukan chipping
Tidak
menggunakan safety googles.
Sumber: Di kapal KMP. Athaya 2019 – 2020
Dari beberapa kejadian yang dipaparkan tersebut, penulis mencoba menganalisa penyebab terjadinya kecelakaan kerja yang paling sering terjadi adalah karena kurangnya kedisiplinan Anak Buah Kapal dalam penggunaan alat-alat keselamatan.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis selama melaksanakan penelitian diatas kapal KMP. Athaya, penyebab dari kecelakaan ini didasari oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Kurang hati-hati dalam melaksanakan suatu pekerjaan b. Tidak tahu menggunakan alat keselamatan
c. Tidak mampu melaksanakan suatu pekerjaan
Seperti pada kejadian di atas disaat melaksanakan kerja harian, Juru Mudi terpeleset pada saat pelaksanaan pemasangan nozzle springkle di upper deck, hal ini disebabkan karena crew tersebut tidak menggunakan safety shoes. Alasannya sengaja tidak menggunakan alat keselamatan kerja karena hanya merepotkan saja dan membuat pergerakan pada saat bekerja tidak bebas, padahal crew tersebut tidak menyadari bahwa kecelakaan dapat terjadi dimana saja dan kapanpun yang dapat merenggut nyawa manusia atau membuat cacat seumur hidup. Begitupun pada kejadian yang terjadi pada Juru Mudi. Pada saat melaksanakan chipping, Kelasi tersebut tidak menggunakan kacamata (safety googles), sehingga percikan karat mengenai mata Juru Mudi tersebut dan membuat matanya perih.
Oleh karena itu untuk meningkatkan kedisiplinan crew di atas kapal dalam penggunaan alat-alat keselamatan maka diharapkan kepada perwira di atas kapal agar selalu mengawasi dan mengontrol para pekerja
yang sedang melakukan suatu pekerjaan serta menegur langsung kepada crew yang tidak menggunakan peralatan keselamatan kerja dan memberikan himbauan - himbauan tentang bahaya dan akibat-akibat yang akan terjadi.
b. Hasil Wawancara
Keselamatan kerja merupakan suatu hal yang harus diperhatikan oleh setiap awak kapal demi kelancaran pengoperasian kapal dan mencegah terjadinya kecelakaan yang terjadi di atas kapal.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan responden, yaitu Chief Officer. Penulis dapat mengetahui bahwa terjadinya beberapa kecelakaan kerja di atas kapal, sebagian besar diakibatkan dari kelalaian dan kesalahan dari awak kapal tersebut.
Sebagian besar awak kapal, terutama pada saat melaksanakan kerja harian, tidak menggunakan peralatan keselamatan yang sesuai dengan SOP. Sehingga sering terjadi kecelakaan ringan hingga berat. Seperti contoh, pada saat mengelas tidak menggunakan safety goggles, maka percikan las mengenai mata dan membuat mata menjadi perih.
2. Analisis Data
Penelitian ini dilaksanakan dengan observasi lapangan secara langsung dan membagikan kuesioner untuk memperoleh temuan potensi bahaya (hazard). Kuesioner disebar kepada 17 crew deck yang ada di atas kapal.
Untuk menentukan tingkat keparahan atau perangkingan (risk level) dengan mempertimbangkan kriteria resiko sebagai berikut:
1. Likelihood (L) adalah kemungkinan terjadinya kecelakaan ketika terpapar dengan bahaya.
2. Severity atau consequences (C) adalah tingkat yang menunjukkan keparahan cidera dan kehilangan hari kerja.
Setelah menentukan nilai likelihood dan consequences dari masing – masing sumber hazard, langkah berikutnya adalah mengalikan nilai likelihood dan consequences sehingga akan diperoleh tingkat bahaya/ risk level pada risk matrix yang akan digunakan untuk melakukan perangkingan terhadap sumber hazard yang nantinya akan dilakukan rekomendasi perbaikan.
Gambar 3.7 Risk Matrix
Berikut ini adalah Tabel 4.2 yang berisi tentang perangkingan risiko (risk level) yang ditentukan berdasarkan kriteria likelihood, consequences, dan data kecelakaan kerja
Tabel 4.2 Perangkingan Resiko No. Temuan Hazard Pendapat
Crew
Level Kriteria Risk Level
L* C* S*
1. Pengecatan 1 2 3 6 Sedang
2 1 1 1 Rendah
3 1 3 3 Rendah
4 2 2 4 Tinggi
5 1 2 2 Rendah
6 5 3 15 Ekstrim
7 5 4 20 Ekstrim
8 4 4 16 Ekstrim
9 4 3 12 Tinggi
10 1 3 3 Rendah
11 1 3 3 Rendah
12 2 2 4 Tinggi
13 3 3 9 Tinggi
14 3 2 6 Tinggi
15 1 4 4 Tinggi
16 4 4 16 Ekstrim
17 1 3 3 Rendah
2. Menggetok 1 1 1 1 Rendah
2 2 2 4 Tinggi
3 1 3 3 Rendah
4 3 2 6 Tinggi
5 2 2 4 Tinggi
6 2 2 4 Tinggi
7 2 3 6 Tinggi
8 2 2 4 Tinggi
9 3 2 6 Tinggi
10 1 2 2 Rendah
11 2 3 6 Tinggi
12 3 2 6 Tinggi
13 1 1 1 Rendah
14 3 2 6 Tinggi
15 2 2 4 Tinggi
16 4 4 16 Ekstrim
17 2 4 8 Tinggi
3. Pengelasan 1 2 2 4 Tinggi
2 3 2 6 Tinggi
3 4 3 12 Tinggi
4 3 2 6 Tinggi
5 2 4 8 Tinggi
6 3 3 9 Tinggi
7 4 4 16 Ekstrim
8 4 3 12 Tinggi
9 4 3 12 Tinggi
10 3 3 9 Tinggi
11 4 3 12 Tinggi
12 3 2 6 Tinggi
13 4 1 4 Tinggi
14 3 1 3 Rendah
15 3 1 3 Rendah
16 4 4 16 Ekstrim
17 2 4 8 Tinggi
4. Mooring/ Unmooring 1 4 4 16 Ekstrim
2 4 4 16 Ekstrim
3 4 3 12 Tinggi
4 4 4 16 Ekstrim
5 5 4 20 Ekstrim
6 4 4 16 Ekstrim
7 4 5 20 Ekstrim
8 5 4 20 Ekstrim
9 4 5 20 Ekstrim
10 3 4 12 Tinggi
11 4 2 8 Tinggi
12 5 5 25 Ekstrim
13 4 4 16 Ekstrim
14 4 5 20 Ekstrim
15 4 3 12 Tinggi
16 4 4 16 Ekstrim
17 4 2 8 Tinggi
5. Lego Jangkar 1 4 2 8 Tinggi
2 1 1 1 Rendah
3 3 2 6 Tinggi
4 1 3 3 Rendah
5 3 1 3 Rendah
6 3 2 6 Tinggi
7 1 4 4 Tinggi
8 1 2 2 Rendah
9 2 4 8 Tinggi
10 3 2 6 Tinggi
11 3 2 6 Tinggi
12 3 1 3 Rendah
13 2 1 2 Rendah
14 1 4 4 Tinggi
15 2 2 4 Tinggi
16 2 4 8 Tinggi
17 2 2 4 Tinggi
6. Perompak 1 2 1 1 Rendah
2 2 2 4 Tinggi
3 3 4 12 Tinggi
4 3 3 9 Tinggi
5 1 2 2 Rendah
6 3 2 6 Tinggi
7 3 3 9 Tinggi
8 3 5 15 Ekstrim
9 5 4 20 Ekstrim
10 3 3 9 Tinggi
11 3 4 12 Ekstrim
12 4 4 16 Ekstrim
13 2 3 6 Tinggi
14 2 4 8 Tinggi
15 2 1 2 Rendah
16 1 4 4 Tinggi
17 3 2 6 Tinggi
7. Bongkar Muat Kendaraan
1 1 1 1 Rendah
2 2 2 4 Tinggi
3 4 3 12 Ekstrim
4 3 3 9 Tinggi
5 2 3 6 Tinggi
6 3 2 6 Tinggi
7 4 3 12 Ekstrim
8 4 4 16 Ekstrim
9 4 5 20 Ekstrim
10 3 4 12 Ekstrim
11 4 4 16 Ekstrim
12 4 3 12 Ekstrim
13 3 1 3 Rendah
14 3 3 9 Tinggi
15 1 1 1 Rendah
16 4 2 8 Tinggi
17 3 2 6 Tinggi
8. Polusi di laut 1 1 5 5 Tinggi
2 3 3 9 Tinggi
3 3 3 9 Tinggi
4 4 3 12 Ekstrim
5 4 4 16 Ekstrim
6 3 2 6 Tinggi
7 3 3 9 Tinggi
8 3 4 12 Ekstrim
9 4 4 16 Ekstrim
10 3 3 9 Tinggi
11 1 3 3 Rendah
12 4 4 16 Ekstrim
13 1 4 4 Tinggi
14 4 2 8 Tinggi
15 1 2 2 Rendah
16 4 2 8 Tinggi
17 4 2 8 Tinggi
9. Kebakaran 1 1 4 4 Tinggi
2 3 4 12 Ekstrim
3 3 3 9 Rendah
4 4 4 16 Ekstrim
5 1 3 3 Rendah
6 3 2 6 Tinggi
7 5 3 15 Ekstrim
8 5 5 25 Ekstrim
9 5 5 25 Ekstrim
10 3 4 12 Ekstrim
Kriteria 1: Pengecatan
Ekstrim
24% Rendah 35%
Tinggi 35%
Sedang 6%
11 4 4 16 Ekstrim
12 3 4 12 Ekstrim
13 4 3 12 Ekstrim
14 2 2 4 Tinggi
15 2 4 8 Tinggi
16 4 4 16 Ekstrim
17 4 4 16 Ekstrim
Setelah mendapatkan hasil dari perangkingan resiko tersebut, selanjutnya dilakukan pengolahan data yang akan menghasilkan berapa persen hasil kriteria risk levelnya dari level ekstrim, tinggi, sedang dan rendah sebagai berikut:
Gambar 3.8 Hasil kuesioner pengecatan oleh crew kapal
Resiko bahaya yang ditimbulkan pada saat crew melaksanakan pekerjaan pengecatan antara lain:
1. Ekstrim, pada area pengecatan dimana terdapat kelalaian pada saat melaksanakan kerja yang bisa membahayakan para pekerja.
2. Tinggi, yaitu pada beberapa area kerja dengan uraian resiko, sebagai berikut:
- Abk bisa terjatuh dari ketinggian jika mengecat tidak memakai safety body harness
- Cat masuk kemata jika tidak memakai safety googles.
Ekstrim 6%
Rendah
23% Sedang 0%
Tinggi 71%
Kriteria 2. Mengetok
3. Sedang, yaitu Abk terpeleset pada saat melaksanakan pengecatan jika tidak memakai safety shoes.
4. Rendah, yaitu bisa menyebabkan iritasi pada kulit jika terkena bahan kimia pada saat melakukan pengecatan.
Gambar 3.9 Hasil Kuesioner Menggetok oleh crew kapal
Resiko bahaya yang ditimbulkan pada saat crew melaksanakan pekerjaan mengetok antara lain:
1. Ekstrim, yaitu pekerjaan yang dilaksanakan jika tidak berhati hati atau tergesa- gesa bisa mengakibatkan kecelakaan kerja.
2. Tinggi, pada saat mengetok karat bisa masuk kemata jika pekerja tidak menggunakan safety googles.
3. Rendah, yaitu pada beberapa area kerja dengan uraian resiko, sebagai berikut:
- Tersandung dengan material yang berserakan jika tidak memakai safety shoes.
- Mengakibatkan terkena serpihan – serpihan karat yang bisa melukai wajah kepala dan tangan.
Kriteria 3 Pengelasan
Rendah Ekstrim
12%
12%
Sedang 0%
Tinggi 76%
Kriteria 4 Mooring/ Unmooring
Rendah
0% Sedang 0%
Tinggi 29%
Ekstrim 71%
Gambar 3.10 Hasil kuesioner pengelasan oleh crew kapal
Resiko bahaya yang ditimbulkan pada saat crew melaksanakan pekerjaan pengelasan antara lain:
1. Ekstrim, yaitu pada saat melaksanakan pengelasan pekerja tidak berhati – hati sehingga terkena bekas pengelasan.
2. Tinggi, yaitu kulit bisa terbakar jika tidak memakai wearpack dan safety gloves.
3. Rendah, yaitu pekerjaan pengelasan jika bekerja tidak memakai kap las bisa mengakibatkan mata menjadi perih.
Gambar 3.11 Hasil kuesioner mooring/ unmooring oleh crew kapal
Kriteria 5 Lego jangkar
Ekstrim 0%
Rendah 35%
Tinggi 65%
Sedang 0%
Resiko bahaya yang ditimbulkan pada saat crew melaksanakan pekerjaan mooring/ unmooring antara lain:
1. Ekstrim, yaitu penggunaan wire dan tali yang sudah tua dan rusak bisa menyebabkan kecelakaan sehingga dapat mengakibatkan tali dan wire menjadi putus dan dapat mengenai pekerja.
2. Tinggi, yaitu pada saat pekerja mengendalikan tali yang rentan mengakibatkan tali putus dan terpental dapat mengenai pekerja sehingga pekerja mengalami cidera.
Gambar 3.12 Hasil kuesioner lego jangkar oleh crew kapal
Resiko bahaya yang ditimbulkan pada saat crew melaksanakan pekerjaan lego jangkar antara lain:
1. Rendah, yaitu tangan terjepit pada saat menurunkan jangkar jika tidak memakai safety gloves.
2. Sedang, yaitu mata bisa terkena debu dari serpihan – serpihan jangkar pada saat lego jangkar.
Kriteria 6 Perompak
Ekstrim 23%
Rendah 18%
Sedang 0%
Tinggi 59%
Kriteria 7 Bongkar Muat Kendaraan
Rendah 18%
Sedang Ekstrim
41%
0%
Tinggi 41%
Gambar 3.13 Hasil kuesioner perompak oleh crew kapal
Resiko perompak yang ada diatas kapal antara lain:
1. Ekstrim, yaitu perompak bisa membawa barang – barang berbahaya seperti pistol, senjata tajam dll yang dapat membunuh atau melukai para pekerja.
2. Tinggi, yaitu tidak adanya kawat berduri di sekitar kapal dapat menyebabkan perompak bisa naik dengan mudah diatas kapal.
3. Rendah, yaitu tidak adanya SSO (ship security officer) yang mengakibatkan keamanan yang kurang ketat.
Gambar 3.14 Hasil kuesioner bongkar muat oleh crew kapal
Kriteria 8 Polusi di laut
Rendah 12%
Ekstrim 29%
Sedang 0%
Tinggi 59%
Resiko bahaya yang ditimbulkan pada saat crew melaksanakan pekerjaan bongkar muat kendaraan antara lain:
1. Ekstrim, yaitu Abk pada saat melaksanakan bongkar muat kendaraan tidak berhati – hati dapat menyebabkan kegencet mobil/truk yang ada dikapal yang bisa mengangkut nyawa seseorang.
2. Tinggi, yaitu pada saat ngelashing kendaraan para pekerja tidak memakai sarung tangan yang dapat membuat tangan pekerja terjepit lashing.
3. Rendah, yaitu terpeleset pada saat bongkar muat kendaraan dikarenakan pekerja tidak memakai safety shoes.
Gambar 3.15 Hasil kuesioner polusi dilaut oleh crew kapal
Resiko bahaya yang ditimbulkan adanya polusi dilaut antara lain:
1. Ekstrim, yaitu disebabkan oleh tumpahan minyak
2. Tinggi, yaitu disebabkan oleh sampah plastic ke laut/ buang limbah dari pabrik.
3. Rendah, yaitu disebabkan buang limbah got sisa tumpahan minyak dari kapal.
Gambar 3.16 Hasil kuesioner kebakaran oleh crew kapal
. Resiko bahaya yang ditimbulkan pada saat terjadinya kebakaran antara lain:
1. Ekstrim, yaitu bisa mengakibatkan kematian pada saat kebakaran terjadi.
2. Tinggi, yaitu pada saat terjadinya kebakaran Abk tidak memakai respirator (alat untuk bernafas) yang membuat Abk kehabisan nafas saat kebakaran tersebut.
3. Rendah, yaitu dapat menyebabkan luka ringan pada crew kapal yang terkena benda yang mudah terbakar.
Tabel 4.3 Resiko Bahaya Berdasarkan Hasil Kuesioner
No.
Jenis Kegiatan
Hasil Analysis
Rangking Ekstrim Tinggi Sedang Rendah
Kriteria 9 Kebakaran
Rendah 12%
Ekstrim 29%
Sedang 0%
Tinggi 59%
1. Pengecatan 24% 35% 6% 35% 5
2. Mengetok 6% 71% 0 23% 8
3. Pengelasan 12% 76% 0 12% 7
4. Mooring/
Unmooring
71% 29% 0 0 1
5. Lego Jangkar 0 65% 0 35% 9
6. Perompak 23% 59% 0 18% 6
7. Bongkar Muat Kendaran
41% 41% 0 18% 2
8. Polusi dilaut 29% 59% 0 12% 3
9. Kebakaran 29% 59% 0 12% 4
Dari Tabel diatas diketahui kecelakaan yang sering terjadi pada saat melakukan pekerjaan mayoritas responden menjawab dengan kategori sangat serius (ekstrim) atau rangking 1 yaitu sebanyak 71% memilih pada pekerjaan Mooring/Unmooring, kedua sebanyak 41% memilih pada pekerjaan Bongkar Muat Kendaraan, ketiga sebanyak 29% memilih pada polusi dilaut, keempat sebanyak 29% memilih pada kebakaran, kelima sebanyak 24% memilih pada pengecatan, keenam sebanyak 23% memilih pada perompak, ketujuh sebanyak 12% memilih pada perompak, kedelapan sebanyak 6% memilih pada mengetok, kesembilan sebanyak 0% memilih pada lego jangkar.
Tabel 4.4 Klasifikasi resiko kegiatan diatas kapal
No Uraian Temuan Resiko Diterima Diabaikan Dikendalikan
1. Abk bisa terjatuh dari ketinggian jika mengecat tidak memakai safety body harness
√
2. Cat masuk kemata jika tidak memakai safety googles
√
3. Abk terpeleset pada saat melaksanakan pengecatan
√
4. Pada saat pekerja mengendalikan tali yang rentan, mengakibatkan tali putus dan terpental sehingga dapat mengenai pekerja
√
5. Pada saat ngelashing kendaraan para pekerja tidak memakai safety gloves
√
6. Membuang sampah plastic dan minyak kelaut
√
7. Tidak memakai safety shoes √
Tabel diatas dijelaskan bahwa klasifikasi resiko dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
- Diterima yang artinya bisa dievaluasi kedepannya.
- Diabaikan yang artinya kejadiannya tidak fatal jadi bisa diabaikan.
- Dikendalikan yang artinya fatal harus dievaluasi atau diperbaiki kedepannya.
C. Pembahasan
Hasil dari observasi yang dilakukan penulis pada identifikasi resiko kegiatan diatas kapal dengan menggunakan metode Hazard & Operability Study (HAZOPS), teridentifikasi beberapa potensi bahaya pada semua tahapan di semua potensi bahaya kemudian dianalisis dengan menggunakan tabel analisis resiko, setelah itu merekomendasikan pengendalian resiko.
Berdasarkan hasil perangkingan resiko, terdapat 2 sumber bahaya yang harus segera diperbaiki yaitu:
1. Kesadaran awak kapal dalam penggunaan safety equipment 2. Fokus dan kewaspadaan saat bekerja
Hal diatas merupakan faktor penyebab kecelakaan kerja yang sering terjadi di kapal KMP. Athaya. Ketika ditelusuri penulis, awak kapal yang mengalami kecelakaan kerja tersebut mereka memudahkan suatu pekerjaan dan kurangnya fokus ketika melaksanakan pekerjaan sehari – hari.
Tabel 4.5 Daftar Kejadian/Kecelakaan di atas Kapal dan Sesuai Peraturan SMPM/SOP/CSWP
Kegiatan diAtas Kapal Peraturan/ SMPM/
SOP/ CSWP
Prosedur Untuk Meminimalkan Resiko Kecelakaan Sesuai SMPM/ SOP/
CSWP
Prosedur Lainnya Untuk Meminimalkan
Resiko Kecelakaan Pekerja terjatuh saat
menaiki stiger tanpa menggunakan safety shoes pada pemasangan nozzle springkle.
Code of Safe
Working Practice for Merchant Seafarers Chapter 8 aturan 8.9 Hand and Foot Protection.
Cedera kaki paling sering disebabkan oleh penggunaan alas kaki yang tidak sesuai ( misal
menggunakan sandal karet, sandal jepit).
Code of Safe Working Practice for
Merchant Seafarers Chapter 8 aturan 8.9 Hand and Foot Protection.
Semua personel saat bekerja di atas kapal memakai sepatu keselamatan yang layak.
Pekerja harus mengecek kondisi tangga dan sekitarnya sebelum menaikinya agar tidak terjadi kecelakaan .
Pekerja terkena percikan karat pada saat melakukan chipping karena tidak
Code of Safe
Working Practice for Merchant Seafarers Chapter 8 aturan 8.7
Code of Safe Working Practice for
Merchant Seafarers Chapter 8 aturan 8.7
Sesuaikan kacamata dengan lingkungan
memakai safety googles.
Face and Eye Protection
Fungsi alat pelindung mata adalah untuk melindungi mata dari paparan bahan kimia berbahaya, paparan partikel-partikel yang melayang di udara dan di badan air, percikan benda- benda kecil, panas, atau uap panas.
Face and Eye Protection . Dalam memilih pelindung mata, harus diperhatikan bentuk dan tingkat bahaya yang dihadapi dan kemampuan pelindung.
kerja untuk mendapatkan perlindungan maksimal.
Pekerja melaksanakan pengecatan di
permukaan yang tinggi tanpa menggunakan safety harness.
Code of Safe
Working Practice for Merchant Seafarers Chapter 8 Aturan 8.10 Protection from Falls
Safety Harness.
Safety Harness merupakan tali pengaman digunakan crew yang bekerja, di
Code of Safe Working Practice for
Merchant Seafarers Chapter 8 Aturan 8.10 Protection from Falls
Safety Harness.
Semua personel yang bekerja di ketinggian (yaitu dalam posisi apa pun dari mana
- Semua pekerja sebelum melakukan kegiatan bekerja diatas ketinggian harus sudah mendapat pelatihan
“berkerja di
luar atau di bawah deck atau tempat lain yang terdapat resiko terjatuh dari
ketinggian 2 meter atau lebih.
ada kejatuhan) harus menggunakan safety harness.
ketinggian”.
- Semua peralatan penahan dan pencegah jatuh serta peralatan pendukung harus dalam kondisi baik dan sudah diinspeksi sebelum digunakan.
Tangki kendaraan bocor saat bongkar muat kendaraan.
SMPM
Pengoperasian Kapal dan Penilaian Resiko No. JL-10-07.
Mengevaluasi kembali persiapan bagian deck, beritahu pemilik kendaraan, bersihkan tumpahan minyak dengan pasir atau serbuk gergaji.
SMPM
Pengoperasian Kapal dan Penilaian Resiko No. JL-10-07.
Sebelum kapal siap untuk bongkar muat laporkan kepada petugas darat dan konfirmasi tentang jenis dan jumlah kendaraan, agar
Pekerja melakukan pengecekan kendaraan sebelum kapal siap berangkat dan
melaporkan ke perwira jaga bahwa situasi aman.
petugas darat dapat menyiapkan segala sarana sesuai prosedur menerima dan membongkar kendaraan.
Pekerjaan Code of Safe Code of Safe -Jangan berdiri
dekat tali atau gulungan dibawah tekanan dan harus bebas dari zona snap – back.
-Semua alat dan peralatan yang digunakan harus diperiksa dan dirawat secara teratur.
mooring/unmooring Working Practice for Working Practice for harus menggunakan Merchant Seafarers Merchant Seafarers alat pelindung diri Chapter 26 aturan Chapter 26 aturan (APD). 26.3.1 Introduction. 26.1.1 Introduction.
Selama operasi Semua Pelaut yang mooring/ unmooring terlibat dalam operasi tersebut harus penambatan, tambat mengenakan pakaian dan penarik harus pelindung, termasuk diberi instruksi helm pengaman, tambahan tentang sepatu keselamatan, peralatan khusus dan dan sarung tangan. konfigurasi tambatan
yang digunakan diKapal.
1. Rekomendasi perbaikan.
Pengendalian resiko atau usulan perbaikan dilakukan berdasarkan hazard (potensi bahaya) yang terjadi. Penulis menganalisis dan memberikan rancangan perbaikan untuk semua sumber bahaya yang ada.
Ini bertujuan agar semua permasalahan dari sumber bahaya yang ada didapatkan solusinya. Dengan adanya usulan pengendalian resiko yang diberikan nanti perusahaan/ kapal dapat mengurangi tingkat kecelakaan dan mencegah adanya kecelakaan yang serupa lagi dengan sebelumnya.
Berikut merupakan cara pengendalian supaya resiko kegiatan diatas kapal tidak terjadi yaitu:
1. Pentingnya peningkatan pengawasan oleh Nahkoda maupun Chief Officer terhadap seluruh kegiatan operasional di atas kapal KMP. Athaya..
2. Anak Buah Kapal dalam melaksanakan pekerjaan wajib focus dan konsentrasi dalam berkerja untuk menghindari resiko kecelakaan.
3. Anak buah kapal yang tidak menggunakan Personal Protective Equipment harus diberi sanksi
4. Anak buah kapal diharapkan dapat saling mengingatkan dengan rekan kerja lainnya saling memberikan motivasi agar selalu menggunakan Personal Protective Equipment secara lengkap dan sesuai prosedur pada saat bekerja.
5. Anak Buah Kapal wajib menguasai tugas dan tanggung jawab serta komitmen dalam melaksanakannya.
6. Kedisiplinan Anak Buah Kapal dalam menerapkan prosedur keselamatan
Dari semua pengamatan yang diambil oleh penulis, dapat dikatakan bahwa awak kapal beraktivitas dan bekerja sehari – hari tidak menggunakan alat keselamatan yang ada atau menyepelekan keselamatan pada diri sendiri dan dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Demi meningkatkan kualitas dan kelancaran saat bekerja awak kapal dituntut untuk mematuhi segala peraturan yang ditetapkan di kapal.
Ditempat penulis praktek penggunaan safety equipment pada awalnya di sepelekan. Tetapi saat penulis menerapkan penggunaan safety equipment di kapal, seluruh awak kapal mulai membenahi safety equipmentnya masing – masing.
Berikut prosedur keselamatan dan kesehatan pekerja yang ada diKMP.
Athaya.
1. Pencegahan Kebakaran.
a) Merokok.
b) Merokok hanya diperbolehkan pada tempat yang disediakan.
c) Pastikan puntung rokok dan batang korek api telah mati saat dibuang keasbak atau kotak sampah.
2. Perlengkapan listrik dan lain – lain.
a) Orang yang tidak berwenang tidak boleh menangani pekerjaan yang terkait dengan peralatan dan perlengkapan listrik.
b) Semua kejadian kerusakan listrik segera dilaporkan kepada ahli listrik atau mereka yang diberi wewenang untuk penanganan listrik.
c) Setiap saluran listrik tidak boleh dibebani melebihi kapasitasnya karena dapat menyebabkan kebakaran.
3. Alat Pelindung Diri (PPE- Personal Protective Equipment).
Setiap karyawan harus mempergunakan alat pelindung diri (APD) apabila melakukan kegiatan dan atau dilokasi yang berpotensi bahaya. Alat pelindung diri yang dapat digunakan, antara lain:
a) Helmet fungsinya, Untuk melindungi kepala terhadap benturan dengan benda keras.
b) Pelindung telinga fungsinya, Melindungi telinga jika bekerja dilingkungan yang memiliki tingkat kebisingan yang tinggi.
c) Pelindung Muka dan Mata fungsinya, Melindungi mata dari cahaya atau benda yang membahayakan mata.
d) Pelindung Pernafasan funsinya, Untuk lingkungan yang memiliki resiko debu dan polusi yang tinggi.
e) Sarung Tangan (Gloves) fungsinya, Melindungi tangan dari panas, benda kasar atua bahan – bahan kimia berbahaya.
f) Sepatu Kerja (Safety Shoes) fungsinya, Melindungi kaki dari barang – barang berbahaya.
g) Tali Pengikat ( Body Hermes) fungsinya, Pengikat badan untuk pekerjaan di ketinggian.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan hasil analysis serta pembahasan dapat disimpulkan bahwa pemetaan identifikasi resiko kegiatan diatas kapal dengan menggunakan metode Hazop Analysis didapatkan Bahaya yang paling dominan yaitu resiko (Ekstrim) yang teridentifikasi dari 9 sumber hazards (pengecatan, mengetok, pengelasan, mooring/ unmooring, lego jangkar, perompak, bongkar muat kendaraan, polusi dilaut, kebakaran). Pekerjaan yang dapat menyebabkan kecelakaan paling dominan atau sering terjadi yaitu pada pekerjaan Mooring/ Unmooring persentase 71%. Evaluasi dan pengendalian resiko yang sesuai dengan tingkat resiko bahaya dengan konsistensi kepatuhan penerapan Standart Operational Prosedur (SOP) dan intruksi kerja yang berlaku diatas Kapal.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diatas kapal KMP.
Athaya maka saran yang dapat diberikan oleh penulis yaitu:
1. Untuk pihak kapal terutama Nahkoda agar memberikan pemahaman kesadaran akan bahaya terhadap pekerjaan jika tidak memakai alat keselamatan.
2. Sebelum melaksanakan kerja, lakukan briefing/safety meeting terlebih dahulu oleh Nahkoda maupun Chief Officer.
3. Saling mengingatkan antara anak buah kapal tentang penerapan safety equipment.
4. Fokus dalam bekerja.
5. Waspada dan berhati-hati saat bekerja di tempat yang berbahaya.
6. Apabila safety equipment tidak berfungsi semestinya atau rusak segera laporkan ke Bosun ataupun Chief Officer.