• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 1 Pendahuluan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Bab 1 Pendahuluan"

Copied!
257
0
0

Teks penuh

Salah satu bentuk kebijakan dan standardisasi teknis di bidang sumber daya dan perangkat pos dan informatika adalah pengelolaan spektrum frekuensi radio yang efektif sebagai media akses utama jaringan broadband. Tahapan ini penting untuk dapat benar-benar menunjukkan kepada masyarakat ruang lingkup sektor sumber daya dan perangkat pos dan informatika. Sumber data yang digunakan dalam penyajian Data Statistik Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Semester 1-2014 berasal dari berbagai sumber yang disetujui dan dapat digunakan untuk keperluan publikasi.

Bab 2

Profil Direktorat Jenderal Sumber Daya dan  Perangkat Pos dan Informatika

  • Organisasi Kementerian Komunikasi dan Informatika
  • Dir Direkto
  • Unit Pelaksana Teknis (UPT)
    • UPT Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi (BBPPT)
    • UPT Bidang Monitor Spektrum Frekuensi Radio
  • Pelayanan Publik Ditjen SDPPI
  • Sertifikasi Kelembagaan
  • Telepon dan Faksimil
  • Surat Elektronik

Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu: . 1) UPT Balai Besar Pengujian dan Peralatan Telekomunikasi (BBPPT) dan 2) UPT Bidang Pemantauan Spektrum Frekuensi Radio. Balai Uji Perangkat Telekomunikasi merupakan unit pelaksana teknis di lingkungan. bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika. Balai Pengujian Perangkat Telekomunikasi pada saat melakukan pengujian dan kalibrasi alat/perangkat telekomunikasi mengacu pada spesifikasi teknis dari Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Peraturan Spesifikasi Teknis), Standar Nasional Indonesia (SNI) dan referensi internasional tersebut. sebagai. ISO, ETSI, RR, ITU, IEC.

Tabel 2.1. UPT Bidang Monitor Spektrum Frekuensi Radio di seluruh kota di Indonesia  No  UPT Bidang Monitor 
Tabel 2.1. UPT Bidang Monitor Spektrum Frekuensi Radio di seluruh kota di Indonesia  No  UPT Bidang Monitor 

Sumber Daya Manusia

Jumlah Pegawai

Latar belakang pendidikan pegawai di Direktorat Jenderal SDPPI memegang peranan penting dalam keputusan penempatan pegawai dan pengembangan jenjang karir baik secara struktural maupun fungsional. Latar belakang pendidikan pegawai Ditjen SDPPI bervariasi, mulai dari lulusan non sarjana hingga jenjang doktor. Keadaan latar belakang tingkat pendidikan masing-masing unit kerja disesuaikan dengan kebutuhan kompetensi pada unit kerja terkait sebagai wujud keseriusan dan profesionalisme Direktorat Jenderal SDPPI dalam optimalisasi aset sumber daya manusia sebagai salah satu strategi keunggulan kompetitif. berdasarkan kompetensi dan fokus.

Gambar 3.3.  Trend Jumlah Pegawai di Setiap Unit Kerja 
Gambar 3.3.  Trend Jumlah Pegawai di Setiap Unit Kerja 

Pegawai Unit Pelaksana Teknis Ditjen SDPPI  1. Jumlah dan komposisi pegawai

  • Pegawai UPT Monitor Spektrum Frekuensi Radio (UPT Monfrek)
  • Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)
  • Pejabat Fungsional Pengendali Spektrum Frekuensi Radio

Jumlah pejabat fungsional yang mengendalikan frekuensi ini berbeda-beda antar UPT Monfrek dan tidak berbanding lurus dengan jumlah pegawai UPT Monfrek. Data perbandingan jumlah pejabat pengendali fungsional tahun 2012 sampai dengan semester 1 tahun 2014 disajikan pada tabel 3.10. Berdasarkan data pada tabel 3.10, UPT Monfrek Semarang dengan jumlah pegawai yang cukup banyak yaitu 45 orang, hanya mempunyai 16 orang pejabat fungsional pengatur frekuensi, yaitu penambahan 1 orang pada semester 1 – 2013.

Tabel 3.6.    Jumlah Pegawai UPT* Ditjen SDPPI Menurut Jenjang Tingkat Pendidikan 
Tabel 3.6.    Jumlah Pegawai UPT* Ditjen SDPPI Menurut Jenjang Tingkat Pendidikan 

Peraturan Perundang-Undangan

Jumlah Peraturan Perundang‐Undangan

PERATURAN TAHUN 20 PERATURAN TROPOSCA TAHUN 20 PERATURAN TAHUN 20 D PERATURAN KECELAKAAN TELEVISI TERRESTRI TAHUN 20 U.R. G PERSYARATAN REPUBLIK KOMUNIS INDONESIA G PERSYARATAN PENGEMBANGAN ALAT D RABASE UNTUK RENCANA GENERASI STA D KOMUNI RI Babice do d yes Gambarnya pe. Menteri KASI DAN ROTAN TEKNIS.

PERATURAN  MENTERI  KOMUNIKASI  DAN  INFORMATIKA  NOMOR  5  TAHUN  2014  TENTANG  PERSYARATAN  TEKNIS  PERANGKAT  INTEGRATED

PERATURAN  MENTERI  KOMUNIKASI  DAN  INFORMATIKA  NOMOR  9  TAHUN  2014  TENTANG  PERSYARATAN  TEKNIS  ALAT  DAN  PERANGKAT

  • Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika
    • CDMA 450
    • CDMA 800
    • DCS 1800
    • UMTS (WCDMA) 2.100

Secara keseluruhan, ruang lingkup penyajian data statistik di bidang pengelolaan sumber daya spektrum frekuensi radio meliputi. Oleh karena itu, penggunaan spektrum frekuensi radio harus sesuai dengan peruntukannya dan tidak saling mengganggu. Spektrum frekuensi radio sebagai sumber daya alam yang terbatas harus dikelola secara efektif dan efisien.

Perencanaan penggunaan spektrum frekuensi radio yang dinamis dan menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan teknologi. Ketentuan teknis penggunaan pita frekuensi radio 5,8 GHz untuk layanan broadband nirkabel adalah sebagai berikut. Setiap pengguna pita frekuensi radio 5,8 GHz dibatasi penggunaan dayanya sesuai dengan ketentuan penggunaan berikut ini.

Izin penggunaan spektrum frekuensi radio mengatur penggunaan spektrum frekuensi radio dalam bentuk pita frekuensi radio atau saluran frekuensi radio (ayat kedua Pasal 17). BHP untuk Izin Spektrum Frekuensi Radio (IPSFR) yang terdiri atas biaya dimuka dan biaya IPSFR tahunan. Saluran frekuensi radio adalah bagian dari pita frekuensi radio yang ditetapkan kepada suatu stasiun radio (paragraf ketujuh Pasal 1).

Izin penggunaan spektrum frekuensi radio meliputi: Izin pita frekuensi radio (BHP-Band), Izin stasiun Radio (BHP-ISR), dan izin kelas (Pasal 3).

Tabel 4.5   Jumlah  Peraturan  Perundang‐Undangan  menurut  bidang  dan  jenis  terkait  SDPPI  Periode 2011 s.d. Semester‐1 Tahun 2014.   
Tabel 4.5   Jumlah  Peraturan  Perundang‐Undangan  menurut  bidang  dan  jenis  terkait  SDPPI  Periode 2011 s.d. Semester‐1 Tahun 2014.   

BRIFIC 2760

BRIFIC 2761

BRIFIC 2762

BRIFIC 2763

Tabel 6.1 menunjukkan bahwa pengguna pita frekuensi HF ini mengalami penurunan dari Semester-1 tahun 2011 ke Semester-1 tahun 2014. Tabel 6.1 menunjukkan bahwa pengguna pita frekuensi VHF ini meningkat dari Semester-1 tahun 2011 menjadi semester -1 tahun 2014. Tabel 6.1 menunjukkan bahwa pengguna pita frekuensi UHF ini secara umum meningkat dari semester 1 tahun 2011 ke semester 1 tahun 2014.

Berdasarkan Gambar 6.2 Semester-1 Tahun 2014, pengguna saluran frekuensi tetap (publik) kembali meningkat dan diharapkan pada tahun depan penggunaan saluran frekuensi tetap (publik) meningkat pesat. Pangsa pengguna kanal frekuensi kategori satelit mengalami penurunan dari Semester-2 2013 dari 0,15% menjadi 0,13% pada Semester-1 2014. Pada Semester-1 2014, pangsa pengguna pita frekuensi ISR ​​terbesar pada bandwidth SHF adalah terletak di Pulau Jawa sebesar 71,64%.

Jumlah dan Persentase Pengguna Pita Frekuensi ISR ​​di Pulau Besar Berdasarkan Bandwidth Frekuensi Semester-1 Tahun 2014. Berdasarkan Tabel 6.12 Penggunaan kanal frekuensi terbesar terdapat di Pulau Jawa yaitu 226.619 pengguna pada Semester -1 Tahun 2014. Pulau terbesar dengan frekuensi pengguna saluran terendah pada Semester-1 tahun 2014 adalah Maluku dan Papua sebanyak 7.186 pengguna.

Jumlah dan Persentase Pengguna Saluran Frekuensi ISR ​​di Pulau Besar Berdasarkan Bandwidth Frekuensi Semester-1 Tahun. Pengguna frekuensi radio AM terbesar di Indonesia adalah Sumatera Utara dengan 28 pengguna pada semester I tahun 2014. Sisi positifnya adalah tingkat pemanfaatan saluran frekuensi FM di Jawa Timur dan Jawa Tengah pada semester I tahun 2014 mengalami peningkatan yang signifikan.

Tabel 5.17. Daftar Pengguna Satelit Asing hingga Semester-1 tahun 2014.
Tabel 5.17. Daftar Pengguna Satelit Asing hingga Semester-1 tahun 2014.

Bab 7

Bidang Pengendalian Sumber Daya dan  Perangkat

Monitoring dan Penertiban Frekuensi Perangkat Telekomunikasi

  • Monitoring Penggunaan Frekuensi
  • Monitoring dan Penertiban Frekuensi
  • Laporan Gangguan Frekuensi

Dari kegiatan pemantauan yang dilakukan selama semester I tahun 2014, UPT yang menyampaikan laporan pemantauan menunjukkan adanya penggunaan frekuensi dan/atau gangguan. Pada kelompok yang mengamati penggunaan frekuensi yang tidak tepat, pita frekuensi SHF mempunyai persentase ketidaksesuaian yang cukup tinggi yaitu sebesar 25,45%. Pada kelompok yang mengamati penggunaan frekuensi yang tidak sesuai, terdapat satu layanan yang persentase penyimpangannya cukup tinggi, yaitu Layanan Tetap (21,01%).

Hasil yang diperoleh menunjukkan total pelanggaran penggunaan frekuensi yang ditemukan seluruh UPT Monfrek berjumlah 930 pelanggaran. Jumlah tersebut jauh lebih sedikit dibandingkan total pelanggaran penggunaan frekuensi pada semester 2 tahun 2013 yang berjumlah 2.722 pelanggaran. Pelanggaran penggunaan frekuensi tertinggi pada Semester-1 2014 diperoleh oleh UPT Monfrek Yogyakarta yang berstatus Observatorium Kelas 2 dengan jumlah pelanggaran sebanyak 232 pelanggaran.

Frekuensi pelanggaran tertinggi berikutnya ditemukan oleh UPT Monfrek Balikpapan dengan total 215 pelanggaran. Laporan gangguan frekuensi relatif tinggi ini sesuai dengan temuan pelanggaran frekuensi relatif tinggi di kedua UPT Monfrek seperti terlihat pada Tabel 7.5. Tiga jenis frekuensi yang paling sering mengalami gangguan pada semester I tahun 2014 adalah, berdasarkan jumlah gangguan terbanyak, yaitu gangguan penggunaan frekuensi untuk kelonggaran (58), frekuensi telepon seluler (29) dan frekuensi untuk telepon seluler (29). penerbangan (29).

Pola ini sedikit berbeda dibandingkan jumlah gangguan frekuensi yang paling banyak ditemukan pada semester II tahun 2013, yaitu gangguan penggunaan frekuensi konsesi (37), frekuensi seluler (36) dan microwave link/MWL (33).

Tabel 7.1. Rekapitulasi Hasil Monitoring oleh  masing‐masing UPT Semester‐1 Tahun 2014 
Tabel 7.1. Rekapitulasi Hasil Monitoring oleh  masing‐masing UPT Semester‐1 Tahun 2014 

M Selain  m

  • Monitoring Sertifikasi Alat/Perangkat Telekomunikasi

192 Pada Semester-1 Tahun 2014 telah dilakukan pemantauan dan pengendalian, antara lain pemantauan terhadap sertifikasi alat/perangkat telekomunikasi berupa verifikasi/pengendalian standardisasi perangkat pos dan informatika, verifikasi pelayanan purna jual pos dan informatika. perlengkapan teknologi dan pengendalian alat dan perangkat teknologi pos dan informatika secara terpadu. Berdasarkan hasil verifikasi dan pengendalian yang dilakukan terhadap peralatan yang digunakan oleh pemasok dan pengguna, tingkat kepatuhan terhadap sertifikasi dan pelabelan peralatan yang digunakan cukup tinggi. Artinya 81,44% alat/perangkat yang digunakan penyelenggara merupakan alat/perangkat yang tersertifikasi dan diberi label.

Ketidakpatuhan terhadap sertifikat kepemilikan alat dan perangkat yang paling banyak terjadi di daerah adalah berupa penggunaan alat/perangkat yang tidak bersertifikat. Jika dilihat dari kelompok jenis alat dan perangkatnya, sebagian besar alat/perangkat yang belum mempunyai sertifikat adalah alat/perangkat Akses. Hal ini sejalan dengan proporsi jenis alat/perangkat yang dipantau di tempat mayoritas perangkat akses berada.

Pada Semester 1 tahun 2014, proporsi alat/perangkat CPE yang bersertifikat dan berlabel mencapai 94,4%, dan hanya 5,6% yang belum bersertifikat. Dibandingkan dengan tingkat pemenuhan sertifikat berdasarkan waktu, seluruh jenis perangkat pada Semester-1 2014 berkinerja baik. Pada semester 1 tahun 2014, tingkat kepatuhan seluruh jenis peralatan lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 (semester 1 dan 2).

Hasil verifikasi alat dan perangkat pos dan TI Semester-1 2014. ada/salah) (kadaluarsa. sah) (tanpa sertifikat).

Gambar  7.7.  menyajikan  data  tingkat  kepatuhan  sertifikat  dan  label  alat  dan  perangkat  menurut jenis perangkat pada semester 1  dan 2  tahun 2013 serta Semester‐1 Tahun 2014.  
Gambar  7.7.  menyajikan  data  tingkat  kepatuhan  sertifikat  dan  label  alat  dan  perangkat  menurut jenis perangkat pada semester 1  dan 2  tahun 2013 serta Semester‐1 Tahun 2014.  

Kondisi Sumber Daya dan Beban Kerja UPT Monitoring Frekuensi

  • Kondisi Perangkat Monitor Spektrum Frekuensi Radio

Hal ini juga terdapat pada UPT Monfrek di Pulau Jawa dengan wilayah geografis yang tidak terlalu luas. Kondisi ini disebabkan semakin besarnya beban pemantauan yang dilakukan UPT Monfrek di Pulau Jawa. Di UPT Monfrek Pulau Jawa, jumlah stasiun, jumlah BTS dan jumlah frekuensi radio siaran jauh lebih banyak dibandingkan di daerah lain.

Kondisi ini menyebabkan beberapa UPT Monfrek memerlukan peralatan monitoring yang lebih banyak dibandingkan UPT Monfrek lainnya. Misalnya, UPT Monfrek Kupang dan UPT Monfrek Samarinda memiliki peralatan meteran dan jenis layanan stasiun meteran yang lebih banyak dibandingkan UPT Monfrek lainnya karena kondisi geografis wilayah operasinya. Lain halnya dengan UPT Monfrek Medan yang terletak di kota besar dan memiliki jangkauan operasi yang cukup luas serta intensitas penggunaan frekuensi yang tinggi, juga memerlukan dukungan peralatan pemantauan yang lengkap dan jenis layanan stasiun pemantauan yang relatif lebih banyak dibandingkan UPT lainnya.

Jumlah unit pemantauan di suatu wilayah juga harus memperhitungkan jumlah wilayah perkotaan yang berada di wilayah kerja suatu UPT Monfrek. Berdasarkan hal tersebut, beberapa UPT peralatan monitoring dan layanan frekuensi Monfrek mempunyai kapasitas yang tinggi. Ketiga provinsi tersebut menunjukkan peralatan pemantauan dan jenis layanan stasiun pemantauan yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan UPT Monfrek lainnya.

UPT Monfrek Kupang, UPT Monfrek Jayapura dan UPT Monfrek Merauke mempunyai alat pemantauan yang semakin beragam karena ruang lingkup pemantauan UPT Monfrek mempunyai kondisi geografis yang sulit sehingga memerlukan peralatan tambahan untuk tugas pemantauan yang dilakukan.

Tabel  7.9  menunjukkan  jumlah  perangkat  monitor  spektrum  frekuensi  radio  yang  berada  dan  tersebar  di  35  UPT  di  seluruh  Indonesia.  Perangkat  monitor  spektrum  frekuensi  radio  yang  ditempatkan  di  UPT  tersebut  terdiri  dari  All  Ba
Tabel  7.9  menunjukkan  jumlah  perangkat  monitor  spektrum  frekuensi  radio  yang  berada  dan  tersebar  di  35  UPT  di  seluruh  Indonesia.  Perangkat  monitor  spektrum  frekuensi  radio  yang  ditempatkan  di  UPT  tersebut  terdiri  dari  All  Ba

Bab 8. Bidang Standardisasi Perangkat

  • Penerbitan Sertifikat
    • Perkembangan Penerbitan Sertifikat Alat dan Perangkat
    • Penerbitan Sertifikat Menurut Kelompok Jenis Perangkat

Penyajian data sertifikasi juga menggambarkan sebaran jumlah alat dan perangkat bersertifikat menurut negara asal alat dan perangkat, serta fluktuasi bulanan penerbitan sertifikat perangkat untuk setiap jenis sertifikat. Penerbitan sertifikat alat dan perangkat merupakan salah satu tolak ukur kinerja satuan kerja Direktorat Standardisasi Perangkat Pos dan Informatika. Penerbitan sertifikat alat dan perangkat dilakukan terhadap alat dan perangkat yang telah lulus proses pengujian.

Penerbitan sertifikat alat dan perangkat idealnya sejalan dengan proses pengujian alat dan perangkat yang dilakukan oleh Balai Pengujian Perangkat Telekomunikasi. Dengan kata lain, proses legalisasi alat dan perlengkapan untuk masuk dan beredar di Indonesia harus didukung dengan proses pengujian yang cepat dan terkendali, serta proses penerbitan sertifikat dari hasil rapid test. Berdasarkan Tabel 8.1 dapat dijelaskan bahwa secara umum pada setiap semester sejak Semester-1 Tahun 2009 sampai dengan Semester-1 Tahun 2014, penerbitan Sertifikat Baru jauh lebih banyak dibandingkan jenis sertifikat lainnya.

Jika dibandingkan setiap tahun penerbitan sertifikat baru pada semester-1, terlihat bahwa pada tahun 2014, jumlah sertifikat baru yang diterbitkan pada semester-1 pada tahun 2014 lebih banyak dibandingkan dengan sertifikat yang diterbitkan pada semester-1 pada 5 (lima) tahun sebelumnya. bertahun-tahun. Tabel 8.2 menunjukkan bahwa pada saat penerbitan sertifikat alat dan perangkat, menurut kelompok jenis perangkat, pada Semester-1 2014, perangkat pengguna nirkabel (CPE) merupakan sertifikat alat dan perangkat yang paling banyak diterbitkan. Sertifikasi alat dan perangkat pengguna nirkabel (CPE) sangat dominan dibandingkan jenis perangkat lainnya.

Kelompok alat dan perlengkapan lain yang banyak diterbitkan sertifikatnya pada Semester 1 Tahun 2014 adalah untuk jenis peralatan Transmisi yaitu sebanyak-banyaknya.

Tabel 8.1. Jumlah Penerbitan Sertifikat Persemester Berdasarkan Jenis Sertifikat Tahun  2009 sampai dengan Semester‐1 Tahun 2014 
Tabel 8.1. Jumlah Penerbitan Sertifikat Persemester Berdasarkan Jenis Sertifikat Tahun  2009 sampai dengan Semester‐1 Tahun 2014 

Gambar

Tabel 2.6. Sertifikasi Mutu ISO untuk pelayanan yang dimiliki unit kerja di Ditjen SDPPI 
Tabel 2.3. Indeks Integritas Pelayanan Publik (IIPP) unit layanan publik di lingkungan Ditjen        SDPPI 
Tabel 3.1. Perbandingan jumlah pegawai Ditjen SDPPI menurut unit kerja   semester ‐  I tahun 2014 
Tabel 3.6.    Jumlah Pegawai UPT* Ditjen SDPPI Menurut Jenjang Tingkat Pendidikan 
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER) dan Net Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan