• Tidak ada hasil yang ditemukan

(1)BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERSAINGAN USAHA DAN PENGAMBILALIHAN SAHAM A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "(1)BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERSAINGAN USAHA DAN PENGAMBILALIHAN SAHAM A"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

Hukum persaingan usaha adalah hukum yang mengatur interaksi perusahaan atau pelaku usaha di pasar dan perilakunya. Persaingan usaha tidak sehat dapat dipahami sebagai keadaan persaingan antar pelaku usaha yang melakukan usaha secara tidak sehat. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 Angka 6 UU No. 5 Tahun 1999, “persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam melakukan kegiatan produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa, yang dilakukan secara tidak sehat atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha 15.

Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk bersama-sama menguasai produk dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dapat menimbulkan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.” 31 tercantum dalam Pasal 9 UU No. 5 Tahun 1999 “Pelaku usaha dilarang mengadakan perjanjian dengan pelaku usaha pesaing dengan tujuan membagi wilayah pemasaran atau peruntukan pasar atas barang dan atau jasa sehingga menimbulkan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat”. 5 Tahun 1999 “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya, yang bertujuan untuk mempengaruhi harga dengan mengatur produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat”.

Kegiatan yang dilarang yang menghambat persaingan usaha adalah

Dari Pasal 16 dapat ditarik kesimpulan bahwa perjanjian dengan pihak asing yang dilarang adalah perjanjian yang dibuat oleh pelaku usaha dengan perjanjian yang mengandung syarat-syarat yang tidak adil atau dapat menimbulkan praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat. Salah satu syarat utama yang dapat dikatakan terjadinya pemusatan kekuatan ekonomi adalah telah adanya dominasi nyata suatu pasar bersangkutan, sehingga barang atau jasa yang diperdagangkan tidak lagi mengikuti hukum ekonomi permintaan dan penjualan, melainkan ditentukan secara eksklusif. oleh satu atau lebih pelaku ekonomi yang mengendalikan pasar 51. Dengan posisi dominan yang dimiliki pembeli, mereka dapat memaksa penjual untuk menyepakati harga dan persyaratan.

Monopsoni diatur dalam poin 18 UU No. 5 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa “Pelaku usaha dilarang menguasai penerimaan pasokan atau menjadi satu-satunya pembeli barang dan/atau jasa di pasar bersangkutan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.” 54. Digerakkan oleh seorang pelaku usaha atau sekelompok pelaku usaha atau bertindak sebagai pembeli tunggal Penguasaan pasar merupakan keinginan sebagian besar pelaku usaha karena penguasaan pasar yang cukup besar mempunyai potensi positif dengan kemungkinan tingkat keuntungan yang dapat diraih oleh pelaku usaha. aktor.

Dalam UU No. 5 Tahun 1999 tidak dijelaskan pengertian larangan penguasaan pasar, namun dijelaskan dalam Pasal 19, 20, dan 21 UU No. 5 Tahun 1999. Menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan usaha yang sama di pasar bersangkutan; atau. Kolusi adalah suatu bentuk kerjasama komersial antar pelaku usaha dengan tujuan menguasai pasar bersangkutan demi kepentingan para pelaku usaha yang bersekongkol.

Secara teoritis, dapat dikatakan bahwa konspirasi ini dapat dibedakan antara konspirasi intra-perusahaan dan konspirasi paralel yang disengaja. Kolusi intraperusahaan terjadi ketika dua pihak atau lebih dalam satu perusahaan yang sama mengadakan perjanjian untuk melakukan tindakan yang dapat menghambat persaingan, misalnya suatu perusahaan mempunyai divisi yang berbeda dimana masing-masing divisi bertanggung jawab atas jenis produksi yang berbeda namun masih dalam satu unit. badan hukum.

Posisi Dominan yang menghambat persaingan usaha adalah

Dalam hal ini, jika pasar didominasi oleh beberapa perusahaan besar, maka pasar tersebut dikatakan pasar oligopoli. dan/atau jasa pesaing, baik dari segi harga maupun kualitas; Suatu pelaku usaha atau sekelompok pelaku usaha menguasai 50% (lima puluh persen) atau lebih pangsa pasar suatu jenis barang atau jasa tertentu, atau. Dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai 75% (tujuh puluh lima persen) atau lebih pangsa pasar suatu jenis barang atau jasa tertentu.

Menetapkan syarat-syarat dengan tujuan untuk mencegah dan atau menghalangi konsumen memperoleh barang dan/atau jasa yang bersaing, baik dari segi harga maupun kualitas. Pada posisi dominan, dimana pelaku usaha tidak memiliki pesaing yang signifikan pada pasar bersangkutan yang diukur dari pangsa. Dalam hal bentuk-bentuk penyalahgunaan posisi dominan seperti di atas berpotensi menimbulkan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, maka indikasi pertama yang dapat dijadikan acuan untuk mengungkap penyalahgunaan posisi dominan adalah harga-harga yang cenderung naik tanpa fluktuasi dan margin keuntungan perusahaan.perusahaan yang menguasai pangsa pasar sangat tinggi, di atas normal.

Dapat disimpulkan bahwa dampak dari penyalahgunaan posisi dominan adalah harga barang di pasar akan semakin tinggi dan penawaran barang akan semakin sedikit. Berdasarkan ketentuan UU No. 5 Tahun 1999, bahwa posisi dominan yang dilarang dalam dunia usaha dikategorikan dalam 4 (empat) bentuk sebagai berikut. Dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai 75% (tujuh puluh lima persen) atau lebih pangsa pasar suatu jenis barang atau jasa tertentu.

Secara bersama-sama mereka dapat menguasai pangsa pasar suatu barang dan/atau jasa tertentu, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.” Posisi dominan akibat merger, konsolidasi, dan pengambilalihan Merger atau konsolidasi suatu badan usaha dilarang jika tindakan tersebut hal tersebut dapat mengakibatkan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

Pendekatan “Per Se Illegal” dan “ Rule of Reason” dalam Hukum Persaingan Usaha

Pengertian pengambilalihan, Peleburan dan Penggabungan

Jadi secara sederhana konsolidasi berarti penggabungan dua perusahaan atau lebih melalui pembentukan perusahaan baru dan. Dalam bentuk ini, baik X maupun Y bubar secara sah, sedangkan seluruh harta dan kewajiban X dan Y beralih secara sah kepada Z, suatu badan baru. Jadi, merger adalah bergabungnya satu atau lebih perusahaan dengan perusahaan-perusahaan yang sudah ada menjadi satu perusahaan.

Dalam bentuk ini X melebur dengan Y, sehingga secara sah X bubar, sedangkan seluruh harta kekayaan dan. Penggabungan horizontal adalah penggabungan dua atau lebih PT yang menghasilkan produk yang sama atau serupa dan menjual di wilayah yang sama. Sedangkan merger vertikal adalah penggabungan dua perusahaan atau lebih yang mempunyai hubungan bertahap, yaitu antara perusahaan yang memproduksi barang dan perusahaan yang memasarkan barang.

Jenis-jenis Akuisisi

Dengan kata lain, perusahaan hulu di perusahaan hilir dikendalikan oleh perusahaan yang sama. Akuisisi horizontal, yaitu akuisisi yang dilakukan oleh suatu badan usaha yang masing-masing bergerak dalam bidang usaha yang sama. Akuisisi vertikal, yaitu akuisisi yang dilakukan oleh badan usaha yang bergerak di industri hilir dan hulu atau sebaliknya.

Akuisisi konglomerat, yaitu pengambilalihan badan usaha yang tidak mempunyai bidang usaha yang sama atau tidak berkaitan. Akuisisi ekuitas merupakan pengambilalihan suatu perusahaan dengan cara membeli sebagian besar saham perusahaan tersebut sehingga pihak pengakuisisi berhak menjadi pemegang saham pengendali. Seperti diketahui, saham merupakan bukti kepemilikan suatu perusahaan, sehingga otomatis pemegang saham mempunyai bagian atas kekayaan perusahaan tersebut.

Semakin besar nilai saham yang dimiliki maka semakin besar pula pengaruh pemegang saham dalam menentukan arah perusahaan. Perusahaan yang mengakuisisi tidak mempunyai hak secara sah atas kekayaan perusahaan yang diakuisisi, kecuali seluruh atau sebagian besar saham yang diakuisisi. Akuisisi parsial terjadi apabila pihak pengakuisisi membeli lebih dari 50% aset perusahaan yang akan diakuisisi, namun kurang dari 100%.

Sedangkan akuisisi penuh terjadi jika pihak pengakuisisi membeli seluruh aset perusahaan yang akan diakuisisi. Akuisisi kombinasi merupakan akuisisi perusahaan yang dilakukan dengan cara membeli saham dan aset milik perusahaan sasaran.

Larangan pemilikan saham mayoriyas beberapa perusahaan Pemilikan saham mayoritas pada beberapa perusahaan dilarang

A membeli surat utang (obligasi) yang diterbitkan oleh perusahaan B. Obligasi ini biasanya berbentuk obligasi yang dapat ditukarkan dengan saham (convertible). A dapat menukarkan obligasi yang dimilikinya dengan saham perusahaan B. 3. Larangan kepemilikan saham mayoritas pada beberapa perusahaan Dilarang memiliki kepemilikan saham mayoritas pada beberapa perusahaan Perusahaan yang mempunyai kegiatan usaha yang sama tidak dilarang berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.97. Kepemilikan sebagian besar saham suatu perusahaan oleh pelaku usaha tersebut di atas hanya dianggap melanggar Undang-undang Persaingan Usaha apabila: 98.

Memiliki saham mayoritas pada beberapa perusahaan sejenis yang menjalankan kegiatan usaha dalam bidang yang sama pada pasar bersangkutan yang sama; atau.

Konversi piutang menjadi saham

Untuk mengatasi permasalahan yang timbul dari utang-utang tersebut, pemerintah Indonesia memberikan perhatian atau prioritas terhadap restrukturisasi utang piutang bank pada sektor perbankan, mengingat sektor perbankan diibaratkan sebagai jantung perekonomian Indonesia, dimana dengan sehatnya sistem perbankan maka perekonomian negara juga bergerak ke arah positif dan akan berdampak pada seluruh sektor perekonomian. Program restrukturisasi utang biasanya diberikan kepada debitur yang pembayaran utangnya tidak lancar atau buruk, bukan karena debitur nakal atau sengaja tidak mau membayar. Kedua, adanya penilaian oleh kreditur bahwa usaha debitur merupakan usaha yang ‘Going Concern’, atau usaha tersebut masih dianggap berwawasan ke depan dan menguntungkan untuk dilanjutkan.103 Restrukturisasi korporasi bertujuan untuk meningkatkan dan memaksimalkan kinerja usaha.

Padahal tujuannya adalah untuk meningkatkan kinerja setiap kali perusahaan melakukan perbaikan, baik dalam skala kecil maupun besar. Ada beberapa jenis restrukturisasi utang perusahaan yang telah diperkenalkan dalam bisnis, antara lain: 105. Umumnya kewajiban utang ini dibeli kembali karena alasan komersial, artinya tidak selalu debitur yang harus membeli kembali utangnya, bisa juga juga investor (pihak lain) yang berkepentingan untuk mendapatkan keuntungan dari selisih harga beli kredit macet dengan apa yang masih dapat diambil debitur di kemudian hari, tentunya setelah memperhitungkan biaya bunga.

Dari sudut pandang kreditur, model Haircut ini disepakati dengan mempertimbangkan bahwa kreditur membutuhkan dana atau likuiditas dan apakah debitur tidak memiliki prospek masa depan. Yang menjadi motivasi debitur melakukan reschedule adalah para pemegang saham perusahaan debitur yang tidak ingin perusahaan tersebut melemah. Hal ini merupakan langkah yang dilakukan kreditur karena kreditur melihat dan memperhatikan bahwa perusahaan debitur yang mempunyai masalah keuangan mempunyai nilai ekonomi yang sangat baik dimasa yang akan datang.

Merupakan pengalihan harta milik debitur dimana debitur tidak mampu lagi membayar kewajibannya kepada pihak yang meminjamkan kepadanya. Debt to equity swap merupakan suatu langkah yang dilakukan oleh kreditur karena kreditur melihat dan mengamati bahwa perusahaan debitur yang mengalami masalah keuangan mempunyai nilai keuangan yang sangat baik di masa depan dan merupakan cara yang bagus bagi kreditur untuk meningkatkan keuntungan. , yaitu dengan melakukan reklasifikasi piutang yang diakui.

Referensi

Dokumen terkait

Pentignya spiritual dalam pendidikan juga dapat kita lihat dalam pengertian pendidikan yang tersurat di UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 Pasal 1, bahwa