• Tidak ada hasil yang ditemukan

(1)BAB II TINJAUAN UMUM TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "(1)BAB II TINJAUAN UMUM TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA A"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

Oleh karena itu, setelah mencermati berbagai pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang disebut dengan tindak pidana adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh undang-undang dan diancam dengan suatu delik, dimana yang dimaksud dengan perbuatan disini adalah selain perbuatan aktif (melakukan sesuatu). sebenarnya dilarang oleh undang-undang) juga. Adapun untuk membagi sekelompok benda atau orang ke dalam jenis-jenis tertentu atau mengklasifikasikannya, bisa sangat berbeda-beda sesuai dengan keinginan orang yang mengelompokkan atau mengelompokkannya, yaitu menurut dasar yang dikehendaki, begitu pula halnya dengan tindak pidana. . KUHP sendiri telah mengklasifikasikan tindak pidana atau delik ke dalam dua kelompok besar, yaitu pada buku kedua dan ketiga masing-masing pada kelompok kejahatan dan delik.

27 Lamintang, Pokok-Pokok Hukum Pidana Indonesia Edisi Ketiga, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, pasal-pasalnya diklasifikasikan menurut tujuan KUHP untuk melindungi kejahatan tersebut. A. KUHP menempatkan tindak pidana berat pada buku kedua dan pelanggaran ringan pada buku ketiga, namun tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan tindak pidana dan pelanggaran. Perbuatan formil adalah perbuatan pidana yang dirancang sedemikian rupa sehingga memberi makna bahwa hakikat pelarangan jasa yang dirancang itu adalah perbuatan tertentu.

Delik ini timbul apabila akibat yang tidak dikehendaki oleh undang-undang (yang akibat itu dapat disebabkan karena kelalaiannya. Delik aduan (klacht delict) adalah tindak pidana yang dapat dituntut apabila terlebih dahulu ada pengaduan dari orang yang berhak mengajukan aduan. pengaduan yaitu korban atau wakilnya, atau keluarga tertentu dalam perkara tertentu atau orang yang diberi kewenangan khusus untuk mengajukan pengaduan oleh orang yang berhak dan benar.

Pengertian Rumah Tangga

Apalagi hal ini diyakini merupakan aib keluarga yang tidak boleh diketahui orang lain dan sebaiknya ditutup-tutupi.38. “Perkawinan adalah ikatan jasmani dan rohani antara seorang laki-laki dan seorang perempuan sebagai suami istri dengan tujuan untuk mewujudkan keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa.” 39. Oleh karena itu, keharmonisan harus dijaga dan diupayakan agar tetap lestari (abadi). Suami istri hendaknya selalu saling menjaga agar rumah tangga tetap harmonis.

Karena perselisihan antara suami dan istri merupakan hal yang wajar, maka dari itu harus ada komunikasi yang sehat di antara keduanya. Selain itu, karena anak dan keluarga yang tinggal di rumah tersebut mempunyai karakter yang berbeda-beda, maka harus ada rasa saling pengertian, toleransi, dan saling menghargai. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan juga menentukan asas atau asas mengenai perkawinan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan perkawinan.

Asas atau asas yang tercantum dalam hukum ini antara lain mencakup bahwa tujuan pernikahan adalah untuk membentuk dan memelihara keluarga kekal. Untuk itu suami istri harus saling membantu dan melengkapi agar masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya guna mencapai kesejahteraan. Hak dan kedudukan istri seimbang dengan hak dan kedudukan suami, baik dalam rumah tangga maupun dalam masyarakat.

Dengan demikian, suami istri dapat sepakat dan memutuskan segala sesuatunya dalam rumah tangga (keluarga). Namun kenyataannya, dalam kehidupan berkeluarga yang terkesan harmonis dan bahagia, sering terjadi tindakan kekerasan. Cukup banyak kesaksian yang menunjukkan bahwa kedua perilaku tersebut, baik penuh kasih sayang maupun kekerasan, terjadi bersamaan dalam rumah tangga.

Kondisi ini menunjukkan bahwa tujuan perkawinan, yaitu mewujudkan keluarga bahagia, terkadang terhambat oleh berbagai permasalahan yang muncul antara suami dan istri. Hak dan kedudukan istri seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan kehidupan sosial bersama dalam masyarakat.

Pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Setiap tindakan terhadap seseorang, terutama perempuan, yang mengakibatkan kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan melawan hukum, penindasan atau perampasan kemerdekaan dalam lingkup rumah tangga.” Tindakan kekerasan yang dilakukan akan menimbulkan dampak dan risiko yang besar bagi perempuan atau perempuan. Oleh karena itu kekerasan terhadap perempuan atau perempuan dapat diartikan sebagai suatu perbuatan yang melanggar hukum dan hak asasi manusia, karena melukai perempuan atau perempuan secara fisik dan psikis.

Faktor Pendorong Terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga Untuk mengetahui faktor pendorong atau penyebab seseorang

Menurut ajaran ini, munculnya berbagai bentuk kejahatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang mana karakter dan lingkungan seseorang memegang peranan yang besar. Hal ini dapat diperoleh dari kasus-kasus yang pernah terjadi dan ditangani oleh lembaga bantuan hukum. Menurut lembaga bantuan hukum bagi perempuan dan keluarga, penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga dapat digolongkan menjadi 2 (dua) faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Kepribadian agresif biasanya dibentuk oleh interaksi dalam keluarga atau dengan lingkungan sosial pada masa kanak-kanak. Tidak mengherankan jika kekerasan biasanya bersifat turun-temurun, karena anak belajar menghadapi lingkungannya dari orang tuanya. Jika tindak kekerasan mewarnai kehidupan sebuah keluarga, besar kemungkinan anak-anaknya juga akan mengalami hal yang sama setelah menikah.

Sebab, mereka menganggap kekerasan adalah hal biasa atau dianggap gagal jika tidak mengulangi pola kekerasan tersebut. Perasaan kesal dan marah terhadap orang tua yang selama ini mereka tahan, pada akhirnya akan berubah menjadi tindakan kekerasan terhadap perempuan, laki-laki atau anak. Mereka yang tidak tergolong memiliki perilaku agresif bisa saja melakukan tindakan kekerasan ketika dihadapkan pada situasi yang menimbulkan frustasi, misalnya kesulitan ekonomi yang berkepanjangan, penganiayaan yang dilakukan oleh suami atau istri, keterlibatan anak dalam kenakalan remaja atau penyalahgunaan narkoba, dan lain-lain.

Faktor lingkungan lainnya seperti stereotip bahwa laki-laki dominan, tangguh dan agresif. Kebanyakan perempuan berusaha menyembunyikan permasalahan kekerasan dalam keluarganya karena merasa malu di lingkungan sosial dan tidak ingin dianggap gagal dalam pernikahannya. Perubahan tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan perempuan, terutama di kota-kota besar, juga menambah beban laki-laki.

Namun secara normatif, laki-laki adalah kepala keluarga, yang harus menafkahi keluarga dan mempunyai hak lebih dari istri. Bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga secara umum Dari berbagai kasus yang terjadi di Indonesia, berupa-.

Bentuk-Bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga Secara Umum Dari berbagai kasus yang pernah terjadi di Indonesia, bentuk-

Ayah vs. Anak perempuan; ayah kandung atau ayah tiri dan anak kandung atau anak tiri; Ia menyimpulkan bahwa dalam kasus kekerasan psikis, bentuk kekerasan dapat berupa akibat/pengaruh yang timbul dari kekerasan yaitu ancaman kekerasan. Misalnya saja mengenai status kesehatan korban, respon dalam memahami hubungan tersebut bergantung pada pola kekerasan yang menopangnya.

Pertama, padahal tindakan kekerasan psikis jauh lebih menyakitkan karena merusak kehormatan seseorang, merusak harga diri seseorang dan merusak keseimbangan jiwa, tidak merusak organ dalam tubuh atau bahkan perbuatan yang mengakibatkan kematian. Kedua, kekerasan fisik lebih mudah diukur dan dipelajari; patah tulang atau hidung berdarah lebih mudah untuk diuji dan diobati. Bentuk-bentuk kekerasan yang diuraikan di atas menunjukkan bahwa berbagai bentuk kekerasan dalam rumah tangga tidak hanya mengakibatkan penyerangan fisik yang mengakibatkan cedera atau bahkan kematian.48.

Bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga Menurut Undang Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam

Dilihat dari bunyi Pasal 44 ayat (1) sampai dengan ayat (4) tentang ancaman larangan melakukan kekerasan fisik, maka tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga dengan jenis kekerasan fisik dibedakan menjadi 4 (empat) bentuk, yaitu: 1) Kekerasan fisik yang umum. Dilihat dari rumusan Pasal 44 ayat (1) UU DPRK, maka untuk mengesahkan pasal tersebut harus dilengkapi : .. b) Mereka yang melakukan tindak kekerasan fisik. Perbuatan yang dilarang dalam pasal ini adalah melakukan perbuatan kekerasan fisik yang mengakibatkan sakitnya salah satu anggota keluarga (melahirkan.

51 Guse Prayudi, Ibid, hal.35-38. . gangguan fungsi organ tubuh manusia) atau luka berat (kualifikasi Pasal 90 KUHP). Ternyata jika pengertian 'sakit' dan.. luka berat' dalam pasal tersebut sesuai dengan pengertian dalam KUHP, maka penempatan akibat perbuatan tersebut tidak proporsional, karena 'sakit'' dan 'cedera serius' adalah konsekuensi yang kualitasnya sangat berbeda. Namun pasal ini mengancam hukuman yang sama.52. Dilihat dari rumusan Pasal 44 ayat (3) UU PKDRT, maka untuk dapat dibuktikannya pasal ini harus dipenuhi unsur-unsur sebagai berikut: .. b) Mereka yang melakukan tindak kekerasan fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1);

Perbuatan yang dilarang dalam pasal ini adalah melakukan kekerasan fisik yang menyebabkan seseorang dalam rumah tangga tersebut kehilangan nyawa. Kematian korban yang tidak disengaja oleh pelaku menjadi pembeda tindak pidana kekerasan fisik dalam UU PKDRT khususnya (tindak pidana penganiayaan dalam KUHP pada umumnya) dengan tindak pidana pembunuhan. Melihat pada kalimat kekerasan fisik yang mengakibatkan kematian pada Pasal 44 ayat. (3) UU PKDRT jelas bahwa UU ini masih membedakan antara “kekerasan fisik” dan “pembunuhan”.

Cedera serius atau kematian mungkin hanya merupakan akibat yang tidak dimaksudkan oleh penulis. Hukuman dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan tindak pidana terhadap orang yang bekerja pada orang tersebut atau yang menjadi bawahannya.” 54. Jenis kekerasan dalam rumah tangga yang kedua adalah kekerasan psikologis, sesuai dengan Pasal 5(b) UU No. UU KDRT.

Dilarang bagi siapa pun untuk melakukan kekerasan psikis, yaitu melakukan perbuatan yang menimbulkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan bertindak, perasaan tidak berdaya dan/atau penderitaan psikis yang berat pada diri seseorang.” Pasal 45 ayat (1) UU PKDRT harus dipenuhi unsur-unsur berikut untuk membuktikan pasal ini: .. b) Mereka yang melakukan perbuatan kekerasan psikis; Yang oleh karena itu dalam pasal 45 ayat (1) UU PKDRT dilarang apabila hal ini berkaitan dengan pasal 7 UU PKDRT, siapa pun yang melakukan perbuatan yang menimbulkan rasa takut, kehilangan rasa percaya diri, kehilangan kemampuan bertindak, perasaan tidak berdaya dan/atau penderitaan psikis yang berat pada diri seseorang. 2) Kekerasan psikis ringan.

Delik pokok dalam pasal ini adalah perbuatan kekerasan psikis dari pasal 45 ayat (1) UU PKDRT yaitu kekerasan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, penghilangan.

Karakteristik Pelaku dan Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga Karakteristik perempuan korban KDRT adalah sebagai berikut

Setelah mengetahui ciri-ciri pelaku dan korban KDRT, maka dapat dipahami bahwa mengungkap permasalahan KDRT sangatlah sulit. Oleh karena itu, peran serta perempuan (perempuan) sangat diharapkan dalam mengatasi masalah kekerasan dalam rumah tangga.56 8. Akibat dari kekerasan dalam rumah tangga. Kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga menimbulkan penderitaan tidak hanya bagi perempuan, namun juga anak-anaknya. A.

Referensi

Dokumen terkait

Every effort will be made by the mining operators to work out with the government plans for the administration of the industry on a basis fair and just to both, and we are sure that