• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN KARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB V PEMBAHASAN KARYA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

83

BAB V

PEMBAHASAN KARYA

5.1. Proses Penciptaan Karya

Pada pembahasan ini, peneliti akan menguraikan dan menjelaskan tentang proses penciptaan karya yang meliputi beberapa tahapan yaitu pra produksi, produksi dan pasca produksi. Penciptaan karya merupakan tahap akhir dalam penyelesaian penelitian dari peneliti selama di lapangan. Berdasarkan penelitian ini, peneliti akan membuat sebuah program karya berbentuk film dokumenter drama.

Peneliti memilih judul “Dua Suku” yang prosesnya dilakukan oleh peneliti sendiri dengan dibantu oleh teman-teman terdekat.

5.1.1. Tahap Pra Produksi

Pada tahap pra produksi, peneliti mendapatkan ide untuk membuat dokumenter. Namun setelah mencari referensi lain, dan setelah di diskusikan dengan dosen pembimbing karya, peneliti memutuskan untuk membuat dokumenter drama. Cerita ini berdasarkan dari cerita nyata pada narasumber peneliti, namun dikarenakan suatu hal, narasumber dari peneliti tidak bisa menjadi pemeran nya, akhirnya peneliti memutuskan untuk mencari pemeran lain dan mengkonsep beberapa ide cerita untuk membuat karya ini sedikit unik. Peneliti juga terinspirasi dari salah satu iklan yang sama-sama membahas tentang pernikahan, namun peneliti tetap merubah konsepnya, jadi antara karya peneliti dan inspirasi dari peneliti bukan sebuah penjiplakan karya.

Melalui karya ini, peneliti berharap agar penonton dapat menerima informasi mengenai cerita dalam dokumenter drama ini dan mengambil sisi

(2)

positifnya. Semoga film ini juga memberi manfaat untuk penonton yang mengalami hal serupa atau pun tidak dan mengubah sudut pandang orang-orang yang beranggapan bahwa perbedaan suku tidak dapat menghasilkan sebuah pernikahan yang awet.

5.1.2. Tahap Produksi

Pada tahap produksi, peneliti bertugas sebagai sutradara sekaligus penulis naskah. Sutradara memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah film, karena tugas seorang sutradara yaitu sebagai orang yang mengatur keseluruhan aspek selama proses pembuatan film. Mulai dari membuat konsep, memberi ide tentang audio dan visual, dan mengatur apa saja yang dibutuhkan dalam pembuatan film.

Penulis naskah juga sangat berperan penting dalam pembuatan sebuah film.

Karena penulis naskah lah yang paling mengerti soal cerita yang ia tulis. Ketika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan naskah, dia bisa memberi masukan agar film dapat sesuai dengan yang diharapkan. Jadi antara sutradara dan penulis naskah memiliki tugas yang sangat penting dalam sebuah proses pembuatan sebuah film.

Jadi ketika sutradara dan penulis naskah dilakukan dengan orang yang sama, dapat menghasilkan film yang baik, dan ketika ada kekurangan sutradara mampu mengubah atau memperbaiki alur cerita, serta membuat isi dan pesan pada film ini bisa sampai ke penonton, dan membuat penonton tidak takut lagi untuk menikah dengan orang yang berasal dari suku yang berbeda.

Dalam tahap produksi, peneliti harus menggunakan peralatan yang menunjang. Peneliti menggunakan satu buah kamera mirrorless untuk proses pembuatan karya, karena film yang dibuat penulis memiliki konsep yang cukup simpel dan dilakukan di indoor juga outdoor. Peneliti juga menggunakan

(3)

handphone untuk membuat video atau foto yang berfungsi untuk membuat behind the scene pada karya ini. Peralatan pendukung lainnya yang digunakan untuk proses pembuatan karya berupa Tripod, Headset, Audio Recorder, kabel, dan tentu kamera mirrorless.

5.1.3. Tahap Pasca Produksi

Proses ini dilakukan setelah proses pembuatan karya selesai. Ada beberapa proses seperti pengeditan film, pemberian suara dan musik latar. Pada tahap ini peneliti melakukan editing dibantu oleh teman terdekat.

5.2. Spesifikasi dan Deskripsi Program 5.2.1. Latar Belakang Program

Film dokumenter drama “Dua Suku” dibuat berdasarkan kisah nyata yang dialami oleh narasumber peneliti, yaitu keluarga Bapak Siswoyo dan Ibu Tita Kemala. Bapak Siswoyo merupakan kelahiran Jawa Tengah yang merantau ke Tanggerang sejak lulus sekolah dan berujung dengan perhentian perjalannya di Bandung. Bandung mempertemukan ia dengan seseorang yang kini menjadi istrinya yaitu Ibu Tita Kemala yang merupakan kelahiran Sunda. Proses pernikahan mereka tidak begitu mudah, karena adanya larangan orang tua yang masih beranggapan bahwa orang Jawa dan orang Sunda itu tidak boleh menikah, jika mereka tetap menikah maka pernikahan mereka mungkin tidak dapat bertahan lama.

Namun dengan usaha dan komunikasi yang dilakukan, Pak Siswoyo dan Ibu Tita Kemala mampu menepis mitos tersebut, dan berhasil mempertahankan pernikahan mereka yang sudah berlangsung selama 23 tahun. Melalui karya

(4)

dokumenter drama ini, peneliti berharap penonton dapat mengambil sisi positif dan mengambil hal baik lainnya yang disampaikan melalui film ini.

Pada film ini peneliti menggunakan pemeran pengganti, karena ketidakmungkinan narasumber asli untuk menjadi peran, jadi peneliti memutuskan mencari pemeran lain dan mengonsep beberapa hal yang dinggap penting bagi peneliti.

5.2.2. Tujuan Teoritis

Karya ini direncanakan dan dibuat dengan maksud memberikan informasi baru bagi dunia ilmu komunikasi khususnya dalam bidang film dan televisi, agar dapat menjadi referensi untuk kajian penelitian ilmu komunikasi dan televisi di masa yang akan datang.

5.2.3. Tujuan Praktis

Karya ini dibuat oleh peneliti memiliki dengan tujuan untuk membantu penonton agar lebih berfikiran terbuka lagi terhadap pernikahan seseorang yang berdasarkan dari suku yang berbeda. Karena pada dasarnya pernikahan yang baik berhasil di jalani karena keluarga itu memiliki komunikasi yang baik antar anggota keluarga, dan kegagalan pernikahan bukan berarti karena perbedaan suku yang membuat mereka gagal dalam mempertahankan pernikahan, namun itu semua kembali lagi pada diri seseorang masing-masing, apakah ia bisa menangani setiap permasalahannya dengan baik atau tidak.

Jadi, karya ini juga bertujuan untuk memberikan sebuah motivasi kepada penonton, bahwa sebuah perbedaan suku, budaya, ras tidak akan mejadi masalah selama mereka bisa mengkomunikasi kan semuanya dengan baik. Sebagai orang Indonesia, kita merupakan orang-orang yang lahir dan tinggal dari berbagai macam

(5)

perbedaan suku, kebudayaan yang berbeda, namun kita tetap bisa berdampingan, lalu apa alasan untuk takut melakukan pernikahan dengan orang yang berbeda suku, padahal pasti banyak hal-hal baru yang dapat kita pelajari dan petik dari suku atau kebudayaan yang lain tersebut.

5.2.4. Deskripsi Program

Film dokumenter drama dengan judul “Dua Suku” adalah sebuah film pendek ber-genre non fiksi yang menceritakan secara singkat perjalanan seorang laki-laki dan perempuan yang telah berpacaran selama 2 tahun dan telah menikah kurang lebih selama 10 tahun. Mereka merupakan orang yang berbeda suku, yang mana sang laki-laki berasal dari suku Sunda dan sang perempuan berasal dari suku Jawa. Saat berpacaran mereka pernah memiliki beberapa kendala dalam perbedaan suku, bahasa, kebiasaan, kebudayaan dan lain-lain. Walaupun mereka banyak memiliki perbedaan, tapi mereka tidak menyerah begitu saja. Mereka satu sama lain mencoba memahami pasangan mereka, dan berusaha memperbaiki hubungan mereka dengan komunikasi yang baik, menyingkirkan ego. Masing-masing tanpa disangka mereka bisa mempertahankan hubungan mereka hingga ke tahap pernikahan yang justru telah berlangsung selama 10 tahun.

Kategori Program : Informasi

Media : Televisi

Format : Dokumenter Drama Judul Program : Dua Suku

Durasi Program : 09 menit 03 detik Target Penonton : 18-35 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan

(6)

Karakteristik Produksi: Record 5.3. Laporan Produksi

Produksi dikerjakan dalam dua hari pengonsepan, tiga hari persiapan, satu hari produksi yang dimulai pada pukul 11.00 WIB sampai pukul 16.30 WIB, berlokasi di 150 Coffee & Garden. Kemudian tiga hari pengeditan, dan satu hari pengecekan kembali (evaluasi seluruh tahap dari awal pra produksi hingga pasca produksi).

5.4. Naskah Produksi

DUA SUKU

1. EXT : Farid dan Nurul berjalan di tangga dekat lampu SCENE 1

Shot 1 : Subyek adalah farid dan nurul yang berjalan sambil berpegangan tangan.

Yang mana nurul di tangga atas dan farid satu tingkat dibawahnya.

Shot 2 : Farid dan nurul berdiri di dekat kolam ikan Shot 3 : Farid dan nurul duduk sambil berbincang

SCENE 2

2. INT-Kursi : Farid dan nurul duduk di kursi utama

Shot 4 (Nurul): Pernikahan kami sudah berjalan sekitar 10 tahun, susah senang tentu pernah kami lalui.

Shot 5 : CUT IN ke foto-foto mereka

Awal pertemuan kami berjalan sangat seru, perbedaan suku yang ada pada kami, membuat aku dan dia sama- sama belajar mengenai budaya baru. Yang mana banyak sekali hal positif yang dapat aku pelajari dari budaya nya.

(Voice Over)

Shot 6 (Farid): Perbedaan yang ada pada kami justru membuat aku merasa nyaman dengannya, yang akhirnya membuat aku untuk

(7)

mengungkapkan perasaan, yang tentu saja diterima olehnya hehe.

SCENE 3

3. INT- Kursi : Farid dan Nurul duduk di kursi utama

Shot 7 (Nurul):Selama berpacaran, konflik yang terjadi karena perbedaan suku hanya sebatas salah persepsi tentang arti kata dalam bahasa Jawa dan bahasa Sunda.

Misalnya dalam bahasa jawa dahar yang berarti makan merupakan kata yang halus atau sopan, tapi kalau dalam Sunda kan artinya sedikit kasar tu, nah waktu itu karena dia belum tau artinya dia jadi kesel ke saya. Tapi kemudian ya saya jelaskan, yang berujung jadi ketawa berdua haha. (Voice Over) Shot 8 : CUT IN ke video makan.

SCENE 4

4. INT-Kursi : Farid Nurul duduk berjauhan di kursi dekat kolam, dengan ekspresi sedih.

Shot 9 (farid): Tapi proses pacaran kami tidak semulus kelihatannya.

Keluarga saya yang dari Sunda asli sempat melarang saya untuk berpacaran apalagi sampai menikah dengan orang Jawa. Karena kata orangtua saya kalau cewenya yang orang Jawa itu gak bagus, nanti pernikahannya tidak akan bisa bertahan lama.

Shot 10 : CUT IN ke foto keluarga.

Shot 11(nurul): Begitu pula pada keluarga saya yang kebetulan berasal dari Jawa asli, mereka juga masih beranggapan bahwa orang Jawa dan Sunda itu tidak boleh menikah, biasanya orang Jawanya akan kalah dan menyebabkan pernikahan itu gagal di tengah jalan. (Voice Over)

Yang bikin kita bingung itu selama 2 tahun kita

berpacaran, tidak pernah sama sekali kita berantem hanya karena perbedaan suku yang ada, tapi kenapa masih

(8)

banyak orang yang beranggapan bahwa orang Sunda dan orang Jawa itu tidak boleh menikah.

SCENE 5

5. EXT-Taman : Farid dan nurul bermain di taman dari belakang shot mereka sedang jalan

Shot 12 : Hari makin hari berlalu, perjuangan kami untuk meyakinkan kedua orang tua kami berlangsung sekitar satu tahun, walaupun saat itu mereka bersikeras untuk melarang kami, tapi usaha kami dapat meluluhkan hati mereka, hingga akhirnya mereka melihat keseriusan kami dan akhirnya merestui hubungan kami. (Voice Over) Shot 13 : CUT IN ke Farid menatap nurul, nurul hanya terlihat

pundak.

Shot 14 : Setelah mereka merestui hubungan kami, akhirnya kami memutuskan untuk segera menikah. (Voice Over) Shot 15 : CUT IN Nurul menatap Farid, farid hanya terlihat

pundak.

Shot 16 : Pegangan tangan SCENE 6

6. INT-Kursi : farid dan nurul duduk di kursi utama

Shot 17(farid) : Pernikahan kami berlangsung sangat sakral dan sederhana, yang mana kami hanya mengundang keluarga dan teman terdekat saja.

Shot 18(nurul): Setelah menikah kami menjalani hari-hari seperti pasangan suami istri pada umumnya. Bercerita satu sama lain

tentang hal-hal yang kami alami saat di luar rumah, membicarakan ingin makan apa untuk hari ini,

membicarakan ingin kemana saat weekend, dan tentu saja membicarakan hal yang membuat kita kesal terhadap pasangan atau apapun itu. Ya jadi intinya, selama

pernikahan kami selalu bercerita mulai dari hal yang serius

(9)

sampai ke hal-hal sepele, yang membuat kami jadi lebih menghargai proses komunikasi yang ada.

Shot 18 (farid): Jadi ya walaupun kami bertengkar hebat, kami jadi memiliki insiatif tersendiri, saat salah satu pasangan emosi, yang satu biasanya inisiatif untuk menglah. Ketika emosi sudah reda, baru kita ngobrol serius dari hati ke hati, tanpa menggunakan emosi.

Shot 19 : CUT IN ke foto farid dan nurul dengan anak-anak Shot 20 : Hal itu juga terjadi sama anak-anak, kita selalu

menyempatkan diri untuk berbicara dengan anak kita.

Menanyakan apa saja yang mereka lakukan disekolah, bagaimana pelajaran disekolah dan hal-hal lainnya. (Voice Over)

Shot 21 : farid dan nurul sambil minum sambil bertatapan Shot 22 : Alhamdulillah nya selama pernikahan kita yang sudah

jalan 10 tahun hubungan kita masih awet-awet aja, bahkan jarang sekali berantem besar, apalagi berantem yang hanya dikarenakan perbedaan suku. (Voice Over)

Shot 23 : habis minum lalu meletakkan gelas dan melanjutkan bercerita.

Shot 24 : Kalau mereka terlahir dari suku yang sama tetapi memiliki sifat yang sangat egois satu sama lain, bukan tidak

mungkin hubungan tersebut tidak akan bertahan lama. Jadi memang bukan karena perbedaan suku yang dapat

mengahancurkan hubungan seseorang, tapi bagaimana kepribadian seseorang itu sendiri yang dapat merusak hubungan. (Voice Over)

Shot 25 : Menurut kami perbedaan suku bukanlah menjadi

penghalang untuk mencintai seseorang tersebut, apa bila kita bisa mengatasi permasalahan tersebut dengan komunikasi yang baik, kenapa tidak?

(10)

92 5.5. Director Treatment

Production Company : Universitas BSI Bandung Durasi : 09 menit 03 detik

Project Title : Dua Suku Director : Tria Wulandari

Tabel 5.1.

Director Treatment

NO. SHOT Visual

Direction Audio

Short Size Move Angle

SCENE 1

1. 1 VWS Still Eye Level Farid dan Nurul berjalan di tangga 2 2 Wide/LS Still Low Angle Farid dan Nurul berdiri dekat

kolam ikan

3 3 MS Still Eye Level Farid dan Nurul duduk sambil

pura-pura bercerita dekat kolam ikan

SCENE 2

1. 4 MS Still Eye Level Farid dan Nurul duduk di kursi sambil bercerita

Pernikahan kami sudah berjalan sekitar 10 tahun, susah senang tentu pernah kami lalui.

2. 5 ECU Tracking Eye level CUT IN ke foto-foto mereka Awal pertemuan

kami berjalan sangat

(11)

93 seru, perbedaan suku yang ada pada kami, membuat aku dan dia sama-sama belajar mengenai budaya baru.

3. 6 MS Still Eye Level Farid dan Nurul duduk di kursi

utama SCENE 3

1. 7 MS Still Eye Level Farid dan Nurul duduk di kursi

utama

Selama berpacaran, konflik yang terjadi karena perbedaan suku hanya

sebatas salah persepsi

2. 8 CU Still Eye Level CUT IN video Farid dan Nurul

makan

Misalnya dalam bahasa jawa dahar yang berarti makan merupakan kata yang halus atau sopan SCENE 4

1. 9 MS Still Eye Level Farid Nurul duduk berjauhan di

kursi

(12)

94 2. 10 ECU Tracking Eye Level CUT IN ke foto keluarga Begitu pula pada

keluarga saya

3. 11 MS Still Eye Level Farid dan Nurul duduk di kursi

utama

Yang bikin kita bingung

SCENE 5

1. 12 VWS Still Eye Level Bermain di taman, di belakang

shot mereka sedang jalan

Hari makin hari berlalu

2. 13 Over

Shoulder Shot

Still Eye Level CUT IN ke Farid menatap nurul, nurul hanya terlihat pundak

3. 14 Over

Shoulder Shot

Still Eye Level CUT IN NURUL Menatap farid, farid hanya terlihat pundak

Setelah mereka merestui hubungan

4. 15 ECU Still Eye Level Pegangan tangan

SCENE 6

1. 16-18 MS Still Eye Level Farid dan Nurul duduk di kursi

utama

2. 19-20 ECU Tracking Eye Level CUT IN ke video farid dan nurul dengan anaknya

Hal itu juga terjadi sama anak-anak

3. 21-22 MCU Still Eye Level Farid dan Nurul bertatapan Alhamdulillah nya

4. 23-24 MS Still Eye Level Kalau mereka

terlahir dari suku

5. 25 MS Still Eye Level Lanjut bercerita Menurut kami

Ending

(13)

95 5.6. Analisis Karya

Pembuatan karya non-fiksi ini didasari pada kisah nyata dari orang yang melakukan pernikahan antar suku Sunda dan suku Jawa, dan direalisasikan dengan seorang talent, karen peneliti ingin agar karya ini dapat diterima dan dimengerti dengan baik oleh penontonya. Peneliti ingin menyampaikan pesan yang terinsirasi dari narasumber tetapi dikarenakan suatu hal narasumber tidak dapat untuk menjadi talent, jadi peneliti memutuskan untuk mencari pemeran baru dan mengonsep beberapa hal yang bertujuan untuk mempermudah penonton mengambil isi pesan dalam film ini.

Dua Suku ini adalah film pendek bergenre dokumenter drama yang dibuat untuk menginspirasi penonton. Sesuai dari kehidupan asli narasumber yang mudah- mudahan dapat menginsipirasi banyak orang agar menghapus pandangan bahwa suku Sunda dan suku Jawa itu tidak bisa menikah.

Referensi

Dokumen terkait

Analysis using SEM (AMOS) shows several findings: compensation fairness affects psychological meaningfulness; fairness compensation has no effect on

Student in Educational Managment, Faculty of Literature and Humanities, Buali Sina University, Hamedan, Iran Received: July 28, 2015; Accepted: March 5, 2016 Abstract The purpose