• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "BAB 4"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Diskripsi Data

Pada saat melakukan praktek laut diatas kapal KM. Bukit Raya selama kurang lebih 12 bulan. Dalam melakukan praktek laut penulis mengadakan penelitian penelitian yang berhubungan dengan masalah squat diatas kapal pada saat melakukan olah gerak di alur pelayaran sempit dan dangkal. Dalam hal ini penulis memfokuskan kepada keadaan laut dan kondisi kapal agar terhindar dari bahaya dan bagaimana sikap Kapten dan pada Perwira anjungan diatas kapal. Dari penelitian, kapal yang di muati penumpang dan beberapa muatan barang yang terdapat di palka dan di dalam deck ini, merupakan salah satu armada yang di oprasikan oleh PT. Perusahaan Pelayaran Indonesia (Pelni).

Berikut akan di uraikan mengenai data-data kapal tempat unuk peneliti melakukan praktek laut:

SHIP NAME : KM. Bukit Raya

CALL SIGN : Y E W A

IMO NUMBER 9 0 3 2 1 7 3 PORT OF REGISTRY : INDONESIA

OWNER : DIRJENHUBLA

OPERATOR : PT. Perusahaan Pelayaran Indonesia (Pelni) 26

(2)

LENGTH OVER ALL : 99,80 Meter GROOS TONNAGE : 6.022 RT NETTO TONNAGE : 1.812 RT

DWT : 1.408 TONS

DISPLACEMENT : 4.694 TONS NUMBER OF DECK :8 DECK

Gambar 4. 1 KM. Bukit Raya

Sumber: https://www.7saudara.com/jadwal-harga-tiket-kapal-pelni-km-bukit-raya/

Alur pelayaran dilaut adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar dan bebas hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari kapak angkutan laut. Alur pelayaran bertujuan untuk mengarahkan kapal-kapal yang akan keluar masuk kepelabuhan sehingga pelabuahan bias lebih teratur. Alur pelayaran harus memiliki kedalaman dan lebar yang cukup agar bias dilalui kapal- kapal yang di rencanakan akan berlabuh.

(3)

Penelitian ini, penulis melakukan observasi tentang pengendalian saat berolah gerak memasuki alur pelayaran sempit dan dangkal di sungai Kapus.

Sungai Kapuas merupakan sungai terpanjang di pulau Kalimantan dan sekaligus sungai terpanjang di Indonesia dengan panjang 1.143 km dengan lebar 400- 700 m.

Gambar 4. 2 Peta Kalimantan

Perairan sungai Kapuas adalah perairan wajib Pandu untuk kapal yang berukuran 500 GT atau lebih. Kapal harus menjemput Pandu sebelum memasuki muara. LWS ( low water spring ) atau air terendah sungai Kapuas berkisar 2,0 meter – 3,8 meter. Informasi ini berdasarkan wawancara langsung bersama salah satu Pandu yang membawa kapal ini masuk dan menurut beliau kondisi alur yang sempit dan dangkal yang menyebabkan perairan ini menjadi rawan terjadi kecelakaan.

Contohnya saja yang sempat terjadi beberapa waktu lalu di bulan Januari 2019, yang terjadi pada KLM Bintang Lautan Abadi yang mengalami

(4)

kandas dikarenakan menghindari tubrukan sehingga kapal mengarah ke kiri sehingga menabrak sesuatu dan kandas di sekitaran bouy 11. Akibat kecelakaan tersebut kapal mengalami kebocoran di lunas kapal.

Tingkat kesulitan bernavigasi di alur sungai Kapuas yang dikategorikan sulit harus benar benar waspada dalam memantau kapal serta di perlukan pengalaman yang matang dalam memantau alur” tutur salah satu Pandu saat melintasi alur sungai Kapuas.

B. Analisis Data

Menurut salah satu Mualim yang penulis wawancarai squat dapat di artikan perubahan tinggi UKC akibat kecepatan kapal yang menyebabkan kapal mengalami draft yang bertambah, hal ini di dukung dari beberapa faktor penyebab yang dapat membuat squat bertambah, berikut merupakan faktor faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya squat bersadarkan waktu dan tempat yang penulis dapatkan.

Berdasarkan penelitian penulis tentang proses olah gerak masuk alur sungai Kapuas pada KM. Bukit Raya, penulis menemukan beberapa masalah yang telah dirumuskan sebelumnya yaitu keterbatasan olah gerak kapal pada saat memasuki alur pelayaran sungai Kapuas. Observasi dan wawancara yang diperoleh pada saat kapal melakukan proses olah gerak masuk alur sungai Kapuas banyak hal yang harus di perhatikan agar proses olah gerak berlangsung dengan aman dengan memperhatikan faktor dari dalam dan luar kapal, serta memperhatikan kondisi alur sungai Kapuas baik masalah kedalaman sungai, lebar sungai, pasang surut, arus, gelombang, dan angin, maka dengan

(5)

mengetahui hal ini maka Nakhoda maupun kru kapal dapat mengetahui dan lebih waspada dalam setiap tindakan dalam berolah gerak.

Proses pengendalian kapal saat olah gerak masuk alur sungai Kapuas pada KM. Bukit Raya dapat diketahui sering terjadi bahaya akibat suatu tindakan berolah gerak dalam menghadapi berbagai situasi di alur sungai Kapuas.

Selama kapal KM. Bukit Raya berlayar memasuki alur pelayaran sungai Kapuas sering mengalami bahaya kandas. Menurut hasil wawancara dengan Nakhoda bahwa penyebab dari kandasnya kapal di alur sungai Kapuas yaitu karena draftnya yang terbatas dan kedalaman air disungai Kapuas tidak merata sedangkan kapal harus tetap masuk agar sandar di pelabuhan terminal penumpang dengan sesuai jadwal.

Memasuki sungai Kapuas berdasarkan peta dengan kedalaman minimum pada pintu adalah 3.8 M, jadi diperlukan perhitungan pasang surut ketika masuk alur agar kapal tidak kandas pada alur dalam sungai Kapuas.

Diperhatikan juga under keel clearance yaitu jarak tegak yang di ukur dari lunas kapal sampai dengan dasar laut atau sungai sehingga kapal aman dari bahaya kandas. Kedalaman ini harus sering di check dengan melihat buku arus pasang surut, plot posisi di peta untuk mengetahui kedalaman sungai bisa juga di lihat pada echosounder, apabila di lengkapi dengan dengan alat bantu navigasi ini.

Setiap Perwira yang sedang bertugas jaga agar mengikuti petunjuk- petunjuk yang sudah diberikan oleh Nahkoda dan apabila terdapat keadaan khusus yang tidak dapat dihindari dan terdapat keragu-raguan dalam mengambil tindakan segera melapor kepada Nahkoda, serta menghimbau kepada dek kru

(6)

agar stand by dan siap apabila diperlukan sewaktu-waktu sehubungan dengan keadaan khusus yang sedang terjadi serta dampak kerusakan yang mungkin di timbulkan maka dapat diketahui bahaya-bahaya yang paling sering terjadi dan bahaya-bahaya yang mengakibatkan kerusakan terparah agar dapat diketahui cara pengendalian kapal saat memasuki alur sempit dengan baik dan benar untuk mencegah maupun untuk mengurangi dampak bahaya yang di timbulkan serta faktor – faktor yang dihadapi.

Dari pengamatan yang penulis dapatkan perlu membahas lebih lanjut mengenai pengaruh squat pada olah gerak kapal di pelayaran sempit dan dangkal sesuai dengan p2tl aturan 9 dimana aturan tersebut mengenai alur alur pelayaran sempit yang membahas antara lain:

a) Sebuah kapal yang sedang berlayar menyusuri alur pelayaran sempit harus berlayar sedekat mungkin dengan batas luar alur pelayaran atau air pelayaran yang terletak di sisi kanannya bilamana hal itu aman dan dapat dilaksanakan.

b) Sebuah kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter atau kapal layar tidak boleh merintangi jalan kapal yang hanya dapat berlayar dengan aman di dalam alur pelayaran atau air pelayaran sempit.

c) Sebuah kapal yang sedang menangkap ikan tidak boleh merintangi jalan setiap kapal lain yang sedang berlayar di dalam alur pelayaran atau air pelayaran sempit.

d) Sebuah kapal tidak boleh memotong alur pelayaran sempit jika pemotongan demikian merintangi jalan kapal yang hanya dapat berlayar dengan aman di dalam alur pelayaran sempit , kapal yang di sebutkan belakangan itu boleh

(7)

menggunakan isyarat bunyi yang di tentukan dalam aturan 34 (d) , jika ragu- ragu terhadap maksud kapal yang memotong.

e) (i) Di alur pelayaran sempit, jika penyusulan hanya dapat dilakukan jika kapal yang disusul itu melakukan tindakan untuk memungkinkan pelewatan dengan aman , maka kapal yang bermaksud menyusul itu harus menyatakan maksudnya dengan memperdengarkan isyarat yang sesuai dengan yang ditentukan didalam aturan 34 ( c ) (ii) dan mengambil langkah untuk dilewatinya dengan aman. jika ragu-ragu , kapal itu boleh memperdengarkan isyarat-isyarat yang ditentukan didalam aturan 34 (d).

(Ii) Aturan ini tidak membebaskan kapal yang menyusul dari kewajibannya menurut aturan 13.

f) Kapal yang sedang mendekati tikungan atau daerah alur atau air pelayaran sempit yang di tempat kapal-kapal lain dapat terhalang oleh alingan , harus berlayar dengan kewaspadaan khusus dan berhati-hati serta harus memperdengarkan isyarat yang sesuai dengan yang ditentukan di dalam aturan 34 (e).

g) Setiap kapal , jika keadaan mengijinkan harus menghindari dirinya berlabuh jangkar di dalam alur pelayaran sempit.

Pada tanggal 02 november 2019 saat KM. Bukit Raya bertolak dari kalimatan menuju surabaya. Menurut jadwal yang tertera pada voyage 07 pada KM. Bukit Raya pada jam 11.00 kapal meninggalkan Pontianak menuju Surabaya tetapi pada jam 12.00 arus pasang surut di sungai Kapuas pada titik terendah yang mengakibatkan kapal bisa kandas. Kapten yang menyadari hal

(8)

itu langsung memutukan untuk bertolak pelabuhan lebih awal yaitu pada pukul 10.30 agar pada saat di bouy 4 dapat terhindar dari pasang terendah.

Gambar 4. 3 Log Book KM. Bukit Raya

Tetapi saat ditengah perjalanan menuju bouy 3 Pandu menerima laporan bahwa ada kapal yang ingin masuk. Sehingga Kapten dan Pandu memerintahkan untuk berlabuh jangkar ditempat terdekat yang aman agar terhindar dari bahaya tubrukan dan kandas.

Pada saat kapal melanjutkan perjalanan kecepatan kapal mencapai maju pelan yang artinya kapal dapat menempuh kecepatan 8 knot dengan UKC kapal 0,8 meter, akhirnya Kapten memerintahkan untuk maju pelan sekali agar mencegah terjadinya squat yang berlebih. dengan kecepatan 3 knot UKC kapal dapat mencapai 1,5 meter. Dikarenakan terbatasnya alur agar terhindar dari kandas maka kapal berlayar dengan kecepatan maju pelan sekali hingga meninggalkan alur dengan titik terendah tersebut.

Gambar 4. 4 Echosounder KM. Bukit Raya

(9)

Diatas adalah gambar echosounder KM. Bukit Raya pada saat sudah mengurangi kecepatan agar squat berkurang. Alhasil pada UKC kapal sudah aman dari kandas.

Echosounder sangat berperan pada saat memasuki perairan tertentu karerna peran echosounder adalah alat untuk mengukur kedalaman air dengan mengirimkan tekanan gelombang dari permukaan ke dasar air dan dicatat waktunya sampai echo kembali dari dasar air.

Echosounder merupakan sebuah alat yang berguna untuk mengukur kedalaman air dengan mengirimkan tekanan gelombang dari permukaan ke dasar air dan dicatat waktunya sampai echo kembali dari dasar air. Echosounder merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengetahui kedalaman laut, sebagai alat pengukur jarak dengan menggunakan ultra sonic. Tetapi pada dasarnya alat ini sama seperti sonar karena data yang diterima oleh alat ini merupakan hasil dari pemancaran gelombang bunyi yang kemudian memantul dan diterima oleh penerima sinyal dari alat tersebut.

Squat terjadi pada alur pelayaran dangkal dan sempit, dan terjadi kandas pada bilge keel lambung kanan karena pada saat mesin induk berhenti (stop) dengan

(10)

tiba-tiba dari maju penuh ke stop (baling-baling putar kanan). Maka lunas kapal terhentak ke kiri dan kanan dibagian bilge kanan pada tebing alur kanan. Terjadi pada kapal yang pada saat berpapasan mesin induknya berhenti atau stop.

(11)

C. PEMBAHASAN

Setelah melakukan tahap analisa masalah, maka tahap berikutnya adalah tahap pembahsan. Dalam pembahasan ini, masalah yang ada di rumusan masalah akan di bahas satu persatu. Berdasarkan hasil analisa data yang didapatkan.

Sebelum membahas jawaban dari rumusan masalah penulis akan memberikan penjelasan mengenai Squat. Squat adalah penambahan draft pada saat kapal berlayar yang disebabkan arus ikutan yang kembali sebagai akibat dari kecepatan kapal dan menyebabkan jatuhnya tekanan air sehingga kapal mengalami penurunan secara vertikal di air, dan hal ini sudah jelas dari pengalaman penulis diatas. Berdasarkan hasil analisa masalah-masalah yang dibahas menurut rumusan masalah adalah:

1. Hal apa saja yang mempengaruhi squat diperairan sempit dan dangkal pada KM. Bukit Raya?

Penyebab yang dapat mempengaruhi squat sehingga KM. Bukit Raya mengalami keterbatasan oalah gerak antara lain:

a). Bentuk kapal

Squat adalah pengurangan jarak ruangan dibawah lunas kapal hingga dasar laut, disebabkan oleh gerakan relatif bentuk badan kapal yang terendam oleh air, dibandikan posisi netral, badan kapal terbenam lebih dalam ke dalam air dalam waktu yang bersamaan sehingga trim menjadi rata. Jumlah aljabar dari pembendaman dan bertambahnya trim tersebut disebut squat. oleh karena itu bentuk kapal dapat mempengaruhi squat. Hal

(12)

itu dapat dilihat dari kecepatan, lebarnya perairan dan coefisien block kapal tersebut. KM. Bukit Raya diketahui mempunyai coefisien block sebesar 0,625 Cb, pada saat maju setengah kapal berkecepatan 4 knot,maka dari perhitungan rumus menjadi :

2𝑪𝒃𝒙𝑽𝟐

(meter)

= 100

(𝟐𝒙𝟎,𝟔𝟐𝟓)𝒙𝟖𝟐

= 𝟏𝟎𝟎

=0,8 m

Dari perhitungan tersebut dijelaskan bahwa squat kapal 0,8 meter, maka pada saat Perwira anjungan melihat echosounder dan tertera bahwa kedalaman under keel clearance hanya 0,8 maka Kapten dan Pandu langsung memerintahkan maju pelan sekali untuk mengecilkan squat, maka KM. Bukit Raya berlayar dengan kecepatan 3 knot jika dihitung menjadi:

(𝟐𝒙𝟎,𝟔𝟐𝟓)𝒙𝟑𝟐

= 𝟏𝟎𝟎

= 0,1 m

Dari perhitungan diatas, karena kecepatan dikurangi, squat pun ikut mengecil. Dan hal ini jauh lebih aman dari sebelumnya.

b). Sempit dan dalamnya perairan

Diperlukan perhitungan pasang surut ketika memasuki alur agar kapal tidak mengalami kandas pada alur sungai Kapuas. Diperhatiakan juga under keel clearance sehingga kapal terhindar dari bahaya kandas.

Kedalaman ini juga harus sering di check dengan sering-sering melihat peta Cb= Coefisien Block v= kecepatan

(13)

untuk melihat kedalaman sungai dan dapat juga dilihat dari alat navigasi echosounder.

Lebar sungai Kapuas yang tersempit adalah 50 meter. Dan breath KM. Bukit Raya adalah 18,0 Meter. Tetapi saat memasuki sungai Kapus alur tidak bisa dimasuki seutuhnya. Oleh karena itu bila berpapasan dengan kapal lain yang lebarnya sama harus diwaspadai. Komunikasi antar kapal saat kapal melintasi alur sangatlah penting untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Penyusulan dan berpapasan harus sangat berhati-hati.

Biasanya kapal-kapal yang ingin berpapasan harus satu alur di sungai Kapuas khususnya pada sekitaran bouy 6, sehingga kapal harus menunggu untuk masuk atau keluarnya alur.

c). Kecepatan kapal

Kecepatan kapal merupakan salah satu faktor yang juga dapat mempengaruhi besar atau kecilnya squat, karena jika kapal dalam keadaan cepat maka squat akan lebih besar. Dan apabila kecepatan tersebut dikurangi maka squat pun akan bertambah kecil. Hal ini bisa pula dibuktikan dengan rumus yang ada di atas.

2. Bagaimana tindakan olah gerak apabila terjadi squat di KM. Bukit Raya?

Squat tidak bisa dihindari hal ini terjadi otomatis jika mesin kapal dijalankan maka setiap kapal akan mengalami squat. Begitupun dengan KM. Bukit Raya akan tetapi jika dalam perairan dangkal, agar squat tidak bertambah besar maka kapal tersebut diwajibkan untuk mengurai kecepatan.

(14)

Mengurai kecepatan juga berarti berlayar dengan kecepatan aman dengan suasana disekelilingnya. Hal ini juga berguna untuk menghindari tubrukan yang dapat dihentikan dalam jarak aman. Oleh karena itu Nakhoda dan Mualim harus mengetahui karakteristik dari kapal tersebut. Termasuk jarak henti dan lingkarang putarnya agar selalu mempunyai kecepatan aman.

(15)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah, hasil analisa data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pengaruh squat pada olah gerak kapal diatas KM.

Bukit Raya sudah baik dan aman.Para Perwira berserta Pandu ikut menanam rasa tanggung jawab atas perannya dalam membawa kapal.

Squat adalah pengurangan jarak ruangan dibawah lunas kapal hingga dasar laut, disebabkan oleh gerakan relatif bentuk badan kapal yang terendam oleh air, dibandikan posisi netral, badan kapal terbenam lebih dalam ke dalam air dalam waktu yang bersamaan sehingga trim menjadi rata. Jumlah aljabar dari pembendaman dan bertambahnya trim tersebut disebut squat. Hal yang dapat mempengaruhi squat ada KM. Bukit Raya antara lain: bentuk kapal, kecepatan kapal dan kedalaman perairan tersebut.

Tindakan yang tepat apabila terjadinya squat adalah dengan mengurangi kecepatan, karena squat tidak bisa dihindari hanya bisa dikurangi.

Oleh itu para Perwira yang bertugas harus sangat berhati hati jika dalam perairan yang sempit dan dangkal seperti sungai dan selat.

B. Saran

Dalam hal ini Penulis akan memberi saran yang sekiranya dapat bermanfaat dan sebagai masukan guna memperbaiki masalah tentang berolah gerak, adapun saran yang Penulis sampaikan adalah sebagai berikut.

40

(16)

1. Perwira dan ABK

a) Melakukan pengecekan draft dan tabel arus pasang surut dengan benar.

b) Sebelum melaksanakan kerja, lakukan pengarahan terlebih dahulu.

c) Mematuhi dan melaksanakan segala aturan yang ditetapkan khususnya dalam berolah gerak dalam kondisi apapun.

d) Pastikan seluruh ABK mengetahui tugasnya saat akan bertugas di atas kapal.

e) Melakukan pengamatan yang baik dalam berlayar.

f) Berlayar dengan kecepatan aman.

g) Jika mengalami kendala segera koordinasi dengan nahkoda kapal atau chief officer selaku peghubung antara kapal , perusahaan maupun dengan pelabuhan terdekat.

2. Perusahaan Pelayaran

a) Perusahaan memberi masukan untuk Perwira kapal untuk lebih maksimal dalam berolah gerak demi keselamatan bersama.

b) Perusahaan harus menyiapkan jadwal dengan baik dan benar agar tidak kapal tidak mengalami kendala saat masuk atau keluar alur dikarenakan pasang surut atau berhadapan dengan kapal lain pada alur yang sempit.

Referensi

Dokumen terkait

Koefisien regresi pada variabel Search (X 3 ) menunjukkan adanya pengaruh positif pada minat beli konsumen (Y), yang berarti bahwa konten di media sosial

In this paper we are doing a sentiment analysis on the lockdown policy called PPKM Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat, in English: Enforcement of Restrictions on Community