Sosialisasi POJK Nomor 8 Tahun 2023
Penerapan Program APU PPT dan PPPSPM di Sektor Jasa Keuangan
Bagian I :
Perkembangan Hasil MER FATF Indonesia
Latar Belakang & Cakupan Penyempurnaan dlm POJK No. 8/2023; dan
Sistematika POJK No. 8/2023
Dewi Fadjarsarie H.
Kepala Grup Penanganan APU dan PPT
Otoritas Jasa Keuangan
OUTLINE
01 02 03
PERKEMBANGAN HASIL MER FATF INDONESIA
LATAR BELAKANG & CAKUPAN PENYEMPURNAAN DLM POJK NO. 8/2023
SISTEMATIKA POJK NO. 8/2023
PERKEMBANGAN HASIL MER FATF INDONESIA
01
Juli 2022
Pelaksanaan On-Site Visit MER FATF oleh
Sekretariat dan Asessor
2018/2021
Paska MER APG Tahun 2018, Indonesia telah ditetapkan sebagai Negara Observer FATF.
Indonesia juga mengalami penundaan kegiatan MER FATF
sejak tahun 2021 hingga Juli 2023
Feb 2023
Pelaksanaan Sidang Plenary FATF untuk mengodopsi Laporan MER FATF Indonesia Tahun 2023 dan Keputusan Proses Keanggotaan Indonesia melalui JalurFast Track
dengan Pemenuhan Action Plan
Des 2023
Pelaksanaan Face to Face Meeting di Paris dengan tujuan
untuk memberikan argumentasi pendukung terhadap hasil 1stdraft report
MER Indonesia
Maret 2023
Penyusunan Action Plan melalui koordinasi dengan seluruh K/L terkait pada IO.3
(Pengawasan), IO.8 (Perampasan Aset) dan IO.11
(Pendanaan Proliferasi)
Maret 2023
Action Plan Indonesia telah disetujui oleh Contact Group
melalui Written Procedure dengan timeframe target capaian hingga Januari 2024
Mei 2023
Capaian Progres Action Plan Indonesia telah Diverifikasi melalui Rapat dengan Contact Group
yang Laporan Capaiannya telah Disirkulasikan kepada Seluruh Negara Anggota FATF sejak akhir
Mei hingga awal Juni 2023 sebagai Bahan Pembahasan Dalam Sidang Plenary FATF Pada 21
Juni 2023
Juni 2023
Berdasarkan Plenary FATF tidak diperoleh konsensus mengenai Seeanggotaan FATF di bulan Juni 2024. Sehingga tetap melanjutkan Action Plan dan akan diputuskan Kembali pada Plenary FATF bulan
Oktober
01 02 03 04 05 06 08 09
ROAD MAP INDONESIA MENUJU KEANGGOTAAN PENUH FATF
Hasil MER FATF Indonesia 2023
Technical Compliance
Rating Jumlah
Compliant
(tidak ada kekurangan)
C 6
Largely Compliant
(hanya ada sedikit kekurangan/minor)
LC 29
Partially Compliant
(ada cukup kekurangan/moderate)
PC 5
Non-Compliant
(ada kekuarangan besar/major).
NC 0
Effectiveness Assessment
Rating Jumlah
High
(Diperlukan perbaikan minor)
HE 0
Substantial
(Diperlukan perbaikan moderat)
SE 4
Moderate
(Diperlukan perbaikan major)
ME 7
Low
(Diperlukan perbaikan fundamental).
LE 0
• Compliant:
R.3 TPPU, R.14 –Money or Value Transfer, R.18 –Internal controls and foreign branches and subsidiaries, R.20 – Pelaporan TKM, R.29 - FIU, R.30 – Kewenangan Apgakum
• Partially Compliant:
R.6 – TPPT, R.7 PPSPM, R.8 NPO, R.25 – BO Legal Arrangement, R.26 – Pengawasan DNFBPs.
https://www.fatf-gafi.org/en/publications/Mutualevaluations/MER-Indonesia-2023.html
Persyaratan Keanggotaan FATF
Kriteria menjadi anggota FATF, dari sisi TC:
Kriteria Hasil MER Status
Mendapatkan rating C atau LC paling sedikit atas 30 Rekomendasi.
Indonesia mendapatkan rating C dan LC pada34 Rekomendasi.
Mendapatkan rating C atau LC pada Rekomendasi 3, 5, 10, 11, dan 20.
Indonesia mendapatkan rating sbb:
a. Rec. 3 -Money laundering offencedinilai C.
b. Rec. 5 -Terrorist financing offencedinilai LC.
c. Rec.10 -Customer Due Diligencedinilai LC.
d. Rec. 11 -Record Keeping dinilai LC.
e. Rec. 20 -Reporting of suspicious transactions dinilai C.
Rekomendasi 10, 11, dan 20 terkait dengan OJK yang dipenuhi pada POJK APU PPT.
Kriteria menjadi anggota FATF, dari sisi IO:
Kriteria Hasil MER Status
Mendapatkan High/Substantial paling sedikit pada 5Immediate Outcomes.
Indonesia baru mendapatkan rating Subtantial pada 4 Immediate Outcomes. (sehingga diperlukan 1 IO lagi yang dinilaisubstantial)
Mendapatkan rating Low paling banyak pada 3 Immediate Outcomes.
Indonesia tidak mendapatkan ratingLow.
Dari sisi TC, Indonesia telah memenuhi persyaratan menjadi
anggota FATF
Dari sisi IO, Indonesia belum
memenuhi 1 persyaratan anggota
FATF
Pada tanggal 19 Mei 2023, Pihak CG telah menyetujui untuk mengadposiAction Plan
Indonesia melaluiWritten Procedure
Pada Juni 2023, CG telah merilis first review mengenai Action Plan Indonesia yang menyatakan bahwa Indonesia telah membuat kemajuan positif dan well- track sesuai timeline yang disepakati
Action Plan Indonesia difokuskan terhadap IO.3 (Pengawasan), IO.8 (Perampasan Aset), dan IO.11 (Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Masal) terdiri dari 48 butir Action Plan
Indonesia telah melakukan penilaian mandiri (self- assessment) terhadap capaian pemenuhan Action Plan dimana posisi saat ini capaian sebesar 77% atau 37 dari 48 butir Action Plan.
Fokus
Capaian
1 st Review
Hasil pembahasan closed session pada Plenary FATF Juni 2023, 70% pembahasan mengenai IO 11, dimana amandemen Peraturan Bersama terkait Pendanaan Proliferasi dinilai masih belum sepenuhnya memenuhi standar FATF khususnya pada Rekomendasi 7
Plenary Juni 2023
ACTION PLAN INDONESIA MENUJU KEANGGOTAAN PENUH DI FATF
Capaian Utama Action Plan Indonesia (1)
CG menilai langkah pemenuhan IO.3 sebagian besar telah sesuai Action Plan. Namun, terdapat upaya yang masih harus diselesaikan dalam penerapan/implementasi kebijakan, strategi dan pedoman baru yang dikembangkan.
Pascaon-site visit Agustus 2022 hingga Mei 2023, Indonesia telah
mengenakan sanksi denda mencapai Rp48,891,700,000 (sekitar
EUR 3 Juta) yang didominasi oleh pengenaan sanksi OJK kepada 25
PJK dan 8 Individu.
• Indonesia juga mengenakan jenis sanksi lainnya seperti peringatan tertulis, pencabutan izin usaha, dan pembatasan izin aktivitas bisnis tertentu.
• Kemenkumham sebagai LPP Profesi Notaris mengenakan sanksi pembatasan akses AHU Online yang berdampak bagi aktivitas profesi.
Meningkatan pemahaman TPPT, Indonesia telah melakukan:
•(a) Pengkinian SRA TPPT 2023 dan Indikator TKM terkait TPPT; (b) Pelaksanaan 70 pelatihan dan outreach terkait TPPT kepada Pengawas dan pihak pelapor; (c) Pelaksanaanjoint audit PPATK OJK BI.
Peraturan OJK Nomor 8 Tahun 2023 tentang Program APU/PPT/PPSPM
di SJK telah diundangkan pada tanggal 14 Juni 2023, yang
mengatur:
• Pengaturan pengenaan sanksi denda yang lebih dissuasive;
• Penyelarasan dengan Peraturan Bersama PPSPM No.5/2023; dan
• Mengatur PJK, sebelum menggunakan layanan yang disediakan oleh Profesi, untuk memastikan kepatuhan pelaporan dan kewajiban APU/PPT/PPSPM dari Profesi tersebut.
IO3 - Pengawasan
Capaian Utama Action Plan Indonesia (2)
CG menilai Indonesia telah melaksanakan pelatihan dan outreach dan meningkatkan kapasitas seluruh elemen kerangka pemulihan aset. Namun, Pelaporan lebih lanjut diperlukan termasuk bagaimana strategi, surat edaran, dan pelatihan dapat mendorong upaya pemulihan aset.
Indonesia kini berhasil meningkatkan realisasi aset – sekitar 39% dibandingkan dengan
10% pada laporan MER.
Indonesia telah menyita dan merampas aset senilai total EUR
1,3 juta yang dihasilkan dari kejahatan lingkungan dan
kehutanan.
• Indonesia telah 1) Menerbitkan pedoman APH untuk melakukan investigasi keuangan dan pemulihan aset dari kejahatan kehutanan dan lingkungan; 2) Menyelenggarakan pelatihan; 3) Mengadakan pertemuan awal yang dipimpin Satuan Tugas Gabungan antara PPATK dengan KLHK yang menyepakatii penyidikan bersama kasus TPPU dari TPA lingkungan dan kehutanan.
Indonesia telahmengoptimalkan pemulihan aset yang dipindahkan
ke luar negeri dengan memanfaatkanMutual Legal
Assistance (MLA) sebagai mekanisme formal, dan kerjasama antar lembaga sebagai mekanisme
informal.
IO8 – Penyitaan dan Perampasan Aset
Capaian Utama Action Plan Indonesia (3)
CG menilai amandemen Perber PPSPM No.5/2023 belum memenuhi seluruh rekomendasi, dan concern terhadap peraturan Bappebti yang masih disusun. CG tertarik untuk mengetahui apakah OJK telah melakukan pengawasan di bidang PPSPM, dan apakah kemampuan pengenaan sanksi OJK
terkait PPSPM telah diuji.
Indonesia telahmengamandemen Peraturan Bersama PPSPM No.5/2023 yang memperbaiki
technical gapdalam Rec. 7 berdasarkan Hasil ME Indonesia.
Mempercepat proses pembahasan dan finalisasi amandemen Peraturan Bappebti tentang Pedoman PPSPM, serta peraturan OJK dan PPATK tentang pengenaan
sanksi terkait PPSPM.
Merujuk hasil MER 2023, OJK telah menunjukkan bahwa selama
pemeriksaan mencakup pengawasan OJK terhadap kewajiban PPSPM tidak hanya mempertimbangkan kecukupan screening, tetapi juga memeriksa
kewajiban PPPSPM secara komprehensif.
•Asesor juga mencatat, OJK telah memberlakukan corrective actionterkait PPSPM terhadap 875 entitas.
•OJK telah melakukan pengawasan kepatuhan terhadap PPPSPM baikon-sitedanoff-site.
•Peraturan OJK APU/PPT/PPPSPM Tahun 2019 telah memberikan kewenangan kepada OJK untuk melakukan pengawasan dan memberikan sanksi terkait PPSPM. Peraturan APU/PPT/PPPSPM OJK Tahun 2023 merupakan penegasan untuk memperkuat efektivitas pengawasan dan penegakan/sanksi PPSPM.
IO11 – Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal (PPPSPM)
19 s.d. 23 Juni 2023 OECD Building, Paris
PPATK, OJK, BI, Kemenlu, Kemenkopolhukam, Kemenkeu, KLHK, Kejaksaan Agung, Polri, BNN, dan KPK.
Delegasi RI:
Bilateral Meeting dengan Anggota Kunci FATF tanggal 19 s.d. 23 Juni 2023 1
Pertemuan Bilateral Delri dengan:
a. Contact Group/CG (Australia (chair), AS, Prancis, Selandia Baru, China, Jepang, India, Arab Saudi)
b. 11 anggota kunci FATF (AS, Inggris, Kanada, European Commission, Belgia, Irlandia, Spanyol, Austria, Belanda, Australia, dan APG) Tujuan: menggalang dukungan, pandangan pemenuhan Action Plan, dan memastikan status keanggotaan Indonesia.
Hasil pertemuan bilateral:
1. Anggota kunci FATF mengakui perkembangan signifikan IO3 dan IO8yangon track.
2. Namun, terdapat catatan IO 11 – Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal (PPSPM). Amandemen Peraturan Bersama PPSPM No. 5/2023 dinilai narrow dan belum memenuhi standar FATF.
Delri menyampaikan:
a. FATF mempertimbangkan hasil MER 2023 yang hanya butuh 1 IO substansial dan capaianAction Plan/AP.
b. PlenaryFebruari 2023 telah menjanjikan keanggotaanfast track.
c. Indonesia mengikuti prosedur dan merealisasi AP IO3 – Pengawasan,, IO8 - Perampasan Aset dan IO11 - Proliferasi.
d. Komitmen Indonesia lebih dari keanggotaan FATF, tapi penguatan rezim nasional, regional, dan global sesuai arahan Presiden RI melalui Komite TPPU.
OJK secara khusus menyampaikan:
a. Penerbitan POJK 8/2023 sejalan dg Rekomendasi FATF terkini khususnya:
• peningkatan batas sanksi denda 100 Milyar Rupiah bagi PJK dan tetap 5 Milyar Rupiah bagi Individu untuk efek jera;
• kewajiban PPSPM (pemblokiranwithout delaydanwithout prior notice, pelaporan LTKM, mitigasi risiko PPSPM termasuk penghindaran sanksi, dan penegasan kewenangan sanksi pelanggaran PPSPM); dan
• PJK untuk memastikan kepatuhan APU PPT dari Profesi yang digunakan al. bukti registrasi GoAML.
b. Selama Agustus 2022 – Mei 2023, OJK mengenakan sanksi denda senilai 48,6 Miliar Rupiah (sekitar 3 Juta Euro) atas pelanggaran APU PPT yang dikenakan kepada PJK dan individu.
FATF PLENARY MEETING JUNI 2023
Proses Pembahasan:
a. Contact Group (CG) menjelaskan perumusan Action Plan (AP) dan hasil review capaian AP Indonesia:
• Indonesia telah membuat kemajuan positif dan on track dalam pemenuhan AP.
• CG belum menyimpulkan AP Indonesia telah selesai karena: (1) AP membutuhkan kelanjutan/penerapan atas kebijakan, strategi dan pedoman yang baru dikembangkan; dan (2) Laporan lanjutan dibutuhkan untuk memastikan capaian sesuai sasaran objektif.
b. Delri berkesempatan menyampaikan brief statement yang menekankan:
• Komitmen jangka panjang Indonesia terhadap kepatuhan standar internasional;
• Penyelesaian Action Plan; dan
• Tindak lanjut penyelesian defisiensi IO11 – PPSPM.
c. Delri diminta keluar ruang sidang dan dilakukan pembahasan oleh anggota FATF secara tertutup untuk penetapan konsensus.
• 20 anggota FATF mendukung dan mengakui capaian AP Indonesia, dan 18 lainnya abstain.
• Alasan utama keputusan tidak konsensus yi. mengikuti hasil review CG bahwa AP baru diadopsi Mei 2023 sehingga dibutuhkan waktu lebih untuk menilai dan membuktikan pemenuhannya.
• Negara utama yang memecah konsensus adalah Amerika Serikat, Inggris dan European Commission.
• INDONESIA HARUS KEMBALI MENYAMPAIKAN LAPORAN ACTION PLAN PADA BULAN SEPTEMBER 2023 UNTUK KEMUDIAN DIBAHAS PADA PLENARY BULAN OKTOBER 2023.
Pembahasan Keanggotaan Indonesia pada Plenary 21 dan 23 Juni 2023 2
HASIL FATF PLENARY JUNI 2023 MENYATAKAN BELUM KONSENSUS UNTUK MENERIMA INDONESIA SEBAGAI ANGGOTA PENUH FATF.
FATF PLENARY MEETING JUNI 2023
LATAR BELAKANG &
CAKUPAN PENYEMPURNAAN DALAM
POJK NO. 8/2023
02
Rekomendasi FATF sesuai Hasil MER
Indonesia
Harmonisasi dengan Peraturan Perundang-
Undangan
Perkembangan Teknologi Informasi
LATAR BELAKANG POJK NO. 8/2023
Penegasan definisi Politically Exposed Person (PEP) yang hanya mencakup level menengah s.d. tinggi (glossary Rekomendasi FATF);;
Perluasan cakupan Pengaturan PPPSPM dalam Penerapan Program APU PPT
Penambahan ketentuan penerapan program APU PPT dan PPPSPM yang harus didasarkan pada risiko, skala, dan karakteristik usaha (Rekomendasi FATF No. 18.1);
Penambahan pengaturan kewajiban penyusunan & penyampaian Individual Risk Assessment (IRA) oleh PJK secara tahunan ke OJK (Rekomendasi FATF No. 1.10 & 26.6);
Penambahan ketentuan kewajiban adanya fungsi manajemen kepatuhan, pelaksanaan audit internal secara independen, dan penerimaan pegawai PJK dalam penerapan program APU PPT & PPPSPM (Rekomendasi FATF No. 18.1.a & d);
Penyempurnaan ketentuan tindak lanjut Daftar Terduga Teroris & Organisasi Teroris (DTTOT) dan Daftar Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal (DPPSPM), berupa jangka waktu screening, pemblokiran, dan pelaporannya sesuai prinsip freezing without delayed (Rekomendasi FATF No. 6.4, Interpretive Notes to Recommendation Number 6 (Para. 6 poin a), & Rekomendasi FATF No. 7.1);
Penyempurnaan ketentuan bahwa Perusahaan Induk Konglomerasi Keuangan harus memastikan penerapan APU PPT & PPPSPM dalam Konglomerasi Keuangan secara menyeluruh (Rekomendasi FATF No. 18.2);
Cakupan Penyempurnaan POJK No. 8/2023
3. Penyelarasan Rekomendasi FATF & Hasil MER Indonesia 2022/2023
1 2
3 4 5
6
7
Penyempurnaan ketentuan sanksi agar lebih effective, dissuasive, and proportionate (Rekomendasi FATF No. 27.4 dan 35);
Penegasan kewajiban identifikasi dan verifikasi Beneficial Ownership (BO) terhadap Calon Nasabah/Nasabah berupa perusahaan publik/emiten dan lembaga negara (Rekomendasi FATF No. 10.10);
Penegasan bahwa CDD Sederhana hanya dapat dilakukan bagi area berisiko rendah berdasarkan penilaian PJK (Rekomendasi FATF No. 1.8
& 10.18)
Penegasan bahwa CDD Pihak Ketiga (penggunaan CDD yang dilakukan pihak lain) tidak berlaku bagi hubungan keagenan (Rekomendasi FATF No. 17);
Penyempurnaan ketentuan Cross Border Correspondent Banking mengenai “kemampuan” penyediaan informasi CDD kepada Correspondent Bank (Rekomendasi FATF No. 13.2); dan
Penyempurnaan ketentuan Countermeasure, yakni dengan menambahkan contoh tindakan yang dapat dilakukan PJK saat berhadapan dengan negara yang dipublikasikan FATF (Rekomendasi FATF No. 19.2 & Interpretive Notes to Recommendation Number Rek 19).
8 9 10
11
12
13
Cakupan Penyempurnaan POJK No. 8/2023
3. Penyelarasan Rekomendasi FATF & Hasil MER Indonesia 2022/2023
1.Harmonisasi dengan Undang-Undang TPPU dan Peraturan Pemerintah tentang Pihak Pelapor Dalam Rezim APU PPT, yaitu:
• Penambahan ketentuan mengenai jenis PJK yang wajib menerapkan APU PPT dan PPPSPM adalah Wali Amanat, Penyelenggara SCF, dan Penyelenggara IKD (Pasal 17 ayat (1) huruf a angka 8 UU TPPU dan Pasal 2 ayat (2) huruf e s.d g PP Pihak Pelapor); dan
• Penambahan ketentuan mengenai penundaan transaksi selama 5 hari kerja, apabila menurut PJK terdapat transaksi yang patut diduga terkait dengan kejahatan dan/atau TPPU (Pasal 26 UU TPPU).
2.UU Cipta Kerja dan Peraturan Pelaksanaannya, yaitu:
• Penyempurnaan ketentuan mengenai cakupan Korporasi, sehingga meliputi pula Perseroan Perserorangan (Pasal 109 angka 1 UU Cipta Kerja yang merubah definisi Perseroan Terbatas dalam UU Perseroan Terbatas);
• Penegasan Penegasan ketentuan mengenai persyaratan pembukaan hubungan usaha bagi WNA, yaitu paspor yang disertai dengan dokumen keimigrasian sebagaimana diatur dengan peraturan perundang-undangan tentang keimigrasian (Pasal 69 PP No. 18 Tahun 2021 tentang Hak Pengelolaan, Hak Atas Tanah, Satuan Rumah Susun, dan Perdaftaran Tanah sebagai turunan UU Cipta Kerja).
UU P2SK, yaitu:
• Penambahan ketentuan mengenai jenis “PJK lainnya” yang wajib menerapkan APU PPT dan PPPSPM, sebagai antisipasi apabila terdapat beberapa jenis entitas yang telah efektif berpindah di bawah kewenangan pengaturan dan pengawasan OJK (Pasal 312 dan 321 UU P2SK); dan
• Penambahan ketentuan mengenai kewenangan OJK dalam memerintahkan PJK melakukan pemblokiran (Pasal 14 angka 33 UU P2SK yang menambahkan 1 pasal baru antara Pasal 36 dan Pasal 37 UU Perbankan dan Pasal 15 angka 52 UU P2SK yang mengubah Pasal 52 UU Perbankan Syariah).
1
2
3
Cakupan Penyempurnaan POJK No. 8/2023
3. Harmonisasi Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan Presiden dan Peraturan Menteri Luar Negeri mengenai Kartu Masyarakat Indonesia di Luar Negeri (KMILN), yaitu penambahan ketentuan mengenai syarat dokumen bagi Diaspora Indonesia yang akan membuka hubungan usaha dengan PJK, yaitu paspor dan KMILN (Pasal 3 ayat (2) Perpres No. 76 Tahun 2017 dan Pasal 4 ayat (2) Permenlu No. 7 Tahun 2017).
Peraturan OJK dan/atau Surat Edaran OJK mengenai Aplikasi Pelaporan Online OJK (APOLO), yaitu penambahan ketentuan mengenai kewajiban penyampaian data untuk kebutuhan pengawasan, khususnya mengenai perhitungan RBS Tools (POJK APOLO Bank Umum, BPR, dan Perusahaan Efek).
Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2013, yaitu penambahan ketentuan mengenai Nomor Induk Tunggal (NIT) dan Identitas Kependudukan Digital (IKD) (Pasal 32 ayat (1) & (2) PP No. 40 Tahun 2019 dan Pasal 13 ayat (2) Permendagri No. 72 Tahun 2022).
4
5
6
Cakupan Penyempurnaan POJK No. 8/2023
3. Harmonisasi Peraturan Perundang-Undangan
Mendukung perkembangan teknologi informasi dan menindaklanjuti rekomendasi temuan BPK, yaitu dengan menyempurnakan:
• ketentuan mengenai verifikasi tatap muka (face to face) secara elektronik, dan
• verifikasi tidak tatap muka (non-face to face) secara elektronik,
apabila PJK menggunakan sarana elektronik milik pihak ketiga (provider e-KYC).
Cakupan Penyempurnaan POJK No. 8/2023
3. Perkembangan Teknologi Informasi
SISTEMATIKA
POJK No. 8/2023
03
POJK No. 8 Tahun 2023 tentang APU PPT dan PPPSPM di SJK
terdiri dari 14 BAB yang di dalamnya terdapat 90 Pasal
JUMLAH BAB DAN PASAL DALAM POJK NO. 8/2023
Kewajiban Penerapan Program APU, PPT, dan PPPSPM di Sektor
Jasa Keuangan BAB II
Kebijakan dan Prosedur BAB IV
Pengawasan Aktif Direksi dan Dewan Komisaris
BAB III Ketentuan Umum
BAB I
Pengendalian Intern BAB V
Sistem Informasi Manajemen BAB VII
Penerapan Program APU, PPT, DAN PPPSPM di Jaringan Kantor
dan Perusahaan Anak BAB VI
1 2 3 4 5 6 7
SISTEMATIKA POJK No. 8/2023
Pelaporan
BAB IX Pengawasan dan Pemantauan oleh OJK
BAB XI
Perhitungan Sanksi Denda BAB X
Sumber Daya Manusia dan Pelatihan
BAB VIII
Ketentuan Lain-Lain BAB XII
Ketentuan Penutup BAB XIV
Ketentuan Peralihan BAB XIII
14
8 9 10 11 12 13 14
SISTEMATIKA POJK No. 8/2023
5 Pilar
APU PPT dan PPPSPM
Sumber Daya Manusia dan Pelatihan Pengawasan Aktif Direksi dan
Dewan Komisaris
Sistem Informasi
Manajemen Kebijakan dan Prosedur
Pengendalian Intern
1
2
3 5
4
LIMA PILAR UTAMA
PENERAPAN PROGRAM APU PPT DAN PPPSPM
Tugas dan kewenangan direksi dan dewan komisaris, serta tugas dan kewenangan penanggung jawab APU PPT
Tindakan CDD, EDD, Pemantauan dan pengkinian data, serta penatausahaan dokumen, dan sebagainya
Sistem informasi manajemen yang dapat mengidentifikasi, menganalisa, memantau,
dan menyediakan laporan secara efektif mengenai karakteristik atau kebiasaan pola transaksi yang dilakukan oleh Nasabah
Prosedur penyaringan serta proses pengenalan dan pemantauan