• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahan Adhesif Restorasi Resin Komposit

N/A
N/A
21.111@ M. Izzuddin Ramadhani

Academic year: 2024

Membagikan "Bahan Adhesif Restorasi Resin Komposit "

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

JKGT VOL.2, NOMOR 1, JULY (2020) 8-13

(Tinjauan Pustaka)

Bahan Adhesif Restorasi Resin Komposit

Eko Fibryanto

Departemen Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia.

Email: [email protected]

ABSTRAK

Latar Belakang: Bahan adhesif merupakan salah satu faktor penting dalam restorasi resin komposit. Resin komposit berikatan dengan jaringan gigi melalui bahan adhesif. Jaringan email dan dentin memiliki struktur yang berbeda sehingga berpengaruh terhadap perkembangan bahan adhesif. Pengetahuan dan pemahaman tentang perkembangan bahan adhesif dan prinsip ikatannya terhadap struktur gigi sangat diperlukan agar restorasi resin komposit dapat bertahan lama. Tujuan: untuk memberikan pengetahuan tentang perkembangan bahan adhesif serta prinsip dasar ikatannya terhadap jaringan email dan dentin.

Kata kunci: Bahan Adhesif, Dentin, Email, Resin komposit.

LATAR BELAKANG

Resin komposit merupakan material restorasi adhesif sewarna gigi yang terdiri atas polimer matriks resin, bahan pengisi (filler) inorganik dan silane coupling agent. Material ini dapat berikatan dengan struktur gigi secara mikromekanis serta mudah diperbaiki apabila terjadi kerusakan.1,2 Resin komposit berikatan dengan struktur gigi secara mikromekanis melalui penggunaan etsa asam dan bahan adhesif. Ikatan dengan email melalui pembentukan resin tag, sedangkan dengan dentin melalui pembentukan hybrid layer antara kolagen fibril dan bahan adhesif. Hybrid layer merupakan suatu lapisan yang terbentuk oleh monomer resin yang berinfiltasi diantara kolagen fibril dan hidroksiapatit.3,4 Gabungan polimer-kolagen akan menghasilkan ikatan yang kuat dan saling menyambung antara bahan adhesif dan dentin, terutama di dentin intertubular.5 Adhesi di dentin lebih sulit untuk dicapai,2,5,6 karena dentin bersifat heterogen, vital, hidrasi dan dinamis.2,4,5,7 Penulisan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang perkembangan bahan adhesif serta prinsip dasar ikatannya terhadap jaringan email dan dentin.

Adhesi Email

Resin komposit berikatan dengan jaringan gigi melalui bahan adhesif. Secara umum, perbaikan struktur gigi dengan restorasi resin terdiri atas 3 tahap, yaitu: etsa asam, priming dan bonding, meskipun saat ini tersedia pula self-adhesive resins.

Asam fosfat (pH = 1) merupakan etsa yang paling banyak digunakan.8 Etsa asam berfungsi membuat permukaan yang tidak rata di email dan meningkatkan energi bebas permukaan. Ketika bahan adhesif yang mengandung resin diaplikasikan, resin berpenetrasi melalui aksi

kapiler. Monomer resin berpolimerisasi dan berikatan dengan permukaan email. Mekanisme utama adhesi resin-email melalui pembentukan resin microtags di permukaan email.5

Buonocore memperkenalkan asam fosfat pertama kali dengan konsentrasi 85% dan dalam perkembangannya berbagai konsentrasi telah diujicobakan. Konsentrasi gel asam fosfat yang digunakan berkisar antara 34-37%. Konsentrasi 37% yang umum digunakan.5,9 Derajat keasaman asam fosfat tersebut di bawah 1.9 Berbagai penelitian telah dilakukan guna mengetahui waktu etsa yang optimal, namun hasil menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara waktu etsa 15 dan 60 detik terhadap kekasaran permukaan, kekuatan ikat dan kebocoran.5,10,6 Aplikasi etsa di email dan dentin dilakukan selama 15 detik. Konsentrasi etsa asam lebih dari 37%

dapat mendenaturasi kolagen.6 Waktu pembilasan etsa dapat dilakukan selama 2-5 detik.4

Nilai kekuatan ikat geser (shear bond strength) resin komposit terhadap permukaan email yang dietsa asam fosfat berkisar di atas 20 mega pascals (MPa) hingga 50 MPa, tergantung metode uji yang digunakan.5,11–13 Kekuatan ikat ini berperan sebagai retensi yang adekuat dan mencegah kebocoran di sekitar margin email dari suatu restorasi.5

Adhesi Dentin

Konsep dasar adhesi resin komposit terhadap jaringan gigi berkembang di antara tahun 1980-an hingga 1990-an, dengan diperkenalkannya teknik adhesi baru untuk jaringan dentin. Adhesi di dentin memiliki tantangan tersendiri. Bahan adhesif berikatan dengan dentin secara mekanis dan kimiawi.5,14 Prinsip utama adhesi dentin adalah penetrasi monomer adhesif di antara kolagen fibril

(2)

yang terbuka oleh etsa asam.5,15,3 Syarat suatu bahan adhesif/ bonding dentin yang ideal, yaitu:

dapat berikatan dengan dentin dan mencapai kekuatan yang setara atau lebih dari kekuatan ikat terhadap email, mencapai kekuatan ikat yang maksimal dalam waktu singkat, biokompatibel, tidak mengiritasi jaringan pulpa, mencegah kebocoran mikro, stabil dalam jangka waktu lama di lingkungan mulut, mudah diaplikasikan.6 Demineralisasi jaringan dentin dapat terjadi pada proses karies dan proses ikatan resin-dentin (resin- dentin bonding). Ikatan resin-dentin terbentuk sebagai retensi mikromekanis pada prosedur restorasi resin komposit ke jaringan dentin. Ikatan ini ditandai dengan penetrasi resin dan keterikatan terhadap kolagen fibril yang terbuka pasca demineralisasi dentin. Demineralisasi terjadi karena peran etsa asam atau monomer resin yang bersifat asam (self-etching primers/ adhesives).

Tujuan demineralisasi ini adalah membuka kolagen fibril.8,16

Proses infiltrasi resin di antara jejaring kolagen dentin disebut hibridisasi (hybridization).

Lapisan yang terbentuk oleh karena infiltrasi resin diantara serat-serat kolagen dan hidroksiapatit sebagai retensi mikromekanis dari restorasi resin komposit ke jaringan dentin disebut sebagai hybrid layer.8,4,3 Hybrid layer yang ideal dikarakterisasi dengan adanya jaringan kolagen yang dilekati dan diperkuat polimer.3 Terbentuknya hybrid layer dipengaruhi oleh faktor-faktor, antara lain:

demineralisasi jaringan anorganik dentin oleh etsa asam, bahan adhesif/ bonding, kelembaban dentin, kolagen dentin dan peran enzim matriks ekstraselular.4,17 Perbedaan jarak antara kedalaman demineralisasi dentin dan infiltrasi adhesif menunjukkan bahwa ada kolagen yang terbuka di hybrid layer.18

Saat ini, penetrasi resin ke matriks kolagen secara ekstrafibrilar dan intrafibrilar masih sulit terjadi. Resin tidak dapat berpenetrasi ke kolagen yang memiliki kandungan air. Ikatan antar permukaan jaringan dentin dan resin memberikan hasil yang beragam, karena adanya sisi mineral, resin dan kolagen yang kaya air.16 Matriks dentin terbentuk dari struktur supramolekul yang kompleks, sehingga hibridisasi tidak semudah itu terjadi. Akibatnya adalah kebocoran melalui mekanisme degradasi ikatan resin-dentin. Hal ini terjadi karena kemampuan monomer yang lemah dalam berinfiltrasi ke matriks organik dentin.8 Degradasi hybrid layer dipengaruhi oleh faktor- faktor, yaitu: enzim, suhu dan stress fungsional, kolagen yang terbuka tetapi tidak terinfiltrasi resin dengan sempurna. Degradasi ini menyebabkan kegagalan ikatan antara bahan adhesif (resin) dan jaringan dentin, sehingga bond strength berkurang.16

Berbagai strategi perkembangan adhesi resin terhadap dentin dapat dilihat dari Tabel 1.

Tabel 1.Strategi Adhesi Resin - Dentin5

Bila gigi dipreparasi dengan bur atau instrumen lain, komponen residu organik dan anorganik membentuk smear layer, menutupi tubulus dentin dan membentuk smear plug serta menurunkan permeabilitas dentin hingga 90%. Komponen dasar smear layer adalah hidroksiapatit dan kolagen yang akan terdenaturasi. Konsistensi kolagen yang terdenaturasi adalah gelatin.5

Smear layer dan smear plugs yang dihilangkan dengan asam akan meningkatkan aliran cairan ke permukaan dentin yang terbuka. Cairan dapat mengganggu adhesi karena resin yang bersifat hidrofobik tidak dapat berikatan dengan substrat yang bersifat hidrofilik, meskipun resin tags terbentuk di tubulus dentin.5

Setelah pemberian etsa asam, bahan adhesif diaplikasikan di atas permukaan dentin yang lembab. Bila dentin terlalu kering, kolagen akan kolaps dan ikatan yang terbentuk inadekuat. Dentin gigi non vital juga tidak boleh dikeringkan

Etsa (E) Primer (P) Bahan Bonding (B)

Three-step Etch-and- rinse E + P + B

Menghilangkan smear layer

Membuka kolagen intertubular dan peritubular

Membuka tubulus dentin

Menurunkan energi bebas permukaan

Berisi molekul bifungsi (hidrofilik dan hidrofobik)

Membungkus kolagen fibril

Membentuk energi bebas permukaan yang kompatibel dengan material restorasi yang hidrofobik

Mengandung

monomer yang

bersifat hidrofobik, seperti: Bis-GMA;

terkadang mengandung monomer hidrofilik dengan persentase yang kecil, seperti:

HEMA

Berpolimerisasi dengan molekul primer

Berpenetrasi dan berpolimerisasi di ruang interfibrilar sebagai rangka hybrid layer

Two-step Etch-and- rinse E + (PB)

Menghilangkan smear layer

Membuka kolagen intertubular dan peritubular

Membuka tubulus dentin

Menurunkan energi bebas permukaan

Berpenetrasi ke dalam tubulus dentin, membentuk resin tags

Aplikasi lapisan pertama di dentin yang telah dietsa, berperan sebagai primer, bertujuan meningkatkan energi bebas permukaan dentin

Aplikasi lapisan kedua berperan sebagai bahan bonding di teknik three-step, bertujuan mengisi ruangan di antara kolagen fibril

Two-step Self-etch (EP) + B

Etsa di email dangkal

Self-etching primer (SEP) tidak menghilangkan smear layer, tetapi memodifikasi dan membuka kolagen intertubular 0,5-1 µm karena keasamannya (pH= 1,2-2)

Smear plug disusupi monomer asam, tetapi tidak dihilangkan; beberapa monomer SEP berikatan kimia dengan dentin

SEP membuka jalan bagi penetrasi cairan resin

Menggunakan bahan bonding yang sama seperti di teknik three-step/ etch-and- rinse systems

Pembentukan resin tag melalui penetrasi resin di mikroporus yang dibentuk oleh SEP

One-step Self-etch (EPB)

Etsa di email dangkal

Memodifikasi smear layer

Berupa larutan monomer fosfat, mendemineralisasi dan berpenetrasi di dentin secara simultan, meninggalkan endapan di hybrid layer

Membentuk lapisan adhesif yang tipis sehingga ikatannya lemah

Tidak kompatibel dengan resin komposit self-cure kecuali bila sebelumnya dilapisi dengan bonding resin hidrofobik

10

(3)

berlebihan dalam prosedur adhesif dan harus dikondisikan seperti dentin gigi vital (wet bonding), jika tidak maka hasil ikatan yang terbentuk tidak kuat.6

Kelebihan air pasca pembilasan etsa asam dapat dihilangkan menggunakan sponge kecil atau tip aplikator sehingga diperoleh dentin yang lembab. Bila semprotan udara digunakan untuk mengeringkan dentin, sponge kecil basah dapat diaplikasikan dipermukaan dentin yang kering.

Semprotan udara ringan juga dapat digunakan untuk menghilangkan kelebihan air di dentin.6

Bahan adhesif/ bonding dentin (primer dan bonding) diaplikasikan di permukaan dentin selama 15-20 detik, menggunakan brush atau tip aplikator.

Gerakan agitasi atau mengusap ringan dapat digunakan selama aplikasi untuk memfasilitasi infiltrasi bahan ke permukaan dentin

yang telah dietsa. Semprotan udara ringan selama 5-10 detik setelah aplikasi bahan adhesif berguna untuk menguapkan pelarut bahan adhesif, baik yang menggunakan aseton maupun etanol.6

Perkembangan Bahan Adhesif

Bahan adhesif yang berkembang saat ini, bila ditinjau dari mekanisme perlekatan dan struktur yang dilekatinya dapat dikategorikan dalam beberapa generasi.

1. Generasi Pertama

Generasi pertama sistem bonding dentin dikembangkan di akhir tahun 1950 dan awal tahun 1960, tersusun atas surface-active co-monomer NPG GMA (N-phenylglycine glycidyl methacrylate).6 Komonomer ini dapat berikatan dengan kalsium di permukaan gigi, membentuk ikatan kimia yang tahan air. Kekuatan ikat material ini dengan dentin hanya berkisar 2-3 MPa. Secara in vitro, hasilnya tidak memuaskan terutama saat merestorasi lesi servikal non karies.5

2. Generasi Kedua

Generasi kedua adhesif dentin adalah material fosfat-ester (phenyl P dan hydroxyethyl methacrylate [HEMA] dalam etanol). Produk generasi ini diperkenalkan pertama kali di Jepang dengan nama Clearfil Bond System FC pada tahun 1978. Mekanisme perlekatan ini mengandalkan reaksi antara gugus fosfat yang bermuatan negatif dengan ion kalsium yang bermuatan positif di smear layer. Kekuatan ikat generasi ini hanya berkisar 1-5 MPa, masih jauh dari nilai klinis yang diharapkan, yaitu: 10 MPa. Generasi ini tidak membasahi dentin dengan baik, tidak berpenetrasi di smear layer secara menyeluruh sehingga tidak mencapai permukaan dentin guna membentuk ikatan ion ataupun resin tags di tubulus dentin.

Pengujian in vitro selama 6 bulan mengecewakan.5

3. Generasi Ketiga

Prinsip generasi ketiga adhesif dentin adalah tidak menghilangkan seluruh smear layer tetapi memodifikasinya sehingga monomer asam (phenyl P atau PENTA) dapat berpenetrasi. Hasil uji laboratoris memuaskan, namun hasil uji klinis tidak memuaskan. Ethylene diamine tetra acetic acid (EDTA) dalam generasi ini digunakan dalam perkembangannya, untuk menghilangkan smear layer. Adapun kendala penggunaannya adalah EDTA dapat menghilangkan zat anorganik, namun tidak dapat menghilangkan zat organik di smear layer.5

4. Generasi Keempat

Smear layer tidak hanya berfungsi sebagai

diffusion barrier” untuk mengurangi permeabilitas dentin, namun juga berfungsi sebagai penghalang bagi penetrasi bahan adhesif di dentin. Generasi keempat adhesif dentin menggunakan etsa asam dentin untuk menghilangkan smear layer. Generasi ini dikenal dengan teknik “total-etch” atau etch- and-rinse (Gambar 1). Teknik ini terdiri atas 3 (tiga) tahap, yaitu: penggunaan gel asam fosfat, aplikasi primer yang berisi monomer hidrofilik reaktif yang terlarut dalam etanol/aseton/air, aplikasi bahan bonding resin yang mengandung atau tidak mengandung filler.5

Pelarut etanol/aseton/air dalam primer bertujuan menggantikan cairan yang berasal dari matriks dentin dan membawa monomer ke jaringan dentin yang telah didemineralisasi dan jaring-jaring kolagen.8 Bahan bonding mengandung monomer yang bersifat hidrofobik, seperti: Bis-GMA, dikombinasikan dengan molekul hidrofilik, seperti:

HEMA. Teknik untuk bonding dentin ini popular di tahun 1990-an hingga saat ini.8,5

Gambar 1.Ikatan Resin ke Jaringan Dentin melalui Teknik Etch-and-Rinse.5

Aplikasi asam berfungsi menghilangkan smear layer sebagian atau menyeluruh, mendemineralisasi dentin intertubular dan peritubular, membuka tubulus dentin dan kolagen fibril, serta meningkatkan mikroporositas dentin intertubular. Demineralisasi dentin oleh asam dapat mencapai kedalaman 7,5 µm, tergantung tipe asam,

(4)

waktu dan konsentrasinya.5,6,15 Etsa asam tidah hanya berfungsi mendemineralisasi, tetapi juga mengubah energi bebas permukaan (surface free energy).5

Prinsip dasar suatu ikatan atau kontak yang baik adalah bahan adhesif harus mempunyai tegangan permukaan yang rendah dan substrat harus mempunyai energi bebas permukaan yang tinggi.

Hidroksiapatit mempunyai energi permukaan yang tinggi, tetapi kolagen dan komposit mempunyai energi permukaan yang rendah. Dentin memiliki dua substrat yang berbeda energi, yaitu:

hidroksiapatit dan kolagen. Primer dalam teknik etch-and-rinse bertujuan meningkatkan energi permukaan dentin. Menurut Rosales-Leal et al. 19, terdapat korelasi antara energi permukaan dentin dengan kekuatan ikar geser.5

Sistem adhesif dengan teknik etch-and-rinse berhasil secara in vitro dan in vivo. Uji kekuatan ikat terhadap dentin berkisar 17-30 MPa, nilai yang hampir sama dengan email.5 Wilder et al.

membuktikan bahwa tingkat keberhasilan teknik three-step bonding mencapai 93% selama lebih dari 12 tahun, pengamatan dilakukan terhadap 100 restorasi.20

5. Generasi Kelima

Generasi ini dikenal dengan istilah two-step etch-and-rinse adhesives atau sistem “one bottle”.

Istilah “one bottle” digunakan karena primer dan bahan bonding ada dalam satu botol. Etsa tetap diperlukan dan digunakan terpisah. Kekuatan ikatan terhadap dentin hampir mendekati ikatan terhadap email secara in vitro, sehingga penelitian terarah untuk menyederhanakan prosedur adhesif.

Produk generasi ini antara lain: One-step Plus (Bisco, Inc), Prime & Bond NT (DENTSPLY Caulk), Adper single Bond Plus (3M ESPE), OptiBond Solo Plus (Kerr Corporation), Excite (Ivoclar Vivadent, Schaan, Liechtenstein), XP Bond (DENTSPLY Caulk).5,6

6. Generasi Keenam

Bahan adhesif generasi keenam diperkenalkan di akhir tahun 1990, yang dikenal dengan istilah two-step self-etch systems atau self- etching-primer (SEP).6 Self-etching-primer mengkombinasikan etsa dan primer, memungkinkan monomer resin menembus (penetrasi) substrat dentinal melalui smear layer tanpa membilas etsa dan pengeringan, sehingga mengurangi kemungkinan over-wetting atau over- drying yang berpengaruh terhadap adhesi. Air merupakan komponen SEP, penting bagi monomer asam untuk mengionisasi dan demineralisasi. Oleh karena itu, dentin tetap lembab ketika aplikasi SEP dan kolapsnya kolagen fibril dapat dihindari.

Kelembaban dentin terjaga namun SEP rentan terhadap degradasi hidrolitik.5

Komposisi SEP antara lain: monomer ester asam fosfat (10-MDP), 4-META dan phenyl-P. Self- etching-primer berbeda dengan asam fosfat dalam mendemineralisasi email dan kekuatan ikatannya secara klinis tidak sekuat etsa asam fosfat.5,9,6 Teknik ini tidak sesensitif etch-and-rinse. Tipe adhesif tidak berkorelasi dengan sensitifitas post- operatif.5,21–23

7. Generasi Ketujuh

Generasi ini diperkenalkan di akhir tahun 2002 dan dikenal dengan istilah one-step self-etch adhesives atau “all-in-one”. Generasi ini mengkombinasikan etsa, primer dan bahan bonding dalam satu larutan agar aplikasinya mudah.6 All-in- one adhesives mengandung uncured ionic monomers sehingga dapat berkontak dengan restorasi resin komposit secara langsung. Tipe ini bersifat seperti membran semi permiabel sehingga dapat memicu degradasi hidrolitik ikatan resin- dentin. Beberapa monomer resin yang digunakan terlalu bersifat hidrofilik sehingga rentan terhadap degradasi.5

8. Generasi Kedelapan

Perkembangan nanoteknologi di bidang kedokteran gigi memicu penemuan nanokomposit dan nano-adhesif yang mengandung nanofillers.

Bahan nano-bonding adalah larutan yang berisi nanofillers guna memperkuat ikatan terhadap email dan dentin, absorbsi stres dan waktu penyimpanan yang lebih lama. Jenis bahan adhesif ini dikenal sebagai generasi ke delapan. Generasi ini mengandung partikel silica berukuran nano dan bersifat dual-cure.24

Pada tahun 2010, Voco America memperkenalkan VOCO, Futurabond DC, suatu bahan adhesif nano-reinforced, self-cured, light- cured dan dual-cured one-step, self-etch dalam satu sistem. Pabrik mengungkapkan bahwa kekuatan adhesif mencapai lebih dari 30 MPa, baik di dentin dan email terhadap resin komposit.6

9. Generasi Adhesif Universal

Perkembangan terbaru di bidang kedokteran gigi adhesif adalah bahan adhesif Universal.

Generasi ini dikenal sebagai bahan adhesif “Multi mode” atau “Multi purpose” karena dapat digunakan dengan teknik etch-and-rinse, self-etch atau selective etch. Generasi ini dikembangkan untuk mengatasi ketidakmampuan generasi bahan adhesif one-step self-etch. Aplikasi bahan adhesif ini dapat digunakan bersama dengan atau tanpa asam fosfat.25,26

Methacryloyloxydecyl Dihydrogen phosphate (MDP) merupakan monomer asam hidrofilik yang banyak ditemukan pada adhesif generasi ini. Prinsip kerja dari monomer tersebut adalah terbentuknya ikatan ion antara gugus karboksilat dan atau fosfat dari MDP dengan

(5)

kalsium dari hidroksiapatit, untuk membentuk senyawa MDP-kalsium. Selain itu, bahan adhesif ini juga mengandung biphenyl dimethacrylate (BPDM), dipentaerythritol pentaacrylate phosphoric acid ester (PEN-TA) dan kopolimer asam polialkenoat, yang dapat meningkatkan ikatan dengan struktur gigi. Komposisi lain yang terkandung adalah kombinasi monomer hidrofilik (hydroxyethul methacrylate /HEMA), hidrofobik (decandiol dimethacrylite /D3MA) dan intermediet (bis-GMA).25

Beberapa pabrik juga menambahkan silane dalam komposisinya agar dapat diaplikasikan untuk melekatkan resin komposit pada bahan lain, seperti:

keramik/porselin, metal, zirconia dan resin komposit. Berdasarkan hal tersebut, maka bahan adhesif generasi ini dapat diaplikasikan pada restorasi direk maupun indirek.25,26

Keuntungan dari bahan adhesif ini adalah para klinisi dapat memilih melakukan prosedur etsa atau tidak, berdasarkan kasus klinisnya. Contoh pada kasus dentin sklerotik dan untuk mendapatkan ikatan yang kuat di email, maka etsa dapat dilakukan. Sebaliknya prosedur tanpa etsa dapat dilakukan pada kasus waktu kunjungan yang singkat atau pasien anak-anak.25

KESIMPULAN

Tinjauan pustaka ini membahas tentang perkembangan bahan adhesif kedokteran gigi dari Generasi ke-1 hingga ke-8 dan Adhesif Universal yang merupakan Generasi tersendiri. Bahan adhesif ini berkembang karena struktur dentin yang bersifat heterogen dan kekuatan ikat resin komposit terhadap dentin lebih rendah daripada jaringan email yang bersifat homogen. Pemahaman mengenai bahan ini penting agar tidak salah dalam penerapannya dan mendapatkan restorasi resin komposit yang bertahan lama.

KONFLIK KEPENTINGAN Tidak Ada

DAFTAR PUSTAKA

1. Heymann H, Ritter A, Roberson T. Introduction to composite restorations. In: Heymann H, Swift Jr E, Ritter A, eds. Studervant’s Art and Science of Operative Dentistry. 6th ed. Singapore: Elsevier;

2012:216-23.

2. Koirata S, Yap A. Overview of direct aesthetic restorative materials. In: A Clinical Guide to Direct Cosmetic Restorations with Giomer. 1st ed. Leipzig:

Dental Tribune International GmbH; 2008:55-6.

3. Singh V, Misra A, Parthasarathy R, Ye Q, Spencer P.

Viscoelastic properties of collagen-adhesive composites under water saturated and dry conditions. J Biomed Mater Res A. 2015;103(2):646-57.

4. Trushkowsky RD. Composite Resin: Fundamentals and Direct Technique Restorations. Third Edit. (Aschheim K, ed.). St. Louis: Elsevier Inc.; 2015:83-9.

5. Perdigão J, Swift E, Walter R. Fundamental Concepts of Enamel and Dentin Adhesion. In: Heymann H, Swift E, Ritter A, eds. Studervant’s Art and Science of

Operative Dentistry. 6th ed. Singapore: Elsevier;

2012:118-33.

6. Jensen M. Dentin bonding agents. In: Aschheim K, ed.

Esthetic Dentistry: A Clinical Approach to Techniques and Materials. Third Edit. S. Louis: Elsevier Inc.;

2015:56-63.

7. Koirata S, Yap A. Bonding to enamel and dentin. In: A Clinical Guide to Direct Cosmetic Restorations with Giomer. 1st ed. Leipzig: Dental Tribune International GmbH; 2008:62-6.

8. Bertassoni LE, Orgel JPR, Antipova O, Swain MV. The dentin organic matrix - Limitations of restorative dentistry hidden on the nanometer scale. Acta Biomater. 2012;8(7):2419-33.

9. Pashley D, Tay F. Aggressiveness of contemporary self-etching adhesives. Part II: etching effects on unground enamel. Dent Mater. 2001;17(5):430-44 10. Barkmeier WW, Erickson RL, Kimmes NS, Latta MA,

Wilwerding TM. Effect of enamel etching time on roughness and bond strength. Oper Dent.

2009;34(2):217-22.

11. De Munck J, Van Meerbeek B, Satoshi I, et al.

Microtensile bond strengths of one- and two-step self- etch adhesives to bur-cut enamel and dentin. Am J Dent. 2003;16(6):414-20.

12. Senawongse P, Sattabanasuk V, Shimada Y, et al. Bond strengths of current adhesive systems on intact and ground enamel. J Esthet Restor Dent. 2004;16(2):107- 15.

13. Barkmeier WW, Erickson RL, Latta MA. Fatique limits of enamel bonds with moist and dry techniques. Dent Mater. 2009;25(12):1527-31.

14. Yoshida Y, Van Meerbeek B, Nakayama Y, et al.

Evidence of chemical bonding at biomaterial-hard tissue interfaces. J Dent Res. 2000;79(2):709-14.

15. Van Meerbeek B, Ionkoshi S, Braem M, et al.

Morphological aspects of the resin-dentin interdiffusion zone with different dentin adhesive systems. J Dent Res. 1992;71:1530-40.

16. Niu LN, Zhang W, Pashley DH, et al. Biomimetic remineralization of dentin. Dent Mater. 2014;30(1):77- 96.

17. Liu Y, Tjaderhane L, Breschi L, et al. Limitations in bonding to dentin and experimental strategies to prevent bond degradation. J Dent Res. 2011;90(8):953- 68.

18. Kermanshahi S, Santerre JP, Cvitkovitch DG, Finer Y.

Biodegradation of resin-dentin interfaces increases bacterial microleakage. J Dent Res. 2010;89(9):996- 1001.

19. Rosales-Leal JI, Osorio R, Holgado-Terriza JA, Cabrerizo-Vílchez MA, Toledano M. Dentin wetting by four adhesive systems. Dent Mater. 2001;17(6):526-32.

20. Wilder Jr A, Swift E, Heymann H, Ritter A, Studervant J, Bayne S. A 12-year clinical evaluation of a three-step dentin adhesive in noncarious cervical lesions. J Am Dent Assoc. 2009;140(5):526.

21. Browning W, Blalock J, Callan R, et al. Postoperative sensitivity: a comparison of two bonding agents. Oper Dent. 2007;32(2):112-117.

22. Wegehaupt F, Betke H, Solloch N, Musch U, Wiegand A, Attin T. Influence of cavity lining and remaining dentin thickness on the occurrence of postoperative hypersensitivity of composite restorations. J Adhes Dent. 2009;11(2):137-41.

23. Burrow M, Banomyong D, Harnirattisai C, Messer H.

Effect of glass-ionomer cement lining on postoperative sensitivity in occlusal cavities restored with resin composite--a randomized clinical trial. Oper Dent.

2009;34(6):648-55.

24. Kamble S, Kandasamy B, Thillaigovindan R, Goyal N, Talukdar P, Seal M. In vitro Comparative Evaluation of Tensile Bond Strength of 6th, 7th and 8th Generation Dentin Bonding Agents. J Inter Oral Heal.

2015;7(5):41-43.

(6)

25. Sofan E, Sofan A, Palaia G, Tenore G, Romeo U, Migliau G. Classification review of dental adhesive systems: from the IV generation to the universal type.

Ann Stomatol (Roma). 2017;8(1):1-17.

26. Trevor Burke FJ, Lawson A, Green DJB, Mackenzie L.

What’s new in dentine bonding?: Universal adhesives.

Dent Update. 2017;44(4):328-40.

Referensi

Dokumen terkait

Dentin dalam keadaan lembab lebih baik untuk penetrasi resin komposit dan penggunaan teknik ethanol wet-bonding pada restorasi Klas II resin komposit nanoybrid lebih

Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian pada tabel 4 menunjukkan bahwa yang menggunakan bahan adhesif self-etch (Silorane System Adhesive) dengan resin komposit silorane (

Sedangkan pada permukaan dentin yang diirigasi oleh ekstrak buah lerak dapat membuang smear layer organik dan anorganik sehingga mengganggu modifikasi smear layer oleh self

Dari latar belakang diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh durasi aplikasi bahan adhesif self-etch terhadap kebocoran mikro pada

Dari penelitian yang telah dilakukan disimpulkan bahwa durasi aplikasi bahan adhesif self-etch berpengaruh terhadap kebocoran mikro pada tumpatan resin komposit kelas

1,2 Perbedaan ini terjadi karena para peneliti terus melakukan upaya untuk menyederhanakan tehnik aplikasi dan mengatasi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada sistem self-etch

Kekuatan Rekat Restorasi Komposit Resin Pada Permukaan Dentin Dengan Sistem Adhesif Self-Etch Dalam Berbagi Temperatur.. Deliperi S, Bardwell DN,

total-etch memiliki kekuatan tarik perlekatan yang lebih baik dibandingkan sistem adhesif self-etch pada restorasi klas I dengan menggunakan resin