Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 1
BAHAN AJAR
DASAR-DASAR PEMETAAN, PENGINDERAAN JAUH, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
A. Identitas Sekolah
Satuan Pendidikan : SMA Negeri Mata Pelajaran : Geografi Kelas/Semester : X / 1 Tahun Pelajaran : 2017/2018
Materi Pokok : Dasar-Dasar Pemetaan, Penginderaan Jauh, Dan Sistem Informasi Geografis (SIG)
Alokasi Waktu : 12x45menit (4 PT)
B. Kompetensi Inti :
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
C. Kompetensi Dasar dan Indikator
Kompetensi Dasar Dari KI-3 Kompetensi Dasar Dari KI-4 3.2. Memahami dasar-dasar pemetaan,
penginderaan jauh, dan sistem informasi geografis (SIG)
4.2. Membuat peta tematik wiayah peta provinsi dan / atau salah satu pulau di indonesia berdasarkan peta rupa bumi
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) Indikator Pencapaian Kompetensi
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 2
(IPK) 3.2.1 Menjelaskan konsep dasar peta (pengertian,
unsur-unsur peta)
3.2.2 Menjelaskan jenis-jenis peta berdasarkan isi dan skala
3.2.3 Menjelaskan penggunaan peta
3.2.4 Menjelaskan konsep dasar penginderaan jauh (defenisi dan komponen)
3.2.5 Membedakan jenis citra dalam penginderaan jauh
3.2.6 Menjelaskan aspek interpretasi citra
3.2.7 Menjelaskan konsep dasar sistem informasi geografis (SIG)
3.2.8 Menjelaskan teori pengolahan data dalam SIG
3.2.9 Menguraikan kelebihan dan kekurangan SIG
4.2.1 Merancang peta tematik wilayah provinsi dan/atau salah satu pulau di Indonesia berdasarkan peta rupa Bumi.
4.2.2 Membuat peta tematik wilayah provinsi dan/atau salah satu pulau di Indonesia berdasarkan peta rupa bumi.
4.2.3 Menyajikan peta tematik wilayah propinsi dan atau salah satu pulau di indonesia berdasarkan peta rupa bumi
D. Tujuan Pembelajaran
Melalui model pembelajaran Discovery Learning dengan menggali informasi dari berbagai sumber belajar, penyelidikan sederhana dan mengolah informasi, diharapkan siswa terlibat aktif selama proses belajar mengajar berlangsung, memiliki sikap ingin tahu, teliti dalam melakukan pengamatan dan bertanggungjawab dalam menyampaikan pendapat, menjawab pertanyaan, memberi saran dan kritikserta dapat mendeskripsikan dasar-dasar pemetaan, penginderaan jauh, dan sistem informasi geografis (SIG) serta dapat Membuat peta tematik wiayah peta provinsi dan / atau salah satu pulau di indonesia berdasarkan peta rupa bumi.
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 3
PERTEMUAN 1 Indikator Pencapaian KD :
3.2.1 Menjelaskan konsep dasar peta (pengertian, unsur-unsur peta) 3.2.2 Menjelaskan jenis-jenis peta berdasarkan isi dan skala
3.2.3 Menjelaskan penggunaan peta.
KONSEP DASAR PETA
A. MENJELASKAN KONSEP DASAR PETA ( Pengertian, Unsur-Unsur Peta)
1. Pengertian Peta
Peta adalah gambaran konvensional dari permukaan bumi yang diperkecil sesuai kenampakkannya dari atas. Peta umumnya digambarkan dalam bidang datar dan dilengkapi dengan skala, orientasi, dan simbol- simbol. Dengan kata lain, peta adalah gambaran permukaan bumi yang diperkecil sesuai dengan skala. Supaya dapat dipahami oleh pengguna atau pembaca, peta harus diberi tulisan dan simbol-simbol.
Menurut RM. Soetardjo Soerjonosoemarno peta merupakan suatu lukisan dengan tinta dari seluruh atau sebagian permukaan bumi yang diperkecil dengan perbandingan ukuran yang disebut skala. Sedangkan Menurut Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL 2005) Peta merupakan wahana bagi penyimpanan dan penyajian data kondisi lingkungan, merupakan sumber informasi bagi para perencana dan pengambilan keputusan pada tahapan dan tingkatan pembangunan.
2. Unsur – unsur Peta
Gambar 1.1 : unsur-unsur peta
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 4
1) Judul peta : berguna untuk menggambarkan isi dan jenis peta yang ditulis dengan huruf kapital
2) Garis astronomis : berguna untuk menentukan lokasi suatu tempat yang terdapat pada tepi peta berbentuk angka – angka koordinat dalam satuan derajat, menit dan detik
Contoh astronomis Indonesia 60LU – 110LS dan 950BT – 1410BT 3) Inset : menunjukan kedudukan daerah yang dipetakan terhadap daerah
sekitarnya yang berfungsi untuk menjelaskan antara wilayah pada peta utama dengan wilayah lain di sekelilingnya. Misalnya : Peta Pulau Sumatera sebagai peta utama, sehinga untuk melihat posisi pulau sumatera dengan pulau-pulau lainnya di buat peta Indonesia sebagai insetnya
Indeks : peta diperlukan untuk mengetahui lokasi daerah yang tergambar terhadap daerah sekitarnya, khususnya peta berseri atau peta yang bersambung, misalnya peta topografi, peta pertanahan, peta saluran pengairan
4) Garis tepi peta : berguna untuk membantu dalam pembuatan peta agar terlihat lebih rapi
5) Skala peta : menunjukan perbandingan jarak di peta dengn jarak sesungguhnya
Macam – macam skala, yaitu :
a) Skala verbal adalah skala yang menunjukkan perbandingan jarak pada peta dalam suatu kalimat langsung yang tegas. Contohnya, pada sebuah peta dituliskan Skala 1 cm untuk 1 km. Ini berarti bahwa setiap jarak 1 cm dalam peta setara dengan jarak 1 km pada jarak sesungguhnya.
b) Skala angka menunjukkan perbandingan jarak pada peta dalam perhitungan angka. Skala ini paling lazim ditemui dalam kompilasi peta. Contohnya, pada sebuah peta dituliskan Skala 1 : 1.000.000.
Ini berarti bahwa setiap jarak 1 satuan jarak dalam peta setara dengan jarak 1.000.000 satuan yang sama pada jarak sesungguhnya c) Skala batang menggunakan batang garis lurus yang memiliki beberapa ruas dengan jarak yang sama di antara ruas-ruas tersebut, seperti halnya garis bilangan. Skala tersebut dapat pula berbentuk grafis (gambar) yang menunjukkan jarak antar bagian.
Gambar 1.2: Skala garis
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 5
Cara menghitung skala
1. Perhitungan skala peta: skala =𝑗𝑝
𝑗𝑠
Kota A dan kota B berjarak 50 km, sedangkan jarak pada peta 20 cm. Berapakah skala peta?
Skala = Jarak pada peta : Jarak sebenarnya = 20 cm : 5.000.000 cm = 1:1250.000
2. Perhitungan skala berdasarkan garis kontur Ci = 1
2.000𝑥𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 Kota A dan kota B berjarak 50 km, sedangkan jarak pada peta 20 cm. Berapakah skala peta?
Skala = Jarak pada peta : Jarak sebenarnya = 20 cm : 5.000.000 cm = 1:1250.000
3. Perhitungan skala berdasarkan derajat lintang dan bunjur 1o=60 menit = 111 km
Jarak kota A ke kota B pada peta adalah 20 cm, astronomis kota A 40030’ astronomis kota B 40040’ berapakah skla peta tersebut?
Selisih derajat kota A – B adalah 40030’ - 40040’ = 10’
10′+10
60𝑥111𝑘𝑚 = 18,5 1.850.000
20
= 1: 92.500
6) Sumber peta : berguna untuk mengetahui sumber data yang digunakan dalam pembuatan peta
7) Tahun pembuatan : berguan untuk mengetahui waktu pembuatan peta 8) Orientasi peta : menunjukan arah peta
Gambar 1.3: Orientasi peta
9) Simbol peta : tanda – tanda konvesional yang digunakan untuk mewakili benda yang sebenarnya.
Berdasarkan ciri - cirinya, simbol peta dapat diklasifikasikan menjadi simbol titik, garis dan area.
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 6
1) Simbol titik pada peta terdiri atas bermacam macam ukuran dan bentuk, ada yang berbentuk kotak, segitiga, lingkaran, dan bentuk lainya.
Gambar 1.4: Contoh Simbol Titik
2) Simbol garis adalah simbol yang digunakan untuk menyajikan data geografis seperti simbol sungai, batas wilayah, jalan, dsb.
Gambar 1.5: Contoh Simbol Garis
Simbol luasan (area) digunakan untuk menunjukkan kenampakan area seperti: padang pasir, rawa, hutan.
Gambar 6: Contoh Simbol Area Berdasarkan wujudnya simbol dibagi atas 3 yaitu:
1) Simbol viktorial: Piktorial atau gambar sering disebut sebagai simbol yang sama dengan keadaan sesungguhnya atau yang sudah disederhanakan .
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 7
Gambar 1.7: contoh symbol titik
2) Simbol geometrik: simbol-simbol dengan bentuk yang teratur, seperti : lingkaran, bujur sangkar, segitiga, segienam dan lain sebagainya sama halnya dengan simbol titik
3) Simbol huruf dan angka: suatu simbol yang disusun atau dibentuk oleh huruf atau angka, biasanya digunakan untuk menyatakan unsur tertentu yang sangat khas. Seringkali simbol ini diambilkan dari singkatan atau huruf depan dari nama unsur yang diwakilinya
10) Warna peta: selain memperindah dan mempercantik peta, warna dalam peta juga berfungsi mengambarkan kondisi peta seperti contoh gambar hijau menampakan daratan biru menampakan lautan
11) Legenda : keterangan dari simbol – simbol pada peta agar mudah dipahami
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 8
12) Lettering : berfungsi mempertegas arti dari simbol – simbol yang ada.
3. Proyeksi Peta
Permukaan bumi yang melengkung jika digambarkan pada bidang datar, maka sulit untuk melakukan perhitungan dari hasil ukuran, dan juga akan menghasilkan kesalahan. Untuk menghindari atau memperkecil kesalahan, dipilihlah cara menggambarkan peta dengan proyeksi. Proyeksi peta adalah cara memindahkan permukaan bumi yang melengkung ke bidang datar.
a. Jenis – jenis proyeksi peta dibedakan atas 3 jenis yaitu:
1. Proyeksi zenital (azimutal), adalah proyeksi pada bidang proyeksi berupa bidang datar yang menyinggung bola bumi.
Berdasarkan arah sinar, proyeksi zenital dibagi atas : a) Proyeksi Gnomonik
Pada proyeksi ini, titik pusat seolah berada di pusat lingkaran (digambarkan seperti sinar matahari yang bersumber di pusat lingkaran). Menggunakan proyeksi ini lingkaran paralel makin keluar makin mengalami pembesaran hingga wilayah ekuator.
Gambar 1.7. Proyeksi Azimuthal gnomonik b) Proyeksi Azimuthal Stereografik
Pada proyeksi ini seolah-olah sumber arah sinar berasal dari arah kutub berlawanan dengan titik singgung proyeksi. Akibatnya jarak antarlingkaran paralel semakin membesar ke arah luar.
Gambar 1.8. Proyeksi Azimuthal Stereografik
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 9
c) Proyeksi Azimuthal Orthografik
Pada proyeksi ini seolah-olah sumber arah sinar matahari berasal dari titik jauh tidak terhingga. Akibatnya sinar proyeksi sejajar dengan sumbu Bumi. Jarak antarlingkaran akan makin mengecil apabila semakin jauh dari pusat.
Gambar 1.9. Proyeksi Azimuthal Orthografi
Berdasarkan kedudukan garis karakteristiknya (sumbu simetri) dibedakan Atas:
a. Proyeksi zenital normal (polar): bidang proyeksinya bersinggung langsung dengan kutub
b. Proyeksi zenital miring (oblique): bidang proyeksi menyinggung salah satu tempat kutub dan ekuator
c. Proyeksi zenital transversal: bidang proyeksi tegak lurus dengan ekuator
Gambar 2.0. Proyeksi Azimuthal
2. Proyeksi Silinder
Proyeksi silinder adalah keadaan ketika semua paralel berupa garis horizontal dan semua meridian berupa garis lurus vertikal. Proyeksi ini paling tepat untuk menggambarkan daerah ekuator sebab di arah kutub terjadi pemajangan garis (pemekaran). Keuntungan proyeksi silinder adalah tempat- tempat yang paralelnya sama terletak pada satu garis lurus. Paralel dan meridian dapat dihapus dan hanya diberi angka pada tepi bingkai gambar hasil proyeksi.
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 10
3. Proyeksi Kerucut
Proyeksi kerucut diperoleh dengan memproyeksikan bola bumi pada kerucut yang menyinggung bola bumi. Bidang kerucut ini kemudian dibuka sehingga bentangannya ditentukan oleh sudut puncaknya. Proyeksi ini paling tepat untuk menggambar daerah-daerah di lintang 450.
Secara garis besar, proyeksi ini dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Proyeksi Kerucut Normal atau Standar: Proyeksi ini menggunakan kerucut dengan garis singgung dengan bola Bumi terletak pada suatu paralel (paralel standar).
b. Proyeksi Kerucut Transversal: Pada proyeksi ini sumbu kerucut berada tegak lurus terhadap sumbu Bumi.
c. Proyeksi Kerucut Oblique (Miring)
Pada proyeksi ini sumbu kerucut membentuk garis miring terhadap sumbu Bumi.
Gambar 2.1. Proyeksi Kerucut
Ketiga proyeksi berdasarkan bidang ini (azimuthal, kerucut dan silinder) termasuk kelompok proyeksi murni yang penggunaan dalam kehidupan sehari-hari sangat terbatas karena dirasa sulit. Selanjutnya, proyeksi berdasarkan bidang ini mengalami modifikasi hingga muncul proyeksi gubahan
4. Syarat dalam pembuatan peta
Dalam pembuatan peta diperlukan proyeksi peta agar permukaan bumi yang melengkung dapat digambarkan pada bidang datar. Untuk mendapatkan hasil maksimal pembuat peta harus mempertimbangkan kategori jenis proyeksi yang digunakan. Agar distorsi yang terjadi tidak begitu besar. Proyeksi peta harus memenuhi persyaratan yaitu:
1. Conform : bentuk bidang daerah, pulau dan benua digambarkan pada peta harus sesuai dengan bentuk aslinya
2. Equivalent : daerah yang digambarkan harus sesuai dengan luasnya dengan aslinya
3. Equidistant : jarak yang dipetakan harus sama perbandingannya dengan jarak sesungguhnya.
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 11
B. Jenis-Jenis Peta Berdasarkan Isi dan Skala 1. Jenis-Jenis Peta dan Penggunaanya
a. Jenis peta berdasar skala
Berdasarkan skalanya, peta diklasifikasikan:
1) Peta kadester, berskala 1:100 – 1:5000 dipakai untuk membuat peta dalam sertifikat pembuatan tanah
2) Peta skala besar : berskala 1:5000 – 1:250000 dipakai untuk menggambarkan wilayah yang relatif sempit seperti peta kabupaten 3) Peta skala sedang : berskala 1: 250.000 – 1: 500000 digunakan untuk
menggambarkan wilayah yang agak luas seperti peta provinsi
4) Peta skala kecil : berskala 1:500000 – 1: 1000000 digunakan untuk menggambarkan daerah yang cukup luas seperti Indonesia
5) Peta skala geografis berskala lebih besar dari 1:1000.0000 b. Jenis peta berdasarkan isi
1) Peta umum/peta ikhtisar : peta yang menggambarkan segala sesuatu yang ada dalam suatu wilayah seperti sungai, danau, jalan Peta umum dibedakan menjadi dua yaitu :
a) Peta Topografi : peta yang menggambarkan bentuk permukaan bumi
Contoh peta yang digolongkan sebagai peta topografi:
 Peta planimetrik, peta yang menyajikan beberapa jenis unsur permukaan bumi tanpa penyajian informasi ketinggian.
 Peta kadaster/pendaftaran tanah, peta yang menyajikan data mengenai kepemilikan tanah, ukuran, dan bentuk lahan serta beberapa informasi lainnya.
 Peta bathimetrik, peta yang menyajikan informasi kedalaman dan bentuk dasar laut.
b) Peta Chorografi : peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian kenampakan permukaan bumi
Gambar 2.2. Peta topografi
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 12
a. Mencari kontur pada titik tertentu rumus: 𝑑1
𝑑2 𝑋 Ci 𝑋 𝑡𝑐
keterangan : d1 = jarak B – C pada peta d2 = jarak A – C pada peta
Ci = kontur interval/beda tinggi Tc = angka kontur
b. Mencari beda tinggi dalam satuan persen (%) kemiringan lereng = 𝑏𝑒𝑑𝑎 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 𝑥 100 %
2) Peta Khusus/ Tematik : peta yang menggambarkan kenampakan – kenampakan tertentu seperti peta kepadatan penduduk, peta transportasi, peta tanah dll
Contoh peta yang digolongkan sebagai peta tematik:
 Peta diagram, pada peta ini subyek tematik disajikan dalam bentuk diagram yang proporsional.
 Peta distribusi, pada peta ini menggunakan simbol titik untuk menyajikan suatu informasi yang spesifik dan memiliki kuantitas yang pasti.
 Peta isoline, pada peta ini menyajikan harga numerik untuk distribusi yang kontinu dalam bentuk garis yang terhubung pada suatu nilai yang sama.
Gambar 2.3. Peta rencana sistem transportasi kota padang c. Jenis peta berdasarkan bentuknya yaitu:
1) Peta timbul, peta jenis ini menggambarkan bentuk permukaan bumi yang sebenarnya, misalnya peta relief.
2) Peta datar (peta biasa), peta umumnya yang dibuat pada bidang datar, misalnya kertas, kain atau kanvas.
3) Peta digital, peta digital adalah peta yang datanya terdapat pada suatu pita magnetik atau disket, sedangkan pengolahan dan penyajian datanya menggunakan komputer. Peta digital dapat ditayangkan melalui
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 13
monitor komputer atau layar televisi. Peta digital ini hadir seiring perkembangan teknologi komputer dan perlatan digital lainnya.
d. Jenis peta berdasarkan sumber data 1) Peta Induk (Basic Map)
Peta induk yaitu peta yang dihasilkan dari survei langsung di lapangan.
Peta induk ini dapat digunakan sebagai dasar untuk pembuatan peta topografi, sehingga dapat dikatakan pula sebagai peta dasar (basic map). Peta dasar inilah yang dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan peta-peta lainnya.
2) Peta Turunan (Derived Map)
Peta turunan yaitu peta yang dibuat berdasarkan pada acuan peta yang sudah ada, sehingga tidak memerlukan survei langsung ke lapangan.
Peta turunan ini tidak bisa digunakan sebagai peta dasar.
C. Penggunaan Peta
Fungsi dan tujuan pembuatan peta adalah:
1. Menunjukkan posisi atau lokasi relatif suatu tempat di permukaan bumi 2. Memperlihatkan ukuran, luas daerah, dan jarak di permukaan bumi 3. Memperlihatkan atau menggambarkan bentuk-bentuk pada permukaan
bumi (misalnya bentuk benua, negara, atau gunung) 4. Menyajikan data tentang potensi suatu daerah 5. Mengomunikasikan informasi keruangan 6. Menyimpan informasi keruangan
7. Membantu pekerjaan teknis, misalnya konstruksi jalan, navigasi, atau perencanaan
8. Membantu pembuatan desain, misalnya desain jalan dan bahan analisis spasial.
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 14
PERTEMUAN II Indikator Pencapaian KD :
3.2.4 Menjelaskan konsep dasar penginderaan jauh (defenisi dan komponen) 3.2.5 Membedakan jenis citra dalam penginderaan jauh
KONSEP DASAR PENGINDERAAN JAUH A. MENJELASKAN KONSEP DASAR PENGINDERAAN JAUH
1. Pengertian Penginderaan Jauh dari beberapa tokoh
Ada beberapa istilah yang sering digunakan untuk penginderaan jauh, diantaranya remote sensing (Inggris), teledection (Prancis), furnekundung (Jerman), distantsionaya (Rusia), dan sensoriamento remota (Portugis)
Gambar 2.4: Penginderaan jauh dengan menggunakan satelit dan pesawat Berikut ini beberapa defenisi dari penginderaan jauh yang dikemukakan oleh para ahli:
1) Pengideraan jauh ( remote sensing) adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah atau fenomena dengan jalan analisis data yang diperoleh melalui alat perekam (sensor) yang menggunakan gelombang elektromagnetik sebagai media perantaranya tanpa menyentuh objek tersebut (Lillesand dan Kiefer, 1979)
2) Penginderaan Jauh merupakan upaya untuk memperoleh, menemutunjukkan (mengidentifikasi) dan menganalisis objek dengan sensor pada posisi pengamatandaerah kajian (Avery, 1985).
3) Penginderaan jauh merupakan teknik yang dikembangkan untuk memperoleh dan menganalisis informasi tentang bumi. Informasi itu berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi (Lindgren, 1985).
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 15
Dari beberapa defenisi diatas, maka dapat kita simpulkan bahwa Penginderaan jauh adalah suatu teknik dan seni untuk memperoleh informasi objek dari jarak jauh tanpa kontak langsung dengan objek, gejala atau daerah yang akan dikaji dengan menggunakan sensor.
2. Sistem Pengindraan Jauh a. Sumber Tenaga
Penginderaan jauh harus memiliki sumber tenaga, baik secara alami maupun buatan. Tenaga ini mengenai objek dipermukaan bumi, kemudian dipantulkan ke sensor.
a) Tenaga Aktif (Dengan Flash / cahaya buatan)
Yang dimaksud dengan sumber tenaga aktif adalah sumber tenaga yang berasal dari radar yang aktif pada saat pengambilan objek. Biasanya wujud dari cahaya ini adalah berbentuk kilatan yang cepat dan berbentuk gelombang elektromaknetik.
b) Tenaga Pasif (Matahari)
Tenaga pasif ini bersumber dari sinar matahari yang masuk kepermukaan bumi. Jumlah tenaga matahari yang mencapai bumi dipengarui oleh waktu, lokasi dan kondisi cuaca. Jumlah tenaga yang diterima siang hari lebih banyak dibandingkan dengan pagi atau sore hari.
Gambar 2.5: Diagram kerja sensor sistem aktif b. Atmosfer
Energi yang masuk ke permukaan bumi tidak seluruhnya sampai,tapi hanya sebagian kecil masuk ke permukaan bumi. Energi tersebut dihambat oleh atmosfer melalui serapan, dipantulkan dan diteruskan. Tidak semua spektrumgelombang elektromagnetik dapat sampai di permukaan bumi, karena dalam atmosferada proses pembauran dan penyerapan. Penyerapan dilakukan oleh molekul atmosfer,sedangkan spektrum gelombang elektromagnetik yang dapat mencapai bumi disebutdengan jendela atmosfer.
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 16
c. Interaksi Antar Tenaga dan Objek
Dalam perekaman objek diperlukan wahana, tenaga alami, atau buatan, objek yang direkam, alat sensor, dan deteksi (detector). Tenaga yang memancar ke permukaan bumi (objek) akan memantul dandirekam oleh alat (sensor). Pada sensor terdapat alat untuk mendeteksi (detector), di mana detector yang ada pada alat dipasang pada wahana (seperti balon udara, pesawat, dan satelit). Tiap objek mempunyai karakteristik tertentu dalam memancarkan atau memantulkan tenaga ke sensor. Pada dasarnya, pengenalan objek dilakukan dengan menyidik karakter spektral objek yang tergambar pada citra. Objek yang banyak memantulkan atau memancarkan tenaga tampak cerah dalam citra, sedangkan objek pantulan atau pancarannya sedikit akan tampak gelap. Namun, dalam kenyataannya tidak sesederhana itu. Ada objek yang berlainan, tetapi mempunyai karakteristik spektral sama atau serupa sehingga menyulitkan pembedaan dan pengenalannya pada citra. Hal itu dapat diatasi dengan menyidik karakteristik lain, seperti ukuran, dan pola.
d. Wahana dan Sensor a) Wahana
Adalah kendaraan yang berfungsi untuk meletakkan sensor saat dilakukan proses perekaman. Merekam objek permukaan bumi bisa dilakukandi angkasa maupun di luar angkasa. Wahana yang digunakandi penginderaan jauh di antaranya balon udara, pesawatterbang, pesawat ulang-alik, dan satelit. Setiap jenis kendaraanmemiliki kerincian objek yang berbeda. Pesawat terbangmemiliki kerincian objek yang dapat terus ditingkatkan karenapesawat dapat terbang pada ketinggian yang berbeda,sedangkan satelit memiliki kerincian objek yang bergantung pada pixel karena ketinggian wahana satelit sudah ditentukan.
Wahana di angkasa dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. Pesawat terbang rendah sampai medium (Low to medium altitude aircraft), dengan ketinggian antara 1000 meter sampai 9000 meter dari permukaan bumi. Citra yang dihasilkan ialah citra foto (foto udara).
2. Pesawat terbang tinggi (high altitude aircraft), dengan ketinggian sekitar 18.000 meter dari permukaan bumi. Citra yang dihasilkan yaitu foto udara dan multispectral scanners data.
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 17
3. Satelit, dengan ketinggian antara 400 km sampai 900 km dari permukaan bumi. Citra yang dihasilkan ialah citra satelit.
Gambar 2.6: Wahana penginderaan jauh beradasrkan ketinggian
b) Sensor
1. Fotografik
Sensor yang digunakan sistem fotografik adalah kamera.
Cara kerja sensor ini berdasarkan pantulan tenaga dari objek.
Sedangkan detektornya adalah film sehingga sensor fotografik menghasilkan foto. Sensor fotografik yang dipasang pada pesawat udara menghasilkan citra yang disebut foto udara, sedangkan sensor fotografik yang dipasang di satelit sering disebut citra satelit.
2. Non fotografik
Sensor elektromaknetik / elektronik ini digunakan pada sistem penginderaan jauh nonfotografik karena proses perekaman objek tidak berdasarkan pembakaran, tetapi berdasarkan sinyal elektronik yang dipantulkan atau dipancarkan dan direkam oleh detektor. Detektor untuk sensor ini adalah pita magnetik dan proses perekamannya didasarkan pada energi yang dipantulkan atau dipancarkan. Sensor elektronik yang direkam pada pita magnetik selanjutnya diproses menjadi data visual (citra) dan data digital dengan menggunakan computer
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 18
Gambar 2.7: sensor pada satelit e. Perolehan data
1. Perolehan data manual
Data manual, didapatkan melalui kegiatan interpretasi citra. Guna melakukan interpretasi citra secara manual diperlukan alat bantu bernama Stereoskop. Stereoskop dapat digunakan untuk melihat objek dalam bentuk tiga dimensi
2. Perolehan data digital atau numerik
Data numerik (digital), diperoleh melalui penggunaan software khusus penginderaan jauh yang diterapkan pada Foto udara biasanya diinterpretasi secara manual.
f. Pengguna data
Pengguna data adalah orang atau lembaga yang memakai datapenginderaan jauh. Data penginderaan jauh dapat dimanfaatkan dalamberbagai bidang. Data penginderaan jauh yang memiliki kerincian dan keandalan sangat dibutuhkan oleh pengguna data.
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 19
Dari beberapa komponen penginderaan jauh yang telah diterangkan diatas, jika dianalisis pola sistem kerjanya adalah seperti gambar disamping.
Gambar 2.8 : Pola Sistem Kerja
2. Perbandingan Peta dengan Pengindraan Jauh.
Kemajuan teknologi dewasa ini berpengaruh besar dalam perpetaan.
Banyak. modul-modul permukaan bumi yang mirip sekali dengan peta yang dihasilkan dari perekaman jarak jauh yang dikenal dengan citra penginderaan jauh. Citra penginderaan jauh, antara lain foto udara, citra Landsat, citra SPOT, citra Radar dan citra IKANOS.
Walaupun citra penginderaan jauh mirip dengan peta, namun pada dasarnya ada beberapa perbedaan penting yaitu :
Peta Citra Pengindraan Jauh
1. Penyajian peta yang selektif
a. Kenampakan penting yang dipilih akan ditonjolkan
secara jelas, sesuai dengan tujuan pemetaannya.
b. Informasi yang diperlukan telah disadap oleh
pembuat peta, misalnya peta geologi, peta jaringan jalan.
c. Pengguna peta harus memiliki ketrampilan dalam
membaca peta
1. Penyajian citra penginderaan jauh tidak selektif
(unselective). Apa saja yang dapat direkam oleh sensor akan terlihat atau tampak, ketidakselektifan ini membawa beberapa konsekuensi, antara lain:
a. Kenampakan-kenampakan penting sulit dilihat.
b. Mungkin menonjol pada kenampakan yang tidak diperlukan bagi suatu penelitian, contoh vegetasi yang tampak menonjol bagi kepentingan geologi atau lainnya.
c. Pengguna harus mempunyai ketrampilan dalam hal menyadap
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 20
2. Peta merupakan hasil dari proses generalisasi. Proses ini merupakan hal yang fundamental dalam Kartografi, misalnya pada skala 1 : 50.000, terdapat kenampakkan lebar jalan 5 m. Apabila kenampakkan jalan tersebut dianggap penting maka tetap akan digambarkan dengan pembesaran (exageration).
3. Peta secara planimetrik mempunyai ketelitian tinggi, karena sifat proyeksinya yang ortogonal.
Ortogonal artinya skala di berbagai bagian pada peta tetap sama, terutama pada skala besar. Sistem proyeksi peta yang digunakan mempunyai karakteristik yang sudah diketahui terutama kesalahan (distorsi) skalanya dan
faktor kesalahan bentuk.
4. Meskipun telah dilakukan pengelompokkan data atau penggunaan simbol tertentu yang dapat membedakan obyek yang satu dengan obyek lain, masing-masing obyek masih dapat dibedakan warnanya sesuai dengan keinginan pembuat petai.
informasi yang diperlukan.
2. Citra penginderaan jauh merupakan gambar kenampakan yang tidak tergeneralisasi (not generalised).
Misalnya pada skala 1 : 50.000, jalan dengan lebar 10 m digambarkan dengan ukuran 0,2 mm. Sekalipun ukurannya sangat kecil, kenampakan jalan tersebut masih terlihat pada citra penginderaan jauh. Pada peta skala 1 : 50.000, kenampakan jalan dengan lebar 10 m seharusnya berukuran 0,2 mm. Apabila jalan tersebut merupakan kenampakkan yang penting maka kenampakan jalan akan tetap ditonjolkan. Misalnya digambarkan dengan ukuran 1 mm.
3. Citra penginderaan jauh mengandung ketidaktelitian dalam hal ukuran planimetriknya, terutama foto udara yang mempunyai proyeksi sentral. Walaupun hal ini tidak mengganggu interoretasi, namun dalam memplotkan hasil interpretasi pada peta akan mengalami kesulitan.
Hal ini karena skalas di berbagai bagian tidak sama. Teknik-teknik memindahkan hasil interpretasi ke dalam peta memerlukan alat yang mahal, seperti rectifier, zoom transfercope, camera, stereo, plotter analytical. Analog, dan optical photograph.
4. Warna (tone) dikandung dalam citra penginderaan jauh tergantung pada jenis spektral dan keadaan masing-masing obyek. Adakalanya refleksi rumah dan jalan yang ditangkap sensor menghasilkan rona
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 21
yang sama, walaupun dapat dibedakan bentuknya. Untuk itu, perlu dilakukan pengujian kebenaran interpretasinya
B. Membedakan jenis citra dalam Penginderaan jauh 1. Jenis Citra dalam Penginderaan Jauh
a. Pengertian Citra
Citra dapat diartikan sebagai gambaran yang tampak dari suatu objek yang sedang diamati, sebagai hasil liputan atau rekaman suatu alat pemantau dapat berupa perekaman satelit maupun pemotretan udara.
Citra sebagai keluaran dari suatu sistem perekaman data dapat bersifat : 1) Optik, berupa foto
2) Analog, berupa sinyal video seperti gambar pada monitor televisi
3) Digital, yang dapat langsung disimpan pada media penyimpan magnetik
Citra dapat diartikan sebagai gambaran yang tampak dari suatu objek yang sedang diamati, sebagai hasil liputan atau rekaman suatu alat pemantau dapat berupa perekaman satelit maupun pemotretan udara.
Citra sebagai keluaran dari suatu sistem perekaman data dapat bersifat : 1) Optik, berupa foto
2) Analog, berupa sinyal video seperti gambar pada monitor televisi
3) Digital, yang dapat langsung disimpan pada media penyimpan magnetic
b. Jenis Citra
Dalam penginderaan jauh didapat masukan data atau hasil observasi yang disebut citra. Hasil proses rekaman data penginderaan jauh tersebut berupa data citra dan data non citra untuk dianalisis dengan cara manual. Data citra berupa gambaran mirip aslinya, sedangkan data non citra berupa garis atau grafik. Citra dapat dibedakan atas citra foto (photographic image) atau foto udara dan citra non foto (non photographic image). Perbedaan pokok keduanya disajikan pada tabel 1 Tabel 1. Perbedaan Citra Foto dan Citra Non Foto
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 22
a) Citra Foto
Gambar 2.9: Citra Foto Universitas Negeri Padang Tanggal 24 Maret 2015 Citra foto adalah gambaran yang dihasilkan dengan menggunakan kamera sebagai sensor dan wahana berada di udara ketika melakukan perekaman. Citra yang dihasilkan disebut dengan foto udara. Citra foto dapat dibedakan berdasarkan :
1) Spektrum Elektromagnetik yang digunakan
Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan, citra foto dapat dibedakan atas:
a) Foto ultra violet
Foto Ultra Violet yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum ultra violet dekat dengan panjang gelombang 0,29 mikrometer. Cirinya adalah mudah untuk mengenali beberapa objek karena perbedaan warna yang sangat kontras. Kelemahan dari citra foto ini adalah tidak banyak informasi yang dapat disadap. Foto ini sangat baik untuk mendeteksi tumpahan minyak di laut, membedakan atap logam yang tidak dicat, jaringan jalan aspal, batuan kapur juga untuk mengetahui, mendeteksi, dan memantau sumber daya air
Gambar 3.0: foto ultraviolet untuk mendeteksi tumpahan minyak di laut
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 23
b) Foto ortokromatik
Foto ortokromatik yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spectrum tampak dari saluran biru hingga sebagian hijau (0,4 - 0,56 mikrometer). Cirinya banyak objek yang bisa tampak jelas.
Foto ini bermanfaat untuk studi pantai karena filmnya peka terhadap objek di bawah permukaan air hingga kedalaman kurang lebih 20 meter.
Gambar 3.1: Contoh penggunaan foto ortokromatik pada studi pantai
c) Foto Pankromatik
Foto udara pankromatrik adalah foto udara yang menggunakan seluruh spektrum tampak mata mulai dari warna merah hingga ungu. Kepekaan film hampir sama dengan kepekaan mata manusia. Pada umumnya digunakan film sebagai negatif dan kertas sebagai positifnya. Wujudnya seperti pada foto, tetapi bersifat tembus cahaya. Foto pankromatik dibedakan menjadi 2 yaitu pankromatik hitam putih dan foto udara pankromatik berwarna.
1. Foto Pankromatrik Hitam Putih
Gambar 3.1: Foto Pankromatik Hitam Putih Citra Satelit WorldView-1 Waropen Tahun 2011
1) Foto udara pankromatik hitam putih dibuat dengan saluran lebar (0,4 – 0,7 mikrometer).
2) resolusi spasialnya tinggi,  resolusi spasial : ketajaman pengambilan objek.
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 24
3) rona objek sangat dipengaruhi oleh beberapa objek seperti : permukaan objek, halus kasarnya objek.
4) keseimbangan bentuk yang tinggi.
5) foto pankromatrik hitam putih telah lama dikembangkan sehingga orang telah terbiasa menggunakannya
d) Foto infra merah
Foto inframerah yang terdiri dari foto warna asli (true infrared photo) yang dibuat dengan menggunakan spektrum infra merah dekat sampai panjang gelombang 0,9 mikrometer hingga 1,2 mikrometer dan infra merah modifikasi (infra merah dekat) dengan sebagian spektrum tampak pada saluran merah dan saluran hijau.. Cirinya dapat mencapai bagian dalam daun, sehingga rona pada foto infra merah daun tidak ditentukan berdasarkan warna tetapi oleh sifat jaringannya.
Perbedaan antara foto infra merah dengan foto udara pankromatik hitam putih terletak pada kepekaannya. Foto infra merah mempunyai beberapa keunggulan, antara lain:
mempunyai sifat pantulan khusus bagi vegetasi, daya tembusnya yang besar terhadap kabut tipis, dan daya serap yang besar terhadap air. Kelemahan foto infra merah antara lain: adanya efek bayangan gelap karena saluran infra merah dekat tidak peka terhadap sinar baur dan sinar yang dipolarisasikan, sifat tembusnya kecil terhadap air, dan kecepatan yang rendah dalam pemotretan.
Gambar 3.2: Perbandingan foto pankromatik berwarna dengan foto infra merah
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 25
Gambar 3.3: Foto Infra infra merah dua citra satelit DigitalGlobe vegetasi sehat saat kebakaran hutan di Riau
Citra di atas (yang telah ditampilkan dalam “false color” untuk menunjukkan perbedaan kondisi vegetasi dengan lebih jelas) menunjukkan dua citra satelit DigitalGlobe pada sepetak lahan dari 21 Juni dan 21 Juli 2014. Citra tersebut mengungkapkan bahwa bahkan ketika tidak terdapat titik api aktif di dalam citra, umur titik api dapat diperkirakan. Citra “before”
menunjukkan sesuatu yang terlihat seperti tutupan hutan alami (dalam pink), sementara citra “after” menunjukkan bekas kebakaran yang besar dan adanya kelapa sawit muda disekitarnya
Foto inframerah berwarna banyak digunakan dalam bidang:
1. Kemiliteran, untuk mengetahui kondisi suatu hutan, karena tanaman tidak akan terpantulkan melainkan objek yang ada disekitarnya.
2. Bidang pertanian dan kehutanan, yaitu untuk mendeteksi atau membedakan tanaman yang sehat dan tanaman yang terserang penyakit.
2) Berdasarkan Arah Sumbu Kamera ke Permukaan Bumi
Berdasarkan arah sumbu kamera ke permukaan bumi, citra foto dapat dibedakan menjadi 2, yaitu foto vertikal (tegak) dan foto condong (miring).
a. Foto vertikal atau foto tegak (orto photograph), yaitu foto yang dibuat dengan sumbu kamera tegak lurus terhadap permukaan bumi.
b. Foto condong atau miring (obliquephotograph), yaitu foto yang dibuatdengan sumbu kamera menyudutterhadap garis tegak lurus ke permukaanbumi. Sudut ini umumnya sebesar 10derajat atau lebih besar, tetapi bila sudutcondongnya masih berkisar antara 1 – 4 derajat, foto yang dihasilkan masihdigolongkan sebagai foto vertikal.
Foto condong dibedakan menjadi 2, yaitu :
 Foto agak condong (low oblique photograph), yaitu apabila cakrawala tidak tergambar pada foto.
 Foto sangat condong (high oblique photograph), yaitu apabila pada foto tampak cakrawalanya
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 26
Gambar 3.4: Foto tegak Gambar 3.5: Foto agak condong
Gambar 3.6: Foto sangat condong
1) Berdasarkan Jenis Kamera yang Digunakan
a) Foto tunggal, yaitu foto yang dibuat dengan satu kamera dengan berlensa tunggal. Tiap daerah liputan foto hanya tergambar satu lembar foto.
b) Foto jamak, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan kamera berlensa jamak. Dengan artian terdiri dari lebih 1 kamera dengan spektrum gelombang yang berbeda yang digabung menjadi satu.
Gambar 3.7. Bagan pembagian jenis foto jamak dan karakteristiknya 3) Berdasarkan wahana yang digunakan
a) Foto udara, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan pesawat/balon udara, layang-layang, drone, crane dll
b) Foto satelit atau foto orbital, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan satelit.
c) Foto Antariksa, yaitu foto yang dibuat menggunakan pesawat ulang alik yang terbang ke luar angkasa.
4) Warna yang digunakan
Berdasarkan warna yang digunakan, citra foto dapat dibedakan atas:
a. Foto berwarna semu (false colour).
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 27
Warna citra pada foto tidak sama dengan warna aslinya.
Misalnya pohon pohon yang berwarna hijau dan banyak memantulkan spketrum infra merah, pada foto tampak berwarna merah.
b. Foto berwarna asli (true colour).
yaitu yang menggunakan warna asli atau sesuai dengan warna objek.
Contoh: foto pankromatik berwarna.
b. Citra Non Foto
Gambar 3.8: Citra Kota Padang
Citra non foto adalah gambaran yang dihasilkan oleh sensor bukan kamera. Citra non foto dibedakan atas:
1) Spektrum elektromagnetik yang digunakan
Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan dalam penginderaan, citra non foto dibedakan atas:
a) Citra infra merah thermal, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum infra merah thermal. Penginderaan pada spektrum ini mendasarkan atas beda suhu objek dan daya pancarnya pada citra tercermin dengan beda rona atau beda warnanya
Gambar 3.9: Citra Persebaran Asap dan Awan Panas Gunung Merapi Tahun 2006
b) Citra radar dan citra gelombang mikro, yaitu citra yang dibuat dengan spectrum gelombang mikro. Citra radar merupakan hasil
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 28
penginderaan dengan sistim aktif yaitu dengan sumber tenaga buatan, sedang citra gelombang mikro dihasilkan dengan sistim pasif yaitu dengan menggunakan sumber tenaga alamiah.
2) Sensor yang digunakan
Berdasarkan sensor yang digunakan, citra non foto terdiri dari:
a) Citra tunggal, yakni citra yang dibuat dengan sensor tunggal, yang salurannya lebar.
b) Citra multispektral, yakni citra yang dibuat dengan sensor jamak, tetapi salurannya sempit, yang terdiri dari:
 Citra RBV (Return Beam Vidicon), sensornya berupa kamera yang hasilnya tidak dalam bentuk foto karena detektornya bukan film dan prosesnya non fotografik.
 Citra MSS (Multi Spektral Scanner), sensornya dapat menggunakan spektrum tampak maupun spektrum infra merah thermal. Citra ini dapat dibuat dari pesawat udara.
3) Wahana yang digunakan
Berdasarkan wahana yang digunakan, citra non foto dibagi atas:
a) Citra Dirgantara (Airborne Image), yaitu citra yang dibuat dengan wahana yang beroperasi di udara (dirgantara). Contoh: Citra infra merah thermal, citra radar dan citra MSS. Citra dirgantara ini jarang digunakan.
b) Citra Satelit (Satellite/Spaceborne Image), yaitu citra yang dibuat dari antariksa atau angkasa luar. Citra ini dibedakan lagi atas penggunaannya, yakni:
 Citra satelit untuk penginderaan planet. Contoh: Citra satelit Viking (AS), Citra satelit Venera (Rusia).
 Citra satelit untuk penginderaan cuaca. Contoh: NOAA (AS), Citra Meteor (Rusia).
 Citra satelit untuk penginderaan sumber daya bumi. Contoh: Citra Landsat (AS), Citra Soyuz (Rusia) dan Citra SPOT (Perancis).
 Citra satelit untuk penginderaan laut. Contoh: Citra Seasat (AS), Citra MOS (Jepang).
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 29
PERTEMUAN III Indikator Pencapaian KD :
3.2.6 Menjelaskan aspek interpretasi citra
3.2.7 Menjelaskan konsep dasar sistem informasi geografis (SIG)
ASPEK INTERPRETASI CITRA A. MENJELASKAN ASPEK INTERPRETASI CITRA
1. Pengertian Interpretasi Citra
Di dalam penginderaan jauh, interpretasi citra merupakan langkah yang harus dilakukan agar kita mendapatkan informasi dari citra untuk dimanfaatkan.Menurut Este dan Simonett (1975), interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objekdan menilai arti pentingnya objek tersebut. Jadi, di dalam interpretasi citra,penafsir mengkaji citra dan berupaya mengenali objek melalui tahapan kegiatan:deteksi, identifikasi, dan analisis. Alat yang digunakan untuk menginterpretasi citra disebut Stereoskop.
Gambar 4.0 : Stereoskop 2. Unsur Interpretasi Citra
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikandalam mengamati kenampakan objek dalam foto udara, yaitu sebagai berikut :
a. Bentuk  Kerangka atau wujud suatu objek
Ciri ini sendiri dapat membantu untuk mengenali beberapa objek.
Contoh: rumah mukim dari foto udara dikenali dengan bentuk persegi panjang atau kumpulan beberapa persegi panjang. Gedung sekolah biasanya ditandai dengan bentuk leter L atau U.
b. Ukuran  Jarak, luas dan tinggi suatu objek
Baik ukuran relatif maupun ukuran mutlak adalah penting. Contoh:
untuk membedakan apakah suatu objek merupakan jalan raya atau jalan setapak, digunakan ukuran.
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 30
c. Tekstur  Frekuensi perubahan rona
Merupakan frekuensi perubahan rona dalam citra. Sebagai contoh tekstur rumput dengan tekstur lahan yang ditanami jagung akan tampak jelas perbedaannya. Tekstur kawasan pegunungan akan berbeda dengan dataran rawa
d. Bayangan  Bayangan objek
Bayangan penting bagi penafsir foto karena ada dua hal yang berlawanan, yaitu:
1) Bentuk bayangan menghasilkan suatu profil pandangan objek yang dapat membantu dalam interpretasi, dan
2) Objek yang tertutup bayangan, memantulkan sinar sedikit menyebabkan objek sulit dikenali. Contoh: gedung bertingkat pada foto udara tampak mempunyai bayangan sehingga dapat diketahui bahwa objek tersebut merupakan gedung tinggi, tetapi daerah yang tertutup bayangan tampak hitam sehingga sulit dikenali.
e. Skala  Skala foto udara
Penentuan skala pada foto udara, dapat diformulasikan melalui rumus:
S = f
H−h
Ket : S = skala foto udara f = fokus kamera H = tinggi terbang h = tinggi objek
Contoh 1:
Perekaman objek dengan menggunakan kamera yang memiliki panjang fokus15,2 mm (f). Tinggi terbang pesawat 5000 meter di atas permukaan laut(H) dan ketinggian objek 1200 meter di atas permukaan laut (h). Berapakahskala foto udara tersebut?
Jawab : S = f
H−hS = 1,52
500.000−120.000
S = 1,52
380.000S = 1
250.000
S = 1 : 250.000
Perhitungan skala di atas, dilakukan dengan membandingkan panjang fokus dengan tinggi terbang dari objek. Tetapi bila pada foto udara tidak dicantumkan ketinggian terbang, maka perhitungan skala dapat ditentukan dengan membandingkan jarak di foto udara dengan jarak datar di lapangan, menggunakan rumus sebagai berikut.
S = jf
jl
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 31
Keterangan:
S = skala foto udara jf = jarak di foto
jl = jarak datar di lapangan Contoh 2 :
Jarak antara 2 titik pada foto udara 5 cm, sedangkan jarak datar di lapangan 500 meter maka berapakah skala foto udara tersebut?
Jawab S = 5 𝑐𝑚
50.000 𝑐𝑚
S= 1
10.000
Jadi skala foto udara adalah 1: 10.000
Selain membandingkan jarak di foto dan di lapangan, pengukuran skalafoto udara juga dapat dilakukan dengan membandingkan jarak di fotodengan jarak di peta yang ada skalanya. Rumus yang digunakan adalahsebagai berikut.
S = 𝐽𝐹
𝐽𝐿 x skala peta Contoh 3
Pada peta skala 1: 25.000, jarak titik A dan B adalah 2 cm, sedangkan jarak pada foto udara 4 cm. Berapakah skala foto udara?
S = 𝐽𝐹
𝐽𝐿 x skala peta S = 4 𝑐𝑚
2 𝑐𝑚 𝑥 1
25.000
S = 4
50.000
S= 1
12.500
Jadi skala foto udara adalah 1: 25.000
f. Pola  Hubungan susunan keruangan suatu objek
Berkaitan dengan susunan keruangan objek. Sebagai contoh: susunan ruang antara pohon pada kebun ketela dibandingkan dengan tumbuh- tumbuhan yang tumbuh alami terdapat perbedaan pola, juga berfungsi untuk mengenali berbagai bentuk pola aliran sungai
g. Situs  Tempat, kedudukan atau letak suatu objek terhadap bentang darat
Suatu kenampakan yang dapat disimpulkan karena adanya indikator yang menunjukkan letak. Misalnya sebuah kenampakan yang terletak di
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 32
tepi rel kereta api dan mempunyai hubungan dengan rel kereta api, maka dapat disimpulkan bahwa bangunan tersebut merupakan stasiun.Contoh lain misalnya permukiman pada umumnya memanjang pada pinggir beting pantai, tanggul alam atau sepanjang tepi jalan. Juga persawahan, banyak terdapat di daerah dataran rendah, dan sebagainya.
h. Asosiasi  Keterkaitan antara objek yang satu dengan objek lainnya Asosiasi adalah keterkaitan antara objek yang satu dengan objek yang lainnya. Contoh: Stasiun kereta apii berasosiasi dengan jalan kereta api yang jumlahnya lebih dari satu (bercabang). Bandar udara berasosiasi dengan landasan pesawat.
i. Konvergensi bukti
Konvergensi bukti ialah penggunaan beberapa unsur interpretasi citra sehingga lingkupnya menjadi semakin menyempit ke arah satu kesimpulan tertentu. Contoh: Tumbuhan dengan tajuk seperti bintang pada citra, menunjukkan pohon palem. Bila ditambah unsur interpretasi lain, seperti situsnya di tanah becek dan berair payau, maka tumbuhan palma tersebut adalah sagu.
Gambar 4.1: Konvergensi Bukti 2. Langkah-langkah Interpretasi Citra Penginderaan Jauh
Adapun langkah-langkah interpretasi citra : i. Deteksi
Deteksi adalah usaha penyadapan data secara global, baik yang tampakmaupun yang tidak tampak. Di dalam deteksi, ditentukan ada tidak adanya suatuobjek. Misalnya objek berupa tumbuhan, bangunan, lapangan, dan sebagainya. Tingkatan informasi pada tahap deteksi ini bersifat global.
ii. Identifikasi
Identifikasi adalah kegiatan untuk mengenali objek yang tergambar pada citra yang dapat dikenali berdasarkan ciri yang terekam oleh sensor, yaitu sebagai berikut.
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 33
1) Ciri spektoral yaitu ciri yang dihasilkan oleh interaksi antara tenaga elektromagnetik dan benda yang dinyatakan dengan rona dan warna.
2) Ciri Spasial yaitu ciri yang terkait dengan ruang yang meliputi bentuk, ukuran, bayangan, pola, tekstur, situs, dan asosiasi
3) Temporal yaitu ciri yang terkait dengan umur benda atausaat perekaman
iii. Analisis
Analisis bertujuan untuk mengelompokkan objek yang mempunyai citra yang sama dengan identitas objek.
iv. Deduksi
Hipotesis dari data.
v. Klasifikasi
Klasifikasi meliputi deskripsi dari kenampakan yang dibatasi. Hal ini merupakan interpretasi citra karena pada tahap inilah kesimpulan dan hipotesis dapat diambil.
vi. Idealisasi
Idealisasi merupakan pekerjaan kartograf, yaitu menyajikan hasil interpretasi citra kedalam bentuk peta yang siap pakai, Untuk menganalisis citra penginderaan jauh dapat digunakan dengan dua cara, yaitu:
1. Analisis secara komputer/digital
Gambar 4.2 : Analisis data secara digital
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 34
2. Analisis manual: dapat dilakukan dengan foto udara
Gambar 4.3: Tahapan analisis data secara manual
ANALISIS DATA PENGINDRAAN JAUH 1. Manfaat Pengindraan Jauh
Penginderaan jauh bermanfaat dalam berbagai bidang kehidupan, khususnya di bidang kelautan, hidrologi, klimatologi, lingkungan dan kedirgantaraan.
1) Manfaat di bidang kelautan (Satelit yang digunakan : Seasat, MOSS)
 Pengamatan sifat fisis air laut seperti suhu, warna, kadar garam dan arus laut
Gambar 4.4: Satelit NOAA, 13 Agustus 2010
 Pengamatan pasang surut air laut dan gelombang laut.
 Pemetaan perubahan garis pantai oleh proses abrasi, sedimentasi.
2 ) Manfaat di bidang hidrologi (Satelit : Landsat, SPOT)
 Pengamatan DAS.
 Pengamatan luas daerah dan intensitas banjir.
 Pemetaan pola aliran sungai.
 Studi sedimentasi sungai.
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 35
3) Manfaat di bidang klimatologi (NOAA, Meteor dan GMS)
 Pengamatan untuk prakiraan cuaca suatu daerah. (pengamatan tingkat keadaan awan dan kandungan air dalam udara)
 Analisis cuaca. ( yaitu dengan menentukan daerah tekanan tinggi dan daerah tekanan rendah)
 Pemetaan iklim dan perubahannya.
4) Manfaat dalam bidang sumber daya bumi dan lingkungan (landsat, Soyuz, SPOT)
 Pemetaan penggunaan lahan.
 Mengumpulkan data kerusakan lingkungan karena berbagai sebab.
 Mendeteksi lahan kritis.
 Pemantauan distribusi sumber daya alam.
 Pemetaan untuk keperluan HANKAMNAS.
 Perencanaan pembangunan wilayah. Dan lain-lain.
5) Manfaat di bidang angkasa luar (Ranger, Viking, Luna, Venera)
 Penelitian tentang planet-planet (Jupiter, Mars, dan lain-lain).
 Pengamatan benda-benda angkasa. Dan lain-lain 2. Keunggulan dan Kelemahan Penginderaan Jauh
a. Keunggulan
 Melalui penggunaan citra akan diperoleh gambaran objek permukaan bumi dengan wujud dan posisi yang mirip dengan kenyataannya, relatif lengkap, dan dapat meliput wilayah yang luas.
 Dengan adanya teknologi, objek yang terekam dalam foto udara memiliki kesan 3 dimensi
 Melalui citra, dapat diketahui gejala atau kenampakan di permukaan bumi seperti kandungan sumber daya mineral suatu daerah, jenis batuan, dan lain-lain dengan cepat, yaitu melalui citra yang menggunakan sinar infra merah.
 Melalui penginderaan jauh dapat diperoleh data atau informasi yang cepat, tepat dan akurat.
 Dapat menggambarkan atau memetakan daerah bencana alam dalam waktu yang cepat seperti daerah yang terkena gempa, wilayah banjir, dan sebagainya.
 Citra dapat dengan cepat menggambarkan objek yang sangat sulit dijangkau oleh pengamatan langsung (lapangan). Contohnya satu lembar foto udara meliputi luas 132 km2 direkam dalam waktu kurang 1 detik.
b. Kekurangan
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 36
 Orang yang menggunakan harus memiliki keahlian khusus;
 Peralatan yang digunakan mahal.
B. MENJELASKAN KONSEP DASAR SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
1. Pengertian SIG
Gambar 4.5: pengolahan data SIG
Selain berperan sebagai alat pengolah data keruangan, sistem informasi geografi juga mampu menyajikan informasi mengenai sumber daya yang dimiliki oleh suatu ruang atau wilayah tertentu. Dengan demikian, sistem informasi geografi tidak hanya befungsi sebagai “alat pembuat peta”, tetapi lebih jauh dari itu.
Awal dikenalnya SIG tidak lepas dari adanya kemajuan dalam bidang teknologi terutama komputer. Selama perang dunia kedua pemrosesan data mengalami kemajuan yang pesat terutama untuk memenuhi kebutuhan militer dalam memprediksi trayektori balistik. Pada awal tahun 1960-an perkembangan dalam ilmu komputer semakin pesat dan siap digunakan untuk bidang lain di luar militer. Para ahli meteorologi, geologi, dan geofisika mulai menggunakan komputer dalam pembuatan peta.
Tahun 1963 di Kanada muncul CGIS (Canadian Geographic Information System), dan selanjutnya menjadi SIG pertama di dunia. Dua tahun kemudian di Amerika Serikat beroperasi sistem serupa bernama MIDAS yang digunakan untuk memproses data-data sumber daya alam.
Setelah perkembangan teknologi informasi teknologi informasi semakin pesat, Sistem Informasi Geografi (SIG) juga ikut berkembang pesat. Namun, dalam perkembangannya banyak orang yang belum paham tentang sistem informasi geografis. Oleh karena itu, untuk lebih memahami SIG, perlu dilihat defenisi SIG.
SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisis,
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 37
dan menampilkan data-data yang berhubungan dengan posisi-posisi di permukaan bumi (Rice, 2000).
SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk memanipulasi data geografi. Sistem ini diimplementasikan dengan perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang berfungsi: a) Akuisi dan verifikasi data, b) kompilasi data, c) penyimpanan data, d) perubahan dan updating data, e) menyimpan dan pertukaran data, f) manipulasi data, g) pemanggilan dan presentasi data, dan h) analisis data. (Bern, 1992).
BAKORSURTANAL (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional) menjabarkan SIG sebagai kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi, dan personal yang didesain untuk memperoleh, menyimpan, memperbaiki, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografi.
Secara umum defenisi Sistem Informasi Geografis adalah proses pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data menjadi informasi yang akurat, mudah dipahami, dan bermanfaat bagi para pengguna informasi tersebut.
2. Komponen-komponen SIG Komponen – komponen SIG :
1) Perangkat keras ( hardware), yaitu komponen SIG yang berupa perlengkapan yang mendukung kerja SIG. Perangkat keras ini terdiri dari seperangkat komputer seperti CPU, monitor, printer, digitizer, scanner, plotter, CD Room, floopy, dan flashdisk. Perangkat keras lain yang digunakan adalah plastik transparan dan ballpoin warna transparan.
Bagian-bagian dari perangkat hardware beserta fungsinya
a) CPU (Central Processing Unit) : perangkat utama komputer untuk pemrosesan semua instruksi dan program.
b) VDU (Visual Display Unit) : komponen yang digunakan sebagai layar monitor untuk menampilkan hasil pemrosesan CPU.
c) Disk drive : bagian dari CPU untuk menghidupkan suatu program.
d) Tape drive : bagian CPU yang menyimpang data hasil pemrosesan.
e) Digitzer : alat mengubah data teristris menjadi data digital (digitasi).
f) Printer : alat untuk mencetak data maupun peta dalam ukuran relatif kecil.
g) Plotter : berfungsi seperti printer, digunakan untuk mencetak peta tetapi keluarannya lebih lebar.
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 38
CPU Scanner Monitor dan
Keyboard
Plotter Gambar 4.6: hardware untuk SIG
2) Perangkat lunak (software), yaitu komponen SIG yang berupa program- program yang mendukung kerja SIG, seperti input data, proses data, dan output data, contoh prangkat lunak dari SIG adalah program kerja seperti Mapinfo, Arcview, R2V, ArcInfo dan sebagainya.
3) Komponen manusia sebagai pengguna (Brainware), yaitu pelaksana yang bertanggung jawab dalam hal pengumpulan, proses, analisis, dan publikasi data geografis. Komponen braiware inilah yang mengolah data hasil dari lapangan untuk selanjutnya diproses atau di digitasi menjadi sebuah peta yang dapat digunakan untuk keperluan tertentu sesuai dengan fungsinya.
Gambar 4.7. Komponen- komponen SIG
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 39
PERTEMUAN IV Indikator Pencapaian KD :
3.2.8 Menjelaskan teori pengolahan data dalam SIG 3.2.9 Menguraikan kelebihan dan kekurangan SIG
TEORI PENGOLAHAN DATA DALAM SIG A. Teori Pengolahan Data Dalam SIG
1. Menganalisis Tahap Kerja SIG
SIG dapat mempresentasikan dunia nyata ke dalam layar
monitor komputer. Oleh karena itu, SIG sama halnya dengan lembaran peta yang mempresentasikan dunia nyata di atas kertas.
Meskipun SIG melalui komputerisasi memiliki kelebihan-kelebihan tertentu dibandingkan dengan peta. Akan tetapi, sebuah peta dapat disebut SIG karena juga menginformasikan data-data dalam ruang, khususnya muka bumi.
Sebagai sebuah sistem, tahapan kerja dalam SIG meliputi:
1. Masukan data (input)
Masukan data merupakan fasilitas dalam SIG yang dapat digunakan untuk memasukkan data dari mengubah data asli ke dalam bentuk yang dapat diterima dan dapat dipakai dalam SIG.
Masukan data terdiri atas sumber data dan proses memasukkan data.
a. Sumber Data: Sumber data yang dapat digunakan dalam masukan data antara lain:
1) Data Pengindraan Jauh berupa citra, baik citra foto maupun nonfoto. Apabila sumber data berupa foto udara, harus diolah terlebih dahulu dengan cara interpretasi, kemudian disajikan dalam bentuk peta. Namun apabila berupa citra satelit yang sudah dalam bentuk digital dapat langsung digunakan setelah dilakukan koreksi seperlunya.
2) Data Teristris/lapangan adalah data yang diperoleh langsung dari pengukuran lapangan, antara lain pH tanah, salinitas air, curah hujan, dan persebaran penduduk. Data teristris dapat disajikan dalam bentuk peta, tabel, grafik, atau hasil perhitungan saja.
3) Data Peta adalah data yang sudah dalam bentuk peta yang siap digunakan. Guna keperluan SIG melalui
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 40
komputerisasi, data-data dalam peta dikonversikan ke dalam bentuk digital.
b. Proses pemasukan data. Ada 2 jenis data yang di input dalam SIG yaitu:
1) Data spasial untuk memasukkan data spasial ke dalam SIG dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu digitasi dan penyiaman (scanning). a) Digitasi. Proses digitasi terdiri atas empat tahap, yaitu Penyiapan peta yang akan didigitasi, Menentukan koordinat peta, mengedit data sebelum disimpan ke data dasar, memasukan atribut dengan kode. b) Penyiaman (scanning) dapat dilakukan menggunakan detektor elektronik yang dapat bergerak. Penyiaman yang terkenal ialah penyiaman tabung (drum scanner) dan penyiaman datar (flatbed scanner).
2) Data Atribut. Data atribut suatu objek dapat berupa data kualitatif dan data kuantitatif. a) Data Kualitatif adalah data hasil pengamatan yang dinyatakan dalam bentuk deskriptif yang diperoleh dari pengisian angket; wawancara, dan tanya jawab.
Data kualitatif berfungsi untuk memperlihatkan perbedaan jenis atau rupa. Sebagai contoh, data kualitatif dalam peta tata guna lahan, antara lain permukiman, sawah, kawasan industri, tegalan, dan hutan. b) Data Kuantitatif adalah data hasil pengamatan yang dinyatakan dalam bilangan. Data kuantitatif berfungsi untuk memperlihatkan perbedaan nilai dari objek.
2. Proses pengolahan.
Dalam proses pengolahan data meliputi:
Manipulasi dan Analisis Data merupakan aktivitas yang meliputi antara lain membuat basis data baru, menghapus basis data, membuat tabel basis data, mengisi dan menyisipkan data ke dalam tabel, mengubah dan mengedit data, serta membuat indeks untuk setiap tabel basis data.
3. Penyajian Data
Subsistem penyajian data berfungsi untuk menayangkan informasi atau hasil analisis data geografi Informasi yang dihasilkan dapat berupa peta, tabel, grafik, bagan, dan hasil perhitungan. Melalui informasi itu pengguna dapat melakukan identifikasi informasi yang diperlukan sebagai bahan dalam pengambilan kebijakan atau perencanaan.
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 41
B. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SIG
Kelebihan dan kekurangan Sistem Informasi Geografis (SIG)
Sistem informasi geografi sebagai satu kesatuan sistem yang saling bekerja dalam menghasilkan berbagai bentuk data digital memiliki berbagai kelemahan dan kelebihan. Adapun bentuk-bentuk kelebihan dan kelemahan tersebut adalah sbb:
Kelebihan SIG Kelemahan SIG
1. Data dapat dikelola dalam format yang jelas
2. Biaya murah dibandingkan dengan melakukan survey lapangan
3. Data dapat dipanggil kembali dan dapat diulang dengan cepat 4. Data dapat diubah secara cepat
dan tepat
5. Data spasial dan non spasial dapat dikelola secara bersamaan 6. Analisis data dan perubahan data dapat dilakukan secara efisien
7. Data yang sulit ditampilkan secara manual dapat ditampilkan dengan pembuatan gambar 3 dimensi
8. Data SIG dapat digunakan untuk pengambilan keputusan secara cepat dan tepat
1. Membutuhkan SDM yang tinggi dalam bidang TIK
2. Karena sistemnya besar, sehingga sulit untuk mengaturnya.
3. Mempermudah terjadinya plagiat 4. Pengembangan sistem informasi
membutuhkan waktu yang lama karena konsentrasi yang tinggi 5. Membutuhkan waktu untuk
pelatihan bagi operator dan programmer.
Bahan Ajar Geografi Kelas X/1
Bab 2 Pengetahuan Dasar Pemetaan Page 42
DAFTAR PUSTAKA
Wardiyatmoko. 2014. Geografi untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.
Mbina Pinem, 2007. Geografi Transport. FAKULTAS ILMU SOSIAL. UNIMED Hendarni Deti dan Andik Suwastono.model geografi SMA.Penginderaan Jauh (PJ) Dan Sistem Informasi Geografis(SIG).2016.
Danoedoro, P. 2012. Pengantar Penginderaan Jauh Digital. Penerbit ANDI.
Yogy