PENDAHULUAN
Latar Belakang
Namun popularitas buku nampaknya masih terlalu rendah saat ini, hal ini disebabkan karena minat membaca belum banyak dijadikan sebagai minat siswa. Minat membaca adalah keinginan seseorang untuk membaca, yang akan mendorong siswa terhadap keinginan dan kemampuan seseorang, disertai dengan aktivitas nyata dalam minat membaca. Menurut Rahim, minat membaca merupakan keinginan seseorang yang disertai dengan usaha seseorang dalam membaca.
Minat membaca karya sastra merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan menulis cerita siswa karena semakin tinggi tingkatannya. Karena siswa tertarik membaca karya sastra, hal ini akan meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa dalam mengarang cerita. Oleh karena itu, minat membaca karya sastra hendaknya dibangkitkan di kalangan siswa, agar siswa dapat mengapresiasi karya sastra pilihannya sendiri, sehingga kemampuan siswa dalam mengarang cerita dapat lebih ditingkatkan.
Minat membaca dan kemampuan menulis cerita mempunyai hubungan yang berkesinambungan. Hubungan tersebut terlihat jika seseorang mempunyai minat membaca yang kuat maka siswa tersebut dapat menciptakan sebuah karya sastra berupa cerpen tanpa adanya kesulitan. Hal ini dikarenakan orang tersebut mempunyai kemampuan dan ide, kreatifitas dan imajinasi yang sama yang dapat diungkapkan. Dari latar belakang permasalahan diatas maka peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Minat Membaca Sastra Dengan Kemampuan Menulis Cerita Pada Siswa Kelas I MAN Bintuhan Tahun Pelajaran”.
Identifikasi Masalah
Oleh karena itu, membaca dan mengarang cerita merupakan keterampilan yang saling berkaitan erat.
Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Minat Membaca Sastra Dengan Kemampuan Mengarang Cerita Pada Siswa Kelas I MAN Bintuhan Tahun Pelajaran 2020/2021”.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Bagi mahasiswa yang hobi membaca karya sastra agar pengetahuannya di bidang bahasa dan sastra Indonesia lebih luas, serta kemampuannya mengarang cerita lebih baik. Untuk memotivasi siswa dalam membaca karya sastra dan sebagai bahan evaluasi bagi guru dalam meningkatkan proses belajar mengajar. Sebagai wadah motivasi kepada guru bahasa Indonesia dalam proses belajar mengajar, mengenai materi pelajaran yang berkaitan dengan keterampilan membaca untuk mengetahui minat membaca siswa dan kemampuan mengarang cerita bagi siswa di sekolah.
LANDASAN TEORI
Kajian Teori
- Minat Membaca Sastra
- Membaca
- Sastra
- Mengarang Cerita
Minat budaya atau minat sosial adalah minat yang timbul sebagai akibat dari proses belajar, minat ini tidak berhubungan langsung dengan diri kita. Minat intrinsik adalah minat yang berkaitan langsung dengan kegiatan itu sendiri, merupakan minat yang lebih mendasar atau minat yang tulus. Minat ekstrinsik merupakan minat yang berkaitan dengan tujuan akhir kegiatan, jika tujuan tersebut tercapai ada kemungkinan minat tersebut akan hilang.
Minat nyata adalah minat yang diungkapkan melalui observasi atau pengamatan langsung terhadap kegiatan yang dilakukan subjek atau dengan mengetahui hobinya. Pada masa kanak-kanak, upaya pembentukan dalam arti meletakkan landasan kepentingan yang baik dapat dimulai pada usia sekitar dua tahun. Penyelidikan empiris dapat menunjukkan bahwa di hampir semua jenis sekolah motif membaca adalah “pertama dan terutama untuk hiburan”, dan ini jauh melampaui membaca untuk kepentingan pembelajaran (informasi, pengembangan)”.
Secara umum faktor-faktor tersebut dapat diidentifikasi seperti guru, siswa, kondisi lingkungan, bahan pelajaran dan teknik pengajaran membaca.15. Seseorang dapat dikatakan memiliki minat yang tinggi dalam membaca, hal ini terlihat dari waktu yang dihabiskan orang tersebut untuk membaca buku teks dan literatur pendukung lainnya. Dalam hal ini seseorang yang memiliki minat membaca yang besar akan menyerap makna yang terkandung dalam buku tersebut dan menjadi tenggelam dalam isi bacaan tersebut.
Misalnya, bagi banyak orang, karya sastra merupakan sarana penyampaian pesan tentang kebenaran, tentang apa yang baik dan buruk. Fungsi akhlak adalah untuk membedakan akhlak yang baik dan akhlak yang buruk bagi pembacanya, karena sastra yang baik selalu mengandung nilai-nilai akhlak yang tinggi. Sebagaimana dikemukakan Tarigan, karangan yang baik adalah karangan yang mencerminkan kemampuan pengarangnya dalam menggunakan nada yang serasi, karangan yang mencerminkan kemampuan pengarang dalam menyusun karangannya secara lengkap dan tidak samar-samar serta dapat meyakinkan pembacanya.31.
Akharga dkk menjelaskan bahwa esai yang baik memiliki beberapa ciri antara lain: makna yang jelas, kesatuan yang utuh, singkat dan padat, dengan kaidah bahasa dan komunikasi. Selain itu, Darmadi mengungkapkan beberapa ciri karangan yang baik adalah penting, jelas, terpadu dan tersusun rapi, ekonomis, dikembangkan dengan baik, penggunaan bahasa yang berterima dan kuat.32 Berdasarkan pendapat di atas, terdapat beberapa persamaan ciri-ciri karangan yang baik. essays.no yaitu sebagai berikut: .. kejelasan dalam sebuah esai sangat diperlukan agar esai tersebut lebih mudah dipahami dan jelas dibaca oleh pembaca. Aspek kesatuan yang baik terjadi pada setiap kalimat penjelas yang logis dan mendukung gagasan pokok paragraf, sedangkan aspek pengorganisasian yang baik terjadi pada posisi kalimat pada tempat yang tepat, dengan kata lain kalimat tersusun. secara berurutan dan logis.
Karangan bermula dari gagasan seseorang yang ia sampaikan dari benaknya dengan menggunakan bahasa tulis setelah mengalami keteraturan yang baik. Tatanan yang baik artinya gagasan tersusun secara teratur, tersusun rapi, teratur, dan disajikan dengan jelas.
Kajian Penelitian Terdahulu
Persamaan penelitian ini dengan desain penelitian yang harus dilakukan peneliti adalah sama-sama membahas tentang minat membaca karya sastra. Perbedaan jurnal penelitian ini dengan desain penelitian yang akan peneliti lakukan adalah peneliti akan menguji hubungan antara minat membaca karya sastra dengan kemampuan mengarang cerita. 38 Desi Karolina Saragih (2018), Pengaruh Minat Membaca Karya Sastra dan Keterampilan Menulis Cerpen terhadap Prestasi Belajar Bahasa Indonesia di SMP Swasta di Bekasi.
Berbeda dengan kedua penelitian di atas, penelitian ini berfokus pada minat siswa dalam membaca karya sastra dan kemampuannya mengarang cerita. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti kebahasaan apakah terdapat hubungan antara minat membaca sastra dengan kemampuan mengarang cerita pada siswa X MAN Bintuhan Kabupaten Kaur tahun pelajaran 2020/2021. Dalam penelitian ini peneliti berharap dapat mengetahui apakah minat membaca karya sastra merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan mengarang cerita di kelas.
Ha: terdapat hubungan yang signifikan antara minat membaca sastra dengan kemampuan mengarang cerita pada siswa kelas X MAN Bintuhan Kabupaten Kaur tahun pelajaran 2020/2021. H0 : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara minat membaca sastra dengan kemampuan mengarang cerita pada siswa kelas X MAN Bintuhan Kabupaten Kaur tahun pelajaran 2020/2021. Oleh karena itu, jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, untuk mengukur minat membaca siswa dan kemampuannya mengarang cerita.
Berdasarkan angket yang disebar, terdapat 4 (empat) item pernyataan untuk variabel Minat membaca karya sastra dan Kemampuan menulis cerita yang masing-masing mempunyai nilai 1 sampai 4. Nilai konstanta = 41,346 artinya jika variabel minat membaca sastra (X) dianggap konstan, maka kemampuan mengarang cerita akan meningkat sebesar 41,346 satu satuan. Koefisien variabel (X) sebesar 0,566 artinya apabila minat membaca karya sastra ditingkatkan sebesar satu satuan maka kemampuan mengarang cerita akan meningkat sebesar 0,566 satuan.
Hal ini terkait dengan kesimpulan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa aspek minat membaca fiksi berpengaruh terhadap kemampuan mengarang cerita. Oleh karena itu, kami berharap dengan semakin besarnya minat membaca sastra, maka kemampuan siswa dalam mengarang cerita juga akan meningkat. Pengaruh Minat Membaca Karya Sastra dan Keterampilan Menulis Cerpen terhadap Kinerja Berbahasa Indonesia di SMA Swasta Se-Kota Bekasi.
Kerangka Berfikir
Hipotesis
METODE PENELITIAN
- Jenis Penelitian
- Tempat dan waktu observasi
- Populasi dan sampel
- Teknik pengumpulan data
- Instrumen pengumpulan data
- Teknik analisis data
Data Madrasah Aliyah Negeri Bintuhan merupakan bentuk profil data identitas sekolah yang menggambarkan data sekolah secara umum. 49 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah. Tenaga kependidikan Madrasah Aliyah Negeri Bintuhan dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Data
- Gambaran umum Madrasah Ailyah Negeri Bintuhan
- Data Madrasah Ailyah Negeri Bintuhan
- Sarana dan Prasarana
- Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
- Visi, Misi dan Tujuan MAN Bintuhan
- Struktur Organisasi
Madrasah Ailyah Negeri Bintuhan merupakan salah satu madrasah negeri di Kabupaten Kaur yang beralamat di Jl. Pada mulanya Madrasah Negeri Aliyah Bintuhan merupakan Madrasah Swasta GUPPI Bintuhan Aliyah yang berdiri pada tahun 1990 hingga tahun 1997. Seiring berkembangnya Madrasah tersebut pada tahun 1997, diubah dari Madrasah Swasta GUPPI Bintuhan Aliyah menjadi Madrasah Negeri Aliyah Bintuhan sesuai dengan Peraturan Menteri Agama RI. Republik Indonesia Nomor 107 Tahun 1997 tanggal 17 Maret 1997 tentang Pembukaan dan Pendirian Madrasah sampai sekarang.
Pada tahun 2015, Madrasah Aliyah Negeri Kaur terakreditasi dengan status Madrasah tipe A berdasarkan surat keputusan hasil akreditasi BAN-S/M No. Menurut standar prasarana menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 24 Tahun 2007 mewakili sarana dan prasarana. prasarana yang dimiliki Madrasah Aliyah Negeri Bintuhan semua ruang yang direkomendasikan yaitu ruang kelas, ruang kelas. perpustakaan, ruang laboratorium komputer, bahasa, ruang induk madrasah, ruang guru, ruang tata usaha, ruang sholat, ruang konseling, ruang UKS, ruang organisasi kesiswaan, gudang, ruang sirkulasi, ruang olah raga dan toilet.49. Dalam menjalankan fungsi dan tugasnya, Madrasah Aliyah Negeri Bintuhan mempunyai visi dan misi yang menjadi pedoman dalam melaksanakan kegiatan agar dapat berjalan dengan lancar.
Bentuk struktur organisasi Madrasah Aliyah Negeri Bintuhan merupakan organisasi yang merupakan hubungan langsung antara wewenang dan tanggung jawab yang berkaitan dengan tugasnya.
Hasil Penelitian
Dari rangkuman jawaban responden pada Tabel 4.4 di atas terlihat bahwa mayoritas jawaban responden pada setiap pernyataan pada variabel Minat membaca literatur sebagian besar menjawab baik (B), sedangkan sisanya menjawab sangat baik (SB) dan cukup baik (CB).
Pembahasan
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS diperoleh nilai analisis korelasi (R) = 0,509 artinya terdapat korelasi. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS diperoleh Koefisien Determinan (R2) = 0,259, hal ini berarti variabel minat membaca literatur (X) memberikan kontribusi sebesar 25,9% dalam mempengaruhi kemampuan mengarang cerita, sedangkan sisanya sebesar adalah variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian. Nilai thitung variabel minat membaca literatur (X) sebesar 7,366 dengan signifikansi 0,01 kurang dari 0,05 dan t tabel sebesar 1,685.
Dari hasil perhitungan SPSS diperoleh nilai analisis korelasi (R) = 0,509 yaitu terdapat korelasi sedang antara variabel minat membaca literatur (X) dengan kemampuan mengarang cerita (Y). Di bawah ini kami akan menyajikan saran-saran dari hasil penelitian yang ditemukan yang dapat bermanfaat bagi siswa MAN Bintuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat membaca fiksi berpengaruh positif terhadap pembentukan dan peningkatan kemampuan mengarang cerita, sehingga penulis menyarankan agar guru MAN Bintuhan khususnya guru bahasa Indonesia selalu membimbing dan memotivasi siswa agar terus meningkat. minat mereka dalam membaca karya sastra, yang pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan siswa dalam mengarang cerita.
PENUTUP
Kesimpulan
Saran