• Tidak ada hasil yang ditemukan

bangun nikah perspektif hukum islam

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "bangun nikah perspektif hukum islam"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pemulihan atau pembaharuan ikatan perkawinan setelah perceraian baik disengaja maupun tidak disengaja dan dengan cara sadar atau tidak sadar dilakukan melalui perkawinan. Struktur pernikahan adalah istilah dalam bahasa Jawa, sedangkan dalam hukum Islam struktur pernikahan sering disebut tajdīd nikāḥ.

Rumusan Masalah

Namun yang terjadi di Desa Semanding, Kecamatan Kauman, Provinsi Ponorogo berbeda, yaitu alasan perkawinan pelaku bukan perceraian, melainkan ketakutan akan perceraian yang disengaja maupun tidak disengaja, ada yang karena nasib buruk dan ada yang karena kesehatan. yang menurun setelah menikah. Penulis akan membahas apa yang terjadi di desa Semanding dalam bentuk skripsi dengan judul

Tujuan dan Manfaat Penelittian

Penelitian Terdahulu

14 Muhammad Miftah Karto Aji, Hukum Mahar dalam Tajdīd nikāḥ (disertasi, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2017). Perbedaannya terletak pada fokus penelitiannya, yaitu: tesis lebih fokus pada konsep dan proses rujuk dan tajdīd nikāḥ, sedangkan penelitian ini lebih fokus pada konsep nikah waspada dan dampaknya.

Metode Penelitian

Kesamaan antara penelitian ini dengan tesis di atas adalah tentang topik bahasan yaitu tradisi menikah di tengah kehidupan masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, pendekatan ini dapat disebut dengan pendekatan interpretatif karena data penelitian lebih berkaitan dengan interpretasi dari data yang ditemukan di lapangan 17 2. Tempat penelitian. Penentuan lokasi penelitian sangat penting karena berkaitan dengan sesuatu yang diteliti sesuai dengan tema yang akan ditetapkan dalam penelitian ini.

Semua data yang berkaitan dengan fakta yang masih mentah dari hasil penelitian lapangan kemudian disajikan dalam bentuk angka, huruf, grafik, gambar, dan sebagainya yang dapat diolah lebih lanjut sehingga diperoleh hasil tertentu. data dalam penelitian ini berkorelasi. Penelitian kualitatif memiliki teknik pengumpulan data yang utama yaitu observasi partisipan, wawancara mendalam, dokumentasi dan gabungan ketiganya atau triangulasi 21 Dalam penelitian ini hanya digunakan dua teknik pengumpulan data yaitu wawancara dan dokumentasi. Sehingga informasi yang diperoleh dari informan dapat ditulis sesuai kebutuhan.22 Peneliti dalam penelitian ini akan menggunakan jenis wawancara terbuka, dimana peneliti akan melakukan wawancara dengannya.

Dokumen dapat berupa gambar atau tulisan 23 Dalam penelitian ini, peneliti membutuhkan dokumen berupa transkrip wawancara dan foto saat melakukan wawancara.

Sistematika Pembahasan

Hal inilah yang melatar belakangi adanya praktek nikah di Desa Semanding Desa Semanding Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo, kemudian tujuan diadakannya praktek nikah di Desa Semanding Desa Semanding Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo. Pada bab ini kesimpulan tidak dicantumkan dalam ringkasan penelitian yang dilakukan, melainkan jawaban singkat dari rumusan masalah yang dibuat.

KONSEP PERNIKAHAN DALAM HUKUM ISLAM

Pernikahan

  • Pengertian Pernikahan
  • Dasar Hukum Pernikahan
  • Rukun dan Syarat Pernikahan

Karena jika sudah tiga kali bercerai, maka tidak boleh lagi melangsungkan perkawinan lain, karena secara hukum dapat merusak perkawinan. Perkawinan syahid merupakan upaya yang diberikan oleh masyarakat sebagai pelaku kebangkitan perkawinan agar tidak rusaknya ikatan perkawinan yang telah dihayati selama ini akibat perceraian dalam bentuk talak. Hal ini tentunya menjadi perhatian penting penulis, sehingga menimbulkan pertanyaan apakah praktek perkawinan di Desa Semanding sudah sesuai dengan hukum Islam yang ada ataukah terjadi pergeseran praktek perkawinan di Desa Semanding menurut hukum Islam.

Membangun Perkawinan Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Semanding, Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo). syariat Islam, agar pengetahuan yang berkaitan dengan perkawinan semakin meningkat di kalangan masyarakat. Kemiripan penelitian ini dengan penelitian ini adalah pada topik pembahasan yaitu tradisi perkawinan di tengah kehidupan masyarakat, dan keduanya menggunakan perspektif hukum Islam. Perbedaannya terletak pada fokus yang dituju, penelitian ini berfokus pada motif yang melatarbelakangi pernikahan, sedangkan penelitian ini berfokus pada praktik pernikahan dan dampaknya.

Kemiripan penelitian ini dengan penelitian ini terdapat pada topik pembahasan yang diangkat yaitu tradisi pernikahan di tengah kehidupan masyarakat dan keduanya menggunakan perspektif hukum Islam. Persamaan penelitian ini dengan tesis ini terdapat pada topik bahasan yaitu tradisi pernikahan di tengah kehidupan masyarakat dan keduanya menggunakan perspektif hukum Islam. Peneliti memilih lokasi tersebut karena di desa tersebut terdapat praktik perkawinan yang dilakukan oleh masyarakat setempat dengan berbagai alasan dan tujuan.

Bangun Nikah

  • Pengertian Bangun Nikah
  • Dasar Hukum Bangun Nikah

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tajdīd nikāḥ atau nikah bangun adalah akad nikah baru yang dilakukan oleh suami istri sebagai alternatif untuk menambah kebaikan dan keberkahan dalam rumah tangga. Hukum melangsungkan perkawinan atau tajdīd nikāḥ (pembaruan perkawinan) diperbolehkan karena bertujuan untuk kehati-hatian (ikhtiyāṭ) dan tidak termasuk pengakuan cerai (tidak wajib membayar mahar). Hukum tajdīd nikāḥ diperbolehkan karena mengulang pengucapan akad nikah pada pernikahan kedua tidak merusak akad pertama.

Kemudian diperkuat dengan dalil Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani yang menyatakan bahwa tajdīd nikāḥ menurut mayoritas ulama tidak merusak akad pertama. Qusyairi Ismail, bahwa hukum asal memperbaharui akad nikah boleh karena bertujuan untuk bertakwa (ikhtiyāṭ), menghindari hal-hal yang tidak diinginkan atau bertujuan tajam (upaya menaikkan gengsi/menahan gengsi). Artinya: “Pelaksanaan tajdīd nikāḥ adalah adanya wanita yang sah tajdīd (diperbaharui) dalam perkawinannya, dengan izin dan wali yang baru, saksi dan mahar yang baru/berbeda.”20.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, pelaksanaan tajdīd nikāḥ sama dengan akad nikah awal, yaitu atas persetujuan kedua mempelai (pasangan yang menginginkan tajdīd nikāḥ), ada wali, ada 2 orang saksi, mahar baru, dan tentu ada hukum ijab qabul.

PRAKTIK BANGUN NIKAH PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Geografis Desa Semanding kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo

Kondisi tanah di desa Semanding cukup subur sehingga cocok dijadikan lahan persawahan bagi para petani untuk bercocok tanam. Kondisi sosial di desa Semanding masih sangat kental dengan gotong royong di masyarakat, seperti kerja bakti membersihkan desa, membuat tempat sampah untuk setiap rumah di desa dan saling membantu ketika tetangga sedang membutuhkan atau kesulitan. Adapun sifat atau karakter masyarakat di desa Semanding tidak ada kontradiksi, semua anggota masyarakatnya baik, sopan dan masih menjaga hubungan sosial yang sangat baik antar warga.

Selain Reog, ada juga budaya Campursari yang biasanya dipentaskan saat ada acara tertentu di Desa Semanding. Kegiatan Slametan atau tahlilan bagi orang yang telah meninggal dunia, genduri dan adat istiadat yang terdapat pada pesta pernikahan juga termasuk dalam budaya Desa Semanding.3 Kondisi keagamaan masyarakat Desa Semanding memiliki 2 kepercayaan yaitu: Islam dan Kristen. Keadaan pendidikan masyarakat Desa Semanding tergolong baik, dengan tingkat pendidikan masyarakat Desa Semanding banyak yang telah mencapai tingkat perguruan tinggi.

Sarana pendidikan di desa Semanding berupa gedung sekolah, antara lain: 2 Taman Kanak-Kanak (TK), 2 Sekolah Dasar (SD), 1 Madrasah Ibtidaiyah (MI), 1 Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Praktik Bangun Nikah di Desa Semanding Kemcamatan Kauman

Menurut Kyai di desa Semanding, syarat, rukun dan tata cara perkawinan adalah sebagai berikut. Ada juga yang menjadi pangeran saat menikah yaitu modin dan kyai di desa Semanding. Dengan demikian, sebagian besar pelaku praktik perkawinan di desa Semanding menerima pinangan dari tokoh masyarakat desa setempat.

Penelitian ini mengkaji praktik perkawinan di Desa Semanding Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo dari perspektif hukum Islam. Analisis Praktek Perkawinan Perspektif Hukum Islam di Desa Semanding Kecamatan Kauman Kecamatan Semanding Ponorogo Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo. Ada tiga pasangan suami istri yang melakukan inisiasi nikah di Desa Semanding, Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo.

Analisis Dampak Hukum Perkawinan Praktek Perkawinan Ditinjau dari Hukum Islam di Desa Semanding Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo Islami di Desa Semanding Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo. Menurut masyarakat Desa Semanding, penulis perlu menganalisis dampak hukum dari praktik perkawinan di Desa Semanding Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo. Praktik menikah di Desa Semanding Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo didasari oleh beberapa alasan.

BANGUN NIKAH PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DI DESA

Analisis Praktik Bangun Nikah Perspektif hukum Islam di Desa

Karena temanya adalah menikah, maka pendataan dilakukan melalui wawancara dengan masyarakat di Desa Semanding yang melakukan perkawinan atau pelaku praktik kawin, ada juga tokoh masyarakat lain yang menjadi narasumber selain pelaku kawin. menikah yaitu Pemimpin Desa Semanding, Modin Desa Semanding, Kyai Desa Semanding dan Pujangga Desa Semanding. Pasangan pertama, Moch Imam Maksum dan Siti Komariyah, melakukan praktik menikah karena kehati-hatian, takut cerai, baik disengaja maupun tidak disengaja, dan karena rezeki tidak lancar. Pasangan lainnya adalah Berlin Anjung Narulita dan Mamik Budi Santoso, yang melakukan praktik menikah karena ada kehati-hatian dan ketakutan akan perceraian, baik disengaja maupun tidak disengaja.

Dan pasangan ketiga, M Bhanu Setyawan dan Annisa Ardiansyah, yang melakukan praktik menikah karena sakit atau kurang sehat setelah menikah. Adanya alasan penghidupan yang buruk dan kesehatan yang memburuk setelah menikah tidak dapat dijadikan alasan untuk melakukan praktik pernikahan. Oleh karena itu, alasan dampak perhitungan tanggal perkawinan yang tidak sesuai dengan adat Jawa tidak dapat dijadikan alasan untuk melangsungkan perkawinan.

Analisis Dampak Hukum Perkawinan Praktek Perkawinan Perspektif Hukum Islam di Desa Semanding Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo.

Analisis Dampak Hukum Praktik Bangun Nikah Perspektif Hukum

Jika dijadikan alasan perkawinan, maka akibat hukum dari praktek perkawinan pelaku di Desa Semanding tidak akan mengubah status perkawinan, apakah menjadi lebih utama/luar biasa atau sebaliknya, karena tetap memenuhi ketentuan. fiqh atau syariat Islam dan demi menjaga keutuhan, kesejahteraan dan keselamatan keluarga. Adapun alasan masyarakat Desa Semanding tentang tujuan pernikahan sebenarnya tidak ada kaitannya dengan syariat Islam. Dengan alasan-alasan tersebut di atas, dalam kaitannya dengan hukum Islam, praktik perkawinan di Desa Semanding Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo tidak dilarang atau dianjurkan (mubah) karena perkawinan atau tajdīd nikāḥ dilatarbelakangi adanya talak bain sughra.

Berdasarkan pelaksanaan praktik nikah di Desa Semanding Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo, dampak hukum yang terkait dengannya ditinjau dari hukum Islam adalah tidak mengubah status perkawinan atau ikatan perkawinan seseorang, baik yang lebih primer. /abdol atau sebaliknya, karena masih bersumber dari ketentuan fiqh atau. Berdasarkan penelitian di atas dapat diketahui bahwa pemahaman masyarakat Desa Semanding mengenai struktur pernikahan masih erat kaitannya dengan kepercayaan adat Jawa terkait perhitungan tanggal pernikahan yang sangat penting dan berdampak tersendiri jika perhitungannya salah Oleh karena itu diharapkan dengan adanya penelitian ini masyarakat dapat membedakan sebab-sebab yang dapat menjadi alasan-alasan dilangsungkannya suatu perkawinan dari sudut pandang hukum Islam khususnya dan hukum-hukum lainnya.

Diharapkan pula dengan membaca penelitian ini, masyarakat baik yang paham maupun yang belum paham mengenai struktur perkawinan serta sebab dan akibat dari praktik perkawinan dapat lebih memahami tentang apa itu perkawinan yang sesuai. dengan hukum yang diajarkan Islam.

PENUTUP

Kesimpulan

Alasan pertama karena kehati-hatian atau takut akan perceraian yang disengaja atau tidak disengaja, alasan kedua karena dukungan keluarga tidak lancar, alasan ketiga karena kondisi kesehatan yang menurun.

Saran

Referensi

Dokumen terkait

Akad nikah melalui teleconference tersebut, dapat dikatakan sah apabila semua rukun perkawinan terpenuhi walaupun syarat dari ijab qabul yang harus dilaksanakan

Istilah Fikih adalah suatu istilah yang juga berasal dari bahasa Arab yang berarti kecerdasan atau tahu atau paham atau pemahaman atau pengertian atau mengetahui

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanalarangan nikah bagi wanita berzina di Desa Tanah Bekali dan untuk mengetahui kenapa dilarang menikah

Anak di luar nikah yang lahir tanpa perkawinan yang sah tidak dapat diberikan perlindungan melalui itsbat nikah, karena tidak memiliki dasar hukum untuk

Adapun hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa; (1) syarat sah-nya nikah — baik umum maupun siri — ditentukan oleh lima hal, dan dari kelima hal tersebut,

Tajdid nikah berasal dari dua kata tajdid dan al-nikah secara garis besar tajdid artinya adalah bembaharuan, pembaharuan nikah adalah sepasang suami istri yang melakukan Ijab- Qabul

Perbuatan nikah atau kawin baru dapat dilakukan perbuatan hukum (menurut hukum) apabila dilakukan menurut ketentuan hukum positif ketentuan hukum yang mengatur

3 Pasal-pasal KHI yang menyinggung persoalan difabel yang berkenaan dengan Hukum Keluarga adalah Pasal 22 tentang Wali nikah dan Pasal 25 tentang Saksi nikah ialah sebagai berikut: 4