• Tidak ada hasil yang ditemukan

BANTUAN BIMBINGAN TERAPI BICARA TERHADAP PENYEMBUHAN NORMAL BICARA ANAK KEMBAR DIFABEL DI YAYASAN MAULA NADIQU RANTAU PRAPAT

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "BANTUAN BIMBINGAN TERAPI BICARA TERHADAP PENYEMBUHAN NORMAL BICARA ANAK KEMBAR DIFABEL DI YAYASAN MAULA NADIQU RANTAU PRAPAT"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia is licensed under

A Creative Commons Attribution-Non Commercial 4.0 International License.

BANTUAN BIMBINGAN TERAPI BICARA TERHADAP

PENYEMBUHAN NORMAL BICARA ANAK KEMBAR DIFABEL DI YAYASAN MAULA NADIQU RANTAU PRAPAT

Nur Azura Tambunan1), Zainun2)

1) Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Medan, Indonesia E-mail: nur01192043@uinsu.ac.id

2) Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Medan, Indonesia E-mail: zainundr@gmail.com

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menggali data mengenai Bantuan Bimbingan Terapi Bicara Terhadap Penyembuhan Normal Bicara Anak Kembar Difabel di Yayasan Maula Nadiqu Rantau Prapat. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif oleh Yayasan Maula Nadiqu Rantau Prapat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode pembimbingan. Subyek penelitian ini adalah anak kembar cacat Rantau Prapat. Data yang sudah terkumpul tersebut dianalisis kemudian dijadikan sebagai dasar dalam merumuskan terapi bicara dalam meningkatkan penyembuhan normal bicara anak. Penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendampingan terapi bicara Unit Terapi Konseling Yayasan Maula Nadiqu untuk rehabilitasi normal bicara anak dilakukan dalam dua bentuk yaitu dengan melakukan latihan yang memperkuat organ bicara seperti memijat beberapa titik pada organ bicara anak. Wajah, pemusatan pada bagian dagu anak juga dapat dilakukan dengan alat yaitu sikat gigi atau yang biasa dikenal dengan sikat gigi dan tiup lilin. Lakukan latihan pengucapan kata berulang-ulang untuk meningkatkan kemampuan pengucapan dan bahasa pada anak dengan keterlambatan bahasa. Kegiatan ini menggunakan kartu bergambar, kartu warna, kartu kata, dan kartu huruf sebagai alat peraga.

Kata Kunci: Terapi Bicara Unit Konseling; Terapi Yayasan Maula Nadiqu; Penyembuhan Normal Bicara Anak

I. PENDAHULUAN

Anak merupakan titipan dari yang Maha Kuasa yakni Allah SWT. kepada ketua orang tua.

Sebagai mana orang tua yang diberi amanah tentu akan selalu memberikan yang terbaik kepada anaknya (Diri, dkk., 2021). Anak pada hakekatnya apa yang dilakukannya berasal dari melihat dan meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Apabila orang tua memiliki sikap yang buruk dalam mendidik dan mendidik anak- anaknya, maka sikap dan akhlak anak-anak tersebut juga akan buruk. Orang tua sebagai cermian perilaku anak-anak mereka. Orang tua juga harus menjadi teladan yang baik bagi anak- anaknya, orang tua juga harus bisa mengarahkan

dan membimbing agar anak terjaga dari hal-hal yang tidak baik yang tidak diinginkan oleh orang tuanya selanjutnya agar menjadi anak yang berakhlakul karimah.

Kelahiran seorang anak dipandang oleh orang tua sebagai anugerah dari Tuhan. Anak-anak juga merupakan sumber harapan mereka. Sebagai orang tua, sudah menjadi tanggung jawab kita untuk menghargai, berterima kasih, merawat, dan menjaga anak dengan baik. Tidak setiap anak lahir tanpa kekurangan atau dengan sempurna.

Tidak semua orang dilahirkan ke dunia di mana mereka dapat hidup tanpa batasan dan beberapa orang memiliki fisik dan mental yang berbeda.

Terkadang kehadiran mereka yang tidak sesuai dengan "harapan" dapat menimbulkan suatu

(2)

problema bagi keluarga, seperti adanya keterlambatan bicara pada anak (speech delay) (Taseman, dkk., 2020). Keterlambatan bicara atau Speech delay , yang dalam bahasa neurologi disebut developmental dysphasia, kini lebih dikenal sebagai Specific Laungage Impairment atau SLI yang mana intervensi bahasa yang diberikan pada anak-anak ini adalah area kerja para guru bahasa dan ahli bahasa (Friantary, 2020).

Hambatan perkembangan bicara anak dapat berdampak pada penyesuaian sosialasi anak

.

Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi keterlambatan bicara (speech delay). Abidarda &

Ridhani (2022) mengungkapkan bahwa resiko keterlambatan dalam berbicara bahwasanya rasio terbesar adalah berjenis kelamin laki-laki, rendahnya pendidikan ibu, dan juga dampak dari genetik keluarga ibu. Salah satu kemampuan manusia yang paling penting adalah kemampuan untuk berbicara. Karena berbicara berkaitan dengan komunikasi, yang merupakan sesuatu hal yang tidak mungkin tidak dilakukan oleh manusian dibumi ini, terutama saat kita berinteraksi dengan orang lain. Seringkali memiliki anak yang terlambat berbicara membuat kesehatan mental orang tua semakin buruk.

Karena anak yang yang dilahirkannya berbeda dari anak-anak lainya. Begitu pula anak juga merasa berbeda pada temannya.

Kelangsungan hidup seseorang juga sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologisnya. Anak yang mengalami speech delay akan merasa malu dan kurang percaya diri dalam bersosialisasi.

Oleh karena itu, dibutuhkan terapi bicara pada anak speech delay. Terapi bicara adalah Salah satu jenis layanan terapi yang ditawarkan kepada seseorang yang mengalami gangguan komunikasi verbal. (Istiqlal, 2021). Modal untuk berkomunikasi verbal yang baik adalah orang tersebut memiliki kesehatan dalam pusat bahasanya yang meliputi: saraf, organ, artikulasi, pernapasan, psikoligis, maupun lingkungannya (Abidarda & Ridhani, 2022). Pada specch delay untuk terapi bicara lebih kepada membantu kemampuan bahasa dan bicaranya. Tujuan dilakukannya terapi bicara di sini tidak hanya

untuk melatih kemampuan berbicara, namun juga untuk memberikan pemahaman akan pentingnya berhubungan sosial dengan orang lain (Achmad Ali Fikri, Syamsul Arifin, 2022). Anak dengan keterlambatan bicara (speech delay) memiliki keistimewaan dan tanggung jawab yang sama seperti anak-anak pada umumnya. Mereka akan terlibat dalam berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Interaksi yang dilakukannya dengan cara berkomunikasi.

Anak yang menderita speech delayjuga harus mendapatkan pendidikan khusus dari orang tuanya. Selain itu, pada anak yang menderita speech delay diperlukan pendekatan secara psikologisnya yaitu dengan meningkatkan rasa percaya dirinya. Anak-anak yang memiliki perbedaan kemampuan yang disediakan fasilitas pendidikan khusus. Di Yayasan Maula Nadiqu yang berlokasi di Rantau Prapat merupakan salah satu pusat pelayanan anak berkebutuhan khusus atau difabel dalam bentuk bimbingan fisik, mental, terapi, dan fisoterapi, untuk mengobati anak-anak yang menderita berkebutuhan khusus, yaitu gangguan bicara. Selain itu, Yayasan Maula Nadiqu ini juga melatih anak berkebutuhan khusus atau difabel dalam melakukan interaksi sosial atau bersosialisasi.

Salah satunya bentuk bimbingan atau terapi yang dapat di terapkan untuk melatih anak berkebutuhan khusus atau difabel adalah melalui terapi bicara pada anak dengan tujuan untuk melatih anak agar bisa berbicara dua arah (berkomunikasi) (Friantary, 2020). Menambah kosa kata dan melatih anak untuk bersosialisasi dan lebih mandiri. sehingga mereka dapat memaksimalkan potensi mereka dan dengan lingkungan mereka. Terapis/Guru merupakan orang yang memberikan bimbingan di Yayasan Maula Nadiqu bertugas membimbing sekaligus mengobati anak berkebutuhan khusus atau difabel. Guru/terapis bertugas untuk membimbing, mengarahkan atau melakukan latihan-latihan dasar seperti menstimulasi motorik pada anak, merangsang kemampuan, potensi serta minat dan bakat yang ada dalam diri anak (Astriani, dkk., 2021). Terkait dengan pengertian terapi dan guru/terapis di atas, dalam penelitian

(3)

ini guru/terapis berarti seseorang yang merawat dan memberikan pengobatan kepada anak-anak yang menderita berkebutuhan khusus.

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti tertarik untuk meneliti judul “Bantuan Bimbingan Terapi Bicara Terhadap Penyembuhan Normal Bicara Anak Kembar Difabel Di Yayasan Maula Nadiqu Rantau Prapat.” Peneliti membatasi objeknya pada sepasang anak kembar difabel saja.

II. METODE

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Metode deskriptif bertujuan untuk mengungkap data-data di lapangan yang bersifat aktual mengenai kondisi objektif anak dalam meminimalisir keterlambatan bicara pada anak.

Bertujuan untuk menggali data mengenai terapi bicara dalam meningkatkan penyembuhan normal bicara anak dan kemampuan komunikasi verbal yang mengalami speech delay di Yayasan Maula Nadiqu Rantau Prapat. Adapun subjek penelitian ini adalah Anak Kembar Difabel Di Rantau Prapat.

Data yang sudah terkumpul tersebut dianalisis kemudian dijadikan sebagai dasar dalam merumuskan terapi bicara dalam meningkatkan penyembuhan normal bicara anak. Penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara, dan audiovisual atau dokumentasi. Observasi dilakukan untuk melihat dan mencatat perkembangan bicara anak. Proses wawancara di lakukan dengan wawancara secara terstruktur kepada guru/terapis, orang tua yang didalamnya menyajikan pertanyaan-pertanyaan secara sistematis yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Dokumentasi atau audiovisual yang terdiri dari gambar,suara dan video yang dikumpulkan oleh peneliti untuk membantu memahami merekam data yang digunakan.

Teknik analisis data dalam penelitian menggunakan tiga langkah. Menurut (Aminah &

Ratnawati, 2022) tenik analisis data yaitu reduksi data, display data, dan verifikasi data. Sedangkan pengujian kredibilitas data diperlukan untuk pengecekkan data yang dilaporkan dengan data

yang ditemui di lapangan. Pertama, peneliti menganalisis data dengan melakukan reduksi data.

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting. Kemudian peneliti mengadakan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Kedua, yaitu membuat rangkuman temuan penelitian berdasarkan pada aspek-aspek yang diteliti. Berdasarkan display data, data tersebut akan terorganisasi, tersusun dalam pola hubungan, sehingga dapat memudahkan memahami gambaran keseluruan dari aspek-aspek yang diteliti. Ketiga, yaitu verifikasi data dengan cara mempelajari kembali data-data yang terkumpul dan menarik kesimpulan sehingga mendapatkan temuan baru.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Yayasan Maula Nadiqu Rantau Prapat Yayasan Maula Nadiqu Rantau Prapat secara geografis terletak di Komplek Perumahan Sipirok Nauli Blok A Rantauprapat, Bakaran Batu, Kec.

Rantau Selatan, Kab. Labuhan Batu Prov.

Sumatera Utara. Yayasan Maula Nadiqu Rantau Prapat adalah yayasan anak yang memberikan pelayanan sosial kepada keluarga pra sejahtera khususnya bagi keluarga yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus melalui pengobatan dan terapi. Yayasan Maula Nadiqu Rantau Prapat didirikan pada tahun 2017 yang diketuai oleh ketua Yayasan bernama Hikmah Dewi. Beliau sangalah berjasa untuk yayasan ini. Saat itu, ia sangat khawatir kepada orang tua dengan anak yang mengalami berkebutuhan khusus.

Tanggung jawab mereka lebih besar dari pada orang tua pada umumnya. Kesabaran merupakan kunci utama dalam menangani anak berkebutuhan khusus. Mereka akan merasa kelelahan fisik dan mental, rasa khawatir serta ketakutan yang berlebihan. Oleh karena itu, dukungan dari segala pihak akan membantu dalam mendidik, membina, dan dorongan baik secara spiritual maupun material agar meringankan orangtua dalam mengasuh, membesarkan, dan mendidik anak mereka yang memilki gangguan perkembangan.

(4)

Yayasan Maula Nadiqu Rantau Prapat bertujuan untuk membantu para orang tua untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai anak berkebutuhan khusus dan membantu dalam mendidik dan membina anak yang bersangkutan. Selain itu, yayasan ini didirikan karena banyaknya anak yang berkebutuhan khusus yang membutuhkan tempat untuk penanganan dan jumlah anak berkebutuhan khusus yang terus bertambah dari waktu ke waktu, dan minimnya sekolah untuk anak berkebutuhan khusus. Sejak berdirinya Yayasan Maula Nadiqu Rantau Prapat dari tahun ke tahun jumlah muridnya sangatlah meningkat dan fasilitas sarana dan prasarana juga semakin berkembangan, dari segi SDM pendidik sudah mulai merelevankan pendidikan sesuai bidangnya.

Adapun data yayasan ini sebagai berikut:

Nama :Yayasan Maula Nadiqu Rantau Prapat

Alamat :Komplek Perumahan Sipirok Nauli Blok A Rantauprapat.

Nama Ketua : Hikmah Dewi

NPSN : 70013257

Kelurahan : Bakaran Batu Kecamatan : Rantau Selatan Kabupaten : Labuhan Batu Provinsi : Sumatera Utara Status sekolah : Swasta

Berdasarkan wawancara yang dilakukan adapun visi Yayasan Maula NadiquRantau Prapat adalah sebagai berikut:

1) Pelayanan sosial yang memberikan kesejahteraan khusus kepada keluarga pra sejahtera yang memiliki anak berkebutuhan khusus.

2) Membantu keluarga yang mempunyai anak denga berkebutuhan khusus melalui pelayanan dalam mendidik dan membina anak untuk mencapai kemajuan serta kemandirian

3) Melakukan kerja sama dengan pemerintah dan sekolah reguler untuk

mensosialisasikan pendidikan anak yang memiliki kebutuhan khusus

Adapun misi Yayasan Maula Nadiqu Rantau Prapat adalah sebagai berikut:

1) Memberikan pelayanan secara paripurna kepada anak yang membutuhkan

pendidikan khusus.

2) Menciptakan anak-anak yang mandiri 3) Membantu anak-anak yang diintervensi

untuk dapat diterima di lingkungan sosial dan sekitar.

Adapun struktur organisasi di Maula Nadiqu Rantau Prapat sebagai berikut :

Gambar 1 Struktur Organisasi Yayasan Maula Nadiqu Rantau Prapat

B. Bantuan Bimbingan Terapi Bicara Unit Konseling Terhadap Penyembuhan Normal Bicara Pada Anak Kembar Difabel Di Rantau Prapat

Pembahasan mengenai keterlambatan bicara (speech delay) pada anak perlu diketahui bagaimana anak belajar berbicara. Dengan mengetahui bagaimana perkembangan bicara anak, permasalahan yang timbul pada masa ini akan lebih mudah dimengerti. Hal ini dapat dimulai terlebih dahulu dengan mengetahui perbedaan dari perkembangan bahasa dan perkembangan bicara. Apabila dilihat dari hubungan keduanya, maka perkembangan bicara merupakan bagian dari perkembangan bahasa anak.

(5)

Perkembangan bahasa anak meliputi seluruh kemampuan anak untuk berkomunikasi dengan cara apapun; lisan, tulisan, isyarat, bahkan ekspresi wajah. Sedangkan perkembangan bicara adalah kemampuan anak untuk mengeluarkan bunyi, suara dan artikulasi dalam penyampaian pesan.

Kemampuan bicara anak merupakan bagian dari perkembangan bahasa anak, perlu diketahui juga bagaimana anak memperoleh bahasa. Seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya, ada dua teori bagaimana anak anak memperoleh kemampuan berbahasa. Teori yang pertama yaitu teori nativisme yang mengatakan bahwa setiap anak memiliki kemampuan bawaan sejak lahir untuk berbahasa. Hal ini dapat dibuktikan dengan anak yang terlahir tunarungu dapat mengembangkan bahasa isyarat untuk dirinya sendiri. Teori nativisme ini berlawanan dengan teori yang dikemukakan oleh Skinner. Menurut Skinner anak belajar bahasa dari pengalaman dan lingkungan dengan bantuan dari pengasuh anak tersebut. Menurut penulis sendiri, teori keduanya saling berhubungan. Potensi bawaan sejak lahir yang dimiliki anak tidak akan berkembang apabila pengasuh dan lingkungan juga tidak mendukung. Potensi bawaan sejak lahir ini harus terus dikembangkan dan dilatih agar kemampuan anak menjadi maksimal.

Proses bicara sendiri melibatkan banyak keterampilan. Ketika anak belajar berbicara setidaknya ada tiga keterampilan yang digunakan:

fisik, mental dan kognitif. Keterampilan fisik disini maksudnya adalah kesiapan fisik anak untuk berbicara. Fisik anak dikatakan matang atau siap untuk berbiacara ketika langit- langit mulutnya sudah tidak datar, saluran bicaranya sudah membesar dan lidahnya mengecil.

Keterampilan kognitif dan mental, berhubungan dengan matangnya otak anak pada usia 12- 18 bulan. Keterlambatan bicara pada anak merupakan salah satu bentuk gangguan bicara yang banyak dikemukakan oleh para ahli.

Hockenberry & Wilson (2009) menjelaskan bahwa gangguan bicara memiliki berbagai bentuk dan penyebab. Bentuk masalah gangguan bicara yang tertinggi dan sering terjadi adalah

keterlambatan bicara. Sehingga apabila anak telah menunjukkan tanda-tanda keterlambatan bicara, maka orang tua perlu waspada untuk segera melakukan deteksi dan pemeriksaan lebih lengkap agar perkembangan anak tetap sesuai dengan usia tumbuh kembangnya (Yuniari, dkk., 2020).

Anak dengan keterlambatan bicara bisa di deteksi berdasarkan kondisi yang terjadi pada anak. Gambaran umum anak dengan keterlambatan bicara dalam penelitian ini yaitu kemampuan anak dalam menggunakan kemampuan berbicaranya lebih lambat daripada teman seusianya (Wenty, 2011). Jika anak terlambat bicara, ketika anak berada pada perkembangan bicara yang berada di bawah kemampuan bicara anak seusianya, hal ini dapat dilihat dari artikulasi dan ketepatan penggunaan kata. Selain itu, anak lebih senang menggunakan bahasa isyarat seperti bahasa bayi sehingga orang lain yang bukan merupakan keluarga inti akan kesulitan memahami isyarat yang ditunjukkan anak.

Pengucapan kata-kata yang tidak jelas dan tepat menjadi ciri khas anak yang mengalami keterlambatan bicara. Kondisi ini banyak terjadi tidak hanya pada anak di satu daerah, namun menjadi masalah global (Moreno, 2015). Kriteria ini menjadi deteksi awal anak dengan keterlambatan bicara, dengan sebelumnya dilakukan screening tentang apakah ada masalah fisik penyerta. Anak dengan keterlambatan bicara akan sulit dalam mengucapkan kata-kata dengan tepat dan benar. Artikulasi dan gerak bibir serta lidah terlihat kaku, serta suara yang dikeluarkan lirih (Yuniari, dkk., 2020)

Kondisi anak dengan keterlambatan bicara akan terbiasa apabila guru tidak peka terhadap ekspresi yang ditunjukkan oleh anak. Membaca dan memahami tanda anak dengan keterlambatan bicara juga menuntut guru untuk memahami berbagai kondisi peserta didik. Peran guru penting untuk selalu melakukan evaluasi dan validasi perkembangan peserta didiknya terutama guru anak usia dini. Berbagai macam peserta didik yang unik, tentunya dapat dikelola dengan baik apabila guru dapat memahami masing

(6)

masing perkembangan dari peserta didiknya khususnya dalam hal ini adalah mengkaji perkembangan bicara peserta didiknya. Sehingga kondisi khas anak dengan keterlambatan bicara dapat dipahami oleh guru secara cepat dan tepat.

Penyebab lain yang juga masih berhubungan dengan faktor- faktor diatas adalah digunakannya lebih dari satu bahasa dalam pengasuhan anak tersebut. Pemakaian lebih dari satu bahasa apabila tidak direncanakan dengan baik cenderung akan membuat anak menjadi bingung dan menjadi enggan untuk mempraktekan bahasa- bahasa tersebut. Kebingungan anak juga dapat mengacaukan pemahaman anak akan makna bahasa itu sendiri sehingga penempatan bahasa anak akan menjadi kacau. Setelah terlihat adanya tanda- tanda speech delay pada anak, perlu dipastikan apakah anak benar- benar memiliki speech delay atau tidak, untuk mengetahuinya ada beberapa intevensi yang dapat dilakukan dan anak yang memiliki speech delay akan mendapatkan diprediksi memiliki speech delay akan diperiksakan ke dokter anak di Klinik tumbuh dan kembang anak.

Dokter akan melakukan beberapa tes untuk memeriksa anak secara otologis dan audiometris anak. Intervensi lanjutan selain melibatkan seluruh anggota keluarga, juga melibatkan bidang disiplin ilmu lain selain bahasa itu sendiri.

Program intervensi lanjutan ini didasari oleh tiga hal utama: komunikasi prabahsa, kebutuhan keluarga, penggabungan berbagai disiplin ilmu yang berbeda dan juga keterlibatan orang tua.

Seluruh anggota keluarga dilibatkan karena salah satu elemen berlatih pengembangan bicara anak adalah keluarga. Keluarga dapat dilibatkan sebagai model yang baik juga sebagai pemberi penguatan baik secara positif dan negatif.

Pernanan keluarga juga amat penting karena anak lebih banyak berinteraksi dengan anggota keluarga daripada dengan lingkungan lain.

Penggabungan disiplin ilmu juga perlu karena proses bicara itu sendiri melibatkan berbagai macam aspek(Aini & Alifia, 2022).

Penanganan anak yang sudah positif memiliki speech delay sudah ada dan jelas caranya, meminimalisir kemungkinan anak mengalami

permasalahan bicara khususnya speech delay dapat dilakukan. Para orang tua atau guru disekolah patut menyadari bahwa bicara adalah sebuah keterampilan dan harus dilatih (Hurlock).

Pelatihan keterampilan bicara ini tentu saja harus dilakukan dengan benar. Latihan keterampilan bicara ini dilakukan agar anak dapat mengucapkan kata atau kalimat dengan benar dan dapat dimengerti oleh lawan bicaranya juga dilatih agar anak dapat melabeli sebuah benda atau sebuah tindakan. Berlatih bicara ini amat penting karena memberi anak kesempatan dan memberi anak pengalaman untuk mengembangkan bicaranya yang merupakan cara anak memperoleh bahasa sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Skinner. Cara melatih anak berbicara pun perlu diperhatikan. Dengan mengajak anak bercakap-cakap, menjawab dan bertanya juga sudah memberi anak kesempatan untuk berpraktek. Ketika kegiatan ini dilakukan bimbingan dan motivasi juga dapat dilakukan secara berbarengan.

Berdasarkan hasil dari penuisan, penerapan terapi bicara untuk meningkatkan kemampuan komunikasi verbal terdapat dua bentuk yaitu dengan melakukan gerakan untuk memperkuat organ bicara dan melakukan latihan pengucapan kata secara berulang-ulang. Adapun penjelasannya sebagai berikut: Melakukan gerakan untuk memperkuat organ bicara membutuhkan keahlian khusus yang hanya bisa dilakukan oleh para terapis.

Manfaat yang dilakukan dari gerakan yang ada akan memperkuat organ oral pada anak terutama anak yang masih belum kenal dan lancar untuk berbicara sama sekali (Fauzia, Wulan &

Meiliawati, 2020). Gerakan-gerakan untuk memperkuat organ bicara seperti memijat (massage) dibeberapa titik di bagian wajah anak dan difokuskan pada bagian rahang anak (Yuniari, dkk., 2020) sehingga kegiatan ini akan menstimulus anak untuk berbicara. Kegiatan ini sendiri merupakan hal wajib yang harus dilakukan saat melakukan terapi bicara.Selain itu, memijat (massage) pada wajah anak juga berfungsi untuk mempebaiki artikulsi atau

(7)

pengucapan anak dari tidak sempurna menjadi sempurna contoh lumah menjadi rumah, matan menjadi makan, dan lali menjadi lari (Aini &

Alifia, 2022). Selain memijat (massage), gerakan ini juga dapat memperkuat organ bicara dan dapat dilakukan dengan menggunakan alat yaitu brushing oral atau yang biasa disebut sikat oral dan meniup lilin. Sikat oral ini berbentuk seperti sikat gigi anak pada umumnya. Tetapi perbedaannya ada berada dibagian sikatnya. Sikat oral dilapisi dengan silikon sedangkan kuas biasa terbuat dari serat sintetis. Cara penggunaan brushing oral atau sikat oral yaitu dengan menggosokkan sikat ke dalam mulut dengan gerakan- gerakan tertentu.

Fungsi dari sikat oral ini untuk menekan bagian dalam mulut agar mengurangi air liur anak sehingga tidak selalu menetes (Nurfadillah, dkk., 2022). Kegiatan ini akan menekan pergerakan buka mulut pada anak sehingga anak bisa mengurangi air liurnya. Kegiatan meniup lilin juga berfungsi untuk memperkuat sistem pernapasan anak dan dapat melatih otot-otot perut.

Hal ini bertujuan agar anak dapat melatih pernapasan untuk berbicara verbal kepada sesamanya atau orang lain yang ada disekitarnya.

Sebagaimana yang dikatakan oleh terapis Di Yayasan Maula Nadiqu bernama Yuliani (Hasil wawancara kepada terapis Yayasan Maula Nadiqu dilakukan pada bulan Januari tahun 2023 jam 12.30 WIB) Bahwa gerakan untuk memperkuat organ bicara dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan pijatan berupa massage dan penggunaan sikat oral dan meniup lilin. Ia mengatakan, kegiatan tersebut sangat baik untuk meningkatkan artikulasi dan sistem pernafasan anak. Proses tiup lilin bisa dilakukan dengan dua cara yaitu jarak jauh dan deka. Fungsinya untuk melatih kekuatan otot perut anak. Dari kejauhan lilin terlihat bahwa anak itu bisa meniup. Pernyataan di atas sesuai dengan yang telah penulis amati terhadap sepasang anak kembar difabel yang dijadikan sebagai sampel dalam penulisan ini, penulis melihat dalam proses gerakan untuk memperkuat organ bicara pada anak, terkadang suasana hati anak berubah-ubah.

Pada proses ini biasanya suasana hati anak masih

baik, sebab proses massage dan latihan otot perut masih tahap awal. Proses terapis ini lebih mudah mengendalikan anak, seperti : memerintah untuk membuka mulut, meniup dengan kuat, dan menyedot air dengan menggunakan sedotan.

Latihan berikutnya dengan melakukan latihan pengucapan kata secara berulang-ulang (Nurfadillah, dkk., 2022). Latihan pengucapan kata secara berulang-ulang berfungsi untuk melatih artikulasi serta perluasan penguasaaan berbahasa pada anak speech delay. Kegitan latihan ini dilakukan dengan menggunakan alat peraga seperti kartu gambar, kartu warna, kartu kata, dan kartu huruf. Kartu gambar yang digunakan berisikan gambar-gambar yang sering dijumpai anak dikesehariannya. Misalnya seperti gambar benda, gambar orang, gambar buah, gambar sayur, dan lain-lain (Nurfadillah, dkk., 2022). Bagian kartu warna adalah bagian yang terdiri dari warna-warna primer/dasar. Kartu kata membantu anak-anak untuk mengucapkan kata- kata dengan benar. Kartu huruf adalah kartu yang terdiri dari huruf alfabet yang membantu anak- anak untuk mengenali huruf.

Wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah di Yayasan Maula Nadiqu bernama bapak M. Yunus, S. (Hasil wawancara kepala sekolah Yayasan Maula Nadiqu dilakukan pada bulan Januari tahun 2023 jam 12.30 WIB) mengatakan bahwa alat peraga yang digunakan dalam proses terapi ini harus selalu diperbaharui agar anak-anak tidak merasakan bosan dan lebih dapat menarik perhatian. Selain itu dapat menambah pengetahuan anak dengan menggunakan kartu-kartu baru. Nah hal inilah yang harus diperhatikan agar kwalitas pembelajaran anak berkemabng dan proses terapi menjadi efesin dan efektif.

Orang tua anak kembar difabel di Yayasan Maula Nadiqu bernama ibu Intan beliau mengatakan bahwa anaknya jika dirumah sudah bisa mendiri serta mengenal dan menyebutkan benda-benda disekitar. Dan Selain itu, Anaknya juga sudah dapat untuk berinteraksi dengan mereka. Dan ibu intan juga sudah bisa mengerti apa yang diinginkan anaknya.Pernyataan di atas sesuai dengan yang telah penulis amati terhadap

(8)

sepasang anak kembar difabel yang dijadikan sebagai sample dalam penulisan ini, penulis melihat dalam proses latihan pengucapan kata secara berulang-ulang anak merasa senang dalam proses ini sebab alat peraga yang digunakan berupa kartu-kartu yang menarik serta memiliki warna yang terang sehinnga anak merasa tertarik dan hal ini memudahkan terapis dalam proses terapi.

Proses kegiatan ini, dengan cara terapis duduk dikursi berhadap-hadapan dengan anak dan menunjukkan kepada anak sebuah huruf tertentu sambil mengatakan “Huruf apa ini...?”

guru/terapis membantu anak untuk menyebutkan huruf yang dimaksud. Kegiatan ini dilakukan secara berulang-ulang. Namun, terapis akan meminimalkan bantuan sampai akhirnya anak mampu merespon tanpa bantuan. Pada tahap awal, terapis menggunakan satu kartu di atas meja dan perlahan menambahkan kartu lainnya.

Selama kegiatan terapi ini, terapis mengajarkan anak untuk berperilaku baik dengan cara:

Misalnya duduk dengan benar, membuang sampah, tidak memukul teman, dan menghormati orang yang lebih tua. Selain itu, anak-anak juga diajarkan untuk percaya diri dan lebih mandiri.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian hasil penelitian diatas dapat disimpulkan yakni sebagai bentuk bantuan bimbingan terapi bicara terhadap penyembuhan normal bicara anak kembar difabel Di Yayasan Maula Nadiqu Rantau Prapat terbagi menjadi dua bentuk yaitu: melakukan gerakan agar memperkuat organ bicara berupa memijat (message ) Ataupun bisa menggunakan alat bantu, sikat mulut (brushing oral ) untuk meniup lilin.

Untuk itu diharapkan kepada Yayasan Maula Nadiqu diperlukan adanya pembaharuan terhadap alat peraga terapi yang kondisinya kurang baik.

Agar proses terapi dapat berjalan secara maksimal dan anak juga lebih maerasa nyaman dalam proses terapi tersebut. Guru / terapis harus dapat lebih menegakkan penerapan aturan pembatasan kepada orang tua dalam lokasi terapi dan orang tua sebaiknya cukup untuk memantau dari kejauahn saja. Hal ini karena dapat

menghambat kemajuan proses terapi sehingga terapi tidak berjalan dengan lancar. Anak-anak juga dapat kehilangan konsentrasi dan fokus nya kurang optimal dan sia-sia.

V. DAFTAR PUSTAKA

Abidarda, Y., & Ridhani, A. R. (2022). Program Bimbingan dan Konseling bagi Anak yang mengalami Speech Delay. Bulletin of Counseling and …, 4(3), 663–669.

https://journal.kurasinstitute.com/index.php/bocp/artic le/view/367

Achmad Ali Fikri, Syamsul Arifin, M. F. F. (2022).

Gangguan Berbicara Anak. 2(8.5.2017), 2003–2005.

Aini, Q., & Alifia, P. (2022). Gangguan Keterlambatan Berbicara (speech delay) pada Anak Usia 6 tahun di RA An-Nuur Subang 8. Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini Dan Al-Quran, 1(1), 8–17.

Aminah, S., & Ratnawati. (2022). Mengenal Speech Delay Sebagai Gangguan Keterlambatan Berbicara Pada Anak (Kajian Psikolinguistik). Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Daerah, 8(2), 79–84.

Astriani, D., Mufidah, A. C., & Farantika, D. (2021).

Deteksi Dini Masalah Psikologis Dan Tumbuh Kembang Anak Usia Dini. JPPNu (Jurnal Pengabdian Dan Pemberdayaan Nusantara), 3(1), 5–

24.

http://journal.unublitar.ac.id/jppnu/index.php/jppnu/art icle/view/40/47

Diri, E., Pengasuhan, S., Orang, K., & Khusus, B. (2021).

Jurnal Smart Paud. Smart Paud, 4(1), 11–22.

Fauzia, Wulan & Meiliawati, F., dkk. (2020). Jurnal al- Shifa Volume 1 No 2, 2020. Jurnal Al-Shifa, 1(2), 102–110.

Friantary, H. (2020). Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Dini. Zuriah : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1(2), 127. https://doi.org/10.29240/zuriah.v1i2.2100 Istiqlal, A. N. (2021). Gangguan keterlambatan berbicara

(speech delay). Preschool, 2(2), 206–216.

http://ejournal.uinmalang.ac.id/index.php/preschool/ar ticle/view/12026

Nurfadillah, S., Riswanti, C., Mufliha, D., Solatun, S., &

Tangerang, U. M. (2022). O f a h. 2(November), 635–

652.

Taseman, T., Safaruddin, S., Erfansyah, N. F., Purwani, W.

A., & Femenia, F. F. (2020). Strategi Guru dalam Menangani Gangguan Keterlambatan Berbicara (Speech Delay) yang Berpengaruh Terhadap Interaksi Sosial Anak Usia Dini di TK Negeri Pembina Surabaya. JECED : Journal of Early Childhood Education and Development, 2(1), 13–26.

https://doi.org/10.15642/jeced.v2i1.519

Yuniari, N. M., Ayu, I. G., & Triana, I. (2020). Orang Tua Penderita Keterlambatan Berbicara ( Speech Delay ).

4, 564–570.

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti memilih perusahaan yang berbasis pada sektor industri barang konsumsi dengan studi kasus pada sub sektor makanan dan minuman dikarenakan pada sub sektor