Jakarta-Humas BKN, Tes untuk tenaga Honorer (TH) kategori dua (K II) rencananya dilaksanakan pada April 2013. Guna pelaksanaan tes ini, konsorsium perguruan tinggi negeri (PTN) akan membuat soal dan menilai hasil tesnya. Terkait hal ini, instansi pemerintah di pusat dan daerah harus melakukan pendataan tenaga honorer K II di unit kerjanya serta melaporkannya ke Badan Kepegawaian Negara (BKN). Sebelum pelaksanaan tes ini akan dilakukan pemeriksaaan kelengkapan administrasi, dan untuk dapat diangkat menjadi CPNS para tenaga honorer harus lulus ujian tertulis kompetensi dasar dan kompetensi bidang. Informasi ini disampaikan Kasubdit Pengendalian Kepegawaian II Suparman saat beraudiensi dengan DPRD Kabupaten MuaroJambi dan DPRD Kabupaten Maros di Ruang Rapat lantai 1 gedung I BKN Pusat Jakarta, Kamis (9/8). Ikut hadir dalam audiensi ini Kepala Subbagian (Kasubbag) Publikasi Petrus Sujendro. Dalam audiensi ini dibahas permasalahan tindak lanjut terhadap TH kategori satu dan kategori dua.
Kasubdit Dalpeg II. Suparman (kiri) dan Kasubbag Publikasi Petrus Sujendro menjelaskan permasalahan tenaga honorer
Lebih jauh Suparman menjelaskan bahwa pelaksanaan ujian tertulis di lingkungan instansi pusat dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) masing-masing, sedangkan untuk kabupaten/kota dikoordinasikan oleh gubernur selaku wakil pemerintah di wilayah provinsinya.
Ada pun penentuan kelulusan ditetapkan berdasarkan nilai ambang batas kelulusan (passing grade) yang ditetapkan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KeMenPAN RB).Dengan tetap mempertimbangkan aspek keuangan negara, tenaga honorer yang dinyatakan lulus ujian dapat diangkat menjadi CPNS berdasarkan jumlah dan
kualifikasi formasi sampai dengan tahun 2014. Tenaga honorer yang lulus ujian namun kemudian diketahui tidak memenuhi persyaratan administratif tidak dapat diangkat menjadi CPNS.
Tengah berlangsung, Audiensi DPRD Kabupaten MuaroJambi dan DPRD Kabupaten Maros dengan BKN
Pada saat yang sama, Petrus Sujendro menjelaskan bahwa persyaratan tenaga honorer untuk kategori satu dinyatakan memenuhi kriteria (MK) adalah bersifat kumulatif. Dengan demikian, seorang tenaga honorer yang mutasi/pindah dari instansi pemerintah ke BUMN dikategorikan tidak bekerja secara terus menerus dan dinyatakan Tidak Memenuhi Kriteria (TMK).
Pengangkatan Tenaga Honorer Kategori I menjadi CPNS diharapkan selesai tahun ini berdasarkan data hasil verifikasi dan validasi yang sudah melalui uji publik. Selain itu, perlu dipahami bahwa tenaga honorer yang dinyatakan MK tidak otomatis diangkat menjadi calon pegawai negeri sipil. Hal ini karena mereka yang dinyatakan MK masih harus memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam PP Nomor 98 tahun 2000 juncto PP Nomor 11 tahun 2002 tentang Pengadaan PNS. (aman-tawur)
JAKARTA, KOMPAS.com — Pasca-putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang membatalkan status rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan segera melakukan pembahasan tentang nasib dari sekolah RSBI yang ada saat ini.
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Kemdikbud Suyanto mengatakan, ada kemungkinan sekolah-sekolah eks-RSBI tidak serta-merta berubah menjadi sekolah standar nasional (SSN), namun dapat beralih menjadi sekolah mandiri. Pasalnya, sekolah berstatus RSBI/SBI sebelumnya sudah diwajibkan memenuhi atau hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) Nomor. 19 Tahun 2005.
"Menurut PP No 19, ada sekolah mandiri. Jadi bukan SSN, tetapi bisa jadi sekolah mandiri," ungkap
Suyanto saat jumpa pers pasca-putusan MK terkait kasus RSBI di Gedung A Kemdikbud, Jakarta, Selasa (8/1/2012).
Sekolah kategori mandiri menurut Penjelasan atas PP RI Nomor. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan adalah sekolah/ madrasah yang telah memenuhi atau hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan. Sementara itu, sekolah yang belum memenuhinya dikategorikan standar atau biasa disebut sekolah standar nasional (SSN).
Untuk sekolah kategori mandiri, berdasarkan PP ini, pemerintah memiliki tanggung jawab untuk mendorongnya mencapai taraf internasional secara bertahap. Sekolah berkategori mandiri harus menerapkan sistem sistem kredit semester (SKS) dalam proses belajar-mengajar di sekolah.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengatakan bahwa sekolah tersebut tetap akan berjalan seperti biasa. Namun, status sekolah tersebut akan didiskusikan lebih lanjut. Hanya yang pasti pihaknya akan menjalankan putusan MK, yaitu mulai menghapus status RSBI.
"Ini, kan, baru putusannya. Tentu nanti bentuknya seperti apa itu ada. Kami akan diskusikan dulu," kata Nuh.
"Kalau namanya apa itu, kan, hanya nomenklatur. Yang penting sekolahnya tetap berjalan biasa dan tidak bubar," tambahnya kemudian.
Seperti diketahui, materi gugatan terhadap Pasal 50 Ayat 3 UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikabulkan MK. Dengan dikabulkannya gugatan ini, tak ada lagi pasal yang menjadi payung hukum keberadaan RSBI-SBI ataupun sekolah berkurikulum internasional.
Dalam pembacaan amar putusan, Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD mengatakan, Pasal 50 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat. Dasar putusan MK, menurut Juru Bicara MK, Akil Mochtar, bisa dibaca di berita Ini Alasan MK Batalkan Status RSBI/SBI.