• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menuju Kemajuan Holistik

N/A
N/A
Achmad Hidayat

Academic year: 2024

Membagikan " Menuju Kemajuan Holistik"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Acuan Operasional Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP disusun dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut. 1. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh. Kurikulum disusun yang

memungkinkan semua mata pelajaran dapat menunjang peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia. 2. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik Pendidikan merupakan proses sistematik untuk meningkatkan martabat manusia secara holistik yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal. Sejalan dengan itu, kurikulum disusun dengan memperhatikan potensi, tingkat perkembangan, minat, kecerdasan intelektual, emosional dan sosial, spritual, dan kinestetik peserta didik.

3. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan Daerah memiliki potensi, kebutuhan, tantangan, dan keragaman karakteristik lingkungan. Masing- masing daerah memerlukan pendidikan sesuai dengan karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu, kurikulum harus memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan pengembangan daerah. 4. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional Dalam era otonomi dan desentralisasi untuk mewujudkan pendidikan yang otonom dan demokratis perlu memperhatikan keragaman dan mendorong partisipasi masyarakat dengan tetap mengedepankan wawasan nasional. Untuk itu, keduanya harus ditampung secara berimbang dan saling mengisi. 5. Tuntutan dunia kerja Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya pribadi peserta didik yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup. Oleh sebab itu, kurikulum perlu memuat kecakapan hidup untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja. Hal ini sangat penting terutama bagi satuan pendidikan kejuruan dan peserta didik yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. 6. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat berbasis pengetahuan di mana IPTEKS sangat berperan sebagai penggerak utama perubahan. Pendidikan harus terus menerus melakukan adaptasi dan

penyesuaian perkembangan IPTEKS sehingga tetap relevan dan kontekstual dengan perubahan. Oleh karena itu, kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan perkembangan Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. 7. Agama Kurikulum harus dikembangkan untuk mendukung peningkatan iman dan taqwa serta akhlak mulia dengan tetap memelihara toleransi dan kerukunan umat beragama. Oleh karena itu, muatan kurikulum semua mata pelajaran harus ikut mendukung peningkatan iman, taqwa dan akhlak mulia. 8. Dinamika

perkembangan global Pendidikan harus menciptakan kemandirian, baik pada individu maupun bangsa, yang sangat penting ketika dunia digerakkan oleh pasar bebas.

Pergaulan antarbangsa yang semakin dekat memerlukan individu yang mandiri dan mampu bersaing serta mempunyai kemampuan untuk hidup berdampingan dengan suku dan bangsa lain. 9. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan Pendidikan

diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan peserta didik yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka NKRI. Oleh karena itu, kurikulum harus mendorong berkembangnya wawasan dan sikap kebangsaan serta persatuan nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam wilayah NKRI. 10. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat

Kurikulum harus dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya. Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat harus terlebih dahulu ditumbuhkan sebelum

mempelajari budaya dari daerah dan bangsa lain. 11. Kesetaraan Jender Kurikulum harus diarahkan kepada terciptanya pendidikan yang berkeadilan dan memperhatikan kesetaraan jender. 12. Karakteristik satuan pendidikan Kurikulum harus

(2)

dikembangkan sesuai dengan visi, misi, tujuan, kondisi, dan ciri khas satuan pendidikan Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam acuan konseptual meliputi :

3. Peningkatan Iman, Takwa, dan Akhlak Mulia

Iman, takwa, dan akhlak mulia menjadi dasar pengembangan kepribadian peserta didik secara utuh. KTSP disusun agar semua mata pelajaran dapat meningkatkan iman, takwa, dan akhlak mulia.

Implikasi yang dilakukan SMA Pradita Dirgantara berupa kegiatan keagamaan yang diperluas.

4. Toleransi dan Kerukunan Umat Beragama

Kurikulum dikembangkan untuk memelihara dan meningkatkan toleransi dan kerukunan interumat dan antarumat beragama.

Implementasi yang dilakukan SMA Pradita Dirgantara melalui kegiatan keagamaan secara berjamaah. Sholat jumat berjamaah, sholat dhuhur berjamaah juga pengajian baik di sekolah maupun di rumah peserta didik merupakan bentuk pembelajaran dalam toleransi dan

kerukunan umat beragama.

5. Persatuan Nasional dan Nilai-Nilai Kebangsaan

Kurikulum diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan peserta didik yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka NKRI. Oleh karena itu, kurikulum harus menumbuhkembangkan wawasan dan sikap kebangsaan serta persatuan nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam wilayah NKRI.

Implementasi yang dilakukan SMA Pradita Dirgantara melalui upacara bendera tiap hari senin dan hari besar baik di sekolah ataupun di luar sekolah. Juga adanya beberapa peserta didik yang ikut kegiatan ekstra kurikuler pasukan pengibar bendera atau paskibraka. Disisipkan pula pembelajaran berkarakter dalam setiap mata pelajaran.

6. Peningkatan Potensi, Kecerdasan, Bakat, dan Minat sesuai dengan Tingkat Perkembangan dan Kemampuan Peserta Didik

Pendidikan merupakan proses holistik/sistemik dan sistematik untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia yang memungkinkan potensi diri (sikap, pengetahuan, dan

keterampilan) berkembang secara optimal. Sejalan dengan itu, kurikulum disusun dengan memperhatikan potensi, bakat, minat, serta tingkat perkembangan kecerdasan; intelektual, emosional, sosial, spritual, dan kinestetik peserta didik.

Implementasi yang dilakukan SMA Pradita Dirgantara melalui kegiatan ekstra kurikuler.

Kegiatan ekstra kurikuler diadakan untuk mewadahi bakat dan minat peserta didik. Kegiatan ekstra kurikuler yang beranekaragam menjadi upaya untuk meningkatkan potensi diri peserta didik. Karawitan, teater, KIR, Band juga olah raga menjadi kegiatan yang banyak diminati peserta didik. Ini sebagai contoh upaya peserta didik untuk menyalurkan potensi diri peserta didik.

7. Kesetaraan Warga Negara Memperoleh Pendidikan Bermutu

Kurikulum diarahkan kepada pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang holistik dan berkeadilan dengan memperhatikan kesetaraan warga negara memperoleh pendidikan bermutu.

Implementasi yang dilakukan SMA Pradita Dirgantara melalui proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang objektif, transparan dan akuntabel. Calon peserta didik yang memenuhi syarat pasti diterima tanpa membedakan suku, ras dan golongan. Banyaknya suku, ras dan golongan dari peserta didik menjadi bukti proses ini. Peserta didik sekolah ini dimulai dari Aceh sampai Irian jaya, suku jawa, arab, sumbawa menjadi bukti nyata bahwa sekolah ini memberikan kesetaraan bagi warga negara untuk memperoleh pendidikan bermutu.

8. Kebutuhan Kompetensi Masa Depan

Kompetensi peserta didik yang diperlukan antara lain berpikir kritis dan membuat keputusan, memecahkan masalah yang kompleks secara lintas bidang keilmuan, berpikir kreatif dan kewirausahaan, berkomunikasi dan berkolaborasi, menggunakan pengetahuan kesempatan secara inovatif, mengelola keuangan, kesehatan, dan tanggung jawab warga negara.

Implementasi yang dilakukan SMA Pradita Dirgantara melalui pembelajaran saintifik sesuai kurikulum 2013. Kurikulum 2013 sebagai upaya untuk mewujudkan kompetensi peserta didik sesuai tuntutan masa depan. RPP didorong selalu update sesuai perkembangannya.

Kegiatan saat pembelajaran apabila memenuhi Kurikulum 2013 sudah sangat bagus.

(3)

Pembelajaran saintifik, Project Based Learning, Problem Based Learning dan Discovery Learning menjadi upaya sekolah dalam pengelolaan pembelajaran sesuai kompetensi masa depan.

9. Tuntutan Dunia Kerja

Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya pribadi peserta didik yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup. Oleh sebab itu, kurikulum perlu mengembangkan jiwa kewirausahaan dan kecakapan hidup untuk membekali peserta didik dalam melanjutkan studi dan/atau memasuki dunia kerja. Terlebih bagi peserta didik pada satuan pendidikan kejuruan dan peserta didik yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Implementasi yang dilakukan SMA Pradita Dirgantara melalui mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan (PKWU).

10. Perkembangan Ipteks

Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat berbasis pengetahuan di mana Ipteks sangat berperan sebagai penggerak utama perubahan.

Pendidikan harus terus menerus melakukan penyesuaian terhadap perkembangan Ipteks sehingga tetap relevan dan kontekstual dengan perubahan. Oleh karena itu, kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan perkembangan Ipteks.

Implementasi yang dilakukan SMA Pradita Dirgantara melalui kegiatan pembelajaran yang mengikuti perkembangan ipteks. Pembelajaran diusahakan dimulai dengan mengamati fenomena yang ada di lingkungannya. Proses pembelajaran juga menggunakan

perkembangan TIK. Komputer, laptop, LCD, internet, android juga penyampaian melalui media pembelajaran menjadi tuntutan bagi setiap pelaku pembelajaran di sekolah ini. Mata pelajaran teknologi informasi juga menjadi muatan lokal yang diunggulkan.

11. Keragaman Potensi dan Karakteristik Daerah serta Lingkungan

Daerah memiliki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan karakteristik lingkungan.

Masing-masing daerah memerlukan pendidikan yang sesuai dengan karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu, kurikulum perlu memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan pengembangan daerah dan lingkungan.

Implementasi yang dilakukan SMA Pradita Dirgantara melalui penambahan mata pelajaran Ilmu Budaya. Dalam mata pelajaran ini siswa mempunyai kesempatan besar mengenal budaya Indonesia yang sangat beragam dari Sabang sampai Merauke.

12. Tuntutan Pembangunan Daerah dan Nasional

Dalam era otonomi dan desentralisasi, kurikulum adalah salah satu media pengikat dan pengembang keutuhan bangsa yang dapat mendorong partisipasi masyarakat dengan tetap mengedepankan wawasan nasional. Untuk itu, kurikulum perlu memperhatikan

keseimbangan antara kepentingan daerah dan nasional.

Implementasi yang dilakukan SMA Pradita Dirgantara melalui proses pembuatan kurikulum yang menggunakan peraturan dari pusat dan daerah. Adanya muatan nasional dan muatan lokal menjadi contohnya. Pelibatan guru, pengurus mgmps juga komite sekolah termasuk pihak dikpora kota demi kurikulum sekolah ini lebih baik.

13. Dinamika Perkembangan Global

Kurikulum dikembangkan untuk meningkatkan kemandirian, baik pada individu maupun bangsa, yang sangat penting ketika dunia digerakkan oleh pasar bebas. Pergaulan antarbangsa yang semakin dekat memerlukan individu yang mandiri dan mampu bersaing serta mempunyai kemampuan untuk hidup berdampingan dengan bangsa lain.

Implementasi yang dilakukan SMA Pradita Dirgantara melalui pengembangan bahasa inggris secara lebih luas. Selain bahasa inggris menajdi pelajaran wajib ada tambahan jam bahasa inggris dan bahasa jerman dalam kelompok lintas minat. Peserta didik yang mempunyai kemampuan bahasa inggris diwadahi dalam English Club untuk meningkatkan kemampuan bahasanya. Sebagian peserta didik diharapkan mempunyai nilai TOEFL yang tinggi saat lulus sebagai upaya dalam meningkatkan nilai tambah saat menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi yang berkualitas baik di dalam negeri maupun luar negeri. Hal yang lain adalah setiap tahunnya akan ada 2 periode sekolah ini menjadi tempat praktek calon guru-guru se-ASEAN yang diwadahi dalam SEA-Teacher Project oleh SEAMEO (Organisasi Kementerian

Pendidikan se-ASEAN). Kemampuan bahasa dan kemampuan adaptasi dengan tuntutan global siswa akan diuji dan dikembangkan.

14. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Setempat

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya. Penghayatan dan apresiasi pada

(4)

budaya setempat ditumbuhkembangkan terlebih dahulu sebelum mempelajari budaya dari daerah dan bangsa lain. Implementasi yang dilakukan SMA Pradita Dirgantara melalui keikutsertaan peserta didik dalam melestarikan seni tari daerah. Kegiatan ini bersifat lokal, nasional dan internasional.

15. Karakteristik Satuan Pendidikan

Kurikulum dikembangkan sesuai dengan kondisi dan ciri khas satuan pendidikan.

Implementasi yang dilakukan SMA Pradita Dirgantara melalui pencapaian visi, misi dan tujuan sekolah.

Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:

Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreatifitas, kerjasama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik;

Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan

masyarakat sebagai sumber belajar;

Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;

Memberikan waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan;

Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran;

Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti;

Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat

(reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

Landasan Filosofis

Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti : perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran – aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan. Dengan merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati (2003), di bawah ini diuraikan tentang isi dari-dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum.

1. Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu.

Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari- hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut ,

(5)

kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.

2. Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.

3. Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan : bagaimana saya hidup di dunia ? Apa pengalaman itu ?

4. Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses.

Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.

5. Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme.

Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu ? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.

Aliran Filsafat Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi.

Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam pengembangan Model Kurikulum Interaksional.

Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri. Oleh karena itu, dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung dilakukan secara eklektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Meskipun demikian saat ini, pada beberapa negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai terjadi pergeseran landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu dengan lebih menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme.

Landasan Sosiologis

Kurikulum 2013 di kembangkan atas dasar adanya kebutuhan akan perubahan rancangan dan proses pendidikan dalam rangka memenuhi dinamika kehidupan masyarakat,bangsa dan negara sebagaimana termaktub dalam tujuan pendidikan nasional.Dewasa ini perkembangan pendidikan di indonesia tidak bisa di lepaskan dari perkembangan ilmu

pengetahuan,teknologi dan seni.Perubahan ini di mungkinkan karena berkembangnya tuntutan baru dalam masyarakat ,dunia kerja dan dunia ilmu pengetahuan yang berimplikasi pada tuntutan perubahan kurikulum secara terus menerus .Hal itu di maksutkan agar

pendidikan selalu dapat menjawab tuntutan perubahan sesuai dengan zamannya.Dengan

(6)

demikian keluaran pendidikan akan mampu memberikan konstribusi secara optimal dalam upaya membangun masyarakat berbasis pengetahuan (knowladge –based society)

Pada Point pertama ini yaitu dalam aspek landasan Sosiologi pada dasarnya landasan

sosiologis ini menginginkan kurikulum 2013 melakukan perubahan yang mengkombinasikan pada aspek IT dan Seni Budaya sementara aspek pengetahuannya berbasis pada masyarakat.

A. Landasan filosofis

dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya.

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional.

Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi pendidikan yang dapat digunakan secara spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat menghasilkan manusia yang berkualitas. Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut.

1. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan

bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan

Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang

beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan untuk

(7)

membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan.

Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa depan selalu menjadi kepedulian kurikulum, hal ini mengandung makna bahwa kurikulum adalah rancangan pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa. Dengan demikian, tugas mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi tugas utama suatu kurikulum. Untuk mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan peserta didik, Kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman belajar yang memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di masa kini dan masa depan, dan pada waktu bersamaan tetap mengembangkan kemampuan mereka sebagai pewaris budaya bangsa dan orang yang peduli terhadap permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini.

2. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari peserta didik. Proses pendidikan adalah suatu proses yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan kecemerlangan akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta kematangan fisik peserta didik. Selain mengembangkan kemampuan berpikir rasional dan cemerlang dalam akademik, Kurikulum 2013 memposisikan keunggulan budaya tersebut dipelajari untuk menimbulkan rasa bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial di masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan berbangsa masa kini.

3. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan

kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini

menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran

adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism). Filosofi ini mewajibkan

kurikulum memiliki nama matapelajaran yang sama dengan nama disiplin

ilmu, selalu bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan

kecemerlangan akademik.

(8)

4. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social reconstructivism). Dengan filosofi ini, Kurikulum 2013 bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di masyarakat, dan untuk membangun kehidupan masyarakat demokratis yang lebih baik.

Dengan demikian, Kurikulum 2013 menggunakan filosofi sebagaimana di atas dalam mengembangkan kehidupan individu peserta didik dalam beragama, seni, kreativitas, berkomunikasi, nilai dan berbagai dimensi inteligensi yang sesuai dengan diri seorang peserta didik dan diperlukan masyarakat, bangsa dan ummat manusia.

B. Landasan Teoritis

Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan standar”

(standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warganegara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.

Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaan yang dilakukan guru (taught

curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan

pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar

(9)

langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta

didik. Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.

landasan / kerangka dasar Kurikulum 2013 ; landasan filosofis, landasan sosiologis, landasan psikopedagogis, landasan teoritis, dan landasan yuridis, selengkapnya sebagai berikut:

A. Landasan Filosofis

Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas penerima didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi penerima didik, penilaian hasil belajar, relasi penerima didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya.

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang menunjukkan dasar bagi pengembangan seluruh potensi penerima didik menjadi insan Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional.

Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi pendidikan yang dapat digunakan secara spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat menghasilkan insan yang berkualitas. Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut :

1. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan. Mempersiapkan penerima didik untuk kehidupan masa depan selalu menjadi kepedulian kurikulum, hal ini mengandung makna bahwa kurikulum yaitu rancangan pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa.

Dengan demikian, peran mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi peran utama suatu kurikulum. Untuk mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan penerima didik, Kurikulum 2013 membuatkan pengalaman berguru yang menunjukkan kesempatan luas bagi penerima didik untuk menguasai kompetensi yang dibutuhkan bagi kehidupan di masa kini dan masa depan, dan pada waktu bersamaan tetap membuatkan kemampuan mereka sebagai pewaris budaya bangsa dan orang yang peduli terhadap permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini.

2. Peserta didik yaitu pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan filosofi ini, prestasi bangsa di banyak sekali bidang kehidupan di masa lampau yaitu sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari penerima didik. Proses pendidikan yaitu suatu proses yang memberi kesempatan kepada penerima didik untuk membuatkan potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan kecemerlangan akademik dengan menunjukkan makna terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta kematangan fisik penerima didik.

Selain membuatkan kemampuan berpikir rasional dan cemerlang dalam akademik, Kurikulum 2013 memposisikan keunggulan budaya tersebut dipelajari untuk menjadikan rasa bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial di masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan berbangsa masa kini.

3. Pendidikan ditujukan untuk membuatkan kecerdasan intelektual dan kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini menentukan bahwa isi kurikulum yaitu disiplin ilmu dan

(10)

pembelajaran yaitu pembelajaran disiplin ilmu (essentialism). Filosofi ini bertujuan untuk membuatkan kemampuan intelektual dan kecemerlangan akademik.

4. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik dari masa lalu dengan banyak sekali kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social reconstructivism). Dengan filosofi ini, Kurikulum 2013 bermaksud untuk membuatkan potensi penerima didik menjadi kemampuan dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian problem sosial di masyarakat, dan untuk membangun kehidupan masyarakat demokratis yang lebih baik.

Dengan demikian, Kurikulum 2013 menggunakan filosofi sebagaimana di atas dalam membuatkan kehidupan individu penerima didik dalam beragama, seni, kreativitas, berkomunikasi, nilai dan banyak sekali dimensi inteligensi yang sesuai dengan diri seorang penerima didik dan dibutuhkan masyarakat, bangsa dan umat manusia.

B. Landasan Sosiologis

Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar adanya kebutuhan akan perubahan rancangan dan proses pendidikan dalam rangka memenuhi dinamika kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara, sebagaimana termaktub dalam tujuan pendidikan nasional. Dewasa ini perkembangan pendidikan di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

Perubahan ini dimungkinkan alasannya yaitu berkembangnya tuntutan gres dalam masyarakat, dunia kerja, dan dunia ilmu pengetahuan yang berimplikasi pada tuntutan perubahan kurikulum secara terus menerus. Hal itu dimaksudkan semoga pendidikan selalu dapat menjawab tuntutan perubahan sesuai dengan jamannya. Dengan demikian keluaran pendidikan akan bisa menunjukkan kontribusi secara optimal dalam upaya membangun masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society).

C. Landasan Psikopedagogis

Kurikulum 2013 dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan perwujudan konsepsi pendidikan yang bersumbu pada perkembangan penerima didik beserta konteks kehidupannya sebagaimana dimaknai dalam konsepsi pedagogik transformatif. Konsepsi ini menuntut bahwa kurikulum harus didudukkan sebagai wahana pendewasaan penerima didik sesuai dengan perkembangan psikologisnya dan menerima perlakuan pedagogis sesuai dengan konteks lingkungan dan jamannya. Kebutuhan ini terutama menjadi prioritas dalam merancang kurikulum untuk jenjang pendidikan dasar khususnya SD.

Oleh alasannya yaitu itu pendidikan di SD yang selama ini sangat menonjolkan kurikulum dan pembelajaran berbasis mata pelajaran, perlu dikembangkan menjadi kurikulum yang bersifat tematik- terpadu. Konsep kurikulum tematik-terpadu mencerminkan pertimbangan psikopedagogis anak usia sekolah yang sangat memerlukan penanganan kurikuler yang sesuai dengan perkembangannya.

D. Landasan Teoritis

Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan standar” (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warganegara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk menunjukkan pengalaman berguru seluas-luasnya bagi penerima didik dalam membuatkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.

Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaan yang dilakukan guru (taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa acara pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman berguru eksklusif penerima didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal penerima didik. Pengalaman berguru eksklusif individual penerima didik menjadi hasil berguru bagi dirinya, sedangkan hasil berguru seluruh penerima didik menjadi hasil kurikulum.

E. Landasan Yuridis

Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 wacana Sistem Pendidikan Nasional;

3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 wacana Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional; dan

(11)

4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 wacana Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 wacana Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 wacana Standar Nasional Pendidikan.

Kurikulum 2013 bertujuan mengubah sikap pembelajar agar lebih santun melalui nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung di dalamnya. Artinya jika memiliki sikap dan mental yang terpuji maka pembelajar akan mampu menyerap ilmu dengan baik dan tentu menjadi generasi yang bersih.

Pembelajaran dalam kurikulum 2013 harus mengembangkan ranah sikap, pengetahuan, dan

keterampilan dengan lintasan perolehan yang bertahap. Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Adapun

keterampilan melalui aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyajikan, dan mencipta.

Tahap-tahap belajar dan mengajar itu sarat dengan pendidikan kesabaran. Untuk mendapatkan konsep tertentu, siswa harus melakukan proses yang panjang. Begitu pula guru harus mampu mengendalikan diri untuk tidak segera memberitahu dan harus sabar untuk memberi kesempatan siswa menemukan konsep dengan usaha sendiri. Dengan proses semacam ini diharapkan siswa mendapatkan ilmu yang sesuai dengan kenyataan, tertanam dalam ingatan dalam waktu lama, menjawab berbagai problem hidup, dan mampu menerapkan perolehan tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Suara Merdeka, 24 Maret 2014). Astuti (dalam Suara Merdeka 24 Maret 2014)

menerangkan kurikulum 2013 memiliki empat poin, yakni kompetensi inti 1 (KI 1) yang berisi tentang nilai religius, KI 2 memiliki nilai sosial kemanusiaan, KI 3 berisi pengetahuan, dan KI 4 berisi proses pembelajaran. Dalam KI 1 dan KI 2 tidak ada materi yang diajarkan tetapi menjadi semangat dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan. Contoh KI 1 dalam mata pelajaran Fisika dan Biologi misalnya, seorang guru harus membuat siswa menghargai dan mensyukuri apa yang ada di alam yang

merupakan bukti kebesaran Tuhan YME. KI 2 bertujuan mengubah pembelajar menjadi pribadi yang bersikap baik. Nilai-nilai kejujuran, disiplin, dan tanggung jawab serta peduli harus ditanamkan sejak dini kepada pembelajar. Program pendidikan karakter di sekolah dapat dilakukan melalui

programprogramberikut ini

(http://berbagireferensi.blogspot.com/2011/10/pengembanganpendidikan-dan budaya-dan html): 1.

Training Guru Terkait dengan program pendidikan karakter di sekolah, bagaimana menjalankan dan melaksanakan pendidikan karakter di sekolah, serta bagaimana cara menyusun program dan

melaksanakannya, dari gagasan ke tindakan. Program ini membekali dan memberikan wawasan pada guru tentang psikologi anak, cara mendidik anak dengan memahami mekanisme pikiran anak untuk menciptakan anak sukses, serta kiat praktis dalam memahami dan mengatasi anak yang

“bermasalah”. 2. Program Kurikulum Pendidikan Karakter Memberikan sistem pengajaran dan materi yang lengkap (untuk 1 tahun ajaran) serta detail dan aplikasi untuk sekolah dan materi untuk orang tua murid. Materi ini telah diuji coba lebih dari 5 tahun, di samping itu dalam program ini ada pendampingan dan training khusus untuk guru. Training khusus guru ini dikhususkan untuk menciptakan suksesnya pendidikan karakter di sekolah, Karena disini para guru akan mempelajari aspek psikologi manusia (bukan hanya anak, tetapi untuk dirinya sendiri) dan menanamkan nilai-nilai

(12)

kehidupan yang baik pada dirinya, murid dan keluarga. Guru akan memiliki bekal untuk membantu menciptakan anak yang berkarakter lebih baik. 3. Program Bimbingan Mental Program ini terbagi menjadi dua sesi program : 1 Sesi Workshop Therapy Sesi ini dirancang khusus untuk siswa usia 12- 18 tahun. Workshop ini bertujuan mengubah serta membimbing mental anak usia remaja. Workshop ini bekerja sebagai “mesin perubahan instant” maksudnya setelah mengikuti program ini anak didik akan berubah seketika menjadi anak yang lebih positif. 2. Sesi Seminar Khusus Orangtua Siswa Membantu orangtua mengenali anaknya dan memperlakukan anak dengan lebih baik, agar anak lebih sukses dalam kehidupannya. Dalam seminar ini orangtua akan mempelajari pengetahuan dasar yang sangat bagus untuk mempelajari berbagai teori psikologi anak dan keluarga. Memahami konsep menangani anak di rumah dan di sekolah, serta lebih mudah mengerti dan memahami jalan pikiran anak, pasangan dan orang lain.

Pengembangan Literasi melalui Kompetensi Dasar Selain itu, pengembangan literasi secara eksplisit diwujudkan dalam Kompetensi Dasar dalam KI-3 dan KI-4 dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Penuangan kegiatan pengembangan literasi dalam KD dalam Mapel Bahasa Indonesia ini dengan harapan ada aktivitas yang dilakukan guru dan peserta didik yang mengarah pada peningkatan literasi. Pengembangan literasi tersebut, misalnya kompetensi dasar Pelajaran Diglosia - Jurnal Pendidikan, Kebahasaan, dan Kesusastraan Indonesia Vol. 1, No. 1, Februari 2017 146 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Majalengka Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs (nomor 1-14) dan untuk SMA/MA (nomor: 15-28): 1) Menelaah struktur, kebahasaan, dan isi teks laporan hasil observasi yang berupa buku pengetahuan yang dibaca atau diperdengarkan (3.8) 2) Menyajikan rangkuman teks laporan hasil observasi yang berupa buku pengetahuan secara lisan dan tulis dengan memperhatikan kaidah kebahasaan atau aspek lisan; 3) Menemukan unsur-unsur dari dua buku fiksi dan dua buku nonfiksi (buku pengayaan) yang dibaca 4) Membuat peta

pikiran/sinopsis tentang isi dari dua buku nonfiksi (buku pengayaan) dan dua buku fiksi yang dibaca 5) Menelaah hubungan unsur-unsur dalam kedua buku fiksi dan nonfiksi (buku pengayaan) yang dibaca; 6) Menyajikan tanggapan terhadap kedua isi buku fiksi dan nonfiksi (buku pengayaan) yang dibaca; 7) Menggali dan menemukan informasi dari dua buku fiksi dan dua buku nonfiksi (buku pengayaan) yang dibaca; 8) Membuat peta konsep/garis alur dari dua buku fiksi dan dua buku nonfiksi (buku pengayaan) yang dibaca; 9) Menelaah unsur kedua buku fiksi dan nonfiksi (buku pengayaan) yang dibaca; 10) Menyajikan tanggapan terhadap kedua buku fiksi dan nonfiksi (buku pengayaan) yang dibaca secara lisan/tertulis; 11) Menggali informasi unsur-unsur dari dua buku fiksi dan dua buku nonfiksi (buku pengayaan) yang dibaca; 12) Membuat peta konsep/garis alur dari dua buku fiksi dan dua buku nonfiksi (buku pengayaan) yang dibaca 13) Menelaah hubungan antara kedua unsur-unsur buku fiksi/nonfiksi yang dibaca; 14) Menyajikan tanggapan terhadap kedua buku fiksi dan nonfiksi yang dibaca; 15) Menyebutkan butir-butir penting dari dua buku nonfiksi (buku pengayaan) dan satu buku fiksi (novel) yang dibaca; 16) Menyusun ikhtisar dari dua buku nonfiksi (buku pengayaan) dan ringkasan dari satu novel yang dibaca; 17) Menganalisis minimal dua buku fiksi dan satu buku nonfiksi (buku pengayaan pengetahuan) yang dibaca; 18) Mengomentari minimal dua buku fiksi dan satu buku nonfiksi (buku pengayaan pengetahuan) yang sudah dibaca 19) Menemukan butir-butir penting dari satu buku fiksi (buku kumpulan cerpen) yang dibaca; 20) Menyusun laporan butir-butir penting dari satu buku fiksi (buku kumpulan cerpen) yang dibaca; 21) Menemukan butir- butir penting dari dua buku nonfiksi (buku pengayaan pengetahuan) yang dibaca; Diglosia - Jurnal Pendidikan, Kebahasaan, dan Kesusastraan Indonesia Vol. 1, No. 1, Februari 2017 147 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Majalengka 22) Mempertunjukkan kesan pribadi terhadap salah satu buku nonfiksi (buku ilmiah atau buku pengayaan) yang dibaca dalam bentuk teks eksplanasi singkat; 23) Menganalisis pesan dari dua buku fiksi (novel dan buku kumpulan puisi) dan satu buku nonfiksi (buku pengayaan) yang dibaca; 24) Menyusun ulasan terhadap pesan dari dua

(13)

buku fiksi (novel dan buku kumpulan puisi) yang dikaitkan dengan situasi kekinian; 25) Menilai isi dua buku fiksi (kumpulan cerita pendek atau kumpulan puisi) dan satu buku nonfiksi (buku pengayaan) yang dibaca; 26) Menyusun laporan hasil diskusi buku tentang satu topik 27) Mengidentifikasi nilai- nilai yang terdapat dalam dua buku nonfiksi (pengayaan) dan satu buku fiksi (drama) yang dibaca; 28) Menulis refleksi tentang nilai-nilai yang terkandung dalam buku nonfiksi (buku pengayaan) dan buku fiksi (drama) yang dibaca. Demikianlah pengembangan literasi telah dimasukkan ke dalam

kompetensi dasar yang terdapat dalam mata pelajaran bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum 2013. e) Pengembangan Literasi Membaca Hal yang sangat mendasar dalam upaya mengembangkan literasi adalah Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Pengembangan literasi membaca ini mewajibkan peserta didik untuk membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai, tetapi bukan membaca buku teks pelajaran, melainkan buku-buku pengayaan, baik pengayaan pengetahuan, keterampilan, maupun kepribadian. Pada Kurikulum 2004 telah ditentukan jumlah buku yang harus dibaca siswa, namun karena tidak dimasukan ke dalam pembelajaran, pembiasaan hal ini kerap diabaikan para guru. Pada KTSP pun diungkap tentang perlunya membaca sejumlah buku, namun karena tidak menjadi tagihan sebagai hasil pembelajaran, kemampuan ini menjadi seremonial kembali. Pada K13 pembelajaran literasi membaca dilakukan dan dimasukkan ke dalam KD yang harus menjadi tagihan oleh guru sebagai hasil belajar. Siswa SD/MI yang dinyatakan telah tuntas belajar Pelajaran Bahasa Indonesia jika mereka telah membaca minimal 6 judul buku, selain buku teks pelajaran. Buku-buku yang dimaksud adalah buku-buku pengayaan pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian.Hal ini berarti sejak siswa berada di kelas 4 harus dapat literasi membaca minimal 2 judul buku, sehingga sampai dengan kelas VI ia akan telah dapat membaca 6 judul buku. Sementara itu, bagi siswa SMP/MTs harus telah membaca minimal 12 judul buku, sehingga pada setiap tingkat kelas harus membaca minimal 4 judul buku atau 2 judul setiap semester. Demikian pula bagi siswa SMA/MA/SMK harus telah

membaca minimal 18 judul buku. Pengembangan literasi membaca ini dimasukkan ke dalam KD sehingga pendidik dapat mengukur kinerja membaca peserta didik. Pendidik juga dapat menerapkan berbagai teori membaca kepada siswa, misalnya menerapkan SQ3R, PQRST, dan strategi membaca lainnya yang Diglosia - Jurnal Pendidikan, Kebahasaan, dan Kesusastraan Indonesia Vol. 1, No. 1, Februari 2017 148 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Majalengka dikembangkan berdasarkan hasil kajian yang sesuai dengan kemampuan dan perkembangan peserta didik kita. Dampak dari pengembangan literasi membaca ini diharapkan dapat juga mendorong para pendidik untuk menjadi pendidik yang pembelajar, sehingga mereka pun akan rajin membaca seiring dengan rajinnya para siswa membaca untuk mencari berbagai informasi tentang strategi dan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam setiap mata pelajaran.

Derngan demikian diharapkan akan tumbuh ekosistem pendidikan yang baik, termasuk juga dengan kalangan penerbitan buku. Mereka akan terus dipacu untuk meningkatkan buku bacaan yang bermutu. Pengembangan literasi membaca buku, selain buku teks pelajaran ini dalam rangka memberikan fondasi literasi kepada mereka, agar dapat membekali mereka dengan literasi yang dibutuhkan dalam kehidupannya. Memang bukan target pencapaian jumlah buku yang harus dibaca, melainkan membiasakan mereka membaca dan membudayakan mereka untuk berpikir kritis

berdasarkan wawasan yang dapat dikembangkan melalui kegiatan membaca. Para siswa harus memiliki kemampuan literasi lingkungan, literasi spasial, literasi matematikal, literasi teknologi, literasi budaya, literasi sosial, dan aspek-aspek lain yang bersentuhan dengan kehidupan peserta didik di masa yang akan datang. Pengembangan kemampuan literasi ini telah terlambat

dikembangkan di lembaga pendidikan, namun demikian kita harus dapat memulainya sejak sekarang agar SDM bangsa Indonesia yang diharapkan dapat tercapai.

Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah

Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh (holistik), sebagai insan yang memiliki karakter, pemahaman dan ketrampilan sebagai wirausaha. Pada dasarnya,

(14)

pendidikan kewirausahaan dapat diimplementasikan secara terpadu dengan kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah. Pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor), peserta didik secara bersama-sama sebagai suatu komunitas pendidikan. Pendidikan kewirausahaan diterapkan ke dalam kurikulum dengan cara mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat merealisasikan pendidikan kewirausahaan dan direalisasikan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, program pendidikan kewirausahaan di sekolah dapat diinternalisasikan melalui berbagai aspek.

1. Pendidikan Kewirausahaan Terintegrasi Dalam Seluruh Mata Pelajaran Yang dimaksud dengan pendidikan kewirausahaan terintegrasi di dalam proses pembelajaran adalah penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan ke dalam pembelajaran sehingga hasilnya diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, terbentuknya karakter wirausaha dan pembiasaan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai kewirausahaan dan menjadikannya perilaku. Langkah ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam pembelajaran di seluruh mata pelajaran yang ada di sekolah. Langkah pengintegrasian ini bisa dilakukan pada saat menyampaikan materi, melalui metode pembelajaran maupun melalui sistem penilaian.

Dalam pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan ada banyak nilai yang dapat ditanamkan pada peserta didik. Apabila semua nilai-nilai kewirausahaan tersebut harus ditanamkan dengan intensitas yang sama pada semua mata pelajaran, maka penanaman nilai tersebut menjadi sangat berat. Oleh karena itu penanaman nilai nilai kewirausahaan dilakukan secara bertahap dengan cara memilih sejumlah nilai pokok sebagai pangkal tolak bagi penanaman nilai-nilai lainnya. Selanjutnya nilai-nilai pokok tersebut diintegrasikan pada semua mata pelajaran.

Dengan demikian setiap mata pelajaran memfokuskan pada penanaman nilai-nilai pokok tertentu yang paling dekat dengan karakteristik mata pelajaran yang bersangkutan. Nilai-nilai pokok kewirausahaan yang diintegrasikan ke semua mata pelajaran pada langkah awal ada 6 (enam) nilai pokok yaitu: mandiri, kreatif pengambil resiko, kepemimpinan, orientasi pada tindakan dan kerja keras.

Integrasi pendidikan kewirausahaan di dalam mata pelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Pada tahap perencanaan, silabus dan RPP dirancang agar muatan maupun kegiatan pembelajarannya memfasilitasi untuk mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan. Cara menyusun silabus yang terintegrsi nilai-nilai kewirausahaan dilakukan dengan mengadaptasi silabus yang telah ada dengan menambahkan satu kolom dalam silabus untuk mewadahi nilai-nilai kewirausahaan yang akan diintegrasikan. Sedangkan cara menyususn RPP yang terintegrasi dengan nilai-nilai kewirausahaan dilakukan dengan cara mengadaptasi RPP yang sudah ada dengan menambahkan pana materi, langkah-langkah pembelajaran atau penilaian dengan nilai-nilai kewirausahaan.

Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan kewirausahaan mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai kewirausahaan sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini, peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan yang terkait dengan nilai-nilai kewirausahaan.

Pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan dalam silabus dan RPP dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut:

(15)

 Mengkaji SK dan KD untuk menentukan apakah nilai-nilai kewirausahaan sudah tercakup didalamnya.

 Mencantumkan nilai-nilai kewirausahaan yang sudah tercantum di dalam SKdan KD kedalam silabus.

 Mengembangkan langkah pembelajaran peserta didik aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan integrasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku.

 Memasukan langkah pembelajaran aktif yang terintegrasi nilai-nilai kewirausahaan ke dalam RPP.

2. Pendidikan Kewirausahaan yang Terpadu Dalam Kegiatan Ekstra Kurikuler

Kegiatan Ekstra Kurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah.

Visi kegiatan ekstra kurikuler adalah berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Misi ekstra kurikuler adalah (1) menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka; (2) menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kesempatan peserta didik mengespresikan diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok.

3. Pendidikan Kewirausahaan Melalui Pengembangan Diri

Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan karakter termasuk karakter wirausaha dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler.

Pengembangan diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pengembangan kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan kondisi sekolah/madrasah.

Pengembangan diri secara khusus bertujuan menunjang pendidikan peserta didik dalam mengembangkan: bakat, minat, kreativitas, kompetensi, dan kebiasaan dalam kehidupan, kemampuan kehidupan keagamaan, kemampuan sosial, kemampuan belajar, wawasan dan perencanaan karir, kemampuan pemecahan masalah, dan kemandirian. Pengembangan diri meliputi kegiatan terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan terprogram direncanakan secara khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pribadinya. Kegiatan tidak terprogram dilaksanakan secara langsung oleh pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah yang diikuti oleh semua peserta didik. Dalam program pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dapat dilakukan melalui pengintegrasian kedalam kegiatan sehari-hari sekolah misalnya kegiatan ‘business day’ (bazar, karya peserta didik, dll)

4. Perubahan Pelaksanaan Pembelajaran Kewirausahaan dari Teori ke Praktik

Dengan cara ini, pembelajaran kewirausahaan diarahkan pada pencapaian tiga kompetansi yang meliputi penanaman karakter wirausaha, pemahaman konsep dan skill, dengan bobot yang lebih besar pada pencapaian kompetensi jiwa dan skill dibandingkan dengan pemahaman konsep. Dalam struktur kurikulum SMA, pada mata pelajaran ekonomi ada beberapa

(16)

Kompetensi Dasar yang terkait langsung dengan pengembangan pendidikan kewirausahaan.

Mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang secara langsung (eksplisit) mengenalkan nilai-nilai kewirausahaan, dan sampai taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan menginternalisasi nilai-nilai tersebut. Salah satu contoh model pembelajaran kewirausahaan yang mampu menumbuhkan karakter dan perilaku wirausaha dapat dilakukan dengan cara mendirikan kantin kejujuran, dsb.

5. Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan ke dalam Bahan/Buku Ajar Bahan/buku ajar merupakan komponen pembelajaran yang paling berpengaruh terhadap apa yang sesungguhnya terjadi pada proses pembelajaran. Banyak guru yang mengajar dengan semata-mata mengikuti urutan penyajian dan kegiatan-kegiatan pembelajaran (task) yang telah dirancang oleh penulis buku ajar, tanpa melakukan adaptasi yang berarti. Penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan dapat dilakukan ke dalam bahan ajar baik dalam pemaparan materi, tugas maupun evaluasi.

6. Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan melalui Kutur Sekolah

Budaya/kultur sekolah adalah suasana kehidupan sekolah dimana peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan sesamanya, pegawai administrasi dengan sesamanya, dan antar anggota kelompok masyarakat sekolah.

Pengembangan nilai-nilai dalam pendidikan kewirausahaan dalam budaya sekolah mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi ketika berkomunikasi dengan peserta didik dan mengunakan fasilitas sekolah, seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, komitmen dan budaya berwirausaha di lingkungan sekolah (seluruh warga sekolah melakukan aktivitas berwirausaha di lingkungan sekolah).

7. Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan melalui Muatan Lokal

Mata pelajaran ini memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu mata pelajaran muatan lokal harus memuat karakteristik budaya lokal, keterampilan, nilai-nilai luhur budaya setempat dan mengangkat permasalahan sosial dan lingkungan yang pada akhirnya mampu membekali peserta didik dengan keterampilan dasar (life skill) sebagai bekal dalam kehidupan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Contoh anak yang berada di ingkungan sekitar pantai, harus bisa menangkap potensi lokal sebagai peluang untuk mengelola menjadi produk yang memiliki nilai tambah, yang kemudian diharapkan anak mampu menjual dalam rangka untuk memperoleh pendapatan.

Integrasi pendidikan kewirausahaan di dalam mulok, hampir sama dengan integrasi pendidikan kewirausahaan terintegrasi di dalam mata pelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Pada tahap perencanaan ini, RPP dirancang agar muatan maupun kegiatan pembelajarannya MULOK memfasilitasi untuk mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan. Cara menyusun RPP MULOK yang terintegrasi dengan nilai-nilai kewirausahaan dilakukan dengan cara mengadaptasi RPP MULOK yang sudah ada dengan menambahkan pada materi, langkah-langkah pembelajaran atau penilaian dengan nilai-nilai kewirausahaan. Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan kewirausahaan mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai kewirausahaan sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan yang terkait dengan nilai-nilai kewirausahaan.

(17)

Model pelaksanaan ekstrakurikuler wajib kepramukaan dalam kurikulum 2013. Seiring dengan diberlakukannya kurikulum 2013, kepramukaan (latihan pramuka) ditetapkan menjadi ekstrakurikuler wajib di tingkat Sekolah Dasar (SD/MI), SMP dan MTs, serta SMA, MA, dan SMK. Sebagai ekstrakurikuler wajib, kepramukaan harus diikuti oleh seluruh peserta didik dalam sekolah tersebut. Karenanya, pelaksanaan kepramukaan sebagai ekstrakurikuler wajib dalam kurikulum 2013 diorganisasikan dalam model-model tertentu.

Penetapan kepramukaan sebagai ekstrakulrikuler wajib di

tingkat Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah adalah Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2014 Tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Dalam Permen ini salah satunya mengatur tentang pengorganisasian model pelaksanaan ekstrakurikuler kepramukaan pada kurikulum 2013

Adapun ekstrakurikuler wajib kepramukaan dilaksanakan dengan

menggunakan tiga model yaitu Model Blok, Model Aktualisasi, dan Model Reguler. Masing-masing model pelaksanaan kepramukaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

Model Blok

Model Blok adalah pola kegiatan ekstrakurikuler wajib pendidikan kepramukaan yang diselenggarakan setahun sekali, yakni pada awal tahun ajaran baru. Bersifat wajib, setahun sekali, berlaku bagi seluruh peserta didik, terjadwal, dan diberikan penilaian umum.

Karakteristik pelaksanaan model blok antara lain : Bagi siswa kelas I (SD.MI), kelas VII (SMP/MTs) dan kelas X (SMA/MA/SMK) pelaksanaannya diintegrasikan di dalam Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS);

Alokasi waktu pelaksanaan sistem blok untuk peserta didik SD/MI adalah selama 18 jam, sedangkan siswa SMP/MTs dan SMA/MA/SMK/MAK

dilaksanakan selama 36 Jam; Sebagai penanggung jawab kegiatan model blok adalah Kepala Sekolah selaku Ketua Majelis Pembimbing Gugusdepan (Mabigus); Sedangkan Pembina kegiatan adalah Guru Kelas/Guru Mata Pelajaran (selaku Pembina Pramuka) dan Pembina Pramuka serta dapat dibantu oleh Pembantu Pembina.

Model Aktualisasi

Model Aktualisasi adalah pola kegiatan ekstrakurikuler wajib pendidikan kepramukaan yang dilaksanakan setiap satu minggu sekali dalam bentuk penerapan sikap dan keterampilan yang dipelajari di dalam kelas yang dilaksanakan dalam kegiatan Kepramukaan. Bersifat wajib, rutin,

terjadwal, berlaku untuk seluruh peserta didik dalam setiap kelas, terjadwal, dan diberikan penilaian formal.

Karakteristik pelaksanaan model aktualisasi antara lain : Kegiatan ini

dilaksanakan setiap satu minggu satu kali; Satu kali kegiatan model

aktualisasi dilaksanakan selama 120 menit; Kegiatan Aktualisasi

(18)

diselenggarakan bersamaan dengan kegiatan Latihan Ekstrakurikuler Pramuka pada Gugusdepan; Kegiatan diorganisasikan oleh Pembina Pramuka.

Model Reguler

Model Reguler adalah kegiatan sukarela berbasis minat peserta didik yang dilaksanakan di Gugusdepan.

Karakteristik pelaksanaan model reguler antara lain : Diikuti oleh siswa yang berminat mengikutikegiatan Gerakan Pramuka; Pelaksanaan

kegiatan sepenuhnya dikelola dan diatur oleh Gugusdepan Pramuka pada satuan pendidikan.

Itulah tiga model pelaksanaan kepramukaan sebagai ekstrakurikuler wajib dalam kurikulum 2013 yang meliputi Model Blok, Model Aktualisasi, dan Model Reguler. Di mana pada dua model pertama (Model Blok dan Model Aktualisasi) menjadi kegiatan yang wajib diikuti oleh seluruh peserta didik dan dikelola oleh sekolah. Sedangkan pada model ketiga (Model Reguler) merupakan kegiatan sukarela yang pelaksanaannya dikelola dan diatur sepenuhnya oleh Gugusdepan Pramuka.

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu perangkat operasional kurikulum, yang perlu disusun dan dituangkan dalam rencana kerja tahunan/kalender pendidikan satuan pendidikan.

Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh peserta didik di luar jam belajar kurikulum standar sebagai perluasan dari kegiatan kurikulum dan dilakukan di bawah bimbingan sekolah dengan tujuan untuk mengembangkan kepribadian, bakat, minat, dan kemampuan peserta didik yang lebih luas atau di luar minat yang dikembangkan oleh kurikulum.

Kegiatan ekstrakurikuler memiliki fungsi, (1) fungsi pengembangan, yakni bahwa kegiatan

ekstrakurikuler berfungsi untuk mendukung perkembangan personal peserta didik melalui perluasan minat, pengembangan potensi, dan pemberian kesempatan untuk pembentukan karakter dan pelatihan kepemimpinan, (2) fungsi social, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk mendukung kemampuan dan rasa tanggung jawab social peserta didik, (3) fungsi rekreatif, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dilakukan dalam suasana rileks, mengembirakan, dan menyenangkan sehingga menunjang proses perkembangan peserta didik, (4) fungsi persiapan karir, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik melalui pengembangan kapasitas.

Adapun tujuan dari pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler adalah; (1) kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik, (2) kegiatan

ekstrakurikuler harus dapat mengembangkan bakat dan minat peserta didik dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya.

Prinsip kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan dengan prinsip sebagai berikut; (1) bersifat individual yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan sesuai dengan potensi bakat, minat peserta didik masing-masing, (2) bersifat pilihan, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan sesuai dengan minat dan diikuti oleh peserta didik secara sukarela, (3) keterlibatan aktif, yakni kegiatan ekstrakurikuler menuntut keikutsertaan peserta didik secara penuh sesuai dengan minat dan pilihan masing-masing, (4) menyenangkan, yakni kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan dalam suasana mengembirakan bagi peserta didik, (5) membangun etos kerja, yakni kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan dengan prinsip membangun semangat peserta didik untuk berusaha dan bekerja dengan baik dan giat, (6) kemanfaatan social, yakni kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan dan dilaksanakan dengan tidak melupakan kepentingan masyarakat.

Adapun jenis kegiatan ektrakurikuler dapat berbentuk antara lain : (1) Krida, meliputi Kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS), Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka), dan lainnya, (2) Karya Ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian, dan lainnya, (3) Latihan/

Olahra bakat/prestasi, meliputi pengembangan bakat olahraga, seni dan budaya, cinta alam, jurnalistik, teater, keagamaan, dan lainnya.

Kegiatan ekstrakurikuler dalam kurikulum 2013 terbagi menjadi dua bagian yakni; ekstrakurikuler wajib dan ekstrakurikuler pilihan. Ekstrakurikuler wajib merupakan program ekstrakurikuler yang

(19)

harus diikuti oleh seluruh peserta didik, terkecuali peserta didik dengan kondisi tertentu yang tidak memungkinkannya untuk mengikuti kegiatan tersebut. Dalam kurikulum 2013, Kepramukaan ditetapkan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib dari sekolah dasar (SD/MI) hingga sekolah

menengah atas (SMA/SMK). Ekstrakurikuler pilihan merupakan kegiatan yang antara lain OSIS, UKS, dan PMR. Selain itu, kegiatan ini dapat juga berbentuk kelompok atau klub yang kegiatan

ekstrakurikulernya dikembangkan atau berkenaan dengan konten suatu mata pelajaran, misalnya klub olahraga seperti klub sepakbola, klub bola voli dan lainnya.

Dengan melihat begitu banyak kemanfaatan dari kegiatan ekstrakurikuler bagi pengembangan bakat dan minat peserta didik, diharapkan setiap satuan pendidikan melaksanakan kegiatan tersebut.

Setiap satuan pendidikan harus membuat program dan panduan kegiatan ekstrakurikuler yang berlaku di satuan pendidikan tersebut. Selanjutnya Kepala sekolah, dewan guru, pembina

ekstrakurikuler dan tenaga kependidikan bersama-sama membina, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan tersebut. Komite sekolah sebagai mitra yang mewakili orang tua peserta didik memberikan usulan dan dukungan dalam pengembangan kegiatan ekstrakurikuler tersebut.

Sedangkan orang tua murid memberikan kepedulian dan komitmen penuh terhadap suksesnya kegiatan ekstrakurikuler tersebut.

Harapannya pengembangan dan pelaksanaan program kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan dapat memberikan manfaat yang berguna dalam pembentukan bakat dan minat peserta didik, serta dapat mengembangkan kemampuan intelektual, emosional, spiritual, sosial, serta pengembangan keterampilan dan kepribadian peserta didik dalam rangka pembentukan SDM manusia Indonesia yang dapat diandalkan dimasa yang akan datang.

Artikel ini telah tayang di bangkapos.com dengan judul Pengembangan Minat dan Bakat Siswa dengan Ekstrakurikuler, http://bangka.tribunnews.com/2014/01/17/pengembangan-minat-dan-bakat- siswa-dengan-ekstrakurikuler.

Editor: emil

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan Mulyasa (2006: 8) menyatakan bahwa KTSP merupakan singkatan dari kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan,

Efektivitas Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Terhadap Proses Pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Raudlatul Falah Kebagusan

Berdasarkan pada berbagai permasalahan yang dihadapi dalam impelementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) mata pelajaran Akidah Akhlak di MTsN Astambul Kabupaten

LKS dirancang dan dikembangkan sesuai karakteristik PMRI dan aspek spasial serta mempertimbangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP. Seluruh materi

LKS dirancang dan dikembangkan sesuai karakteristik PMRI dan aspek spasial serta mempertimbangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP. Seluruh materi

Trianto, 2014, Model Pembelajaran Terpadu; Konsep, Strtegi dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta: PT.. Pengantar Studi Akhlak

Dijelaskan pula dalam Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMK, bahwa tujuan pendidikan sekolah menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,

Dalam standar isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan bahwa mata pelajaran matematika di Sekolah Menengah Pertama (SMP) bertujuan agar peserta