• Tidak ada hasil yang ditemukan

BATUAN INDUK (SOURCE ROCK) HIDROKARBON DI SUB CEKUNGAN BOGOR BAGIAN SELATAN, JAWA BARAT

N/A
N/A
Hasyim

Academic year: 2023

Membagikan "BATUAN INDUK (SOURCE ROCK) HIDROKARBON DI SUB CEKUNGAN BOGOR BAGIAN SELATAN, JAWA BARAT"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

BATUAN INDUK (SOURCE ROCK) HIDROKARBON DI SUB CEKUNGAN BOGOR BAGIAN SELATAN, JAWA BARAT

Cekungan Bogor merupakan sebuah cekungan belakang busur (back arc basin) terhadap busur vulkanik oligo-miocene yang berada di sebelah Selatan Pulau Jawa. Cekungan ini merupakan sebuah antiklinorium yang menerus dari Bogor-Serayu Utara-Kendeng (Van Bemmelen, 1949). Cekungan ini tersusun oleh endapan sedimen laut yang berumur mulai dari tersier awal. Sebagai sebuah cekungan sedimen, Cekungan Bogor memiliki potensi hidrokarbon yang dapat menjadi sebuah petroleum system. Salah satu lokasi yang memiliki potensi hidrokarbon berada di Sub Cekungan Bogor Bagian Selatan tepatnya di wilayah tinggian Sukabumi hingga Padalarang. Untuk dapat mengetahui potensi hidrokarbon tersebut, dilakukan pengukuran stratigrafi serta perhitungan nilai Total Organic Carbon (TOC).

Secara regional, Formasi Walat berumur Oligosen Awal yang terdiri atas batupasir kuarsa, konglomerat kerakal kuarsa, batulempung karbonatan, dan lignit merupakan batuan tertua di Sub Cekungan Bogor Bagian Selatan. Ditindih secara selaras oleh Formasi Batuasih berumur Oligosen Akhir yang terdiri dari batulempung napalan hijau dengan konkresi pirirt dan mengandung foraminifera besar dan kecil. Selanjutnya di atas Formasi Batuasih terdapat Formasi Rajamandala yang berumur Oligosen Akhir – Miosen Awal yang terdiri atas napal tufaan, batupasir, dan batugamping. Selanjutnya terdapat Formasi Jampang yang berisi batupasir tuff dasitan, tuff gampingan, dan breksi andesit. Kemudian secara tidak selaras di atas Formasi Jampang terdapat Batuan Gunungapi Gunung Pangrango.

Untuk mengetahui karakteristik dan potensi hidrokarbon pada Sub Cekungan Bogor ini, dilakukan pengukuran stratigrafi dan perhitungan Total Organic Carbon (TOC).

Pengukuran tersebut dilakukan pada dua daerah penelitian yakni di Sukabumi dan Padalarang.

Di daerah Sukabumi ditemukan Formasi Batuasih yang tersusun atas batulempung berwarna hitam yang mengandung clayy ball pada bagian bawah formasi dan pada bagian atas formasi tersebut terdapat batulempung berwarna abu kehitaman yang menyerpih dengan sisipan batugamping berwarna abu kehitaman. Di atas Formasi Batuasih diendapkan batugamping Formasi Rajamandala. Pengukuran TOC juga dilakukan di daerah penelitian ini tepatnya di Formasi Batuasih. Terdapat 12 sampel batulempung yang dianalisis dan menghasilkan nilai TOC sebesar 0.49 – 1.14%. Selanjutnya didapati nilai HI sebesar 77 – 191 mg HC/TOC yang menyatakan bahwa sampel termasuk fasies organic C dan CD yang menunjukkan kemungkinan menghasilkan gas dalam jumlah kecil. Selain itu jika dilihat dari tingkat

(2)

kematangannnya sampel dari lokasi ini memiliki nilai T maks berkisar di 431o – 441o C yang artinya sudah matang (>435o C).

Selanjutnya dilakukan pengukuran stratigrafi di daerah Padalarang yang mana ditemukan Formasi Batuasih yang tersuusn atas perselingan batulempung berwarna hitam kecoklatan dengan batupasir berwarna abu kehitaman. Pengukuran TOC juga dilakukan di daerah penelitian ini. Terdapat 11 sampel batulempung Formasi Batuasih yang menghasilkan nilain TOC sebesar 0.50 – 1.72%. Selanjutnya dilakukan perhitungan nilai HI sebesar 33 – 1191 mg HC/TOC yang menyatakan bahwa sampel termasuk fasies organic D, CD yang menunjukkan kemungkinan dapat menghasilkan gas dalam jumlah kecil dan fasies C yang dapat menghasilkan minyak dan gas dalam jumlah kecil. Selain itu, jika dilihat dari tingkat kematangannya sampel dari lokasi ini memiliki nilai T maks sebesar 424o – 434o C yang mana sampel tersebut belum matang.

Berdasarkan analisis 23 sampel pada Formasi Batuasih di daerah Sukabumi dan Padalarang, diperoleh TOC rata-rata sebesar 0.49 – 1.72%. Dari data tersebut diperoleh bahwa Sub Cekungan Bogor bagian Selatan memiliki potensi rendah hingga baik untuk membentuk hidrokarbon. Dari 23 sampel tersebut, 14 sampel memiliki tingkat kematangan berkisar 424o – 434o C yang mana masih belum matang sedangkan 9 contoh lainnya memiliki tingkat kematangan berkisar 436o – 524o C yang dapat dinyatakan sudah matang. Selanjutnya, jika dianalisis dari nilai HI pada sampel Formasi Batuasih tersebut, diperoleh nilai sebesar 33 – 191 mg HC/g TOC. Berdasarkan nilai tersebut, dapat dibagi menjadi 3 fasies organic yakni fasies D sebanyak 1 sampel, fasies CD sebanyak 13 sampel, dan fasies C sebanyak 9 sampel.

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa Formasi Batuasih yang menjadi batuan infuk hidrokarbon di Sub Cekungan Bogor bagian Selatan memiliki potensi menghasilkan minyak dan gas dalam jumlah yang kecil.

Daftar Pustaka

Praptisih, Kamtono, Pursa Sulastya Putra, M. Hendrizan. (2009) BATUAN INDUK (SOURCE ROCK) HIDROKARBO DI SUB CEKUNGAN BOGOR BAGIAN SELATAN, JAWA BARAT. Prosiding Pemaparan Hasil Puslit Geoteknologi LIPI.

ISBN; 978-979-8636-16-5

Referensi

Dokumen terkait

KARAKTERISTIK GEOKIMIA MINYAK BUMI DAN KONDENSAT SERTA KORELASI DENGAN BATUAN INDUK DI LAPANGAN.. PAGARDEWA, CEKUNGAN

Data dari Rock-Eval menunjukkan bahwa sampel batuan memiliki tingkat kematangan rendah, tingkat indeks oksigen tinggi, potensial generasi hidrokarbon rendah, serta

Hasil analisis batuan sumber, baik yang tersingkap di Karawang maupun di Bogor, menunjukkan bahwa batuan sumber yang dapat menggenerasi hidrokarbon di Cekungan

Hasil analisis batuan sumber, baik yang tersingkap di Karawang maupun di Bogor, menunjukkan bahwa batuan sumber yang dapat menggenerasi hidrokarbon di Cekungan

Menurut Sarjono dan Sardjito (1989), Formasi Lahat mengandung source rock yang matang dan menghasilkan gas di area Gunung Kemala, sedangkan Formasi Talang Akar

Hasil analisis batuan sumber, baik yang tersingkap di Karawang maupun di Bogor, menunjukkan bahwa batuan sumber yang dapat menggenerasi hidrokarbon di Cekungan

Hasil identifikasi batuan induk pra-tersier pada Cekungan Akimeugah menunjukkan bahwa interval batuan induk formasi Woni – Wogi dan formasi Aiduna memiliki

Kemudian sampai pada kesimpulan bahwa sampel minyak mentah dibagi menjadi tiga grup dan sampel batuan induk dibagi menjadi satu grup, Formasi yang efektif menghasilkan hidrokarbon