BEDAH BUKU PENYULUHAN PERTANIAN MASA DEPAN
SUMARDJO
ILMU PENYULUHAN PEMBANGUNAN
GURU BESAR FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA IPB 2023
Pertumbuh Pertanian, 2011-2022
Sumber: BPS, 5 Februari 2023 1
2
Stagnasi Perubahan Teknologi
• Selama tiga dekade terakhir, perubahan teknologi pertanian Indonesia tergolong lambat,
• sehingga pertumbuhan pertanian juga rendah.
• Misalnya dalam kasus tanaman pangan, seperti beras, jagung dan serealia lainnya.
• Peningkatan produksi lebih banyak didorong oleh peningkatan luas panen,
• bukan oleh penggunaan teknologi baru atau inovasi lainnya
Periode 2018-2022
• Kinerja produksi padi turun signifikan.
•Demikian pula,
• kinerja luas panen, produksi beras dan konsumsi beras semua turun,
• kecuali produktivitas yang meningkat walau kecil.
•Hasil analisis data bulanan ternyata
menujukkan dinamika produktivitas padi yang tidak berpola
3
Kinerja Produksi Padi Indonesia, 2018-2022
Konsumsi - Produksi 2018 2019 2020 2021 2022 ∆2018 22 (%) Konsumsi beras (juta
ton)
29,56 28,93 29,40 30,04 30,20 -1.08
Produksi GKG (juta ton)
59,19 54,60 54,65 54,42 55,75 -1.98
Produksi Beras (juta ton)
33,94 31,31 31,50 31,36 31,54 -1.82
Luas Panen (juta ha) 11,38 10,68 10,66 10,41 10,55 -1.62 Produktivitas (ton/ha) 5,20 5,11 5,13 5,23 5,24 0,58
Sumber: KSA-BPS (versi 22 Maret 2023)
Perubahan teknologi pertanian
• Perubahan teknologi pertanian adalah
• refleksi kapasitas inovasi dan kualitas sumberdaya pertanian (SDM),
• riset dan pengembangan (R&D),
• ekosistem inovasi, dan lain-lain.
• Inovasi perubahan teknologi produksi padi telah banyak dilakukan di Indonesia.
• Misalnya dalam hal benih, pupuk, pestisida, alat-mesin pertanian, teknik budidaya, pertanian presisi, pertanian cerdas, teknik hemat air, modifikasi cuaca dan lain-lain
• yang mampu meningkatkan produktivitas (Arifin, 2021a).
5
6
Efektivitas Penyelenggaraan Penyuluhan
• Efektivitas penyelenggaraan penyuluhan pertanian dapat terjadi apabila didukung
• penyuluh pertanian berkualitas (berkompetensi professional),
• kelembagaan yang kuat (Mandiri),
• sarana dan prasarana yang memadai.
• Fakta pada tataran operasional menunjukkan
• adanya spirit penyuluh pertanian apabila mereka berada dalam wadah kelembagaan tersendiri (mengutamakan konvergensi, bukan dominasi kepentingan) dan
• Otonomi pendanaan yang dapat‘memadai’ serta
• dukungan kepemimpinan formal (Gubernur, Bupati/Walikota, Camat dan Kepala Desa) dan kepemimpinan non formal.
Dampak Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
• Kelembagaan di tingkat pusat (Badan Koordinasi Nasional) Penyuluhan,
• kelembagaan penyuluhan tingkat provinsi (Badan Koordinasi Penyuluhan) dan kabupaten/kota (Badan Pelaksana
Penyuluhan) menjadi hilang.
• Kelembagaan atau organisasi tsb untuk menyelenggarakan penyuluhan pangan, pertanian, perikanan dan kehutanan tidak diatur secara jelas, melainkan hanya tertera dalam Lampiran, yaitu sebagai urusan konkuren, sehingga mandat
kelembagaannya menjadi kabur dan tidak jelas
.• Hal ini telah menyebabkan aspek kelembagaan dan ketenagaan tidak lagi berfungsi pada segenap tingkat atau hierarki
Pemerintahan, mulai dari tingkat Pusat, Provinsi, hingga tingkat Kabupeten/ Kota.
7
• Pengampu kepentingan (stakeholders) agribisnis tidak terbatas hanya petani dan keluarganya.
• Penyuluhan pertanian bukanlah kegiatan karitatif atau bantuan cuma-cuma atas dasar belas kasihan yang menciptakan ketergantungan.
• Pembangunan pertanian harus selalu dapat memperbaiki produktivitas, pendapatan dan kehidupan petani secara
berkelanjutan, tidak hanya memperbaiki produksi dengan transfer teknologi.
• Pembangunan pangan dan pertanian menjadi semakin penting dan mendesak, karena kedua hal tersebut merupakan salah satu pilar kedaulatan Bangsa Indonesia, maupun bangsa-bangsa di dunia
Penyuluhan Pertanian sebagai Proses Komunikasi Pembangunan
• Penyuluhan sebagai proses komunikasi pembangunan,
penyuluhan tidak sekadar upaya untuk menyampaikan pesan- pesan pembangunan,
• tetapi yang lebih penting dari itu adalah, untuk menumbuhkembangkan partisipasi dan kemandirian masyarakat dalam pembangunan
(Sumardjo, 2021).• “Menumbuhkembangkan”, terkandung upaya-upaya untuk:
1. menumbuhkan kesadaranmasyarakat agar mau berpartisipasi secara sukarela, bukan karena paksaan atau ancaman-ancaman;
2. meningkatkan kemampuan masyarakat agar mampu berkembang (baik dalam hal kehidupan fisik, sikap mental, intelegensia, aspek ekonomis maupun nonekonomis);
dan
3. menunjukkan adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi secara tepat dan intensif.
9
10
Perkembangan TIK
penyuluhan seharusnya tidak terpersepsikan hanya sebagai “proses penerangan/
pemberian penjelasan”, namun lebih sebagai proses pendidikan yang berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan meluasnya masyarakat digital maupun masih banyaknya masyarakat yang berkomunikasi utama secara non digital (Sumardjo, 2017a):
1. Penyuluhan sebagai proses penyebarluasan informasi (dissemination of information/
innovation)
2. Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku diri(improving self behavior) 3. Penyuluhan sebagai proses belajar meningkatkan kualitas kehidupan (learning to
improve the level of living)Proses transformasi social terencana
4. Penyuluhan sebagai proses perubahan sosial terencana (social plan change) 5. Penyuluhan sebagai proses rekayasa sosial internal (self social engineering) 6. Penyuluhan sebagai proses pemasaran sosial (social marketing)
7. Penyuluhan sebagai proses pemberdayaan masyarakat (community empowerment) 8. Penyuluhan sebagai proses komunikasi pembangunan (development communication)
Paradigma Penyuluhan Masa Lalu, Masa Kini dan Kondisi Ideal ke Depan
Aspek Penyuluhan Masa Lalu: Era UU 6/2006 Masa Kini: Era UU 23/2014 Kondisi Ideal Lingkungan strategis Komitmen terfokus dan terpimpin Komitmen terbelah, tersubordinasi
sektoral dan kontra produktif
Komitmen fokus lingkungan strategis dan mandiri
Kelembagaan Sangat kuat, Pusat s.d kecamatan terstruktur dan sistematis
Terbelah, tidak terstruktur dan tidak mandiri, terkotak birokratis
Terstruktur, fungsional, mandiri/terintegrasi, kuat di kecamatan & desa Ketenagaan - Rasio desa-penyuluh = 1:1:2
- Tersupervisi spesialis;
- Subprofesional.
- Rasio desa-penyuluh = 1:4:5 - Tidak sistematis, tidak
terencana;
- Kurang terlatih, kurang profesional
- Rasio poktan-penyuluh = 1:15;
- Tersupervisi, spesialis dan profesional
Penyelenggaraan Sentralistis, orientasi target produksi padi
Desentralistis, orientasi target diversifikasi, terkotak-kotak
Desentralistis, orientasi kemandirian pangan, otonom terintegrasi
Materi BIP, prioritas padi Operasional tidak terkelola, target, Orientasi Pajale
Cyber extension aktual, adaptif dan problem solving
Pembiayaan Tepat jumlah, kurang tepat waktu Tidak tepat jumlah, waktu, sasaran Tepat jumlah, waktu dan sasaran Orientasi Gerakan produksi Target tambah tanam Pajale Kesejahteraan dan kemandirian
11