1
Happy Rilla Priccilia, Jasmi , Erismar Amri
Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat [email protected]
ABSTRACT
Stingless bees (Trigona sp.) Is one of the species of honey producing bees from Meliponidae Family (bee has no sting), small size ranging from 3-5 mm.
Bee colony of Trigona sp. many found lodged in forests, in people's homes, tree holes and stone cavities. To be able to utilize colony products, there is an effort to move the nest from the natural cavity to the stup. The displacement of trigona bees so far is to know the artificial nest gate model favored by the colony of Trigona sp. (Hymenoptera: Meliponidae) for captive breeding. In this study using Eduction technique experimental method with four treatment that is A treatment without using gate, treatment B using straight gate model, treatment C using three branch gate model, treatment D using four branch gate model. Each treatment with seven repetitions. The results showed that the comparison between A-B, B- C, B-D, and C-D treatment showed no significant difference whereas in A-C and A-D treatments showed significantly different results. Artificial nest gate model is recommended for captive that is without using the gate and using the gate straight.
Keyword: Bees, Nesting Habitat, Nest, Gate Nest, Eduction
PENDAHULUAN
Lebah Trigona (Trigona sp.) merupakan salah satu spesies lebah penghasil madu dari Famili Meliponidae (lebah tidak memiliki sengat), berukuran kecil dan merupakan salah satu serangga pollinator penting. Lebah Trigona di Indonesia memiliki beberapa nama
daerah, yaitu dalam bahasa Jawa, lebah Trigona disebut malam klanceng atau lonceng, teuwel (Sunda), dan gala-gala (lilin lebah) (Hariyanto, 2011). Menurut Salmah (1989), lebah dari sub famili Meliponinae ini di daerah Sumatera Barat disebut dengan nama Galo-
galo. Galo-galo sangat membantu proses penyerbukan di alam terutama di hutan-hutan. Begitu juga tanaman yang mempunyai bunga yang kecil, dimana serangga lain agak sukar untuk melakukan penyerbukan.
Koloni lebah Trigona sp. banyak ditemukan bersarang di hutan-hutan, di rumah-rumah penduduk, lubang- lubang pohon dan rongga-rongga batu (Sakagami, 1982; Sakagami et al., 1983; Salmah 2013). Sarang lebah Trigona memiliki satu gerbang untuk akses keluar/masuk dari/ke luar sarang. Sarang Trigona sp.
dibangun dari material resin yang juga berasal dari tumbuhan. Pintu sarangnya hanya ada satu untuk masuk dan keluarnya anggota koloni.
Pintu ini dihiasi dengan corong yang terbuat dari resin dan memiliki bentuk yang bermacam-macam, ada yang pendek dan ada yang panjang, tergantung jenisnya (Erniwati, 2013;
Salmah, 2013). Lebah Trigona mempunyai sifat yang jinak yaitu jarang untuk berpindah-pindah tempat. Mereka hanya pindah kalau sarangnya sudah terlampau tua dan buruk atau lilinnya terlalu keras dan pindahnya hanya ke tempat-tempat
terdekat. Namun demikian belum banyak yang memanfaatkan sifat lebah Trigona yang jinak ini untuk membudidayakannya (Sarwono, 2001).
Sarang alami trigona terdapat di dalam rongga bangunan (Putra dan Jasmi, 2016). Untuk dapat memanfaatkan produk koloni, perlu adanya upaya memindahkan sarang dari rongga alami ke stup. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan melakukan rekayasa gerbang. Agar memudahkan mengambil produksi yang dihasilkan koloni lebah Trigona tanpa merusak sarang koloni asli, dapat dilakukan dengan cara membuat gerbang sarang buatan.
Gerbang sarang buatan dapat dibuat dari berbagai bahan alami dan industri. Salah satu bahan alami yang digunakan adalah bambu dengan mempedomani diameter gerbang sarang alami. Salmah dalam Fadhilah dan Kiki (2015) menggunakan kotak kayu dan bambu untuk menernakkan 300 koloni trigona dan jenis Trigona minangkabau dan T. itama.
Perpindahan koloni yang dilakukan yaitu untuk mengetahui
model gerbang sarang buatan yang disukai oleh koloni lebah Trigona sp.
(Hymenoptera: Meliponidae) untuk penangkaran. Dari hasil yang direkomendasikan dapat bermanfaat sebagai: 1) Sumber informasi, khususnya bagi masyarakat yang membudidayakan lebah Trigona sp.
agar diketahui model gerbang sarang buatan yang disukai oleh koloni Trigona sp. untuk penangkaran. 2) Menambah pengetahuan bagi peneliti mengenai model gerbang sarang buatan yang disukai oleh koloni Trigona sp. untuk penangkaran. 3) Bahan referensi bagi peneliti lainnya yang akan mengadakan penelitian yang relevan dengan penelitian ini.
METODE PENELITIAN Study Area
Penelitian ini dilakukan di Korong Kuliek Sungai Buluah Timur Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman. Di lokasi penelitian ini, lebah madu Trigona sp. bersarang pada celah dinding tembok dan rongga kayu rumah warga. Rumah warga tersebut dikelilingi oleh beberapa tanaman,
diantaranya yaitu tanaman karet (Hevea brasiliensis), tanaman gambas (Luffa acutangula), tanaman coklat (Theobroma cacao L.), dan lain sebagainya.
Letak geografisnya adalah sebelah Utara berbatasan dengan Desa/ Kelurahan Nagari Tapakis, Kecamatan Ulakan Tapakis; sebelah Selatan berbatasan dengan Desa/Kelurahan Nagari Kasang, Kecamatan Batang Anai; sebelah Timur berbatasan dengan Desa/Kelurahan Sei. Buluh, Kecamatan Batang Anai; dan sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia. Posisi astronomisnya adalah 00 50’ 30” Lintang Selatan dan 1000 27’ Bujur Timur, dengan panjang garis pantai 11,44 km.
(Badan Pusat Statistik Kabupaten Padang Pariaman, 2015).
Gambar 1. a. Lokasi 1 Pemasangan Perangkap, b. Lokasi 2 Pemasangan Perangkap, c. Lokasi 3 Pemasangan Perangkap
Prosedur Kerja
Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen metode Eduction dengan Rancangan Acak Kelompok, model gerbang sarang buatan lebah Trigona sp. yang digunakan modifikasi dari Putra dan Jasmi (2016), menggunakan 4 perlakuan yaitu: 1) Perlakuan A yaitu tanpa menggunakan gerbang. 2) Perlakuan B yaitu dengan model gerbang lurus.
3) Perlakuan C yaitu dengan model cabang tiga (T). 4) Perlakuan D yaitu dengan model cabang empat (+).
Masing-masing perlakuan dengan 7 pengulangan. Jika perlakuan berbeda
nyata maka akan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (Uji BNT) mengacu pada Suin (2001).
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang telah dilakukan tentang model gerbang sarang buatan yang disukai oleh koloni Trigona sp. (Hymenoptera:
Meliponidae) untuk penangkaran.
Rata-rata koloni yang pindah berjumlah 0,15 koloni per perangkap dengan rincian yaitu tanpa menggunakan gerbang sarang buatan yaitu 0,11 koloni per perangkap dan menggunakan model gerbang lurus yaitu 0,04 koloni per perangkap,
a b
c
sedangkan yang menggunakan model gerbang cabang tiga (T) dan cabang empat (+) tidak ada yang pindah.
Perangkap yang disukai yaitu tanpa menggunakan gerbang buatan (10,71%) dan diikuti model gerbang lurus (3,57%).
Hasil analisis uji BNT model gerbang gerbang sarang buatan yang
disukai oleh koloni lebah Trigona sp.
untuk penangkaran menunjukkan bahwa perbandingan antara perlakuan A-B, B-C, B-D, dan C-D menunjukkan hasil tidak berbeda nyata sedangkan pada perlakuan A-C dan A-D menunjukkan hasil berbeda nyata (Tabel 1).
Tabel 1. Hasil Analisis Uji BNT (Suin, 2001) Perlakuan yang
di Uji
Rerata (Y)
Perlakuan
2 3 4 LSD
A (Tanpa Gerbang) 0,93 -
0,21
B (Lurus) 0,78 0,15ns -
C (Cabang Tiga (T)) 0,71 0,22* 0,07ns - D (Cabang Empat (+)) 0,71 0,22* 0,07ns 0ns ns : Non signifikan/tidak berbeda nyata (t hitung < ttabel α 5 %)
* : Signifikan/berbeda nyata (thitung > ttabel α 5 %)
Stup dengan koloni yang banyak pindah yaitu tanpa gerbang, hal ini diduga pada perlakuan tanpa menggunakan model gerbang mengikuti pola alami sarang sehingga stup berkontak langsung dengan cahaya matahari. Mengacu pada Fadhilah dan Kiki (2015), trigona perlu cahaya matahari untuk siklus hidupnya. Dugaan lainnya yaitu waktu yang digunakan juga relatif singkat sehingga tidak banyak yang pindah ke stup. Menurut hasil penelitian Putra dan Jasmi (2016) bahwa teknik/cara pemindahan galo-
galo dengan metode Eduction dilakukan secara bertahap dan memerlukan waktu yang cukup lama.
Stup dengan koloni yang pindah lainnya yaitu model gerbang lurus, hal ini diduga karena kondisi alami gerbang sarang lurus seperti corong sehingga lebah membuat pintu baru pada lubang stup sebagai penanda sarang. Hal yang sama disampaikan oleh Erniwati (2013) bahwa pintu sarang trigona yaitu lurus seperti corong yang memiliki bentuk bermacam-macam, ada yang pendek dan ada yang panjang.
Menurut Syafrizal (2014) pintu masuk bukan hanya untuk jalan keluar masuknya lebah tetapi juga sebagai penanda sarang.
Pada stup yang meng-gunakan model gerbang buatan cabang tiga (T) disetiap pengulangannya tidak dilewati oleh lebah trigona untuk pindah ke stup, akan tetapi lebah trigona keluar dari celah pinggir gerbang buatan. Hal ini diduga lebah trigona tidak menyukai model gerbang cabang tiga (T) karena saat pemasangan sulit untuk menempelkan stup dengan gerbang alami trigona sehingga stup tergoyang dan terdapat celah. Hal ini juga dikemukakan oleh Putra dan Jasmi (2016) jika stup tergoyang, maka akan ada celah antara gerbang dengan stup, akibatnya galo-galo akan keluar dari celah tersebut.
Dugaan lainnya model gerbang cabang tiga (T) tidak dilewati oleh koloni trigona yaitu model gerbang tersebut tidak terpapar sinar matahari sehingga kelembaban dalam rongga stup meningkat. Menurut Fadhilah dan Kiki (2015), kelembaban yang terlalu tinggi dapat memicu
kegagalan beternak lantaran trigona tidak mau keluar mencari pakan.
Pada stup yang meng-gunakan model gerbang buatan cabang empat (+) setiap pengulangannya lebah trigona hanya melewati gerbang tersebut, akan tetapi koloni lebah trigona tidak berpindah ke stup. Hal ini diduga karena gerbang koloni trigona sebagai pintu keluar masuknya hanya ada satu. Hal yang sama disampaikan oleh Erniwati (2013) bahwa pintu sarang hanya ada satu untuk masuk dan keluarnya anggota koloni.
KESIMPULAN
Dari hasil pemindahan koloni Trigona sp. ke stup dengan melakukan rekayasa gerbang, maka dapat disimpulkan bahwa stup yang disukai oleh koloni Trigona sp. untuk penangkaran dengan model gerbang lurus dan tanpa menggunakan gerbang.
DAFTAR PUSTAKA
Erniwati. 2013. Kajian Biologi Lebah Tak Bersengat (Apidae:
Trigona) di Indonesia.
Jurnal Fauna Indonesia. 12 (1) Juni 2013: 29-34.
Fadhilah, Rizky dan Kiki Rizkika.
2015. Laba Lebah Tanpa Sengat. Jakarta: Trubus Swadaya.
Hariyanto, Teguh. 2011. Budi Daya Lebah Madu. Mataram: Caraka Darma Aksara.
Putra, Dewirman Prima dan Jasmi.
2016. Teknik Perbanyakan Koloni Trigona spp ke Sarang Buatan (Stup). UNES Journal of Scientech Research. 1 (2):
11-19.
Sakagami, S. F. 1982. Stingless bees.
In H. Hermann (ed.), Social Insects. New York: Academic Press.
, T. Inoue, S. Yamane and S. Salmah. 1983. Nest Architecture and Colony Composition of the Sumateran Stingless bee Trigona (Tetragonulla) laeviceps.
Kontyu. 51: 100-111.
Salmah, S. 1989. “Tempat dan Volume Sarang Beberapa Jenis Lebah yang Terdapat di Sumatera (Hymenoptera:
Apidae)”. Kongres Nasional Biologi IX. Padang.
. 2013. Biologi Trigona spp. (Hymenoptera: Apidae), Manfaat dan Pembudidayaan.
Makalah pada Pelatihan Budidaya Trigona spp. dan Pemanfaatannya dalam System Pertanian serta Produksi Propolis.Tanggal 21-22 September 2013. STIP, ITB Bandung.
Sarwono, B. 2001. Lebah Madu.
Pondok Gede: AgroMedia Pustaka.