KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Sholawat dan salam tetaplah kita
curahkan kepada baginda Muhammad yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dengan bahasa yang sangat indah.
Penulis bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang kami beri judul “Poligami Menurut Agama Dan Negara”, Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini. Dan penulis memahami jika makalah ini tentu jauh dari
kesempurnaan maka kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami di lain waktu.
Lhokseumawe, Augustus 2023
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI ...…...………iii
BAB I : PENDAHULUAN 1.1...Latar Belakang Masalah ...1
1.2...Rumusan Masalah ...1
1.3...Tujuan Penulisan ...1
BAB II : PEMBAHASAN 2.1 Pengertaian Poligami...3
2.2 Poligami Menurut Fiqih...4
2.3 Poligami Menurut Pengadilan Indonesia...5
2.4 Konsep Adil...9
BAB III : PENUTUP Kesimpulan ...12
DAFTAR PUSTAKA 13
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Allah SWT menciptakan wanita dengan sebagus-bagusnya yang hikmahnya untuk saling berinteraksi dan saling mengenal satu sama lainnya dalam rangka mengabdikan diri sebagai hamba-Nya yang taat dengan pelaksanaan ibadah ritual dan lain sebagainya.
Dalam melakukan hal tersebut agar bernilai lebih haruslah disertai dengan kekusyukan dalam beribadah yang harus dijaga dan dipelihara dengan sebaik-baikknya. Karena berbagai pendapat mengenai khusyuk dan dalam ibadah dalam ibadah sebagian ulama berpendapat yang diantaranya ulama fiqih juga mengatakan khusyuk dalam shalat sunat. Sedangkan ulama suhfi
mengemukakan pendapat dengan mewajibkan khususk dalam shalat merupakan salah satu bentuk ibadah vertikal dengan Allah sehingga hal tersebut merupakan suatu syarat yang tidak boleh tidak mesti ada pada setiap pelaku ibadah.
Dalam hal ini kekhusyukan bisa tergoyahkan dikarenakan faktor dari dalam diri seseorang yaitu Nafsu yang dapat menjerumuskan manisia kemana saja yang dapat berakibat fatal bagi manusia itu sendiri dalam hal ibadahnya diantaranya kebanyakan nafsu yang dapat mengakibatkan hingga kekusyukan dalam ibadah adalah nafsu kepada lain jenis sehingga tidak mengherankan terjadinya tindak kriminalitas, seperti pemerkosaan,pelecehan seksual dan sodomi.
Sehingga untuk mengulanginya hal tersebut agama mensyariatkan pernikahan untuk setiap orang sudah mampu memberikan nafakah lahir batin.
Dan Islam juga menanggapi tentang adanya ummat Islam hiper seks dengan pembolehan poligami sebagai yang setirkan dalam Al-Qur'an dengan ketentuan-ketentuan yang telah diberikan tanpa merendahkan dan menindas pihak lain yaitu perempuan yang justru Islam sangat menghormati dan
1
menghargai jasa-jasa perempuan dalam perkembangan Islam Poligami merupakan pilihan bagi suami yang mampu atau bagi yang memerlukannya.
Akan tetapi pada pelaksanaan berbagai bentuk,tujuan perkawinan
poligami,masih banyak terjadi keretakan dalam rumah tangga di masyarakat, maka poligami menjadi sorotan hukum dan masyarakat. Indonesia dan sebagai negara hukum telah mengatur poligami sebagai perkawinan yang sah dan memiliki payung hukum.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1.Apa yang dimaksud dengan poligami ?
1.2.2.Bagaimana pandangan poligami dalam islam dan dalam pengadilan negara indonesia?
1.2.3.Bagaimana Konsep keadilan dalam rumah tangga?
1.3. Tujuan
penulisan
1.3.1. Tujuan umum
Untuk menambah wawasan/pengetahuan tentang poligami di indonesia
1.3.2. Tujuan khusus
Untuk mengetahui pengertian poligami
Untuk mengetahui pandangan poligami dalam islam dan dalam pengadilan negara indonesia
Untuk mengetahui Konsep adil dalam berumah tangga
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Poligami
Dari segi bahasa, poligami berasal dari bahasa Yunani, poly atau polus yang berarti banyak dan gamein atau gamos yang berarti kawin atau
perkawinan. Jadi secara bahasa, poligami berarti suatu perkawinan yang banyak atau suatu perkawinan yang lebih dari seorang, baik pria maupun wanita. Poligami bisa dibagi atas poliandri dan poligini. Poliandri adalah perkawinan seorang perempuan dengan lebih dari seorang laki-laki.
Sedangkan poligini adalah perkawinan seorang laki- laki dengan lebih dari seorang perempuan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, poligami berarti sistem perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau mengawini beberapa lawan jenisnya di waktu yang bersamaan. WJS. Poerwadarminta mengartikan sebagai adat seorang laki-laki beristri lebih dari seorang. Sedangkan dalam Kamus Ilmiah Populer, poligami adalah perkawinan antara seorang dengan dua orang atau lebih, namun cenderung diartikan perkawinan satu orang suami dengan dua istri atau lebih.
Menurut istilah, Siti Musdah Mulia merumuskan poligami merupakan ikatan perkawinan dalam hal mana suami mengawini lebih dari satu istri dalam waktu yang sama. Laki-laki yang melakukan bentuk perkawinan seperti itu dikatakan bersifat poligam. Dengan singkat Moch. Anwar menegaskan poligami adalah beristri lebih dari satu.
Walaupun dalam pengertian tersebut ditemukan kalimat “salah satu pihak,” akan tetapi karena istilah perempuan yang mempunyai banyak suami dikenal dengan poliandri, maka yang dimaksud dengan poligami di sini adalah ikatan perkawinan, dengan seorang suami punya beberapa orang istri
(poligini) sebagai pasangan hidupnya dalam waktu yang bersamaan. Dalam pengertian itu tidak dicantumkan jumlah istri dalam berpoligami, tetapi Islam membatasinya sampai empat orang.
3
2.2 Poligami Menurut Fiqih
Fiqih Islam mengatur perkawinan poligami secara tegas dalam surat An-Nisa ayat 3 sebagai dasar bagi seorang suami yang hendak melakukan poligami.
َعٰبُرَو َثٰلُثَو ىٰنۡثَم ِٓءاَسّنلا َنّم ۡمُكـَل َباَط اَم ا ۡوُحِكْناَف ى ٰمٰتَيۡلا ىِف ا ۡوُطِسۡقُت للَا ۡمُتۡفِخ ۡنِاَو
ۡنِاَف ۚ
ۡمُكُناَمۡيَا ۡتَكـَلَم اَم ۡوَا ًةَدِحاَوَف ا ۡوُلِد ۡعَت للَا ۡمُتۡفِخ ؕ ا ۡوُل ۡوُعَت للَا ىٰٓن ۡدَا َكِل ٰذ ؕ
٣
Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak- hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil,1 maka (nikahilah) seorang saja,2 atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki.3 Yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat zalim.
Tugas seorang suami yang berpoligami ialah adil kepada setiap anggota keluarganya Hadist Nabi sebagai sumber kedua dalam fikih Islam
menjelaskan akibat poligami dari seorang suami yang tidak berlaku adil teradap istri-istrinya sebagaimana Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi Shalallahu „alaihiwasallam bersabda “barangsiapa yang memiliki dua orang istri, lalu iacondong kepada salah seorang dari keduanya, maka ia akan datang pada hari kiamat sedangkan bahunya dalam keadaan miring sebelah”
Dalam Ayat anisa ayat 3 memiliki makna yang luas yaitu: Perkawinan yang dianjurkan, Seorang pria boleh menikahi perempuan yang dia senangi dua, tiga atau empat, Menikah dengan seorang wanita adalah jumlah minimal dan menikahi empat wanita adalah merupakan batas maksimal.
Syarat-syarat poligami bagi setiap suami wajib dalam berbagai hal antara lain:
5
a) Suami tidak boleh menikahi lebih dari empat wanita. Para ulama telah bersepakat akan bolehnya poligami dengan syarat tidak lebih dari empat orang istri
b) Haram menyatukan wanita-wanita yang masih ada tali persaudaraannya Nabi bersabda: Artinya: dari Abu Hurairah radiallahu anhu berkata: Nabi shalaulahu alaihi wasalam melarang untuk mengwini seorang perempuan dengan bibinya.
c)
Kewajiban suami adalah berlaku adil kepada para istri dan anak- anak dalam pembagian nafkah, hari dan tempat tinggalاَذِا ۡنِكـٰلَو ُهٮٰنِا َنۡيِرِظٰن َرۡيَغ ٍماَعَط ىٰلِا ۡمُكـَل َنَذ ۡؤّي ۡنَا ۤ للِا ّىِبلنلا َت ۡوُيُب ا ۡوُلُخ ۡدَت َل ا ۡوُنَمٰا َنۡيِذللا اَهّيَاٰۤي لىِبلنلا ىِذ ۡؤُي َناَك ۡمُكِل ٰذ لنِا ؕ ٍث ۡيِدـ َحِل َن ۡيِسِنۡاَت ۡسُم َلَو ا ۡوُرِشَتْناَف ۡمُت ۡمِعَط اَذِاَف ا ۡوُل ُخ ۡداَف ۡمُت ۡيِعُد
ۡمُك ۡنِم ٖى ۡحَت ۡسَيَف
ِٓءاَرلو ۡنِم لنُه ۡوُلـــَٔـ ۡسَف اًعاَتَم لنُه ۡوُمُتۡل َاَس اَذِاَو ؕ ّقـَحۡلا َنِم ٖى ۡحَت ۡسَي َل ُ ٰااَو
ا ۤۡو ُحِكۡنـَت ۡنَا ۤ َلَو ِ ٰاا َل ۡوُسَر ا ۡوُذ ۡؤُت ۡنَا ۡمُكـَل َناَك اَمَو ؕ لنِهِب ۡوُلُقَو ۡمُكِب ۡوُلُقِل ُرَهۡطَا ۡمُكِل ٰذ ؕ ٍباَجِح اًمۡيِظَع ِ ٰاا َدۡنِع َناَك ۡمُكِل ٰذ لنِا ؕ اًدَبَا ٖۤهِد ۡعَب ۢۡنِم ٗهَجاَو ۡزَا ٥٣
Dalam Alquran Allah berfirman yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah- rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk Makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang Maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri- isteri Nabi), Maka mintalah dari belakang tabir. cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini isteri- isterinya selama- lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah Amat besar (dosanya) di sisi Allah”. Al-Ahzab ayat: 53.
Ayat di atas merupakan dalil bahwa Nabi telah memberikan contoh pemberian tempat tinggal pada istri-istri yang dipoligami. Adil dalam mengajak bepergian (safar) Aisyah meriwayatkan bahwa apabila Nabi SAW hendak bepergian, maka ia mengundi setiap istrinya. Ketika itu undiannya jatuh kepada Aisyah dan Hafsah. Pada waktu perjalanan di malam hari nabi beserta Aisyah dan siangnya untuk Hafsah .
d) Suami memiliki kemampuan menjaga kehormatan para istri dan memberikan nafkah.
e) Suami tidak membuat huru-hara dan mampu bersikap bijak dalam keluarga.
f) Kemampuan suami dalam memenuhi nafkah biologis isteriisterinya.
g) Suami sehat secara jasmani.
2.3 Poligami Menurut Pengadilan Indonesia
Menilik sejarah gerakan perempuan dari masa ke masa sebagai penolakan terhadap poligami di Indonesia antara lain:
a) Kesadaran kaum perempuan yang memiliki harkat dan martabat terdapat pada jiwa perempuan telah lantang menolak poligami pada tahun
1910.33
b) Kartini menulis penolakannya tentang bentuk perkawinan poligami pada tahun 1911
c) Konfrensi perempuan di Yogyakarta tanggal 22 sampai 26 september 1928 dihadiri oleh 30 organisasi perempuan sebagai salah satu bentuk penolakan terhadap perkawinan poligami.
d) Pemerintah Kolonial Belanda, menyebarkan ordinansi tentang perkawinan yang menganut asas monogami pada tahun 1937.34 e) Unjuk rasa yang dipimpin Perwari terhadap kebijakan peraturan
pemerintah No. 19 Tahun 1952 yang memberikan biaya pensiun bagi Pegawai Negeri yang memiliki istri lebih dari satu.35
f) Federasi asosiasi wanita Indonesia mengadakan musyawarah pada tahun 1983.36
7
g) Aksi gerakan perempuan sebagai penolakan poligami yang dilakukan oleh Aa Gym pada tahun 2006.
Indonesia sebagai Negara yang memiliki jumlah penduduk muslim terbesar di dunia memiliki sejarah perkawinan yang belum mempunyai payung hukum dan tidak diperhatikan oleh penjajah Belanda dengan maksud supaya penduduk muslim pribumi tunduk pada hukum adat yang tidak dikodifikasikan.
Pokok-pokok yang melatar belakangi perlunya dimunculkan UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974 dalam hal Perkawinan antara lain:
a) Banyaknya kejadian kawin paksa.
b) Maraknya perkawinan anak-anak (pernikahan dini)
c) Perkawinan yang banyak terjadi karena kurangnya perencanaan dan persiapan yang kurang masak, sehingga sering terjadi perkawinan putus di jalan atau perceraian.
d) Poligami yang dilakukan tanpa mengindahkan syarat-syarat yang telah dibolehkan agama.
e) Perkawinan yang sering dilakukan adalah pelaksanaan perkawinan yang tidak dicatatkan ke petugas yang telah ditunjuk oleh pihak yang
berwewenang.
Masalah pelaksanaan poligami dimasyarakat yang lebih memperihatinkan para praktisi hukum dapat disimpulkan :
a) Perkawinan dilaksanakan dengan cara siri.
b) Pemalsuan identitas di KUA.
c) Memaksa istri pertama untuk memberikan ijin poligami.
d) Meningkatnya angka perceraian yang disebabkan poligami.
e) Tujuan poligami yang salah.
f) Tidak paham dengan aturan poligami g) Takut diketahui istri pertama.
h) Suami berakhlak buruk
i) Menganggap poligami sunah. seorang suami yang meyakini akan sunahnya melakukan poligami, maka ia akan berusaha untuk menggapai pahala sunah.
Adapun nilai Filosofis Undang-Undang Perkawinan di Indonesia dapat diringkas antara lain:
a) Perkawinan dianggap sah apabila dilakukan menurut agama dan keyakinannya.
b) Setiap perkawinan wajib dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah.
c) Asas perkawinan monogami dan poligami yang dicegah atau dipersulit.
d) Poligami hanya sebagai alternatife bagi suami.
e) Perkawinan dapat berakibat pada pribadi suami dan istri.
f) Dasar perkawinan adalah persetujuan antara dua belah pihak.
g) Perkawinan merupakan ikatan lahir dan ikatan batin.
Poligami dalam Undang-Undang Perkawinan di Indonesia telah diatur dan disebutkan dalam beberapa pasal antara lain:
a) Pasal 3 ayat 2 dasar perkawinan di Indonesia adalah monogami.Adapun poligami tetap diperbolehkan dangan syarat-syarat yang sudah ditentukan dalam pasal 4 ayat 2 dan pasal 5 ayat 1.
b) Pasal 4 ayat 1 syarat alternatif mengajukan permohonan ijin ke
pengadilan. Adapun Pasal 4 ayat 2 sebagai alasan mengajukan poligami apabila istrinya tidak dapat melaksankan tugasnya, sakit yang tidak bisa disembuhkan dan apabila seorang istri tidak dapat memberikan
keturunan.
c) Pasal 5 ayat 1 sebagai syarat komulatif yaitu: apabila mendapatkan ijin dari istri atau istri-istri, mampu memenuhi kebutuhan para istri serta anak-anaknya dan dapat berlaku adil pada anggota keluarganya.
Pasal 5 Ayat 2 Izin yang dimaksud dalam pasal 1 huruf a diatas, jika seandainya istri/istri-istri tidak mungkin dimintai izin karena sakit atau tidak ada kabar yang perlu mendapat penilaian dari hakim
pengadilan.
9
d) Pasal 65 ayat 1 telah menyatakan bahwa dalam masalah poligami memiliki ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1) Kewajiban suami untuk berlaku adil kepada istri-istrinya
2) Sebagai istri kedua tidak memiliki hak atas harta bersama yang telah ada sebelum perkawinan dengan istri kedua atau istri berikutnya
3) Masing-masing istri memiliki harta bersama setelah terjadinya perkawinan masing-masing
2.4 Konsep Adil
Banyak istilah dalam bahasa Indonesia yang memiliki pengertian yang kompleks dan sukar untuk merumuskannya secara baku, oleh karena istilah tersebut menyangkut hal yang abstrak,bersifat relatif dan memiliki unsur subyektifitas.Kata adil misalnya,ketika diphami lebih dari satu orang,maka mereka akan berbeda penilaian tentang adil yang dimaksud.Adil menurut satu masyarakat,juga belum tentu adil bagi masyarakat yang lain.Adil bagi orang sekarang belum tentu adil untuk orang yang hidup dimasa datang.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata adil mengandung banyak artinya:
Secara terminologi adil berarti mempersamakan sesuatu dengan yang lain baik dari segi ukuran,sehingga sesuatu itu menjadi tidak berat sebelah dan tidak berbeda dengan yang lain. Dalam poligami diisyaratkan bagi suami untuk berlaku adil,menurut Muhammad Husein al-Zahabi mendefinisikan adil sebagai adanya persamaan dalam memberikan nafkah dan pembagian hari terhadap sesama isteri dalam batas yang mempu dilakukan manusia.
Selanjutnya Mustafa al-Sibai mengatakan bahwa keadilan material seperti yang diperlukan dalam poligami adalah keadaan material seperti yang
berkenaan dengan tempat tinggal, pakaian, makanan, minum, perumahan dan lain-lain.Secara umum ada empat konsep keadaan. Pertama, adil dalam arti
"sama". Maksud persamaa yang dikehendaki oleh konsepsi tersebut adalah
Persamaan dalam hak. Setiap suami wajib melaksanakan keadilan terhadap isteri-isterinya. Dan prinsip keadilan itu ialah persamaan diantara dua yang sama.Dan persamaan di antara isteri-isteri menjadi hak dari setiap isteri, sebagai haknyadalam statusnya sebagai isteri,dan memperhatikan sebab apapun yang berhubungan dengan dirinya. Karena hubungan suami dengan masing-masing isterinya adalah hubungan suami isteri.
Konsep adil yang kedua adalah yang ditunjukkan untuk pengertian
"seimbang". Keseimbangnan ditemukan pada suatu kelompok yang
didalamnya terdapat beragam bagian yang menuju satu tujuan tertentu, selama syarat dan kadar terpenuhi oleh setiap bagian. Dengan syarat ini, kelompok itu dapat bertahan dan berjalan memenuhi kehadirannya. Keadilan ini identik dengan kesesuaian (keproposionalan),bukan lawan kata kezaliman.
Keseimbangan tidak mengharuskan persamaan kadar dan syarat bagi semua unint agar seimbang.
Konsep adil yang ketiga adalha adil yang berarti perhatian terhadap hak-hak individu dan memberikan hak-hak itu kepada setiap pemiliknya.
Pengertian ini pulalah yang mengandung suatu pemahaman bahwa pengabaian terhadap hak-hak yang seharusnya diberikan kepada pemiliknya dapat
dikatakan suatu kezaliman.
Yang keempat adalah adil yang dinisbatkan kepada llahi. Konsep adil ini berarti memelihara kewajaran atas keberlanjutan eksistensi, tidak
mencegah kelanjutan eksistensi dan perolehan rahmat sewakt terdapat banyak kemungkinan untuk itu. Keadilan Ilahi pada dasarnya merupakan rahmat dan kebaikan-Nya mengandung kosekuensi bahwa rahmat Allah SWT untuk diperoleh sejauh mahluk itu dapat meraihnya.
Dilihat dari definisi diatas, maka dapat dipahami bahwa para ulama di atas mendefinisikan adil yang hanya sebatas dapat dihitung dengan angka- angka yang menjadi bagian setiap masing-masing isteri atau bersifat kuantitatif. Padahal menurut fatwa Abduh,bahwa adil dalam poligami itu bersifat kaulitatif, seperti kasih sayang, cinta perhatian yang suamnya t idak diukur dengan angka-angka. Maka di sini dibutuhkan sifat adil yang kualitatif
11
bagi setiap isteri-isteri.Sifat adil yang kualitatif memang sangatlah susah seperti firman Allah SWT,An-Nisa'129.
ۡمُت ۡصَرَح ۡوَلَو ِٓءاَسّنلا َنۡيَب ا ۡوُلِد ۡعَت ۡنَا ا ۤۡوُعۡيِطَت ۡسَت ۡنَلَو
ِةَقللَعُمۡلاَك اَه ۡوُرَذَتَف ِلۡيَمۡلا للُك ا ۡوُلۡيِمَت َلَف
ؕ
اًمۡيِحلر اًر ۡوُفَغ َناَك َ ٰاا لنِاَف ا ۡوُقلتَتَو ا ۡوُحِل ۡصُت ۡنِاَو ١٢٩
Dan kamu tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
An-Nisa'129.
Berdasarkan hasil penelitian di atas poligami dalam Undang-Undang Perkawinan di Indonesia dan menurut perspektif fiqih Islam, dapat
disimpulkan hasil analisis deskriptif sebagai berikut:
a) Undang Undang Perkawinan di Indonesia mempersulit poligami karena terdapat pada hal-hal poligami sebagai ikatan perkawinan yang sah dan perlu untuk diperhatikan pelaksanaanya, Masih banyaknya poligami yang dilaksanakan tanpa tanggungjawab dan untuk memberikan payung hukum kepada para istri-istri dan anak-anak hasil poligami.
b) Poligami dalam Undang Undang Perkawinan di Indonesia akan
memberikan ijin poligami apabila pemohon memiliki persyaratan yaitu:
1) Kumulatif 2) Alternatife
3) Tidak mengganggu pelaksanaan tugas kedinasan 4) Tidak bertentangan dengan agama yang diyakininya c) Prosedur poligami
Permohonan poligami dapat diringkas dalam beberapa poin di bawah ini:
1) Adanya ijin dari istri
2) Adanya ijin dari pejabat (syarat untuk Pegawai Negeri Sipil 3) Pria
4) Mengajukan ijin poligami ke Pengadilan.
5) Menjamin hak-hak setiap anggota keluarga dengan memberikan payung hukum sesuai prosedur perkawinan yang telah dilaksanakan dan
6) Melindungi setiap anggota keluarga dari akibat poligami yang dilaksanakan tanpa bertanggungj awab sepenuhnya.
12
DAFTAR PUSTAKA
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994). Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2002). Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976). Pius A. Partanto dan M.
Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994). Siti Musdah Mulia, Islam Menggugat Poligami, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004).
referensimakalah.com/2013/06/poligami-menurut-bahasa-dan-istilah.html