• Tidak ada hasil yang ditemukan

BENTUK BUMI DATAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN DAN SAIN (Kajian Tafsir Tematik pada Al-qur'an Q.s Al-Baqarah: 22, Q.s Ad-Dzariyat: 48, Thaha: 53 dan Q.s Al-Ghasyiah: 20)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BENTUK BUMI DATAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN DAN SAIN (Kajian Tafsir Tematik pada Al-qur'an Q.s Al-Baqarah: 22, Q.s Ad-Dzariyat: 48, Thaha: 53 dan Q.s Al-Ghasyiah: 20)"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

i

BENTUK BUMI DATAR

DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN DAN SAIN

(Kajian Tafsir Tematik pada Al-qur'an Q.s Al-Baqarah: 22, Q.s Ad-Dzariyat: 48, Thaha: 53 dan Q.s Al-Ghasyiah: 20)

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri KH. Achmad Siddiq Jember sebgai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Agama (S. Ag) Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora

Program Studi Al-Quran dan Tafsir

Oleh:

MUH SUPARLAN NIM: U210151027

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI AHMAD SIDDIQ JEMBER

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA

2022

(2)
(3)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

BENTUK BUMI DATAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN DAN SAIN (Kajian Tafsir Tematik pada Al-qur'an Q.s Al-Baqarah: 22, Q.s Ad-

Dzariyat: 48, Thaha: 53 dan Q.s Al-Ghasyiah: 20)

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri KH. Achmad Siddiq Jember sebgai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama (S. Ag)

Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora, Program Studi Al-Quran dan Tafsir

Oleh:

Muh Suparlan NIM: U20151027

Disetujui Pembimbing

Dr. M. Khusna Amal, S.Ag, M.Si NIP: 1972120819980310001

(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

BENTUK BUMI DATAR

DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN DAN SAIN

(Kajian Tafsir Tematik pada Al-qur'an Q.s Al-Baqarah: 22, Q.s Ad-Dzariyat: 48, Thaha: 53 dan Q.s Al-Ghasyiah: 20)

SKRIPSI

Telah diuji dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora Program Ilmu Al-Quran Dan Hadis Tafsir

Hari : Senin Tanggal :10 Januari 2022

Tim Penguji

Ketua sekretaris

... ...

NIP. ... NIP. ...

Anggota :

1. ... ( ) 2. ... ( )

Menyetuji

Dekan Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora

Dr. M. Khusna Amal, S.Ag, M.Si NIP: 1972120819980310001

(5)
(6)

iv MOOTO

َلٱ ِفِ اَمَو ِتََٰوََٰمَّسلٱ ِفِ اَم ِهَّلِلَو َلِإَو ِ ر

ِهَّللٱ ُعَجرُت ُروُمُلٱ

Dan milik Allah-lah apa yang ada dilangit dan di bumi, dan hanya kepada Allah segala urusan dikembalikan.

َلٱ ُمُكَل َلَعَج يِذَّلٱ اشََٰرِف َ ر

َءاَمَّسلٱَو ءاَنِب

َلَزنَأَو َنِم ِءاَمَّسلٱ َجَرخَأَف ءاَم

ِهِب َنِم ۦ ِتََٰرَمَّثلٱ اقزِر مُكَّل

َلَف ْاوُلَع َتَ

ِهَّلِل اداَدنَأ مُتنَأَو َنوُمَلعَت

Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan

hujan itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kam nmengetahui

(7)

v

PERSEMBAHAN

Dengan penuh syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya ini untuk:

1. Kedua orang tua, bapak dan ibu tercinta sepanjang masa (Inaq Hairiah dan Amaq Mahmuludin) besrta tiga sauara saya (Qurratul Aini, Hurriayatur Raiyah, dan Muhammad Azizi )sebagai supporter utama

2. Jajaran Pengasuh, pengurus, para donatur Yayasan Ibnu Katsir Jember khususnya pondok pesantren Alquran Ibnu Katsir Jember. Terkhusus ustad.

Khairul Hadi LC, ustad. Abu Hasanuddin SPd, Ustadz. Neman agustono, Ustadz. Syukri nursalim, Ustadz Didik Hariadi, Ustadz. Agus Rahmawan, dan seluruh jajaran Yayasan Ibnu Katsir Jember.

3. Terima kasih banyak kepada mas Saifuddin Amin. S,Ag. Sebagai tim sukses yang terus mengarahkan bagaimana skripsi ini bisa selesai.

4. Keluarga-keluarga baru di Jember yang bersedia membantu mensupport pribadi ini dalam bentuk apapun itu Mas Agus Sugiarto, Pak Haji Yusuf, Pak sujayanto, Pak Kasmani, Bu Linda hayati, Mbak Ninik, Bu marsu, Bu Basit, Bu noli bu Agus Bu, Erni, Bu Dewi, Mbak Denok Indah Kurniawati dan seluruhnya.

5. Para guru dari sebelum masuk sekolah dasar hingga perguruan tinggi beserta para dosen yang telah membantu dan memberikan banyak ilmu kepada saya.

6. Segenap teman-teman seangkatan (Angkatan 5 PPA Ibnu Katsir, IAT II, KKN Posko 20 desa Mumbulsari) yang telah banyak berinteraksi, dan berjuang bersama.

(8)

vi

KATA PENGANTAR

ػػسب ػػػػػػػػ ػػػػػيحرلا نمحرلا للها مػػػػػػ ػػػػػػػػػػ

مػػػػ

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan Skripsi ini dengan benar-benar merupakan pertolongan Allah SWT. shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai figur teladan dalam dunia pendidikan yang patut ditauladani seluruh kepribadiannya.

Dengan upaya yang penulis rasa sudah maksimal dalam menyajikan yang terbaik, sehingga dapat merampungkan penyusunan skripsi ini dengan judul "

Bentuk Bumi Datar Dalam Perspektif Al-Qur'an Dan Sain (Kajian Tafsir Tematik Pada Al-Qur'an Q.S Al-Baqarah: 22,Q.S Ad-Dzariyat: 48, Thaha: 53 Dan Q.S Al- Ghasyiah: 20)" merupaka sebuah Kajian Tafsir Tematik.

Penulis menyadari bahwa penulis memang memiliki banyak keterbatasan dalam hal penyusunan skripsi ini. Terutama dalam segi pengetahuan. Untuk itu penulis bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca. Selanjutnya Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas semua bantuan yang telah diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung selama penyusunan tugas ini hingga selesai. Secara khusus rasa terima kasih tersebut kami sampaikan kepada :

1. Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE, MM selaku Rektor UIN KH. Achmad Siddiq Jember yang telah memberikan kesempatan belajar dan

(9)

vii

menimba ilmu di Prodi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora.

2. Dr. Khusna Amal, S,Ag.,M,SI selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora, UIN KH. Achmad Siddiq Jember.

3. Dr. Uun Yusufa, MA Wakil Dekan Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora, UIN KH. Achmad Siddiq Jember.

4. Dr. Khusna Amal, S,Ag.,M,SI selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya dan membimbing dalam pelaksanaan penelitian.

5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora khususnya Prodi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir atas ilmu bimbingan dan bantuannya hingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

6. Rekan-rekan Mahasiswa di Prodi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora.

Atas semua bantuan dan dukungannya penulis mengucapkan

„‟Jazakumullahu khairal jaza Aamiin…’’

Jember, 17 Juli 2021 Penulis

MUH SUPARLAN NIM: U2015102

(10)

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi ini diambil dari buku pedoman penulisan karya ilmiah IAIN Jember tahun 2018.

TABEL TRANSLITERASI

Vokal Tunggal Vokal Panjang

ا A ط t ا Â/â

ب B ظ Zh ك Û/û

ت T عي Î/î

ث Ts غ Gh

ج J ؼ F Vokal Pendek

ح h ؽ Q - A

خ Kh ؾ K - I

د D ؿ L - U

ذ Dz ـ M Vokal Ganda

ر R ف N ٌّّ Yy

ز Z ك W ّّو Ww

س S ق H

ش Sy ء „ Diftong

ص Sh ي Y ّْو Aw

ض Dl ّْي Ay

(11)

ix ABSTRAK

Muh Suparlan, 2021: Bentuk bumi datar dalam perspektif al-qur'an dan sain (kajian tematik pada al-qur'an q.s al-baqarah : 22, q.s ad-dzariyat : 48, thaha : 53 dan q.s al-ghasyiah : 20)

Kitab suci Al-Quran merupakan kitab yang sangat sakral bagi umat Islam dan merupakan pedoman serta petunjuk bagi umat Islam. Untuk dapat memahami Alquran diperlukan bagi umat Islam membaca penafsiran-penafsiran para ulama yang tertera di dalam kitab tafsir. Diantara ayat Alquran yang menarik untuk dikaji lebih dalam adalah ayat-ayat yang mengesankan seakan-akan bumi berbentuk datar. Sedangkan ilmu yang sudah kita dapatkan di bangku sekolah yang oleh para peneliti atau ilmuwan bahwa bumi itu berbentuk bulat. Jika dilihat secara umum memang berkesan seperti bertentangan antara pendapat para ilmuwan dengan Al-Quran. Walaupun ada juga di antara para ilmuwan yang mengatakan dan berargumen bahwa bumi berbentuk datar seperti William Carpenter yang memiliki 100 argumen bahwa bumi itu datar.

Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui penafsiran para ulama pada QS al-baqarah: 22, QS Thaha: 53, Q.s Al-Dzariyat: 48, Q.s Al-Ghasyiah: 20 kemudian mengkomparasikan nya dengan argumentasi yang mengatakan bahwa bumi itu datar (100 Argumentasi William Carpenter bahwa bumi berbentuk datar).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian library research dengan objek penelitian yaitu ayat-ayat Al-Quran yang mengesankan bentu bumi, yaitu dengan mengkaji kandunga atau tafsir dariapada ayat-ayat yang telah disebutkan diatas. Kemudian berusah menemukan kesesuaian antara penafsiran para mufassir dengan argumen ilmuan sain yang mengatakan bumi itu datar (100 Argumentasi William Carpenter bahwa bumi berbentuk datar).

Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti memahami bahwa penafsiran para Mufassir terhadap ayat-ayat yang mengindikasikan bentuk bumi. Dapat disimpulkan bahwa tidak banyak mufassir yang menaruh perhatian serius terhadap isu bentuk bumi dalam Al-Quran. Hal ini sejalan dengan paradigma umum dalam tafsir tentang tafsir ilmi. Tidak semua Ulama sepakat untuk membawa Al-Quran dalam konteks ilmiah. Artinya menurut sebagian Ulama justru menafsirkan Al-Quran dengan pendekatan sains atau yang disebut dengan tafsir Ilmi justru akan mereduksi kemukjizatan Al-Quran, karena terkesan menundukkan Al-Quran terhadap fakta-fakta ilmiah yang kebenarannya relative, sementara kebenaran Al-Quran itu Absolut.

Argumen-argumen William carpenter tentang teorinya yang mengatakan Bumi itu bulat hanya mengandalkan indra yang memiliki batas kemampuan dan menurut Al-Razi sesuatu yang bulat itu ketika besar sekali maka menyebabkan permukaan dari sesuatu yang bulat Itu tampak datar dan memungkinkan manusia atau makhluk untuk tinggal atau menetap di atasnya.

Kata kunci: Kajian tafsir ayat-ayat yang mengindikasikan bentuk Bumi, Tafsir tematik

(12)

x Daftar isi

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

MOTTO... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 13

C. Tujuan Penelitian ... 14

D. Manfaat Penelitian ... 14

E. Metode Penelitian... 15

F. Sistematika Pembahasan ... 19

BAB II: KAJIAN KEPUSTAKAAN ... 21

A. Kajian Terdahuhu ... 21

B. Kerangka Teori... 31

1. Sejarah Perkembanhan Tafsir Tematik ... 31

2. Sejarah Teori Bumi Datar ... 38

BAB III KAJIAN KEPUSTAKAAN TAFSIR AYAT-AYAT BENTUK BUMI MENURUT MUFASSIR SERTA ANALISIS PENAFSIRANNYA ... 45

(13)

xi

A. Tafsir Al-Thabari dalam Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an ... 45

B. Tafsir Al-Zamakhsyari dalam Tafsir Al-Kasysyaf ... 49

C. Tafsir Ibnu Katsir al-Dimasyqi dalam Tafsīr al-Qur’ān al- ‘Aẓīm ... 53

D. Tafsir Fakhr al-Dīn al-Rāzi dalam Tafsir Mafātiḥ al-Ghaib ... 57

E. Tafsir Muhammad Amīn al-Syinqiṭy dalam Tafsir Adlwa’ al- Bayān fi Idlāh al-Qur’ān bi al-Qur’ān ... 64

F. SyamsAl-din alqurthubi dalam Tafsir Al jami' li-ahkam Al-Quran ... 68

G. Analisis penafsiran para Mufassir terhadap ayat-ayat yang mengindikasikan bentuk Bumi ... 71

BAB IV RELEVANSI AYAT-AYAT BENTUK BUMI DATAR TERHADAP PENDAPAT ILMUWAN ... 76

A. Teori Bumi Datar: Pendapat Ilmuwan (Argumen William Carpenter) ... 76

B. Bumi Bulat: Pendapat Ilmuwan dan Argumentasinya ... 85

C. Relevansi penafsiran ulama terhadap ayat-ayat bentuk bumi dengan teori ilmiah ... 95

BAB V PENUTUP ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 108

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Teori Matahari sebagai pusat alam semesta pertama kali dicetuskan oleh seorang ilmuwan Yunani yang bernama Aristarchus(abad ke-3 SM).

Pendapat ini kemudian dibantah oleh seorang filosof Yunani lain yang bernama Aristoteles yang hidup pada tahun 384-322 SM, dan tidak ada bantahan selama 15 abad. Lalu diperkuat oleh seorang ilmuwan yang bernama Ptolemeus yang hidup pada tahun 151-127 SM dan tidak dibantah selama 12 abad.

Kemudian Nicholas copernicus yang hidup pada tahun 1473-1543 M membaca buku-buku aristarchus, akhirnya memunculkan kembali teori bahwa bumi dan planet-planet lainnya berputar mengelilingi matahari. Copernicus menganggap bahwa tata surya yang berpusat pada matahari lebih logis dan indah, namun tidak memiliki bukti yang pasti. Kepler menemukan bahwa hukum yang mengatur orbit menjadi jauh lebih sederhana jika matahari ada di pusat. Newton telah menunjukkan bahwa ini disebabkan oleh hukum gravitasi universal. Jika gravitasi bekerja, bumi dan planet lain harus mengelilingi matahari, karena jauh lebih besar.1

Nicholas copernicus adalah seorang astronom dan matematikawan asal Polandia yang juga mengemukakan teori heliosentris. Namanya dipopulerkan dan dianggap sebagai tokoh revolusioner astronomi modern di Eropa

1 Thoha Firdaus dan Arini Rosa Sinensis, Perdebatan Paradigma Teori Revolusi : Matahari Atau Bumi Sebagai Pusat Tata surya?, Titian Ilmu vol. IX No. 1 : 2017, 23-24

(15)

Meskipun banyak ilmuwan yang telah mengemukakan teori yang sama dimasa jauh se belumnya. Inilah ilmuwan biang kerusakan yang dianggap kafir oleh Gereja Katolik Ortodoks dan dianggap menjadi cikal bakal tersebar luasnya pemahaman dan keyakinan manusia di seluruh dunia bahwa bumi mengelilingi matahari hingga sekarang di awal abad ke-21 ini.2

Sebagaimana yang telah di singgung sebelumnya, bahwa ketenaran copernicus lebih disebabkan sikap reaksioner nya terhadap kekuasaan Gereja Katolik Ortodoks yang berpegangan pada model ptolemeus daripada orisinalitasnya sebagai pencetus teori heliosentris. Kesamaan sebagian isi bukunya dengan karya Ibnu sathir membuat sejenak termenung dan bertanya- tanya, Benarkah copernicus mengadopsi karya ilmuwan muslim seperti Al battani, Ath-Thusi, dan Ibnu Sathir?. Apabila benar demikian, lalu bagaimana bisa karya ilmuwan muslim sampai ke tangannya?.

Di masa itu, dikenal Venesia sebagai kota yang unik dan tidak terikat hukum negara manapun. Berdiri di atas laut, Venesia menjadi surga bagi pedagang dan bajak laut. Semua barang berharga dari hasil perdagangan maupun merompak, dikumpulkan di menara Campanile. Termasuk buku-buku para ilmuwan muslim yang kemudian diterjemahkan dan dipelajari. Buku aljabar dan Zid milik Al Battani, misalnya, diterbitkan ulang di Venesia dalam bahasa latin di abad ke-12.3

Buku-buku ini kemudian sampai ke tangan Nicolas copernicus dan memberinya petunjuk untuk merumuskan teori heliosentris dan membukukan

2 Rahmat Abdullah, Benarkah Bumi Itu Datar?(Jakarta Timur : Pustaka Al-Kautsar, 2018), 94

3 Rahmat Abdullah, Benarkah Bumi Itu Datar?, 95

(16)

3

de tevolutionibus orbium coelestium. Dalam bukunya, Copernicus menyajikan berlembar-lembar tabel posisi benda-benda langit untuk mendukung teori heliosentris. Tabel ini benar-benar identik dengan Al-Zij, dan cover nicus mengakuinya. Di halaman 64 De revolutionibus (copernicus, 1543), ia menulis bahwa data pengamatan yang ia gunakan adalah karya ilmuwan muslim bernama Machometi Aracenfis (Al-Battani). Di halaman lain juga terdapat ilustrasi al Tusi-couple yang sangat identik dengan ilustrasi di buku Tadkhirah fi 'ilmi al-hay'ah. Bahkan, sampai ke nota yang digunakan. Bila Ath-Thusi menggunakan Alif,ba,ta,dal,jim, maka copernicus menggunakan A,B,C,D,G.4

Copernicus menyebut Al-Battani sebagai Machometi Aracenfis.Al- Battani terkenal karena tabel pengamatannya yang telah mengkatalogkan 489 bintang dan menamainya dengan nama-nama Arab seperti Al Bali, suhail, Hadar, hamal, alnitak, altair, dan lain-lainnya. Dari tabel ini pula Al-Battani menentukan 1 tahun lamanya 365 hari 5 jam 46 menit 24 detik, menghitung presesi equinox 0,015 derajat per tahun, dan menentukan kemiringan sumbu orbit bumi sebesar 23, 583 derajat.

Setelah selesai mempelajari karya Ilmuwan muslim dan menuliskannya dalam bentuk sebuah buku sadar bahwa teorinya akan menimbulkan kontroversi. Oleh karena itu copernicus mulanya menolak untuk mempublikasikan teorinya. Akan tetapi, atas desakan teman-temannya pada tahun 1543 akhirnya ia menerbitkan juga bukunya dalam bahasa Polandia

4 Rahmat Abdullah, Benarkah Bumi Itu Datar?, 96

(17)

berjudul "on the Revolution of the heavenly spheres". Teori copernicus ini menakutkan kekuasaan Gereja Katolik Ortodoks karena dianggap bertentangan dengan kitab suci mereka, Bible. Dalam buku tersebut, ia mengemukakan beberapa hal berikut ini:

1. Matahari adalah pusat alam semesta di mana seluruh benda-benda langit mengelilinginya.

2. Bumi bukanlah pusat alam semesta akan tetapi ia hanyalah salah satu planet yang beredar mengelilingi matahari bersama planet-planet lainnya.

3. Bumi bergerak rotasi pada porosnya dari Barat ke Timur yang mengakibatkan adanya siang dan malam dan gerakan bintang-bintang serta matahari selalu bergerak ke arah barat, menunjukkan bahwa bumi berotasi.

4. Bulan beredar mengelilingi bumi dan bersama bumi mengelilingi matahari selama satu tahun.

Dalam gambar di atas, copernicus memberi pengertian bahwa matahari adalah pusat alam semesta yang berada tepat di tengah-tengah lingkaran bola.

Adapun urutan planet berdasarkan jarak terjauh dengan matahari adalah sebagai berikut:

1. Immovable spjere of the fixed stars 2. Saturn revolution in 30 years 3. Jupiters revolution in 12 years 4. Mars revolution in 2 years

5. 5.The annual revolution of the earth together with the moon.

6. Venus tevolution in 9 month

(18)

5

7. Mercury's revolution in 80 days 8. Sun

Copernicus mengilustrasikan teori heliosentris sebagaimana gambar di atas. Alam semesta ini berupa bola yang terdiri dari 7 lapisan dengan matahari terletak di pusatnya. Berturut-turut, mulai dari lapisan Terdalam terdapat Merkurius, Venus, Bumi dan bulan, Mars, Jupiter, Saturnus, dan bintang- bintang yang diam berada di dalam lingkaran bola yang tidak bergerak. Dari gambar di atas, copernicus menyakini bahwa matahari adalah pusat alam semesta (thecenter of the Universe), bukan pusat tata surya (the center of solar system) yang dikelilingi beberapa planet dengan orbit lingkaran (circle).

Meskipun teori heliosentri model copernicus sangat diagungkan di masa setelahnya, akan tetapi kenyataannya bahwa model sistem copernicus membuat prediksi yang posisi letak planet-planet yang tidak lebih baik daripada teori geosentris. Oleh karena itulah teorinya telah diabaikan dalam pandangan "orang-orang beriman gereja" yang mereka itu lebih meyakini model teori geosentris. Teori copernicus dianggap hanya sebagai salah satu model alternatif dan bukan satu-satunya model yang berkuasa mendominasi pemikiran peradaban Yunani kuno.5

Hingga akhirnya, seorang astronom Polandia itu dijatuhi hukum mati oleh pihak kekuasaan gereja karena mempertahankan teori heliosentris nya.

Akan tetapi, sebelum menjalani eksekusi mati tersebut, copernicus meninggal terlebih dahulu. Sejak saat itulah teori heliosentris menggema di daratan Eropa

5 Rahmat Abdullah, Benarkah Bumi Itu Datar?, 97-99

(19)

hingga kemudian meluas ke seantero dunia. Sampai-sampai ada seorang penyair saat itu melantunkan syairnya:

" esungguhnya saat kita mulai arungi Samudra lautan di pelabuhan Tampak oleh kita pemukiman penduduk dan bangunan kota bergerak di belakang kita inilah perasaan Indra kita yang telah menipu kita setiap hari

Tidaklah kita melihat yang bergerak itu itu hakikat sebenarnya adalah diam

Dan bintang yang kita saksikan selalu bergerak setiap hari, sedangkan ia tidaklah demikian

Sesungguhnya bumi yang kita berdiri di atasnya inilah yang bergerak"

Menyusul kemudian setelah kematian Nicolas copernicus, adalah Giordano Bruno (1547-1600) ikut memasyarakatkan teori ini hingga akhirnya dijatuhi hukuman mati dengan dibakar di hadapan publik oleh kekuasaan gereja Katolik Eropa Barat. Tidak cukup hanya itu, demi mempertahankan teori heliosentris yang saat itu dianggap benar, berlanjut lah sampai masa Galileo galilei.6

Kesan kontradiktif antara teks otoritatif agama dengan fakta ilmiah memang telah terjadi sejak berabad-abad lalu. Bukan hanya dalam Kristen saja, tetapi kesan-kesan kontradiktif ini juga terjadi dalam agama-agama lain termasuk agama Islam. Salah satu kesan kontradiktif antara konten al-Qur‟an dengan fakta ilmiah adalah masalah bentuk bumi. Banyak ayat-ayat al-Qur‟an yang secara dzohir menunjukan bahwa bumi itu datar. Diantaranya adalah :

6 Rahmat Abdullah, Benarkah Bumi Itu Datar?, 100-101

(20)

7

1. Al-Baqarah ayat: 22















































(Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui.

2. Ad-Dzariyat: 48











Dan bumi itu Kami hamparkan, maka sebaik-baik yang menghamparkan (adalah Kami).

3. Thaha: 53









































(Dialah) Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-ja]an, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis- jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.

4. Al-Ghasyiyah ayat: 20











Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?

(21)

Secara lahiriah tentu ayat-ayat tersebut bertentangan dengan postulat ilmiah yang diyakini hingga saat ini bahwa bumi berbentuk bulat.

Teori bumi berbentuk datar sebenarnya sudah diperkenalkan oleh Aristoteles 330 SM kemudian Phytagoras 500 SM mengikuti jejak Aristoteles yang menyatakan bahwa bumi berbentuk bulat. Ptolemy mengumpulkan daftar pengamatan ekstensif yang menunjukkan bahwa bumi berbentuk bola. Teori ptolemy menyatakan bahwa bumi berada di pusat alam semesta. Bulan mengelilingi bumi dalam orbit paling dekat sedangkan bintang-bintang yang berada pada orbit paling jauh.

Teori bumi bulat kemudian dibuktikan oleh ilmuwan yang bernama Erastosthenes (194 SM-276 SM). Dia adalah seorang matematikawan, ahli geografi dan astronomi zaman Helenistik. Iya tercatat sebagai orang yang pertama kali memikirkan sistem koordinat geografi, dan yang pertama diketahui menghitung keliling bumi. Erastothenes menentukan bahwa pada siang hari terpanjang pada soltis musim panas, matahari tepat di kota kuno syne (sekarang disebut Aswan),Mesir. Pada hari yang sama pada tengah hari (jam 12.00) sebuah tiang pada kota Alexandria memberikan bayangan pada tanah yang panjangnya membuat sudut Zenith matahari (sudut antara Matahari dan vertikal) sebesar 1/50 lingkaran (7o) seperti gambar 1.1. Gambar 1.1 menunjukkan bahwa sudut 7o terbentuk oleh radius pusat bumi yang mengarah ke Alexandria dan Syne. Jarak dari Syne ke Alexandria diketahui maribu stadia atau sekitar 925 km. Erastothenes menghitung bahwa keliling bumi sekitar 250.000 stadia (29.000 mil). Berdasarkan hasil perhitungannya,

(22)

9

Erastothenes meyakini bahwa bumi bulat menyerupai bola(Hesse23r dan Leach,1987)

Metode erastothenes yang mengukur jari-jari bumi dan keliling Bumi menggunakan logika matematika dapat menunjukkan bahwa bumi bulat dianggap sebagai realita. Realita bumi berbentuk bulat menyerupai bola dapat digambarkan dengan logika matematika, sehingga Erastothenes mampu mengestimasikan keliling bumi sekitar 46000 km (hanya 15% lebih tinggi daripada nilai sebenarnya).

Meskipun metode erastothenes cukup baik, akurasi penghitungannya masih terbatas. Akurasi pengukuran erastothenes terkurangi oleh fakta bahwa Syne tidaklah tepat berada ada ada di Tropic of Cancer, tidak juga cepat berada di Selatan.7

Alexandria, dan matahari sebetulnya adalah sebuah piringan yang berada pada suatu jarak tertentu dari bumi dan bukan sebuah "sumber titik"

pada jarak yang tak hingga titik sumber lain dari alat pengukurnya adalah:

ketelitian tertinggi pengukuran sudut pada zaman itu hanyalah seperempat derajat, dan Pengukuran jarak melalui perjalanan darat masih diragukan.

Ilmuwan lain yang membuktikan bahwa bumi berbentuk bulat yaitu Christopher Columbus (1451-1506). Christopher lahir 1451 di Italia. Dia memimpin pelayaran dari laut Spanyol ke laut samudera Atlantik dan menemukan Amerika di tahun 1492, 1493, 1498, dan 1502 dan meninggal 20 Mei 1506. Christopher Columbus bukan orang pertama yang menjelajah,

7 Thoha Firdaus dan Arini Rosa Sinensis, Perdebatan Paradigma Teori Revolusi : Matahari Atau Bumi Sebagai Pusat Tata surya?,23

(23)

masih ada bangsa lain yang lebih dahulu melakukan penjelajahan. Khususnya bangsa Cina yang tercatat melakukan perjalanan, dan bangsa lain di Eropa Tengah. Christopher Columbus melakukan perjalanan ini semata-mata untuk membuktikan kan bahwa bumi berbentuk bulat seperti yang ia percayai.

Berbagai bukti telah dikemukakan orang bahwa bentuk bumi itu bulat.

Bukti yang paling mutakhir adalah bentuk bumi sebagaimana terlihat dari satelit buatan, dan kapal ruang angkasa pada abad ke-20 ini (Hidayat 1978).

Selain itu, menurut Hidayat 1978 bahwa bumi bulat dan permukaannya melengkung dapat dibuktikan dengan kenyataan-kenyataan, seperti kita mengamati pada waktu matahari terbenam titik awan dan gunung yang tinggi di atas kita masih kelihatan terang, artinya masih mendapat sinar matahari. Hal ini hanya mungkin bila permukaan bumi melengkung.

Berbagai bentuk bumi di atas beserta penelitian-penelitian setelahnya mengantarkan konsep bumi bulat sebagai sebuah kebenaran ilmiah yang diyakini secara umum. Hal ini tentu mengantarkan kepada sebuah kontradiksi dengan dzahir teks Al quran. Dipihak yang berseberangan terdapat kelompok- kelompok yang meyakini bahwa bumi berbentuk datar.8

Keyakinan bumi datar (flat Earth) pertama kali muncul di Eropa sebenarnya lahir dari gagasan kaum Kristen(Nasrani). Sejak bangkitnya kekuasaan politik gereja(Church) di kerajaan Kristen (Christendom) pada abad ke-4 M. Yang menolak berbagai pengetahuan yang dianggap bertentangan (contradiction) dengan sebuah pentafsiran literasi Bible. Termasuk di

8 Thoha Firdaus dan Arini Rosa Sinensis, Perdebatan Paradigma Teori Revolusi : Matahari Atau Bumi Sebagai Pusat Tata surya?, 24

(24)

11

dalamnya para pembesar gereja(Church Fathers) yang berpikir bahwa bumi adalah datar (the earth was flat), tidak boleh di kentang. Bahkan pihak Inan bumidata telah dijadikan sebagai amunisi untuk melawan sains saat itu menentang fanatisme agama(religious bigotry). Ini terus menerus terjadi hingga pada abad pertengahan(medieval) dalam masa kegelapan (dark age).

Pada tahun 1492 M., masa Columbus keyakinan orang-orang bahwa bumi adalah datar masih mendominasi di Eropa. Sementara Colombus sendiri sudah meyakini bahwa bumi adalah bulat.

Dalam masa berikutnya di abad ke-19 M., teori bumi datar (Flat Earth Teory)dipublikasikan kembali secara luas oleh Samuel birley Rowbotham (1816-1884) yang menafsirkan ayat-ayat dalam Bible Alkitab tentang bentuk bumi sebagaimana dalam buku zetetic astronomy Earth not a globe. Telah diketahui bahwa S.B.Rowbotham merupakan seorang penganut Kristen yang menjadi tokoh utama pencetus flat Earth di Inggris sejak 1849 M. Dalam bukunya, ia mencetuskan teori bumi datar dalam tiga tahap dengan mendasarkan pada ayat-ayat Bibel. Awal mulanya hanya berupa 16 yang pamflet dipublikasikan tahun 1849 M. Edisike-2 ia perluas menjadi 221 halaman dan diterbitkan pada tahun 1865 M. Edisi ke-3 ia perluas lagi menjadi 430 halaman yang merupakan dasar-dasar pengembangan teori bumi datar.

Selain itu juga, di masa berikutnya terbit buku 100 proofs that the Earth is Not A Globe tulisan William Carpenter (1886) dan Terra Firma:The Earth is not a Planet oleh David Wardlaw Scott (1901).

(25)

Dari buku-buku di atas, buku Zetetic Astronomy-Earth Not a Globe karya S.B.Rowbotham inilah menjadi awal bahan dasar bagi para penganut Flat Earth untuk menyebarkan propaganda mereka secara massif di abad ke-21 M. Ini. Di Indonesia termasuk boss Darling dalam Donspirasi Bumi Datar yang tersebar dalam 6 video berseri nggak mengembang jadi 13 seri.

Demikian pula The Flet Earth Conspirasi tulisan Eric Dubay (2014) dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sejak November 2016 M. Isi keduanya hampir sama semua, sebab mendasarkan pada ide-ide Rowbotham.9

Sepintas keyakinan bumi datar tersebut lebih sesuai dengan al-Qur‟an dari pada postulat ilmiah bumi bulat. Fenomena kontradiksi ini menarik untuk diteliti secara ilmiah dalam bingkai tafsir al-Qur‟an. Oleh karena itu, penelitian ini akan berfokus pada pemahaman para ulama tafsir dan ilmuan muslim terhadap ayat-ayat yang terkesan menunjukkan bahwa bumi datar sehingga dapat diketahui hierarki pemahaman para sarjana muslim terhadap fakta ilmiah yang ada dalam kitab suci mereka. Selain itu, peneliti juga akan mengupas konsep bumi datar dari para tokoh yang mengusung teori bumi datar sehingga pemahaman berimbang dapat diperoleh dari kedua belah pihak secara ilmiah.

Sepintas keyakinan bumi datar tersebut lebih sesuai dengan al-Qur‟an dari pada postulat ilmiah bumi bulat padahal para ilmuan dan astronom seluruh dunia menilai bahwa bumi datar adalah pseudosains. Pseudosains adalah pengetahuan, keyakinan, metodologi dan praktik yang diklaim ilmiah

9 Rahmat Abdullah, Benarkah Bumi Itu Data, 5-6

(26)

13

tetapi tidak mengikuti metode ilmiah.10 Lebih jauh ternyata tidak sedikit ulama yang mengikuti pemahaman tersebut dan melandaskan pemahamannya kepada ayat al-Qur‟an. Diantaranya adalah al-Qhahtani, al-Suyuthi dan al-Qurthubi11 sehingga memberikan kesan bahwa al-Qur ‟an mendukung pseudosains.

Untuk itu penelitian tentang bentuk bumi menurut al-Qur‟an sebagaimana difahami oleh para mufassir dengan metode ilmiah sangat penting untuk dilakukan dalam rangka mendudukan posisi al-Qur‟an secara ilmiah terhadap isu tersebut.

Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran tentang hierarki pemahaman para sarjana muslim terhadap fakta ilmiah yang ada dalam kitab suci mereka. Di samping itu peneliti juga akan mengupas konsep bumi datar dari para tokoh yang mengusung teori bumi datar sehingga pemahaman berimbang dapat diperoleh dari kedua belah pihak secara ilmiah.

Maraknya isu flat earth dan teori konspirasi serupa di tengah pandemic juga menjadi pelengkap akan signifikansi penelitian yang akan dikaji sehingga penelitian masih relevan untuk dikaji secara serius dalam penelitian nanti.

B. Rumusan Masalah

1. Apa makna kata

(شازف), (اداهي), (تحطس)

yang mengesankan bentuk bumi datar sebagaimana yang terdapat dalam Q.s Al-Baqarah: 22, Thaha: 53, Ad-Dzariyat: 48, dan Q.s Al-Ghasyiah : 20?

10 J. Ardian DKK, Benarkah Bumi Itu Datar?,(Yogyakarta, Narasi, 2017), 251

11 Rahmat Abdullah, Benarkah Bumi Itu Datar? 163

(27)

2. Bagaimana pandangan mufassir berkaitan dengan bentuk bumi datar sebagaimana yang dikesankan dalam Q.s Al-Baqarah: 22, Thaha: 53, Ad- Dzariyat: 48, dan Q.s Al-Ghasyiah: 20?

3. Bagaimana argumentasi ilmiah (Argumentasi William Carpenter) berkaitan dengan teori bumi datar?

C. Tujuan Penelitian

Secara rinci, tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendekripsikan makna kata

(شازف), (اداهي), (تحطس)

yang mengesankan bentuk bumi datar sebagaimana yang terdapat dalam Q.s Al- Baqarah: 22, Thaha: 53, Q.s Al-Dzariya: 48, dan Q.s Al-Ghasyiah: 20.

2. Untuk mendeskripsikan pandangan mufassir berkaitan dengan bentuk bumi datar sebagaimana yang dikesankan dalam Q.s Al-Baqarah: 22, Thaha: 53, Al-Dzariyat: 48, dan Q.s Al-Ghasyiah: 20.

3. Untuk mendeskripsikan argumentasi ilmiah (Argumentasi William Carpenter) berkaitan dengan teori bumi datar.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, Mengingat sangat minimnya penelitian terhadap penafsiran menganai ilmu pengetahuan yang memfokuskan pada, bentuk bumi datar. Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian terkait keilmuan khususnya penafsiran tentang bentuk bumi datar berdasarkan interpretasi para ulama,berikut hal-hal yang melatar belakangi perbedaan

(28)

15

penfsiran tersebut sehingga dapat memilih penafsiran yang lebih sesuai dan relevan dengan masa kini.

2. Manfaat Praktis

Bagi peneliti diharapkan dapat memberikan sumbangsih ilmiah dalam memberikan wacana reinterpretasi terhadap ayat-ayat bentuk bumi dalam Al Quran sekaligus menjadi persyaratan pengajuan gelar Sarjana Agama di Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora, UIN KH.Ahmad Siddiq (UIN KHAS) Jember.

Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan melengkapi penafsiran ayat-ayat yang rata-rata hanya memfokuskan penekanan pada anjuran belajar dan pengajaran Tuhan kepada manuisa.

Bagi UIN KHAS Jember diharapkan dapat menambah literatur kajian al-Qur‟an khususnya pemaknaan secara ilmiah terhadap bentuk bumidalam al-Quran. Selain itu, juga dapat dijadikan pertimbangan lebih lanjut dalam menetapkan sistem pendidikan sehingga sesuai dengan nilai- nilai qur‟ani.

Bagi Masyarakat, Hasil penelitian ini nantinya dapat dijadikan pedoman sekaligus pertimbangan dalam memahami bentuk bumi dalam kehidupan al-Quran

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian pustaka (library research) yang bersifat kualatif-deskriptif karena selain menggambarkan tentang

(29)

penafsiran para mufassir terhadap ayat-ayat al-Qur‟an yang menunjukan bentuk datar bumi dan juga mengambil pemahaman para ilmuan muslim terhadap konsep tersebut. Sedangkan pendekatan penilitan yang peneliti gunakan adalah metode tafsir tematik dengan fokus tema bentuk bumi datar dalam al-Qur‟an.

2. Objek Penelitian

Objek yang dijadikan sasaran dalam penelitian ini adalah penafsiran para mufassir terhadap ayat yang mengandung tentang bumi datar. Secara spesifik, ayat-ayat tersebut adalah Q.s Al-Baqarah : 22, Thaha : 53, Al-Dzariyat : 48, dan Q.s Al-Ghasyiah: 20. Namun, penggunaan metoda tafsir tematik tentu meniscayakan pembacaan ayat- ayat lain yang satu tema untuk memahami penafsiran ayat-ayat tersebut.

3. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari sumber primer dan sekunder. Sumber primernya adalah kitab-kitab tafsir tahlili yang membahas secara detil ayat-ayat yang memuat penjelasan bumi datar.

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah:

a. Jāmi’ al-BayānfīTa’wīlĀy al-Qur’ān karya Ibn Jarīr al-Thabari (w.310 H)

b. Tafsīr al-Qur’ān al-‘Aẓīm karya Ibnu Katsir al-Dimasyqi (w. 774 H) c. Adlwa’ al-Bayān fi Idlāh al-Qur’ān bi al-Qur’ān karya Muhammad

Amīn al-Syinqiṭy (w. 1393 H)

(30)

17

d. Tafsīr al-Kasysyāf karya al-Zamakhsyari (w 538 H) e. Mafātiḥ al-Ghaib karya Fakhr al-Dīn al-Rāzi (w. 606 H) f. Jami’ al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an (w. 671)

g. Tafsir al-Misbah karya Prof. Dr. Quraish Shihab

Sedangkan sumber sekundernya adalah buku-buku tentang bumi datar yang ditulis ilmuan, buku-buku ilmiah, jurnal, skripsi dan lain- lainnya yang memeliki keterkaitan pembahasan dengan objek yang peneliti kaji.

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah metode library research yaitu mengumpulkan data-data melalui bacaan dan literatur yang berkaitan dengan penelitian ini. Karena yang diteliti adalah penafsiran tematik terhadap ayat-ayat bumi datar maka sumber pokok dari penelitian ini adalah al-Qur‟an dan kitab-kitab tafsir.

Untuk mengetahui pemahaman para ulama tafsir terhad apayat-ayat bumi datar, penulis mengambil sampel kitab tafsir dengan mempertimbangkan periode dan sumber penafsiran yang dipakai dalam kitab-kitab tafsir. Pertimbangan periodisasi penafsiran diharapkan dapat memotret hierarki pemahaman ulama dalam menafsirkan ayat-ayat bumi datar sedangkan pertimbangan sumber penafsiran (bi al-ra’ydan bi al- ma’tsūr) diharapkan dapat memotret pengaruh sumber penafsiran dalam memproduksi hasil penafsiran seorang mufassir.

(31)

Berikut adalah pemetaan sumber data penelitian ini berdasarkan periodisasi dan sumber penafsirannya:

Periode Tafsir Kelompok Tafsir bi al-Ma’tsūr Kelompok Tafsir bi al-Ra’y Klasik Jāmi’ al-Bayān fī Ta’wīl Āy al-

Qur’ān karya Ibn Jarīr al- Thabari (w.310 H)

Tafsīr al-Kasysyāf karya al- Zamakhsyari (w 538 H) Pertengahan Tafsīr al-Qur’ān al‘Aẓīm karya

Ibnu Katsir al-D imasyqi (w.

774 H)

Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an karya Abu Abdullah

Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakr bin Farh Al-Anshari al-Khazraji al-Qurthubi (671 H)

Mafātiḥ al-Ghaib karya Fakhr al-Dīn al-Rāzi (w.

606 H)

Kontemporer Adlwa’ al-Bayān fi Idlāh al- Qur’ān bi al-Qur’ān karya Muhammad Amīn al-Syinqiṭy (w. 1393 H)

5. Keabsahan data

Untuk mengetahui kevali dan data yang didapat penulis menggunakan teknik triangulasi sumber data.12Triangulasi sumber dilakukan dengan cara malakukan cekulang terhadap penafsiran mufassir tentang ayat-ayat bumi datar dalam berbagai macam kitab-kitab tafsir yang telah ditentukan. Juga merupakan upaya triangulasi sumber adalah membandingkan dan meningkatkan keakurasian data yang diperoleh dari refrensi digital dengan refrensi kitab yang telah dicetak.

12Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2007).

330

(32)

19

6. Metode Analisa Data

Data-data yang diperoleh dari sumber-sumber primer di atas akan dianalisa dengan memahami maksud dari ayat-ayat yang berbicara tentang bentuk datar bumi secara objektif sehingga dapat mereproduksi pemahaman mereka terhadap ayat-ayat yang berbicara tentang bentuk datar bumi. Maka, penelitian ini memiliki langkah analisa data sebegai berikut:

a. Menemukan ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan Al-Qalam.

b. Mencari penafsiran mufassir mengenai ayat-ayat yang telah ditemukan.

c. Menemukan latar belakang penafsiran mufassir

d. Memetakan kecenderungan mufassir dalam menjelaskan bentuk bumi e. Mengelaborasi pemahaman ilmuan terhadap konsep bentuk bumi

dengan hasil penafsiran mufassir

Untuk selanjutnya, hasil analisa tersebut dibandingkan untuk membuat suatu rumusan yang memadai terhadap pemaknaan ayat-ayat bumi datar menurut para mufassir.

F. Sistematika Pembahasan

Bab I membahas tentang latar belakang penelitian yang menjelaskan urgensi penelitian yang diadakan penulis.Disusul dengan rumusan masalah.

Karena penelitian ini termasuk riset kualitatif maka rumusan masalah nya juga

(33)

disebut sebagai focus penelitian.13 Sehingga diketahui tujuan dan manfaat penelitian

Bab II meruapakan bagian kajian kepustakaan berisi kajian terdahulu yang memiliki kedekatan atau kemiripan pembahasan dengan penelitian ini serta kerangka teori yang akan digunakan sebagai alat bagi peneliti untuk menganalisa data.

Bab III merupakan tentang pandangan para mufassir terhadap ayat- ayat yang berbicara tentang bentuk bumi serta pandangan para ilmuan terhadap bentuk bumi

Bab IV merupakan inti dari skripsi yang memuat relevansi dan perbandingan pemikiran antar mufassir serta pemikiran para ilmuan terhadap bentuk bumi.

BAB V Kesimpulan dan Saran

Bagian Akhir meliputi Daftar Pustaka, Pernyataan Keaslian Tulisan dan Lampiran-Lampiran.

13Nur Solikin dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah STAIN Jember, (Jember: STAIN Press 2014), 44

(34)

21 BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Kajian Terdahulu

1. Bentuk bumi dalam perspektif Al-Qura'an ( Studi Komparatif Antara Tafsir Mafātīḥ al-Ghaib dan Tafsir al-Mannār )

Skripsi ini disusun oleh Muhammad Abqori sebagai persyaratan pengajuan gelar S1 di Fakultas Ushuluddin prodi ilmu Al-Qur'an dan tafsir UIN Walisongo Semarang Desember 2017. Dalam skripsi ini penulis berusaha untuk mengkaji dan meneliti secara lebih mendalam dan serius, selain rasa penasaran penulis sendiri tentang kebenaran teori flat earth yang muncul belakangan ini dengan mengkomparasikan pada penafsiran Imam Fahrur Razi dalam kitabnya Tafsīr Mafātīh al-Ghaib dan Tafsīr al- Mannār karya Muhammad Abduh dan Rasyid Riḍa.14

Adapun metode analisis data yang digunakan penulis adalah metode analisis-komparatif, yaitu mencoba mendeskripsikan term-term bentuk bumi

( ذي()ّ طاسب()ّ اشازف()ّ اداهي ّ ()تحطس(ّ اها ن د

menurut kedua tokoh tersebut, lalu dianalisis secara kritis, serta mencari sisi persamaan dan perbedaan, kelebihan dan kekurangan dari pemikiran kedua tokoh tersebut.

Dari hasil penelitian tersebut penulis menemukan makna yang variatif dari setiap term nya. Kedua mufassir baik ar-Razi maupun Rasyid Riḍa dalam tafsirnya sama-sama menyatakan bentuk bumi itu bulat.

14Muhammad Abqori, Bentuk bumi dalam perspektif Al-Qura'an ( Studi Komparatif Antara Tafsir Mafātīḥ al-Ghaib dan Tafsir al-Mannār ), (Skripsi,UIN Walisongo,2017), xviii

(35)

Namun mereka berbeda dalam pendapat apakah bumi bergerak dan berputar atau tidak, bisa dikatakan bahwa dalam masalah ini ar-Razi menganut teori geosentris (teori yang menyatakan bumi tidak bergerak dan menjadi pusat tata surya), sedangkan Rasyid Riḍa mengikuti teori heliosentris (bumi bergerak dan berputar dan matahari menjadi pusat tata surya).

2. Kajian Al-qur'an sains (ayat-ayat alquran tentang bentuk bumi perspektif agus mustofa)

Disusun oleh Tsamarotul Ishlahiyah guna menyelesaikan tugas akhir. Sebagai syarat memperoleh gelar S1 di fakultas Ushuluddin dan filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya November 2019.

Penelitian ini mencoba membaca pemikiran Agus Mustofa tentang teori-teori bentuk bumi yang dikorelasikan dengan ayat-ayat Alquran beserta membahas metode dan corak Agus Mustofa dalam melakukan pemahaman terhadap ayat-ayat bentuk bumi.15

Untuk memperoleh data yang falid, penulis melakukan kajian kepustakaan baik berupa buku-buku Sains murni, buku Alquran Sains, maupun buku karya tafsir Alquran serta dilakukan wawancaraterhadap tokoh yang bersangkutan yakni Agus Mustofa. Hasil penelitian ini adalah adanya pemikiran yang keliru dalam cara pandang Agus Mustofa terhadap tafsir Alquran, khususnya terhadap ayat-ayat saintifik dalam Alquran.

Begitupun juga dengan metode yang digunakan Agus Mustofa dalam

15 Tsamarotul Ishlahiyah, Kajian Al-qur'an sains(ayat-ayat alquran tentang bentuk bumi perspektif Agus mustofa), (Skripsi, UIN Sunan Ampel,2019 ), ii

(36)

23

memahami Alquran. Bahkan ia membuat istilah baru dalam metode memahami Alquran yakni metode puzzle. Dalam wawancara, ia menyebutkan bahwa metode ini sama pengertiannya dengan metode tafsir Alquran bi Alquran. Namun, sebenarnya dalam praktiknya Tafsir Alquran bi Alquran versi Agus Mustofa jika dibandingkan dengan tafsir Alquran bi Alquran yang dimaksud oleh mayoritas mufasir sebenarnya tidak sama.

Metodologi dalam penerapan tafsir Alquran bi Alquran oleh Agus Mustofa kurang diperhatikan. Adapun corak Agus Mustofa dalam menafsiri ayat- ayat bentuk bumi adalah corak ilmiah (Sains). Berangkat dari asumsi mengenai teoriteori sains kemudian mencari pembenaran yang ada di dalam Alquran. Hal ini kurang tepat, mengingat dikhawatirkan terjadinya pemaksaan tafsir sesuai dengan keinginan pribadi.16

3. Keruntuhan teori flat earth menurut filsafat islam dan al-quran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keruntuhan teori flat earth menurut filsafat Islam dan Al-Quran. Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode studi kepustakaan, yaitu menelusuri jurnal-jurnal, artikel, buku, tafsir Al-Quran, hadist, dan sumber lain yang mendukung, menggabungkan, menganalisa dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian bahwa filsafat Islam dan Al-Qur‟an membantah secararinci dan detail bahwa teori Flat earth atau bumi datar

16 Kajian Al-qur'an sains(ayat-ayat alquran tentang bentuk bumi perspektif agus mustofa), ii

(37)

bertentangan dengan pemikiran para tokoh filsafat Islam dan ayat-ayat Al- Qur‟an. Teori flat earth tidak masuk akal dan bersifat non ilmiah.17

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu suatu proses dari berbagai langkah yang melibatkan peneliti, paradigma teoritis dan inte bn rpretatif, strategi penelitian, metode pengumpulan data dan analisis data empiris, maupun pengembangan interpretasi dan pemaparan .

Dengan menggunakan metode studi pustaka (library research).

Studi pustaka adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan pengumpulan data dan pustaka, membaca, mencatat serta mengolah bahan penelitian. Sumber data berasal dari literatur berupa jurnal, buku, tafsir, hadist dan sumber lain yang relevan.18

4. Konsep alam smesta dalam perspektif Al-quran dan sains

Artikel ini dibuat untuk mengetahui hubungan antara Al-Quran dan ilmu pengetahuan khususnya konsep alam semesta. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui konsep alam semesta dalam pandangan Al- Qur‟an dan sains. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dengan menggunakan metode tafsir tematik, yaitu mengumpulkan bacaan yang berbicara tentang panca indera manusia, menentukan topik dan melakukan analisis dengan tafsir tahlili, dan menarik kesimpulan. Adapun hasilnya adalah semua konsep alam semesta yang ditemukan oleh ilmuwan sudah tertulis dan disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW 1400 tahun yang

17 Tomi Apra Santosa, Emayulia Sastria, dan Dharma Ferry, Keruntuhan teori flat earth menurut filsafat islam dan al-quran,Jurnal Pdndidikan dan Ilmu Sosial vol. I No. 1 : 2020, 1-3

18 Keruntuhan teori flat earth menurut filsafat islam dan al-quran,Jurnal Pdndidikan dan Ilmu Sosial vol. I No. 1 : 2020, 1-3

(38)

25

lalu dalam kitab suci Al-Quran. Al-Quran selalu lebih terdepan dari pada sains, tapi Al-Quran bukan buku pelajaran sains, tapi Al-Quran merupakan penuntun bagi umat manusia dalam mengarungi ketiga dimensi kehidupan, yaitu dimensi alam fana, barzakh dan akhirat.19

Penelitian ini dirancang dalam bentuk penelitian pustaka atau penelitian pustaka menggunakan berbagai sumber literatur sebagai sumber data penelitian. Penelitian Perpustakaan atau riset Perpustakaan adalah sebuah studi yang berkaitan dengan pemikiran seorang tokoh yang dalam waktu tertentu, kondisi budaya, masyarakat pada waktu itu, bersama dengan dokumen, secara metodologis pendekatan yang digunakan adalah pendekatan interpretasi. Objek penelitian ini adalah Al Qur'an. Sejalan dengan itu, metode penelitian yang digunakan adalah metode penafsiran Al-Qur'an

(Al-Farmawi, 1977). Berdasarkan penjelasannya, maka langkah- langkah yang dilakukan dalam metode tafsir tematik adalah sebagai berikut. Menentukan topik diskusi atau memilih isu al-Qur'an yang akan dipelajari; b) Mengumpulkan dan menetapkan ayat-ayat yang membahas masalah atau masalah yang telah ditetapkan; c) Atur urutan ayat sesuai dengan periode keturunan, misalnya Makiyah lebih diutamakan daripada ayat Madaniyah; d) Studi penafsiran ini membutuhkan bantuan komentar tahlili tentang berbagai aspek dari ayat tentang asbab al-nuzul, munasabah dan ayat, pengetahuan tentang ayat ayat, dll .; e) Atur diskusi dalam satu

19Gusti Afifah, Syahrial Ayub, dan Hairunnisa Sahidu, Konsep alam smesta dalam perspektif Al- quran dan sains, Jurnal GeoScienceEdu, Vol. 1, No. 1 : 2020 Hal. 5

(39)

frame; f) Selesaikan diskusi dengan tradisi tentang masalah yang sedang dibahas; g) Pelajari semua ayat yang dipilih dengan menyusun semua ayat makna yang sama, atau kompromi antara 'am (umum) dan khusus (khusus), mutlaq dengan muqayyad, atau kontradiktif, sehingga semua bertemu di sebuah muara.20

5. Problematika konsep bentuk bumi dan upaya mencari titik temunya dalam penentuan arah kiblat

Dunia sains saat ini sedang disuguhkan tantangan dan kritikan yang cukup serius dengan adanya pemahaman flat earth atau paham Bumi datar.

Menurut sebagian kalangan, paham ini dianggap cukup meresahkkan karena bertentangan dengan pengetahuan dan sains yang selama ini dianut bahwa Bumi itu bulat. Selain itu, tantangan ini tampaknya memiliki kekuatan dari sisi argumentasi ilmiah ditambah dengan pendukung yang ada hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Tokoh- tokoh pengusung paham ini pun tidak semata-mata hanya berasal dari pengikut agama tertentu melainkan juga diusung oleh pakar-pakar sains.

Problematika konsep bentuk Bumi tentu membawa dampak terhadap ibadah umat Islam yaitu dalam hal penentuan arah kiblat dengan metode perhitungan: apakah menggunakan rumus segitiga bola dengan asumsi Bumi bulat (sferis), atau menggunakan formula Vincenty dengan asumsi

20 Konsep alam smesta dalam perspektif Al-quran dan sains, Jurnal GeoScienceEdu, Vol. 1, No. 1 : 2020 Hal. 6

(40)

27

bahwa Bumi berbentuk ellipsoid, atau menggunakan rumus trigonometri segitiga datar dengan asumsi Bumi datar.21

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) yang datanya berasal dari sumber-sumber sekunder seperti buku dan jurnal ilmiah. Adapun analisis datanya menggunakan metode induktif yaitu membuat suatu kesimpulan/generalisasi dari beberapa fenomena khusus.

Selain itu, pendekatan sains juga dilakukan dalam membantu analisis sehingga diperoleh suatu sintesis logis dari data-data deskriptif. 22

Hasil penelitian ini menyebutkan tidak terdapat nash syar‟i baik al- Qur‟an maupun hadis yang secara tegas menyatakan bentuk Bumi yang sebenarnya. Walaupun sains modern menyatakan Bumi berbentuk bola (sferoid maupun ellipsoid), namun hal ini dibantah oleh penganut flat earth yang mengklaim bahwa NASA telah23 menyebarkan pemberitaan palsu mengenai bentuk Bumi melalui teknologi satelitnya. Kedua, perbedaan konsep bentuk Bumi di kalangan umat Islam akan berdampak pada perbedaan penentuan arah kiblat. Berkaitan dengan permasalahan ini, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencari titik temu perbedaan konsep bentuk Bumi ialah dengan mengoptimalkan peristiwa rashdul kiblat tahunan. Rashdul kiblat tahunan dapat diajukan sebagai solusi dalam

21 Reza akbar dan Riza afrian mustaqim, Problematika konsep bentuk bumi dan upaya mencari titik temunya dalam penentuan arah kiblat, Jurnal Kajian Ekonomi Hukum Syariah, Vol. 6 No. 1 : 2020, Hal. 43

22 Problematika konsep bentuk bumi dan upaya mencari titik temunya dalam penentuan arah kiblat, Jurnal Kajian Ekonomi Hukum Syariah, Vol. 6 No. 1 : 2020, Hal. 44

23 Reza akbar dan Riza afrian mustaqim, Problematika konsep bentuk bumi dan upaya mencari titik temunya dalam penentuan arah kiblat, Jurnal Kajian Ekonomi Hukum Syariah, Vol. 6 No. 1 : 2020, Hal. 50

(41)

menentukan arah kiblat yang sifatnya tidak bergantung pada bentuk Bumi apakah datar, ellipsoid, atau bola. Untuk mengoptimalkan penentuan arah kiblat pada saat rashdul kiblat, salah satu upayanya adalah dengan menggunakan teleskop.

Sebagai saran dari hasil pembahasan makalah ini adalah penyusun menyarankan kepada MUI atau pihak yang berwenang untuk membuat fatwa tentang penentuan arah kiblat bagi muslim yang meyakini bentuk Bumi bulat (sferoid), datar, atau ellipsoid.24

Tabel kajian terdahulu

No Judul penelitian Hasil Perbedaan

1 Bentuk bumi dalam perspektif Al-Qura'an (Studi Komparatif Antara Tafsir Mafātīḥ al-Ghaib dan Tafsir al-Mannār )

1. Dari hasil penelitian tersebut penulis menemukan makna yang variatif dari setiap term nya. Kedua mufassir baik ar- Razi maupun Rasyid Riḍa dalam tafsirnya sama-sama menyatakan bentuk bumi itu bulat.

2. Al-Razi dan Rasyid Ridha berbeda pendapat apakah bumi bergerak dan berputar atau tidak, bisa dikatakan bahwa dalam masalah ini Al-Razi menganut teori geosentris (teori yang menyatakan bumi tidak bergerak dan menjadi pusat tata surya), sedangkan Rasyid Riḍa mengikuti teori heliosentris (bumi bergerak dan berputar dan matahari menjadi pusat tata surya).

1. Sedangkan dalam penelitian yang saya tulis, fokus pada kajian

ayat-ayat yang

mengesankan bumi berbentuk datar atau hamparan.

2. Mengkaji beberapa kitab tafsir baik klasik, pertengahan, atau kontemporer. Berkaitan dengan penjelasannya tentang ayat-ayat Al-

Quran yang

mengesankan bentuk bumi datar.

3. Menggali pendapat beberapa ilmuan sains

yang memiliki

pemahaman bumi datar.

24 Problematika konsep bentuk bumi dan upaya mencari titik temunya dalam penentuan arah kiblat, Jurnal Kajian Ekonomi Hukum Syariah, Vol. 6 No. 1 : 2020, Hal. 51

(42)

29

2 Kajian Al-qur'an sains (ayat-ayat alquran tentang bentuk bumi perspektif agus mustofa)

1. Hasil penelitian ini adalah adanya pemikiran yang keliru dalam cara pandang Agus Mustofa terhadap tafsir Alquran, khususnya terhadap ayat-ayat saintifik dalam Alquran. Begitupun juga dengan metode yang digunakan Agus Mustofa dalam memahami Alquran.

Bahkan ia membuat istilah baru dalam metode memahami Alquran yakni metode puzzle.

2. corak Agus Mustofa dalam menafsiri ayat-ayat bentuk bumi adalah corak ilmiah (Sains). Berangkat dari asumsi mengenai teoriteori sains kemudian mencari pembenaran yang ada di dalam Alquran.

Hal ini kurang tepat, mengingat dikhawatirkan terjadinya pemaksaan tafsir sesuai dengan keinginan pribadi

1. Sedangkan dalam penelitian yang saya tulis, fokus pada kajian

ayat-ayat yang

mengesankan bumi berbentuk datar atau hamparan.

2. Mengkaji beberapa kitab tafsir baik klasik, pertengahan, atau kontemporer. Berkaitan dengan penjelasannya tentang ayat-ayat Al-

Quran yang

mengesankan bentuk bumi datar.

3. Menggali pendapat beberapa ilmuan sains

yang memiliki

pemahaman bumi datar.

3 Keruntuhan teori flat earth menurut filsafat islam dan al-quran

Hasil penelitian bahwa filsafat Islam dan Al-Qur‟an membantah secararinci dan detail bahwa teori Flat earth atau bumi datar bertentangan dengan pemikiran para tokoh filsafat Islam dan ayat- ayat Al-Qur‟an. Teori flat earth tidak masuk akal dan bersifat non ilmiah.

1. Sedangkan dalam penelitian yang saya tulis, fokus pada kajian

ayat-ayat yang

mengesankan bumi berbentuk datar atau hamparan.

2. Mengkaji beberapa kitab tafsir baik klasik, pertengahan, atau kontemporer. Berkaitan dengan penjelasannya tentang ayat-ayat Al-

Quran yang

mengesankan bentuk bumi datar.

3. Menggali pendapat beberapa ilmuan sains

yang memiliki

pemahaman bumi datar.

4 Konsep alam smesta Hasilnya adalah semua konsep 1. Sedangkan dalam

(43)

dalam perspektif Al- quran dan sains

alam semesta yang ditemukan oleh ilmuwan sudah tertulis dan disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW 1400 tahun yang lalu dalam kitab suci Al- Quran. Al-Quran selalu lebih terdepan dari pada sains, tapi Al- Quran bukan buku pelajaran sains, tapi Al-Quran merupakan penuntun bagi umat manusia dalam mengarungi ketiga dimensi kehidupan, yaitu dimensi alam fana, barzakh dan akhirat.

penelitian yang saya tulis, fokus pada kajian

ayat-ayat yang

mengesankan bumi berbentuk datar atau hamparan.

2. Mengkaji beberapa kitab tafsir baik klasik, pertengahan, atau kontemporer. Berkaitan dengan penjelasannya tentang ayat-ayat Al-

Quran yang

mengesankan bentuk bumi datar.

3. Menggali pendapat beberapa ilmuan sains

yang memiliki

pemahaman bumi datar.

5 Problematika konsep bentuk bumi dan upaya mencari titik temunya dalam penentuan arah kiblat

1. Hasil penelitian ini

menyebutkan tidak terdapat nash syar‟i baik al-Qur‟an maupun hadis yang secara tegas menyatakan bentuk Bumi yang sebenarnya. Walaupun sains modern menyatakan Bumi berbentuk bola (sferoid maupun ellipsoid), namun hal ini dibantah oleh penganut flat earth yang mengklaim bahwa NASA telah menyebarkan pemberitaan palsu mengenai bentuk Bumi melalui teknologi satelitnya. Kedua, perbedaan konsep bentuk Bumi di kalangan umat Islam akan berdampak pada perbedaan penentuan arah kiblat.

Berkaitan dengan

permasalahan ini, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencari titik temu perbedaan konsep bentuk Bumi ialah dengan

mengoptimalkan peristiwa rashdul kiblat tahunan.

1. Sedangkan dalam penelitian yang saya tulis, fokus pada kajian

ayat-ayat yang

mengesankan bumi berbentuk datar atau hamparan.

2. Mengkaji beberapa kitab tafsir baik klasik, pertengahan, atau kontemporer. Berkaitan dengan penjelasannya tentang ayat-ayat Al-

Quran yang

mengesankan bentuk bumi datar.

3. Menggali pendapat beberapa ilmuan sains

yang memiliki

pemahaman bumi datar.

(44)

31

Rashdul kiblat tahunan dapat diajukan sebagai solusi dalam menentukan arah kiblat yang sifatnya tidak bergantung pada bentuk Bumi apakah datar, ellipsoid, atau bola. Untuk mengoptimalkan penentuan arah kiblat pada saat rashdul kiblat, salah satu upayanya adalah dengan menggunakan teleskop.

2. Sebagai saran dari hasil pembahasan makalah ini adalah penyusun menyarankan kepada MUI atau pihak yang berwenang untuk membuat fatwa tentang penentuan arah kiblat bagi muslim yang meyakini bentuk Bumi bulat (sferoid), datar, atau ellipsoid.

B. Kerangka Teori 1. Tafsir Tematik

a. Pengertian tafsir Tematik (Maudlu‟i)

Tafsir Tematik adalah suatu metode tafsir yang berusaha mencari jawaban Qur‟an tentang tema tertentu, maka tafsir ini juga dinamakan tafsir tematik. Pelbagai definisi dikemukakan oleh sejumlah sarjana Muslim berkenaan dengan metode tafsir tematik.25

Ziyad Khalil Muhammad al-Daghawai mendefinisikan tafsir Tematik dengan: sebuah metode tafsir al-Qur‟an dengan cara menghimpun ayat-ayat al-Qur‟an yang mempunyai maksud yang sama dan meletakkannya dalam satu tema atau satu judul.

25 Didi Junaidi, mengenal lebih dekat metode tafsir Maudlu’i, Diya al-Afkar vol. 4 No .1 : 2016, 22

(45)

Musthafa Muslim memahaminya sebagai sebuah metode tafsir dengan cara membahas tema-tema sesuai dengan maksud-maksud al- Qur‟an dari satu surat atau lebih. Sedangkan al-Farmawi memberikan sebuah pengertian bahwa yang dimaksud dengan Tafsir Tematik adalah menghimpun ayat-ayat al-Qur‟an yang mempunyai maksud yang sama dalam arti sama-sama membicarakan satu topik masalah dan menyusunnya berdasar kronologi serta sebab-sebab turunnya ayat tersebut.26

M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa metode Tematik adalah suatu metode yang mengarahkan pandangan kepada suatu tema tertentu, lalu mencari pandangan al-Qur‟an tentang tema tersebut dengan jalan menghimpun semua ayat yang membicarakannya, menganalisis, dan memahaminya ayat demi ayat, lalu menghimpunnya dalam benak ayat yang bersifat umum dikaitkan dengan yang khusus, yang muthlaq digandengkan dengan yang muqayyad, dan lain-lain, sambil memperkaya uraian dengan hadis-hadis yang berkaitan untuk kemudian disimpulkan dalam satu tulisan pandangan menyeluruh dan tuntas menyangkut tema yang dibahas itu.

Dari beberapa pengertian tentang Tafsir Tematik di atas, dapat disimpulkan bahwa metode Tafsir Maudlu‟i (tematis) adalah sebuah upaya memahami dan menjelaskan kandungan ayat al-Qur‟an dengan cara menghimpun ayat-ayat dari berbagai surah yang berkaitan dengan

26 mengenal lebih dekat metode tafsir Maudlu’i, Diya al-Afkar vol. 4 No .1 : 2016, 23

(46)

33

satu topik, lalu dianalisa kandungan ayat-ayat tersebut, diperkaya dengan keterangan hadis-hadis yang relevan dengan tema pembahasan hingga menjadi satu kesatuan konsep yang utuh.

b. Sejarah singkat perkembangan tafsir Tematik

Pada hakekatnya, benih metode tafsir tematik sudah ada sejak masa Nabi Muhammad Saw, di mana beliau seirng meniafsirkan ayat dengan ayat yang lain, seperti ketika menerangkan arti zhulm dalam Q.S. al-An‟am: 82:

























Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), merekalah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mendapat petunjuk.

Nabi Saw menjelaskan bahwa makna zhulm yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah syirik, dengan mengutip firman Allah dalam Q.S. Luqman: 13:











ّ

ّ

Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) itu benar-benar kezaliman yang besar.”

Al-Farmawi menegaskan bahwa kitab-kitab terdahulu juga banyak yang menggunakan metode tafsir yang mendekati tafsir maudlu„i, hanya saja masih dalam bentuk yang sederhana, dan belum dapat dikatakan sebagai sebuah metode yang berdiri sendiri. Beberapa kitab tersebut antara lain; Majaz al-Qur‟an, karya Abu „Ubaidah (w.

209 H) yang berbicara berbagai majaz (kiasan) dalam al-Qur‟ān. Al- Jashshāsh (w. 370 H) dengan Ahkam al-Qur‟an yang membahas

(47)

tentang persoalan dalam al-Qur‟ān, juga Ibn Qayyim (w. 751 H) dengan al-Bayan fi Aqsam al-Qur‟an yang khusus membicarakan sumpah-sumpah dalam al-Qur‟ān dan lain-lainnya.

Tafsir Maudlu‟i mulai mengambil bentuknya melalui Imam Abu Ishaq bin Musa asy-Syatiby (720-790 H). Ulama ini mengingatkan bahwa satu surah adalah satu kesatuan yang utuh, akhirnya berhubungan dengan awalnya, demikian juga sebaliknya, kendati ayat-ayat itu sepintas terlihat berbicara

Gambar

TABEL TRANSLITERASI
Tabel kajian terdahulu

Referensi

Dokumen terkait