Bab I membahas tentang latar belakang penelitian yang menjelaskan urgensi penelitian yang diadakan penulis.Disusul dengan rumusan masalah.
Karena penelitian ini termasuk riset kualitatif maka rumusan masalah nya juga
disebut sebagai focus penelitian.13 Sehingga diketahui tujuan dan manfaat penelitian
Bab II meruapakan bagian kajian kepustakaan berisi kajian terdahulu yang memiliki kedekatan atau kemiripan pembahasan dengan penelitian ini serta kerangka teori yang akan digunakan sebagai alat bagi peneliti untuk menganalisa data.
Bab III merupakan tentang pandangan para mufassir terhadap ayat- ayat yang berbicara tentang bentuk bumi serta pandangan para ilmuan terhadap bentuk bumi
Bab IV merupakan inti dari skripsi yang memuat relevansi dan perbandingan pemikiran antar mufassir serta pemikiran para ilmuan terhadap bentuk bumi.
BAB V Kesimpulan dan Saran
Bagian Akhir meliputi Daftar Pustaka, Pernyataan Keaslian Tulisan dan Lampiran-Lampiran.
13Nur Solikin dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah STAIN Jember, (Jember: STAIN Press 2014), 44
21 BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Kajian Terdahulu
1. Bentuk bumi dalam perspektif Al-Qura'an ( Studi Komparatif Antara Tafsir Mafātīḥ al-Ghaib dan Tafsir al-Mannār )
Skripsi ini disusun oleh Muhammad Abqori sebagai persyaratan pengajuan gelar S1 di Fakultas Ushuluddin prodi ilmu Al-Qur'an dan tafsir UIN Walisongo Semarang Desember 2017. Dalam skripsi ini penulis berusaha untuk mengkaji dan meneliti secara lebih mendalam dan serius, selain rasa penasaran penulis sendiri tentang kebenaran teori flat earth yang muncul belakangan ini dengan mengkomparasikan pada penafsiran Imam Fahrur Razi dalam kitabnya Tafsīr Mafātīh al-Ghaib dan Tafsīr al- Mannār karya Muhammad Abduh dan Rasyid Riḍa.14
Adapun metode analisis data yang digunakan penulis adalah metode analisis-komparatif, yaitu mencoba mendeskripsikan term-term bentuk bumi
( ذي()ّ طاسب()ّ اشازف()ّ اداهي ّ ()تحطس(ّ اها ن د
menurut kedua tokoh tersebut, lalu dianalisis secara kritis, serta mencari sisi persamaan dan perbedaan, kelebihan dan kekurangan dari pemikiran kedua tokoh tersebut.Dari hasil penelitian tersebut penulis menemukan makna yang variatif dari setiap term nya. Kedua mufassir baik ar-Razi maupun Rasyid Riḍa dalam tafsirnya sama-sama menyatakan bentuk bumi itu bulat.
14Muhammad Abqori, Bentuk bumi dalam perspektif Al-Qura'an ( Studi Komparatif Antara Tafsir Mafātīḥ al-Ghaib dan Tafsir al-Mannār ), (Skripsi,UIN Walisongo,2017), xviii
Namun mereka berbeda dalam pendapat apakah bumi bergerak dan berputar atau tidak, bisa dikatakan bahwa dalam masalah ini ar-Razi menganut teori geosentris (teori yang menyatakan bumi tidak bergerak dan menjadi pusat tata surya), sedangkan Rasyid Riḍa mengikuti teori heliosentris (bumi bergerak dan berputar dan matahari menjadi pusat tata surya).
2. Kajian Al-qur'an sains (ayat-ayat alquran tentang bentuk bumi perspektif agus mustofa)
Disusun oleh Tsamarotul Ishlahiyah guna menyelesaikan tugas akhir. Sebagai syarat memperoleh gelar S1 di fakultas Ushuluddin dan filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya November 2019.
Penelitian ini mencoba membaca pemikiran Agus Mustofa tentang teori-teori bentuk bumi yang dikorelasikan dengan ayat-ayat Alquran beserta membahas metode dan corak Agus Mustofa dalam melakukan pemahaman terhadap ayat-ayat bentuk bumi.15
Untuk memperoleh data yang falid, penulis melakukan kajian kepustakaan baik berupa buku-buku Sains murni, buku Alquran Sains, maupun buku karya tafsir Alquran serta dilakukan wawancaraterhadap tokoh yang bersangkutan yakni Agus Mustofa. Hasil penelitian ini adalah adanya pemikiran yang keliru dalam cara pandang Agus Mustofa terhadap tafsir Alquran, khususnya terhadap ayat-ayat saintifik dalam Alquran.
Begitupun juga dengan metode yang digunakan Agus Mustofa dalam
15 Tsamarotul Ishlahiyah, Kajian Al-qur'an sains(ayat-ayat alquran tentang bentuk bumi perspektif Agus mustofa), (Skripsi, UIN Sunan Ampel,2019 ), ii
23
memahami Alquran. Bahkan ia membuat istilah baru dalam metode memahami Alquran yakni metode puzzle. Dalam wawancara, ia menyebutkan bahwa metode ini sama pengertiannya dengan metode tafsir Alquran bi Alquran. Namun, sebenarnya dalam praktiknya Tafsir Alquran bi Alquran versi Agus Mustofa jika dibandingkan dengan tafsir Alquran bi Alquran yang dimaksud oleh mayoritas mufasir sebenarnya tidak sama.
Metodologi dalam penerapan tafsir Alquran bi Alquran oleh Agus Mustofa kurang diperhatikan. Adapun corak Agus Mustofa dalam menafsiri ayat- ayat bentuk bumi adalah corak ilmiah (Sains). Berangkat dari asumsi mengenai teoriteori sains kemudian mencari pembenaran yang ada di dalam Alquran. Hal ini kurang tepat, mengingat dikhawatirkan terjadinya pemaksaan tafsir sesuai dengan keinginan pribadi.16
3. Keruntuhan teori flat earth menurut filsafat islam dan al-quran
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keruntuhan teori flat earth menurut filsafat Islam dan Al-Quran. Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode studi kepustakaan, yaitu menelusuri jurnal-jurnal, artikel, buku, tafsir Al-Quran, hadist, dan sumber lain yang mendukung, menggabungkan, menganalisa dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian bahwa filsafat Islam dan Al-Qur‟an membantah secararinci dan detail bahwa teori Flat earth atau bumi datar
16 Kajian Al-qur'an sains(ayat-ayat alquran tentang bentuk bumi perspektif agus mustofa), ii
bertentangan dengan pemikiran para tokoh filsafat Islam dan ayat-ayat Al- Qur‟an. Teori flat earth tidak masuk akal dan bersifat non ilmiah.17
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu suatu proses dari berbagai langkah yang melibatkan peneliti, paradigma teoritis dan inte bn rpretatif, strategi penelitian, metode pengumpulan data dan analisis data empiris, maupun pengembangan interpretasi dan pemaparan .
Dengan menggunakan metode studi pustaka (library research).
Studi pustaka adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan pengumpulan data dan pustaka, membaca, mencatat serta mengolah bahan penelitian. Sumber data berasal dari literatur berupa jurnal, buku, tafsir, hadist dan sumber lain yang relevan.18
4. Konsep alam smesta dalam perspektif Al-quran dan sains
Artikel ini dibuat untuk mengetahui hubungan antara Al-Quran dan ilmu pengetahuan khususnya konsep alam semesta. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui konsep alam semesta dalam pandangan Al- Qur‟an dan sains. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dengan menggunakan metode tafsir tematik, yaitu mengumpulkan bacaan yang berbicara tentang panca indera manusia, menentukan topik dan melakukan analisis dengan tafsir tahlili, dan menarik kesimpulan. Adapun hasilnya adalah semua konsep alam semesta yang ditemukan oleh ilmuwan sudah tertulis dan disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW 1400 tahun yang
17 Tomi Apra Santosa, Emayulia Sastria, dan Dharma Ferry, Keruntuhan teori flat earth menurut filsafat islam dan al-quran,Jurnal Pdndidikan dan Ilmu Sosial vol. I No. 1 : 2020, 1-3
18 Keruntuhan teori flat earth menurut filsafat islam dan al-quran,Jurnal Pdndidikan dan Ilmu Sosial vol. I No. 1 : 2020, 1-3
25
lalu dalam kitab suci Al-Quran. Al-Quran selalu lebih terdepan dari pada sains, tapi Al-Quran bukan buku pelajaran sains, tapi Al-Quran merupakan penuntun bagi umat manusia dalam mengarungi ketiga dimensi kehidupan, yaitu dimensi alam fana, barzakh dan akhirat.19
Penelitian ini dirancang dalam bentuk penelitian pustaka atau penelitian pustaka menggunakan berbagai sumber literatur sebagai sumber data penelitian. Penelitian Perpustakaan atau riset Perpustakaan adalah sebuah studi yang berkaitan dengan pemikiran seorang tokoh yang dalam waktu tertentu, kondisi budaya, masyarakat pada waktu itu, bersama dengan dokumen, secara metodologis pendekatan yang digunakan adalah pendekatan interpretasi. Objek penelitian ini adalah Al Qur'an. Sejalan dengan itu, metode penelitian yang digunakan adalah metode penafsiran Al-Qur'an
(Al-Farmawi, 1977). Berdasarkan penjelasannya, maka langkah- langkah yang dilakukan dalam metode tafsir tematik adalah sebagai berikut. Menentukan topik diskusi atau memilih isu al-Qur'an yang akan dipelajari; b) Mengumpulkan dan menetapkan ayat-ayat yang membahas masalah atau masalah yang telah ditetapkan; c) Atur urutan ayat sesuai dengan periode keturunan, misalnya Makiyah lebih diutamakan daripada ayat Madaniyah; d) Studi penafsiran ini membutuhkan bantuan komentar tahlili tentang berbagai aspek dari ayat tentang asbab al-nuzul, munasabah dan ayat, pengetahuan tentang ayat ayat, dll .; e) Atur diskusi dalam satu
19Gusti Afifah, Syahrial Ayub, dan Hairunnisa Sahidu, Konsep alam smesta dalam perspektif Al- quran dan sains, Jurnal GeoScienceEdu, Vol. 1, No. 1 : 2020 Hal. 5
frame; f) Selesaikan diskusi dengan tradisi tentang masalah yang sedang dibahas; g) Pelajari semua ayat yang dipilih dengan menyusun semua ayat makna yang sama, atau kompromi antara 'am (umum) dan khusus (khusus), mutlaq dengan muqayyad, atau kontradiktif, sehingga semua bertemu di sebuah muara.20
5. Problematika konsep bentuk bumi dan upaya mencari titik temunya dalam penentuan arah kiblat
Dunia sains saat ini sedang disuguhkan tantangan dan kritikan yang cukup serius dengan adanya pemahaman flat earth atau paham Bumi datar.
Menurut sebagian kalangan, paham ini dianggap cukup meresahkkan karena bertentangan dengan pengetahuan dan sains yang selama ini dianut bahwa Bumi itu bulat. Selain itu, tantangan ini tampaknya memiliki kekuatan dari sisi argumentasi ilmiah ditambah dengan pendukung yang ada hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Tokoh- tokoh pengusung paham ini pun tidak semata-mata hanya berasal dari pengikut agama tertentu melainkan juga diusung oleh pakar-pakar sains.
Problematika konsep bentuk Bumi tentu membawa dampak terhadap ibadah umat Islam yaitu dalam hal penentuan arah kiblat dengan metode perhitungan: apakah menggunakan rumus segitiga bola dengan asumsi Bumi bulat (sferis), atau menggunakan formula Vincenty dengan asumsi
20 Konsep alam smesta dalam perspektif Al-quran dan sains, Jurnal GeoScienceEdu, Vol. 1, No. 1 : 2020 Hal. 6
27
bahwa Bumi berbentuk ellipsoid, atau menggunakan rumus trigonometri segitiga datar dengan asumsi Bumi datar.21
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) yang datanya berasal dari sumber-sumber sekunder seperti buku dan jurnal ilmiah. Adapun analisis datanya menggunakan metode induktif yaitu membuat suatu kesimpulan/generalisasi dari beberapa fenomena khusus.
Selain itu, pendekatan sains juga dilakukan dalam membantu analisis sehingga diperoleh suatu sintesis logis dari data-data deskriptif. 22
Hasil penelitian ini menyebutkan tidak terdapat nash syar‟i baik al- Qur‟an maupun hadis yang secara tegas menyatakan bentuk Bumi yang sebenarnya. Walaupun sains modern menyatakan Bumi berbentuk bola (sferoid maupun ellipsoid), namun hal ini dibantah oleh penganut flat earth yang mengklaim bahwa NASA telah23 menyebarkan pemberitaan palsu mengenai bentuk Bumi melalui teknologi satelitnya. Kedua, perbedaan konsep bentuk Bumi di kalangan umat Islam akan berdampak pada perbedaan penentuan arah kiblat. Berkaitan dengan permasalahan ini, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencari titik temu perbedaan konsep bentuk Bumi ialah dengan mengoptimalkan peristiwa rashdul kiblat tahunan. Rashdul kiblat tahunan dapat diajukan sebagai solusi dalam
21 Reza akbar dan Riza afrian mustaqim, Problematika konsep bentuk bumi dan upaya mencari titik temunya dalam penentuan arah kiblat, Jurnal Kajian Ekonomi Hukum Syariah, Vol. 6 No. 1 : 2020, Hal. 43
22 Problematika konsep bentuk bumi dan upaya mencari titik temunya dalam penentuan arah kiblat, Jurnal Kajian Ekonomi Hukum Syariah, Vol. 6 No. 1 : 2020, Hal. 44
23 Reza akbar dan Riza afrian mustaqim, Problematika konsep bentuk bumi dan upaya mencari titik temunya dalam penentuan arah kiblat, Jurnal Kajian Ekonomi Hukum Syariah, Vol. 6 No. 1 : 2020, Hal. 50
menentukan arah kiblat yang sifatnya tidak bergantung pada bentuk Bumi apakah datar, ellipsoid, atau bola. Untuk mengoptimalkan penentuan arah kiblat pada saat rashdul kiblat, salah satu upayanya adalah dengan menggunakan teleskop.
Sebagai saran dari hasil pembahasan makalah ini adalah penyusun menyarankan kepada MUI atau pihak yang berwenang untuk membuat fatwa tentang penentuan arah kiblat bagi muslim yang meyakini bentuk Bumi bulat (sferoid), datar, atau ellipsoid.24
Tabel kajian terdahulu
No Judul penelitian Hasil Perbedaan
1 Bentuk bumi dalam perspektif Al-Qura'an (Studi Komparatif Antara Tafsir Mafātīḥ al-Ghaib dan Tafsir al-Mannār )
1. Dari hasil penelitian tersebut penulis menemukan makna yang variatif dari setiap term nya. Kedua mufassir baik ar- Razi maupun Rasyid Riḍa dalam tafsirnya sama-sama menyatakan bentuk bumi itu bulat.
2. Al-Razi dan Rasyid Ridha berbeda pendapat apakah bumi bergerak dan berputar atau tidak, bisa dikatakan bahwa dalam masalah ini Al-Razi menganut teori geosentris (teori yang menyatakan bumi tidak bergerak dan menjadi pusat tata surya), sedangkan Rasyid Riḍa mengikuti teori heliosentris (bumi bergerak dan berputar dan matahari menjadi pusat tata surya).
1. Sedangkan dalam penelitian yang saya tulis, fokus pada kajian
ayat-ayat yang
mengesankan bumi berbentuk datar atau hamparan.
2. Mengkaji beberapa kitab tafsir baik klasik, pertengahan, atau kontemporer. Berkaitan dengan penjelasannya tentang ayat-ayat Al-
Quran yang
mengesankan bentuk bumi datar.
3. Menggali pendapat beberapa ilmuan sains
yang memiliki
pemahaman bumi datar.
24 Problematika konsep bentuk bumi dan upaya mencari titik temunya dalam penentuan arah kiblat, Jurnal Kajian Ekonomi Hukum Syariah, Vol. 6 No. 1 : 2020, Hal. 51
29
2 Kajian Al-qur'an sains (ayat-ayat alquran tentang bentuk bumi perspektif agus mustofa)
1. Hasil penelitian ini adalah adanya pemikiran yang keliru dalam cara pandang Agus Mustofa terhadap tafsir Alquran, khususnya terhadap ayat-ayat saintifik dalam Alquran. Begitupun juga dengan metode yang digunakan Agus Mustofa dalam memahami Alquran.
Bahkan ia membuat istilah baru dalam metode memahami Alquran yakni metode puzzle.
2. corak Agus Mustofa dalam menafsiri ayat-ayat bentuk bumi adalah corak ilmiah (Sains). Berangkat dari asumsi mengenai teoriteori sains kemudian mencari pembenaran yang ada di dalam Alquran.
Hal ini kurang tepat, mengingat dikhawatirkan terjadinya pemaksaan tafsir sesuai dengan keinginan pribadi
1. Sedangkan dalam penelitian yang saya tulis, fokus pada kajian
ayat-ayat yang
mengesankan bumi berbentuk datar atau hamparan.
2. Mengkaji beberapa kitab tafsir baik klasik, pertengahan, atau kontemporer. Berkaitan dengan penjelasannya tentang ayat-ayat Al-
Quran yang
mengesankan bentuk bumi datar.
3. Menggali pendapat beberapa ilmuan sains
yang memiliki
pemahaman bumi datar.
3 Keruntuhan teori flat earth menurut filsafat islam dan al-quran
Hasil penelitian bahwa filsafat Islam dan Al-Qur‟an membantah secararinci dan detail bahwa teori Flat earth atau bumi datar bertentangan dengan pemikiran para tokoh filsafat Islam dan ayat- ayat Al-Qur‟an. Teori flat earth tidak masuk akal dan bersifat non ilmiah.
1. Sedangkan dalam penelitian yang saya tulis, fokus pada kajian
ayat-ayat yang
mengesankan bumi berbentuk datar atau hamparan.
2. Mengkaji beberapa kitab tafsir baik klasik, pertengahan, atau kontemporer. Berkaitan dengan penjelasannya tentang ayat-ayat Al-
Quran yang
mengesankan bentuk bumi datar.
3. Menggali pendapat beberapa ilmuan sains
yang memiliki
pemahaman bumi datar.
4 Konsep alam smesta Hasilnya adalah semua konsep 1. Sedangkan dalam
dalam perspektif Al- quran dan sains
alam semesta yang ditemukan oleh ilmuwan sudah tertulis dan disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW 1400 tahun yang lalu dalam kitab suci Al- Quran. Al-Quran selalu lebih terdepan dari pada sains, tapi Al- Quran bukan buku pelajaran sains, tapi Al-Quran merupakan penuntun bagi umat manusia dalam mengarungi ketiga dimensi kehidupan, yaitu dimensi alam fana, barzakh dan akhirat.
penelitian yang saya tulis, fokus pada kajian
ayat-ayat yang
mengesankan bumi berbentuk datar atau hamparan.
2. Mengkaji beberapa kitab tafsir baik klasik, pertengahan, atau kontemporer. Berkaitan dengan penjelasannya tentang ayat-ayat Al-
Quran yang
mengesankan bentuk bumi datar.
3. Menggali pendapat beberapa ilmuan sains
yang memiliki
pemahaman bumi datar.
5 Problematika konsep bentuk bumi dan upaya mencari titik temunya dalam penentuan arah kiblat
1. Hasil penelitian ini
menyebutkan tidak terdapat nash syar‟i baik al-Qur‟an maupun hadis yang secara tegas menyatakan bentuk Bumi yang sebenarnya. Walaupun sains modern menyatakan Bumi berbentuk bola (sferoid maupun ellipsoid), namun hal ini dibantah oleh penganut flat earth yang mengklaim bahwa NASA telah menyebarkan pemberitaan palsu mengenai bentuk Bumi melalui teknologi satelitnya. Kedua, perbedaan konsep bentuk Bumi di kalangan umat Islam akan berdampak pada perbedaan penentuan arah kiblat.
Berkaitan dengan
permasalahan ini, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencari titik temu perbedaan konsep bentuk Bumi ialah dengan
mengoptimalkan peristiwa rashdul kiblat tahunan.
1. Sedangkan dalam penelitian yang saya tulis, fokus pada kajian
ayat-ayat yang
mengesankan bumi berbentuk datar atau hamparan.
2. Mengkaji beberapa kitab tafsir baik klasik, pertengahan, atau kontemporer. Berkaitan dengan penjelasannya tentang ayat-ayat Al-
Quran yang
mengesankan bentuk bumi datar.
3. Menggali pendapat beberapa ilmuan sains
yang memiliki
pemahaman bumi datar.
31
Rashdul kiblat tahunan dapat diajukan sebagai solusi dalam menentukan arah kiblat yang sifatnya tidak bergantung pada bentuk Bumi apakah datar, ellipsoid, atau bola. Untuk mengoptimalkan penentuan arah kiblat pada saat rashdul kiblat, salah satu upayanya adalah dengan menggunakan teleskop.
2. Sebagai saran dari hasil pembahasan makalah ini adalah penyusun menyarankan kepada MUI atau pihak yang berwenang untuk membuat fatwa tentang penentuan arah kiblat bagi muslim yang meyakini bentuk Bumi bulat (sferoid), datar, atau ellipsoid.
B. Kerangka Teori 1. Tafsir Tematik
a. Pengertian tafsir Tematik (Maudlu‟i)
Tafsir Tematik adalah suatu metode tafsir yang berusaha mencari jawaban Qur‟an tentang tema tertentu, maka tafsir ini juga dinamakan tafsir tematik. Pelbagai definisi dikemukakan oleh sejumlah sarjana Muslim berkenaan dengan metode tafsir tematik.25
Ziyad Khalil Muhammad al-Daghawai mendefinisikan tafsir Tematik dengan: sebuah metode tafsir al-Qur‟an dengan cara menghimpun ayat-ayat al-Qur‟an yang mempunyai maksud yang sama dan meletakkannya dalam satu tema atau satu judul.
25 Didi Junaidi, mengenal lebih dekat metode tafsir Maudlu’i, Diya al-Afkar vol. 4 No .1 : 2016, 22
Musthafa Muslim memahaminya sebagai sebuah metode tafsir dengan cara membahas tema-tema sesuai dengan maksud-maksud al- Qur‟an dari satu surat atau lebih. Sedangkan al-Farmawi memberikan sebuah pengertian bahwa yang dimaksud dengan Tafsir Tematik adalah menghimpun ayat-ayat al-Qur‟an yang mempunyai maksud yang sama dalam arti sama-sama membicarakan satu topik masalah dan menyusunnya berdasar kronologi serta sebab-sebab turunnya ayat tersebut.26
M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa metode Tematik adalah suatu metode yang mengarahkan pandangan kepada suatu tema tertentu, lalu mencari pandangan al-Qur‟an tentang tema tersebut dengan jalan menghimpun semua ayat yang membicarakannya, menganalisis, dan memahaminya ayat demi ayat, lalu menghimpunnya dalam benak ayat yang bersifat umum dikaitkan dengan yang khusus, yang muthlaq digandengkan dengan yang muqayyad, dan lain-lain, sambil memperkaya uraian dengan hadis-hadis yang berkaitan untuk kemudian disimpulkan dalam satu tulisan pandangan menyeluruh dan tuntas menyangkut tema yang dibahas itu.
Dari beberapa pengertian tentang Tafsir Tematik di atas, dapat disimpulkan bahwa metode Tafsir Maudlu‟i (tematis) adalah sebuah upaya memahami dan menjelaskan kandungan ayat al-Qur‟an dengan cara menghimpun ayat-ayat dari berbagai surah yang berkaitan dengan
26 mengenal lebih dekat metode tafsir Maudlu’i, Diya al-Afkar vol. 4 No .1 : 2016, 23
33
satu topik, lalu dianalisa kandungan ayat-ayat tersebut, diperkaya dengan keterangan hadis-hadis yang relevan dengan tema pembahasan hingga menjadi satu kesatuan konsep yang utuh.
b. Sejarah singkat perkembangan tafsir Tematik
Pada hakekatnya, benih metode tafsir tematik sudah ada sejak masa Nabi Muhammad Saw, di mana beliau seirng meniafsirkan ayat dengan ayat yang lain, seperti ketika menerangkan arti zhulm dalam Q.S. al-An‟am: 82:
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), merekalah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mendapat petunjuk.
Nabi Saw menjelaskan bahwa makna zhulm yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah syirik, dengan mengutip firman Allah dalam Q.S. Luqman: 13:
ّ
ّ
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) itu benar-benar kezaliman yang besar.”
Al-Farmawi menegaskan bahwa kitab-kitab terdahulu juga banyak yang menggunakan metode tafsir yang mendekati tafsir maudlu„i, hanya saja masih dalam bentuk yang sederhana, dan belum dapat dikatakan sebagai sebuah metode yang berdiri sendiri. Beberapa kitab tersebut antara lain; Majaz al-Qur‟an, karya Abu „Ubaidah (w.
209 H) yang berbicara berbagai majaz (kiasan) dalam al-Qur‟ān. Al- Jashshāsh (w. 370 H) dengan Ahkam al-Qur‟an yang membahas
tentang persoalan dalam al-Qur‟ān, juga Ibn Qayyim (w. 751 H) dengan al-Bayan fi Aqsam al-Qur‟an yang khusus membicarakan sumpah-sumpah dalam al-Qur‟ān dan lain-lainnya.
Tafsir Maudlu‟i mulai mengambil bentuknya melalui Imam Abu Ishaq bin Musa asy-Syatiby (720-790 H). Ulama ini mengingatkan bahwa satu surah adalah satu kesatuan yang utuh, akhirnya berhubungan dengan awalnya, demikian juga sebaliknya, kendati ayat-ayat itu sepintas terlihat berbicara tentang hal-hal yang berbeda.
Selanjutnya, lahir bentuk baru dari metode ini yang tidak lagi terbatas bahasannya dalam satu surah tertentu, tetapi mengarahkan pandangan kepada tema tertentu yang ditemukan ayat-ayat yang membahas tema itu pada seluruh lembaran al-Qur‟an, tidak terbatas pada satu surah tertentu, dan bentuk inilah yang dikenal dewasa ini secara populer dengan metode Tafsir Maudlu‟i. Metode ini semakin menemukan bentuknya setelah al-Farmawi, yang juga menjabat guru besar pada Fakultas Ushuluddin Al-Azhar, menerbitkanbukunya Al- Bidayah fi al-Tafsir al-Maudlu‘i di Kairo pada tahun 1977.27
Jika selama berabad-abad perkembangan tafsir, para cendikiawan cenderung menulis karya tafsir sesuai dengan tertib mushafi atau tahlili, maka seiring dengan perkembangan keilmuan islam, metode tafsir dengan pendekatan tematik mulai digalakkan
27 Mengenal lebih dekat metode tafsir Maudlu’i, Diya al-Afkar vol. 4 No .1 : 2016, 23-25