TEOSENTRIS DALAM
BERARSITEKTUR
Oleh: Titis S. Pitana dan Maya Andria Nirawati
Pengertian
Teosentris dalam berarsitektur merupakan otrientasi
ketuhanan dari manusia yang diekspresikan dalam arsitektur.
Contoh dari teosentris dalam berarsitektur, yaitu
munculnya gaya GOTHIC
yang banyak diterapkan pada
bangunan-bangunan tempat
ibadah.
Gaya arsitektur Gothic muncul pada abad pertengahan.
Gaya ini berevolusi dari arsitektur Romanesque dan pada akhirnya diteruskan oleh arsitektur Renaissance. Arsitektur Gothic sering
ditemukan di katedral dan gereja-gereja Eropa. Pada masa itu gereja Katolik memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat.
Uskup-uskup banyak yang ditunjuk menjadi tuan tanah.
Gaya arsitektur Gothic
muncul akibat kebosanan atas arsitektur pada masa abad pertengahan. Pada masa itu
bangunan yang diciptakan sangat terbatas dan bersifat fungsional.
Sebagaimana orientasi yang
dimilikinya, yaitu
Teosentris
,beberapa bangunan Gothic, terutama gereja dan katedral berhasil memberikan inspirasi kepada manusia dalam hal
ketaatan dan ketakwaan kepada Tuhan, karena desain yang dibuat pada era Gothics sangat
fenomenal.
Karakteristik GOTHIC dengan Teosentrisnya
Ujung lancip pada eksterior.
Bangungan yang tinggi, megah, dan menara dengan ujung yang lancip pada gereja identik dengan arsitektur Gothic. Dekorasi pada tampilan
façade dibuat dengan sangat detail.
Karakteristik ini sangat bertolak belakang dengan gaya arsitektur Romanesque yang datar dan
bangunan yang tidak terlalu tinggi.
Flying Buttress.
Flying buttress merupakan contoh karakteristik paling penting dalam dekorasi bagian luar bangunan gaya Gothic.Arsitektur Gothic menerapkan solusi untuk menyangga bangunan- bangunannya yang memiliki struktur
tinggi dengan sistem flying buttress.
Flying buttress tidak hanya berfungsi sebagai penyangga struktur bangunan tapi juga terlihat sangat dekoratif dengan desainnya yang memberikan efek kemegahan.
Lengkungan runcing
(pointedarch). Lengkungan runcing
merupakan karakteristik yang paling penting dalam interior bangunan gaya Gothic. Lengkungan yang runcing
berfungsi menahan beban dari desain langit-langit bangunan yang sangat berat dan tebal. Lengkungan ini juga menjadi dekorasi tersendiri untuk interior bangunan. Desain lengkungan yang runcing seperti ini sebenarnya meminjam gaya arsitektur Islam yang saat itu banyak digunakan di Spanyol.
Arsitektur ini juga memungkinkan ukuran pilar penyangga di bawahnya menjadi lebih ramping.
Vault.
Vault merupakan istilah arsitektur untuk bagian atap melengkung yang digunakan dalam arsitektur Gothic.Sistem vault pada atap bangunan menjadi salah satu ciri khas dari gaya Gothic. Vault memiliki fungsi yang sama dengan lengkungan runcing untuk menahan beban dari lantai diatasnya.
Desain melengkung memberikan kesan tinggi dan kemegahan, sedangkan vault memberikan kesan keagungan dan keanggunan. Jajaran pilar yang tergabung dengan vault menjadi unsur utama dari konstruksi bangunan.
Gargoyle.
Gargoyle merupakan sebuah monster kecil yang biasanya diletakkan di sepanjang atap atau benteng bangunan dan istana. Gargoyle digunakan sebagai sistem drainase air hujan yang jatuh dari atap bangunan dan kemudian keluar dari mulut mereka. Tujuan lain dari penggunaan Gargoyle adalah menakut-nakuti petani jahat pada abad pertengahan.Gargoyle biasanya berbentuk menyeramkan, seperti iblis atau monster dan diletakkan
menghadap ke bawah. Pada masa itu manusia dipenuhi dengan ketakutan dan takhyul.
Bentuk dari makhluk yang mengerikan ini
membuat banyak orang mencari perlindungan dan pertolongan kepada gereja atau katedral dari iblis dan hantu yang berkeliaran. Gargoyle merupakan salah satu karakteristik dari
arsitektur Gotik yang sangat membekas dalam ingatan orang sampai sekarang.
Penekanan pada dekorasi dan ornamen.
Arsitektur Gothic merupakan gaya arsitektur pertama yang menggabungkan unsur keindahandan estetik pada desain bangunan. Arsitektur tidak lagi hanya bersifat fungsional, tapi juga mempunyai makna dan arti tersendiri. Semakin bertumbuhnya ambisi dari para arsitek pada masa itu dalam pembuatan
ornamen pada katedral dan istana, membuat terjadinya persaingan dan kompetisi antar kelompok untuk membuat konstruksi yang lebih megah.
Rose window.
Secaraarsitektural rose window
digunakan untuk pencahayaan dan memberikan kesan estetis pada bangunan. Sedangkan dari segi religi, rose window dipakai sebagai simbol firman Tuhan yang disimbolkan
sebagai cahaya yang masuk dan menerangi isi hati para jemaat gereja.
Pencahayaan dan interior luas.
Sebelum berkembangnyaarsitektur Gothic, istana dan berbagai bangunan pada awal abad
pertengahan bukan tempat yang menyenangkan untuk ditinggali atau untuk beribadah. Khususnya
bangunan istana yang tidak memiliki fondasi yang kuat untuk menopang beban dari atap batu, sehingga istana biasanya menggunakan atap kayu yang membuat air hujan masuk ke dalam. Pencahayaan yang digunakan juga sangat sedikit sehingga terkesan gelap dan lusuh. Arsitektur Gothic menekankan kepada pencahayaan, jendela-jendela yang besar, dan interior yang luas, mengubah istana dan gereja terlihat lebih megah dan menyenangkan untuk ditempati.