• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan hasil penelitian menyimpulkan bahwa secara simultan, risiko sistematis, inflasi, nilai tukar, dan suku bunga sebagai variabel independen berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja perbankan

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Berdasarkan hasil penelitian menyimpulkan bahwa secara simultan, risiko sistematis, inflasi, nilai tukar, dan suku bunga sebagai variabel independen berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja perbankan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Pengaruh Risiko Sistematis, Inflasi, Nilai Tukar, Dan Suku Bunga Terhadap Kinerja Perbankan (Studi Kasus Pada Perbankan Yang Terdaftar

Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2019-2021)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Manajemen

Oleh:

UBAID CHOIRI NPM. 21701081239

UNIVERSITAS ISLAM MALANG FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI MANAJEMEN 2022

(2)

ix ABSTRAKSI

Dalam kondisi pandemi saat ini, perekonomi Indonesia mengalami perubahan yang membuat kesulitan dalam pemulihan dan pertahanan, terutama sektor perbankan yang berperan membantu membangkitkan ekonomi Indonesia. Maka, penting menjaga likuiditas perbankan dalam menjalankan kegiatan utama sebagai lembaga intermediasi. Data penelitian ini menggunakan data sekunder, dengan penerapan metode kuantitatif. Jenis penelitian ini adalah jenis eksplatatif, yang menjelaskan hubungan kausal antar variabel independen dengan dependen.

Berdasarkan hasil penelitian menyimpulkan bahwa secara simultan, risiko sistematis, inflasi, nilai tukar, dan suku bunga sebagai variabel independen berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja perbankan. Hasil dari uji parsial menunjukkan bahwa inflasi, nilai tukar, dan suku bunga berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja perbankan, namun risiko sistematis berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kinerja perbankan. Harapan untuk investor, perusahaan, pemerintah untuk tetap memperhatikan informasi perubahan perekonomian, guna untuk memperkuat dalam mengambil keputusan yang tepat.

Kata Kunci: Risiko Sistematis, Inflasi, Nilai Tukar, Suku Bunga, Kinerja Perbankan

(3)

x ABSTRACT

In the current pandemic conditions, the Indonesian economy is undergoing changes that create difficulties in recovery and defense, especially the banking sector which plays a role in helping to revive the Indonesian economy. Therefore, it is important to maintain banking liquidity in carrying out its main activities as an intermediary institution. This research data uses secondary data, with the application of quantitative methods. This type of research is an explanatory type, which explains the causal relationship between the independent and dependent variables. Based on the results of the study concluded that simultaneously, systematic risk, inflation, exchange rates, and interest rates as independent variables have a significant positive effect on banking performance. The results of the partial test show that inflation, exchange rates, and interest rates have a significant and positive effect on banking performance, but systematic risk has a significant and negative effect on banking performance. Hope for investors, companies, the government to continue to pay attention to information on economic changes, in order to strengthen them in making the right decisions.

Keywords: Systematic Risk, Inflation, Exchange Rate, Interest Rate, Banking Performance

(4)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Global ekonomi mengalami pertumbuhan yang lambat disertai sentimen positif antara Amerika Serikat dan Tiongkok pada tahun 2019 silam. Hal ini terkait dengan rencana trade deal (fase pertama kesepakatan perdagangan) antara kedua negara tersebut, di sisi lain perekonomian Indonesia juga mengalami pertumbuhan ekonomi yang melambat sebesar 5,02% tahun 2019. Persentase ini ternyata masih lebih rendah ketimbang tahun 2018 yaitu 5,17% sebagai tanda melambatnya investasi domestik, pengeluaran pemerintah yang terus menerus, dan sistem ekspor yang belum sepenuhnya pulih, mesikpun tingkat dari konsumsi masih dinilai baik (OJK 2019).

Dari permasalahan diatas dalam dunia perbankan juga akan berpengaruh signifikan pada kredit yang tumbuh 6,08% dan mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar 11,75%. Namun, terlepas dari penurunan tersebut fungsi intermediasi perbankan masih dapat berjalan dengan baik dengan likuiditas yang mendukung pertumbuhan, disertai dengan DPK sebesar 6,54% yang meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 6,45%. Dengan penurunan tekanan keuangan global yang diakibatkan oleh trade deal Amerika Serikat dan Tiongkok, dan disertai dengan kinerja Pemerintah dan Otoritas terkait yang dapat menjaga keseimbangan sistem keuangan melewati kebijakan akomodatif. Persepsi mengenai perekonomian

(5)

domestik yang kunjung membaik ditandai dengan penurunan ekspektasi risiko ke depan (CDS dan NDF) dan naiknya capital inflow khususnya di pasar SBN. Hal ini berakibat profil risiko perbankan dapat terjaga dengan baik (OJK 2019).

Pada triwulan IV tahun 2020, perekonomian dunia mulai membaik walaupun pertumbuhan ekonomi beberapa negara masih belum sepenuhnya pulih dari krisis ekonomi global. Perbaikan ini tak luput dari berbagai upaya penanganan dan pencegahan penyebaran Covid-19 saat ini dan di gandeng dengan kebijakan ekspansi dibidang fiskal dan moneter. Sentimen perbaikan ekonomi dunia terlebih Tiongkok yang mengalami pemulihan ekonomi lebih cepat dari negara lain dan membaiknya harga komoditas dunia yang membuat perbaikan transaksi perdagangan global. Perpaduan permintaan eksternal dengan ekspansi fiskal, moneter dan upaya dalam penanganan Covid-19 di domestik juga sebagai pendorong inti dalam pemulihan ekonomi di Indonesia (Bappenas 2020).

Perekonomian domestik terkontraksi -2,19% pada triwulan IV tahun 2020, angka tersebut lebih baik dari triwulan III tahun 2020 yaitu -3,49%.

Maka selama tahun 2020 ekonomi domestik mengalami kontraksi rata-rata - 2,07%. Kontraksi ini dipengaruhi perkembangan naik turunnya kasus Covid- 19 dan tingkat mortalitas yang naik dan diikuti kegiatan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) yang dapat membatasi sebagian besar aktivitas masyarakat dan mobilitas domestik yang

(6)

menyebabkan melemahnya konsumsi dan investasi domestik (Kementerian PPN/Bappenas 2020).

Dengan kondisi ini, pemulihan industri sektor perbankan juga tertahan akibat dari lemahnya kredit yang tercermin dari pertumbuhan kredit dengan kontraksi -2,41% pada triwulan IV tahun 2020, di tengah DPK yang tumbuh 11,11%. Ini membuat sektor perbankan intermediasi menurun dengan rasio LDR 82,24%, sementara likuiditas perbankan dalam kondisi yang cukup memadai. Terjaganya tingkat likuiditas sektor perbankan terlihat dari rasio Al/DPK dan AL/NCD yang jauh tingi di atas threshold sebesar masing-masing 31,67% dan 146,72% (OJK, 2019).

Di lain sisi, ketahanan sektor perbankan cukup terjaga dengan nilai CAR sebesar 23,41%. Namun, potensi dari peningkatan risiko kredit dan penurunan dari rentabilitas tetap harus diwaspadai karena cepat atau lambat akan dapat menggerus permodalan perbankan dimasa yang akan datang, khususnya saat proses dari pemulihan ekonomi domestik berjalan sangat lambat (OJK 2019).

Berjalannya pemulihan ekonomi global, tekanan di sektor pasar keuangan juga berlahan menurun. Kebijakan akomodatif dikeluarkan oleh berbagai negara di dunia menyebabkan likuiditas dunia meningkat dengan suku bunga pada level yang rendah. Hal ini mendorong terjadinya masuknya aliran modal ke negara-negara berkembang dan bertujuan menopang penguatan mata uang negara berkembang, termasuk Rupiah Indonesia. Pada

(7)

triwulan IV tahun 2020, nilai tukar Indonesia terhadap dolar Rp. 14.105/USD, angka ini menguat 5,45% dari triwulan III tahun 2020 sebesar Rp.

14.918/USD. Penguatan nilai tukar ini dipengaruhi dari masuknya modal asing (capital inflow) ke aset keuangan domestik terutama masuk ke pasar obligasi domestik. Hal ini terlihat dari transaksi investor non residen di pasar SBN periode triwulan IV tahun 2020 yang tercatat net buy yaitu Rp40,76 triliun, sementara dari transaksi non residen pada pasar saham masih pada nilai net sell senilai Rp4,22 triliun (Wulandari, 2021).

Kinerja perbankan merupakan catatan hasil pencapaian perusahaan bank dari hasil aktivitas ekonomi yang menghasilkan keuntungan secara efektif dan efisien dengan jangka waktu tertentu. Perkembangan kinerja bank ini dapat di ukur dengan analisis data keuangan dari laporan keuangan perusahaan. Maka, sangat penting perbankan dalam menjaga kinerja perusahaan dengan baik guna meningkatkan kepercayaan nasabah terhadap penggunaan jasa keuangan yang dipakai (Dikutip di laman Otoritas Jasa Keuangan, 2017).

Berhubungan dengan tekanan pandemi saat ini, kesehatan perbankan domestik menjadi isu pembicaraan oleh berbagai pihak. Apalagi setelah ada desas desus mengenai bank domestik bermasalah, meski kabar tersebut ditolak oleh otoritas terkait. Namun jika kita lihat secara langsung, saat ini perbankan domestik masih cukup kuat dari kesehatan dan ketahanan perbankan dalam tekanan pandemi saat ini. Jika dalam rasio CAR (kecukupan

(8)

modal) pada April 2020 sebesar 22,13% tergolong masih cukup tinggi (Listiyanto, 2020).

Namun, jika kondisi ini dikaitkan dengan dampak pandemi, sektor perbankan akan ikut terkena getahnya dikarenakan secara fisik perbankan menurun. Padahal sektor perbankan bergantung pada rasio tingkat aktivitas fisik, ribuan restrukturisasi kredit yang diajukan nasabah. Secara tidak langsung, nasabah menunda membayar bunga pokok, maka perbankan tidak akan membiarkan dari minat atau hasil terhalang. Jika minat atau hasil terhalang maka akan ada masalah di dalam arus kas perbankan dan mempengaruhi kinerja perbankan (Listiyanto, 2020).

Seseorang yang sangat mengetahui keadaan dan situasi perbankan saat ini adalah orang-orang yang ada di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) atau Sekretariat Komite Stabilitas Keuangan (KSSK).

Jika dilihat dari situasinya, yang pertama kali mempengaruhi sektor bank- bank kecil atau cabang. Dana dari bank kecil sangat ketat, sehingga membuat nasabah berpikir dana tidak aman dan bank bermasalah. Padahal, nasabah seharusnya paham mengenai bahwa dananya cukup aman di sektor perbankan domestik, namun perbankan tetap harus waspada terhadap kondisi dan situasi yang tidak menentu. Salah satu upaya dalam menjaga kepercayaan nasabah adalah dengan mengaitkan perusahaan perbankan dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk tetap menjaga likuiditas perusahaan (Adityaswara, 2020).

(9)

Oleh karena itu, perbankan setelah restrukturisasi, perbankan tetap harus memastikan bahwa industri perbankan ini tetap terjaga likuiditasnya.

Selama reorganisasi tentu dana perbankan akan berkurang, ini berarti perbankan lebih sedikit likuiditasnya. Karena masalah ini, neraca keuangan akan kacau balau dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan mengganti likuiditas melewati bank-bank besar. Sumber dana perbankan berasal dari Anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) (Dikutip di laman Jawapos, 2020).

Bank Indonesia (BI) melaporkan dari tahun lalu sampai awal tahun 2021, industri perbankan mengalami injeksi likuiditas atau pelonggaran kuantitatif mencapai 738,7 triliun rupiah. Perry Warjiyo selaku Presiden BI mengemukakan “Sambil mendorong pemulihan ekonomi domestik, tren dari suku bunga acuan bank akan tetap pada level rendah hingga waktu yang menandakan inflasi. Ada banyak hal yang menyebabkan inflasi terjadi, menurut Kementrian Keuangan setidaknya ada enam penyebab terjadinya inflasi, diantaranya permintaan barang dan jasa meningkat pesat sehingga dapat menyebabkan kenaikan harga barang atau jasa tersebut (Bank Indonesia, 2021).

Bank Indonesia menargetkan tingkat inflasi pada tahun 2021 sebesar 3% ± 1%, namun diperkirakan inflasi berada pada level yang rendah. Oleh karena itu, kebijakan moneter Bank Indonesia akan mempertahankan rendahnya suku bunga dan likuiditas yang lebih mudah, serta upaya memperbaiki tingkat inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan

(10)

tingkat laju inflasi perhitungan bulanan pada bulan Januari 2021 sebesar 0,26% dan laju inflasi perhitungan tahunan sebesar 1,55% (BPS, 2021).

Laporan pemerintah anggaran tahun 2020 silam, memuat tentang APBN yang akan dilaksanakan pada semester satu tahun 2020 itu menunjukkan bahwa melemahnya nilai tukar rupiah di Indonesia yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19 di seluruh belahan dunia, terutama di Indonesia. Resiko ketidakpastian meningkat saat pandemi ini berlangsung, sehingga investor banyak yang mulai mengalihkan sumber dana dari investasinya ke aset aman, seperti halnya obligasi pada pemerintah negara maju, mata uang dolar, dan juga seperti emas (APBN Semester I, 2020:10).

Semenjak penerbitan Perppu No.01 2020 dan Perpres No.72 2020, membuat dampak pada tingkat nilai tukar rupiah yang menjadi naik Rp16.741 per dolar AS menurun menjadi Rp16.000 per dolar AS semenjak pertengahan bulan April 2020. Dengan kata lain, perubahan nilai tukar rupiah Indonesia didorong oleh tingkat arus masuk dari modal asing ke Indonesia dan besarnya pasokan valas domestik, tingkat nilai tukar uang juga menguat sampai pada mei tahun 2020, mencapai Rp15.000/dolar (Djailani, 2020).

Namun, dari sisi efisiensi bank di Indonesia rata-rata nilai dari BOPO pada angka 86,58% pada bulan Desember tahun 2020. Hal ini menggambarkan besarnya dari biaya operasional bank saat terjadinya pandemi Covid-19 yang membuat sempitnya ruang pendapatan operasional

(11)

bank. Kondisi ini tengah menjadikan perbankan tidak cepat merespon dari kebijakan Bank Indonesia (BI) tentang penurunan suku bunga acuan dari Bank Indonesia (Listiyanto, 2020).

Sementara mengenai dari aktivitas ekonomi, meski bank menurunkan tingkat bunga kredit namun tetap saja belum membuat kinerja dari sektor rill kembali bergairah dikarenakan kasus pandemi di Indonesia sangat melonjak. Saat ini perlu adanya penerapan kebijakan fiskal terlebih dahulu, cara untuk dapat mengatasi masalah pandemi dan daya beli masyarakat dapat didorong, selanjutnya bank dapat ikut optimis yang seiring pulih kembali (stimulus fiskal) contohnya dengan stimulus fiskal krisis penanganan kesehatan (Hendranata, 2020).

Bank besar beberapa merilis kinerja dari semester I tahun 2021, hasilnya bank masih bisa mendapatkan laba besar walaupun saat pandemi Covid-19 sekarang ini. Kuatnya kinerja perbankan ini merupakan kabar menggembirakan karena perbankan tetap kokoh menahan krisis pandemi yang menekan semua bisnis ekonomi di dunia. Dilihat dari krisis sebelumnya, perbankan adalah yang paling rentang terkena akibatnya jika terjadi krisis ekonomi. Namun, perbankan banyak belajar memitigasi risiko yang datang dan semakin adaptif untuk mencari sebuah peluang. Begitu juga regulator bank lebih sigap dalam mempertahankan sektor perbankan agar tidak guncang terkena krisis apapun. Beberapa kebijakan membantu mengurangi tekanan pada kinerja perbankan seperti relaksasi kredit dan

(12)

relaksasi restrukturisasi kredit. Relaksasi juga berguna dalam meringankan beban dari debitur dari tekanan pandemi Covid-19 saat ini (Hidayat, 2021).

Dari menurunnya penyaluran kredit perbankan menandai dalam sektor rill menjadi tulang punggung utama ekonomi di Indonesia masih belum melonjak membaik. Padahal, Bank Indonesia (BI) memberi kebijakan pemangkasan bunga acuan pada level yang rendah, termasuk juga memberi kebijakan relaksasi kredit. Namun, kredit perbankan masih begitu rendah, ini merupakan tugas bankir untuk mengatasi kredit rendah agar menemukan peluang dan celah aliran kredit meningkat dan terus mengalir (Hidayat, 2021).

Beberapa perbankan di Indonesia sudah melakukan menggandeng fintech guna memperluas jangkauan perbankan. Selain itu, perbankan juga

harus mempertimbangkan bunga kredit yang rendah untuk menarik permintaan kredit lebih tinggi dari target. Dalam kondisi pandemi saat ini, ekonomi yang sulit seharusnya sektor ekonomi terutama perbankan mempunyai peran dalam membantu membangkitkan ekonomi domestik Indonesia. Maka, pentingnya perbankan dalam menjalankan kegiatan utamanya sebagai lembaga intermediasi (Hidayat, 2021).

Oleh karena itu, penelitian ini sangat penting untuk diteliti agar mengetahui seberapa besar pengaruh dampak pandemi terhadap sektor perbankan saat ini. Jika dilihat dari kinerja perbankan dalam mempertahankan kedudukannya sebagai perusahaan jasa keuangan yang

(13)

menghimpun dana masyarakat, maka penelitian ini sangat menarik perhatian dan guna memperluas penelitian dan telaah teoritis. Maka saya tertarik untuk meneliti dengan judul ini yaitu, “Analisis Risiko Sistematis, Inflasi, Nilai Tukar, Dan Suku Bunga Terhadap Kinerja Perbankan (Studi Kasus Pada Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2019-2021)”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah risiko sistematis berpengaruh terhadap kinerja perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2019-2021?

2. Apakah inflasi berpengaruh terhadap kinerja perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2019-2021?

3. Apakah nilai tukar berpengaruh terhadap kinerja perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2019-2021?

4. Apakah suku bunga berpengaruh terhadap kinerja perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2019-2021?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitan 1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Guna menganalisis dan meneliti apakah risiko sistematis berpengaruh terhadap kinerja perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2019-2021

2. Guna menganalisis dan meneliti apakah inflansi berpengaruh terhadap kinerja perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2019- 2021

(14)

3. Guna menganalisis dan meneliti apakah nilai tukar berpengaruh terhadap kinerja perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2019- 2021

4. Guna menganalisis dan meneliti apakah suku bunga berpengaruh terhadap kinerja perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2019-2021

1.3.2 Manfaat Penelitian A. Manfaat Teoritis

Manfaat penelitian ini jika dilihat secara pandangan teoritis mengharapkan mampu memperkembangkan informasi kinerja perbankan pada bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2019-2021.

B. Manfaat Praktis 1. Bagi perusahaan

Untuk dapat mengetahui informasi mengenai status keuangan perbankan dan kinerja bank yang terdapat di Bursa Efek Indonesia, dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan perbankan yang go public menggunakan variabel risiko sistematis, inflasi, nilai tukar, dan suku bunga sebagai variabel yang dapat mempengaruhi.

2. Bagi perkembangan Iptek

Untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih untuk pengembangan keilmuan bidang manajemen keuangan, dan

(15)

mampu menjadikan penelitian dimasa mendatang sebagai refrensi yang berguna membantu dalam mengembangkan iptek.

3. Bagi penelitian masa mendatang

Untuk pengembangan informasi lanjutan diharapkan dapat memberikan informasi mengenai dampak risiko-risiko eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja perbankan. Harapan lainnya adalah untuk membuat penelitian baru sebagai kelanjutan dari teori dan referensi di masa depan.

(16)

65

Hasil akhir dari penelitian ini yang sudah dilakukan pada bab sebelumnya, peneliti mampu menyimpulkan beberapa hasil penelitian sebagai berikut:

1. Risiko Sistematis berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kinerja perbankan. Itu berarti risiko sistematis dapat mempengaruhi tingkat penurunan dan kenaikan perusahaan.

2. Inflasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja perbankan, inflasi akan mempengaruhi tingkat penurunan dan kenaikan dari kinerja perbankan.

3. Nilai Tukar berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja keuangan. Artinya, nilai tukar juga berdampak terhadap penurunan dan kenaikan kinerja perbankan.

4. Suku bunga berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja perbankan, suku bunga akan mempengaruhi penurunan dan kenaikan kinerja perbankan.

5.2 Keterbatasan

Keterbatasan penelitian ini adalah dari segi kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen, kemampuan menjelaskan dengan menggunakan model regresi di dalam penelitian ini hanya sebesar 61,7% bisa dijelaskan mengenai keterkaitan antara variabel. Kurangnya

(17)

kemampuan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa ketentuan sebagai berikut:

1. Keterbatasan pertama adalah keterbatasan dalam pengambilan perusahaan yang menjadi sampel penelitian, dikarenakan menjadi terbatas sebab kriteria yang dibuat oleh peneliti untuk lebih fokus pada sampel yang benar-benar cocok dan sesuai penelitian. Keterbatasan ini menjadi penyebab hasil yang belum bisa maksimal, penelitian ini juga menggunakan purpose sampling yang tidak dapat memperkuat generalisasi sebagai pendukung penelitian yang lebih kuat.

2. Keterbatasan kedua adalah keterbatasan dalam pengambilan variabel variabel independen, karena faktor lain pengaruh yang signifikan lainnya adalah dari variabel lain yang tidak masuk dalam penelitian. Diharapkan pada penelitian selanjutnya bisa memperkuat dan menyempurnakan penelitian ini sebagai bahan evaluasi dan upgrade sesuai dengan kejadian ekonomi dunia terjadi saat itu.

3. Keterbatasan ketiga adalah keterbatasan dalam periode penelitian yang hanya mengambil 11 periode triwulan dari tahun 2019-2021. Oleh karena itu hal ini menjadi pembatas peneliti dalam membuat penelitian yang lebih sempurna. Kemungkinan jika penelitian ini menggunakan periode sebelum tahun 2019 bisa membuat penelitian ini menjadi lebih sempurna dan dapat menggambarkan perubahan secara historis.

4. Keterbatasan keempat adalah peneliti masih banyak kekurangan dan keterbatasan, memungkinkan dalam referensi yang belum memenuhi

(18)

kelengkapan dalam menunjang penelitian ini. Namun dari beberapa kekurangan dari penelitian ini, harapannya penelitian ini bisa menjadi kontribusi kepada investor, perusahaan, atau pihak yang membutuhkan dalam pengambilan keputusan perusahaan. Dan juga dapat mendorong penelitian ini bisa disempurnakan lagi kedepannya kepada peneliti lainnya.

5.3 Saran

Dari kesimpulan yang dijelaskan diatas, maka peneliti memberikan saran-saran yang bisa diberikan melewati penelitian ini investor, perusahaan, pemerintah, terutama kepada perbankan yang Go-Public untuk pengambilan keputusan investasi. Peneliti bisa memberikan beberapa saran yang dapat diberikan yaitu:

1. Bagi investor, peneliti memberikan saran dalam memperhatikan informasi perubahan risiko makro ekonomi domestik ataupun global, seperti nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang dunia dan tingkat suku bunga yang berlaku pada saat ini dan masa mendatang, di lain itu juga masih banyak risiko makro ekonomi lainnya yang juga mempengaruhi investasi di pasar uang pasar modal guna untuk memperkuat dalam mengambil keputusan yang tepat kedepannya.

2. Bagi perusahaan, peneliti memberikan saran untuk setiap perusahaan yang ada di Indonesia dan luar negeri tetap dalam tingkat antisipasi dan waspada terhadap perubahan-perubahan yang signifikan saat ini dan saat mendatang. Risiko ekonomi yang berubah tiba-tiba dan membuat profit

(19)

perusahaan menurun drastis dan mempengaruhi dari kinerja perusahaan tersebut, akan lebih parah jika bisa membuat perusahaan bisa di kondisi pailit karena kurangnya antisipasi dan waspada terhadap perubahan ekonomi yang tiba-tiba.

3. Bagi pemerintah, peneliti memberikan saran untuk terus memantau dan memperhatikan terhadap perubahan-perubahan ekonomi domestik yang sedang terjadi dan akan terjadi kedepannya. Dari penelitian ini seperti risiko sistematis, inflasi, nilai tukar, dan suku bunga akan mempengaruhi ekonomi domestik jika pemerintah tidak ikut andil dalam pengendalian risiko tersebut dan membuat ekonomi domestik anjlok. Hal itu pastinya juga akan mempengaruhi seluruh divisi negara dan akan membuat penurunan kinerja negara.

4. Bagi penelitian selanjutnya, peneliti memberikan saran untuk dapat menambah jumlah variabel independen atau mengubah variabelnya.

Guna untuk memperluas hasil dari sebuah penelitian dan bermanfaat kepada berbagai bidang ekonomi di Indonesia. Memungkinkan dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan ekonomi Indonesia kedepannya.

(20)

69

Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar, Dan Produk Domestik Bruto Terhadap Nilai Perusahaan.” Jurnal Ilmu Manajemen 8(2): 75.

Elsanti, Y. U., Lukiastuti, F., & Pantawis, S. (2019). Pengaruh Faktor Fundamental Dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Sektor Properti Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2012. Maksimum, 5(2), 108.

Hartadinata, O. S., & Farihah, E. (2021). the Performance of Go Public Bank in Indonesia: Before and During Covid-19. Berkala Akuntansi Dan Keuangan Indonesia, 6(1SP), 109.

Jessica, Jessica, Michelle Michelle, and Wirda Lilia. 2021. “Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar, Inflasi Dan Return on Assets (ROA) Terhadap Harga Saham Pada Sub-Sektor Perbankan Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016- 2019.” Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi 21(1): 317.

Karyani, Siti Sukmiati, and Ari Darmawan. 2020. “Pengaruh Risiko Suku Bunga BI, Risiko Inflasi, Dan Risiko Nilai Mata Uang Terhadap Profitabilitas (Studi Pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa Yang Tercatat Di BEI Tahun 2014- 2018).”

Kementerian PPN/Bappenas. 2020. “Laporan Perkembangan Ekonomi Indonesia Dan Dunia Triwulan III Tahun 2020.” Kementerian PPN/Bappenas 4(3): 1–

100.

Keuangan, S. A. 2000. Psak No.31. 01(01), 1–79.

M.Sesaria. 2020. “Bab Ii Kajian Pustaka Bab Ii Kajian Pustaka 2.1.” Bab Ii Kajian Pustaka 2.1 (2004): 6–25.

Ningsih, M. A. (2020). Pengaruh Inflasi, Suku Bunga dan Nilai Tukar Terhadap Harga Saham (Studi Pada Perusahaan Sektor Aneka Industri Yang Tercatat di BEI Tahun 2008-2018). Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

OJK. 2019. “Laporan Profil Industri Perbankan (Lpip).” Triwulan I(24 April 2020):

1–129.

OJK. 2019. Laporan profil industri perbankan (lpip). Triwulan IV(24 April 2020), 1–129.

Padli, M. S., Diana, N., & Afifudin. (2019). E-JRA Vol. 08 No. 10 Agustus 2019 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang. E-Jra, 07(10), 119–

131.

(21)

Pangemanan, V. (2013). Inflasi, Nilai Tukar, Suku Bunga Terhadap Risiko Sistematis Pada Perusahaan Sub-Sektor Food and Beverage Di Bei. Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 1(3), 189–196.

Pattiruhu, J. R. (2020). Analisis dan Implikasi Nilai Tukar dan Suku Bunga Bank (BI Rate) Terhadap Struktur Modal Perusahaan Industri yang Tercatat Pada Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah MEA, 4(2), 200–221.

Prastowo, P. R., Malavia, R., & Wahono, B. (2018). Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga dan Nilai Tukar Terhadap Profitabilitas Perbankan. E – Jurnal Riset Manajemen PRODI MANAJEMEN, 27–41. www.fe.unisma.ac.id

Rohiman, Sabrina Firdausi, and Cacik Rut Damayanti. 2019. “Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Dan Suku Bunga Terhadap Financial Distress.” Jurnal Administrasi Bisnis 72(2): 186–95.

Sho’imah, L., Darminto, & Nuzula, N. F. (2015). Financial Ratio Analysis as a Tool for Evaluating Financial Performance of Banks. Journal of Business Administration (JAB), 25(2), 1–10.

Stephanie, V., & Widoatmodjo, S. (2021). Kinerja Keuangan Bank Sebelum Dan Selama Pandemi (Covid – 19). Jurnal Manajerial Dan Kewirausahaan, III(1), 257–266.

Sunaryo. (2019). Pengaruh Inflasi, Kurs dan Suku Bunga terhadap Risiko Sistematis sebagai variabel Mediasi dan Implikasinya terhadap Harga Saham dengan Penerapan Regresi Data Panel Common Effect (Studi Empiris Pada Saham-Saham Jakarta Islamic Index Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 2(1), 133–152.

Thobarry, A. (2009). Analisis Pengaruh nilai tukar, suku bunga, laju inflasi dan pertumbuhan GDP terhadap Indekss harga saham sektor properti (kajian empiris pada Bursa Efek Indonesia periode pengamatan tahun. Program Pascasarjana Universi-Tas Diponegoro. Semarang, 104.

Wismantara, S., and N. Darmayanti. 2017. “Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga Dan Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia.”

E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana 6(8): 254963.

Wulandari, Syawitri et al. 2021. “BI Rate.” Metadata 4: 779–86.

https://www.bi.go.id/id/statistik/metadata/seki/Documents/8_Suku_Bunga_I ndo_DPM SEKI_2016 (Indonesia) new.pdf.

(https://covid19.go.id/) diakses secara online pada 14 Juni 2021 pukul 21.00 WIB.

Komite Penangungan Covid 19 Dan Pemulihan Ekonomi Nasional. 2021.

Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Mendukung UMKM di Masa Pandemi tanggal 8 November 2020.

(22)

(https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/publikasi/Pages/Survei-Nasional- Literasi-dan-Inklusi-Keuangan-2019.aspx), diakses secara online pada 14 Juni 2021 pukul 18.00 WIB. Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 2020. Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2019 tanggal 1 Desember 2020.

(https://www.jawapos.com/opini/16/06/2020/menjaga-kesehatan-perbankan/), diakses secara online pada 26 September 2021 pukul 08.00 WIB. JawaPos.

2017. Menjaga Kesehatan Perbankan. 16 Juni 2020.

(http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jrmsi 200. 2021. 12(2), 200–216. diakses secara online pada 26 September 2021 pukul 17.00 WIB.

(https://www.bps.go.id/statictable/2009/06/15/907/indeks-harga-konsumen-dan- inflasi-bulanan-indonesia-2006-2021.html). diakses secara online pada 20 Desember 2021 pukul 20.00 WIB.

(https://satudata.kemendag.go.id/exchange-rates), diakses secara online pada 20 Desember 2021 pukul 20.30 WIB.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.. Dasar-dasar manajemen keuangan,

Ruang lingkup pembahasan dari penelitian ini adalah menganalisis kinerja keuangan menggunakan rasio likuiditas berupa Quick Ratio dan Cash Ratio, rasio solvabilitas berupa Debt