• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KINERJA JARINGAN JALAN JENDRAL SUDIRMAN KOTA LUWUK DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN KAWASAN SEKITARNYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS KINERJA JARINGAN JALAN JENDRAL SUDIRMAN KOTA LUWUK DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN KAWASAN SEKITARNYA"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KINERJA JARINGAN JALAN JENDRAL SUDIRMAN KOTA LUWUK DALAM MENDUKUNG

PERTUMBUHAN KAWASAN SEKITARNYA

SKRIPSI

Oleh

Fitria Nurlaela Talaba Nim 45 04 042 033

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK

(2)

ANALISIS KINERJA JARINGAN JALAN JENDRAL SUDIRMAN KOTA LUWUK DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN

KAWASAN SEKITARNYA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S.T)

Oleh

FITRIA NURLAELA T NIM 45 04 042 033

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS KINERJA JARINGAN JALAN JENDRAL SUDIRMAN KOTA LUWUK DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN

KAWASAN SEKITARNYA

Disusun

FITRIA NURLAELA T

45 04 042 033

Menyetujui.

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. S. Kamran Aksa, MT Ir. Ilham Yahya, MSP

NIDN 0911077401 NIDN 0910048105

Mengetahui

Dekan Ketua Program Studi

Fakultas Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota

Dr.Hamsina, ST., M.Si Jufriadi, ST., MSP

(4)

UJIAN TUTUP

ANALISIS KINERJA JARINGAN JALAN JENDRAL SUDIRMAN KOTA LUWUK DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN

KAWASAN SEKITARNYA

Disusun

FITRIA NURLAELA T

45 04 042 033

Menyetujui.

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. S. Kamran Aksa, MT Ir.Ilham Yahya, MSP

NIDN 0911077401 NIDN 0910048105

Mengetahui

Dekan Ketua Program Studi

Fakultas Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota

Dr. Hamsina, ST., M.Si Jufriadi, ST., MSP

(5)

HALAMAN PENERIMAAN

Berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Teknik Universitas Bosowa, Nomor : A.125/SK/FT/UNIBOS/VIII/2016 pada tanggal 19 Agustus 2016 tentang PANITIA dan PENGUJI TUGAS AKHIR MAHASISWA JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, maka :

Pada Hari/Tanggal :

Skripsi Atas Nama : FITRIA NURLAELA TALABA Nomor Pokok : 45 04 042 033

Telah diterima dan disahkan oleh panitia ujian Skripsi Sarjana Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar setelah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian Skripsi Sarjana dan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Jenjang Strata Satu (S-1), pada Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar.

TIM PENGUJI TUGAS AKHIR

Ketua : ……….

Sekretaris : ……….

Anggota : ……….

: ……….

Mengetahui,

Dekan Ketua Program Studi

FakultasTeknik Perencanaan Wilayah dan Kota

(6)

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Fitria Nurlaela T

NIM : 45 04 042 033

Program Studi : Perencanaan Wilayah dan Kota

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan skripsi ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, 20 Februari 2018 Yang menyatakan,

Fitria Nurlaela T

(7)

ABSTRAK

Kinerja jaringan jalan diperlukan guna mencapai tujuan penyelenggaraan transportasi jalan yaitu terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman,selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional dan memajukan kesejahteraan umum.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja jaringan jalan Jendral Sudirman Kota Luwuk tentang tingkat pelayanan dan manajemen lalu lintas pada ruas jalan yang dianalisa berdasarkan hasil survey lalu lintas seperti volume lalu lintas, kecepatan lalu lintas, dan kapasitas jalan yang di analisa berdasarkan MKJI 1997, untuk mendapatkan nilai derajat kejenuhan, kecepatan tempuh, waktu tempuh dan tingkat pelayanan jalan serta memberikan solusi alternative dalam mengatasi permasalahan pelayanan jalan Jendral Sudirman Kota Luwuk. Hasil penelitian menunjukkan secara rata-rata tingkat pelayanan jalan Jendral Sudirman berada pada tingkat pelayanan B dengan derajat kejenuhan 0,35 dan pada akhir pekan serta hari libur memiliki tingkat pelayanan yang terbaik dengan tingkat pelayanan A dengan derajat kejenuhan dibawah 0,20. Dengan tingkat pelayanan jalan pada Jendral Sudirman dikatakan baik tetapi masih perlu adanya perhatian dari instansi terkait dalam mengatasi permasalahan transportasi yang akan datang seperti perbaikan prasarana jalan dan penambahan sarana rambu lalu lintas sehingga kedepannya jalan Jendral Sudirman menjadi lebih baik.

Kata Kunci :Analisis Kinerja, Jaringan Jalan Jendral Sudirman, Kota Luwuk

(8)

ABSTRACT

Road network performance is needed in order to achieve the goal of road transportation implementation, namely the realization of safe and safe road traffic and road transport services with other modes of transport to encourage the national economy and promote the common prosperity. This study aims to determine the performance of Jendral Sudirman Luwuk road network on the level of service and traffic volume, traffic speed, and roads capacity analyzed based on MKJI 1997, to get the value of the degree of saturation, the speed of travel, travel time and level of service roads and provide alternative solutions in overcoming the problem of service Jendral Sudirman road of luwuk city. The result of the research shows that the level of street Jendral Sudirman is at service level B with degree of saturation 0,35 and on weekends and holidays have the best service level with service level A with degree of saturation below 0,20. With the level of road service to the Jendral Sudirman is said to be good but still need the attention of the instanti related in overcoming the problems that will come such as improvements of road infrastructure and means of addition of traffic signs so that the future of road Jendral Sudirman be better.

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT dan salawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini yang berjudul ”Analisis Kinerja Jaringan Jalan Jendral Sudirman Kota Luwuk Dalam Mendukung Pertumbuhan Kawasan Sekitarnya”. Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat yang wajib dipenuhi untuk memperoleh gelar kesarjanaan Strata Satu (S1) pada jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar dan merupakan salah satu proses akhir dari kegiatan pembelajaran di Universitas Bosowa pada umumnya dan pada jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota pada khususnya.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam proses penyusunan tugas akhir ini, penulis banyak mendapatkan bantuan tenaga, arahan, materi, informasi, waktu maupun dorongan yang tidak terhingga dari bebagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

(10)

1. Bapak Ir. S. Kamran Aksa, MSP selaku pembimbing I dan kepada bapak Ir. Ilham Yahya, MT selaku pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan. Tiada apapun yang bisa penulis berikan selain ucapan Terima Kasih yang tak terhingga semoga Allah membalas kebaikan bapak.

2. Bapak Ir. Jufriadi, MT selaku ketua jurusan yang telah banyak memberikan arahan, kesempatan, wejangan, dan nasehat yang sangat membangun, penulis mengucapkan Terima Kasih sebanyak-banyaknya yang tak terhingga.

3. Terima kasih yang tak terhingga kepada semua dosen Jurusan Perencanaan Wilayah Dan Kota yang tak bisa penulis sebutkan satu-persatu namanya. Terima kasih sudah berbagi ilmu dengan penulis, Terima Kasih atas semua pembelajaran yang telah diberikan kepada kami.

4. Seluruh staff Jurusan Perencanaan Wilayah Dan Kota yang telah memberikan informasi, bantuan administrasi dan birokrasi.

5. Seluruh teman-teman mahasiswa Jurusan Perencanaan

(11)

yang telah memberikan support terima kasih atas segala bantuannya.

Terkhusus untuk mendiang kedua orang tuaku terima kasih yang tak terhingga buat Almarhumah ibunda tersayang LASRI SAHADA dan ayahanda Almarhum IDRUS TALABA hanya dengan Do’a anakda kirimkan sebagai tanda Terima Kasih, Al-Fatihah. Terima Kasih Mama dan Papa yang telah menjadi orang tua Terbaik bagi kami anak-anakmu. Buat saudara-saudaraku semua kakak-kakakku dan adikku Terima Kasih banyak atas segala pengertian, kesabaran dan dukungan kalian selama ini.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis memohon maaf atas segala kekurangan dari penulisan ini. Penulis menyadari bahwa hasil akhir dari penulisan tugas akhir ini masih sangat sederhana dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan segala masukan baik itu kritikan maupun saran yang sifatnya membangun demi lebih sempurnanya skripsi ini dan dapat memberikan manfaat bagi pembaca sekalian. Terima Kasih…

Wassalamu Alaikum Wr.Wb

(12)

Makassar, Desember 2017

PENULIS

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PENERIMAAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. KegunaanPenelitian ... 8

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

F. Sistematika Pembahasan... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 11

A. Pengertian Transportasi ... 11

B. Fungsi Dan Manfaat Transportasi ... 13

C. Sistem Transportasi Kota ... 15

D. Sistem Tata Guna Lahan Dan Transportasi ... 19

(14)

G. Sistem Jaringan Jalan ... 26

H. Kinerja Jaringan Jalan... 31

I. Tingkat Pelayanan Jalan ... 48

J. Manajemen Lalu Lintas ... 50

K. Kerangka Fikir ……….. 52

BAB III METODE PENELITIAN... 53

A. Lokasi Penelitian ... 53

B. Jenis Dan Sumber Data ... 53

C. Teknik Pengumpulan Data ... 57

D. Variabel Penelitian ... 59

E. Populasi Dan Sampel... 59

F. Teknik Analisis ... 60

G. Definisi Operasional ... 63

BAB IV Hasil Dan Pembahasan ... 66

A. Gambaran UmumKota Luwuk ... 66

1. Aspek Fisik Dasar ... 66

2. Topografi Dan Kemiringan Lereng ... 67

3. Aspek Kependudukan... 67

B. Gambaran Umum Jalan Jendral sudirman... 70

1. Tinjauan Ruas Jalan Jendral Sudirman ... 70

2. Karakteristik Pola Penggunaan Lahan... 73

(15)

C. Analisis Kinerja Jaringan Jalan ... 75

1. Analisis Volume Lalu Lintas ... 75

2. Kapasitas Ruas Jalan ... 79

3. Derajat Kejenuhan ... 81

4. Penentuan Tingkat Pelayanan ... 82

5. Faktor Yang Mempengaruhi Terhadap Tingkat Pelayanan Jalan ... 89

6. Manajemen Lalu Lintas Jendral Sudirman... 93

BAB V PENUTUP ... 100

A. Kesimpulan ... 100

B. Saran ... 101 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ekivalen Mobil Penumpang Jalan Perkotaan Tak

Terbagi ... 29 Tabel 2.2 Ekivalen Mobil Penumpang Jalan Perkotaan Terbagi Dan Satu

Arah... 31 Tabel 2.3 Nilai Ekivalen Mobil Penumpang (emp) Untuk Ruas

Jalan... 32 Tabel 2.4 Nilai Ekivalen Mobil Penumpang (EMP) Untuk

Pesimpangan ... 32 Tabel 2.5 Kapasitas Dasar Jalan Antar Kota ... 36 Tabel 2.6 Penyesuaian Kapasitas Akibat Pengaruh Lebar

Jalur Lalu Lintas ... 37 Tabel 2.7 Penyesuaian Kapasitas Akibat Pemisah Arah

(FCsp) ... 38 Tabel 2.8 Penentuan kelas Hambatan Samping ... 39 Tabel 2.9 Penyesuaian Kapasitas Akibat Hambatan Samping (FCsf)

Untuk Jalan Perkotaan (Jalan Dengan Bahu/Jalan Dengan Kereb) ... 40 Tabel 2.10 Faktor Kapasitas Untuk Ukuran Kota (FCcs) ... 41 Tabel 2. 11 Ekivalensi Mobil Penumpang (emp) Untuk Jalan

Perkotaan ... 43 Tabel 2.5 Tingkat Pelayanan Jalan ... 44 Tabel 4.1 Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Luwuk Pada Tahun

2015 ... 63 Tabel 4.2 Jumlah Kendaraan dibagi Menurut Jenisnya yang Melewati

Ruas Jalan Jendral Sudirman pada Hari Pengamatan .. 71 Tabel 4.3 Volume Lalu Lintas Hari Senin pada Ruas

Jalan Jendral Sudirman ... 72

(17)

Tabel 4.5 Volume Lalu Lintas Hari Minggu pada Ruas Jalan Jendral Sudirman... 73 Tabel 4.6 Dimensi dan Kondisi Eksisting Ruas Jalan ... 74 Tabel 4.7 Derajat Kejenuhan pada Ruas Jalan Jendral Sudirman... 76

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian ... 49 Gambar 4.1 Peta Administrasi .Wilayah Perkotaan Luwuk Kota

Luwuk ... 65 Gambar 4.1 Peta Jalan Jendral Sudirman... 67 Gambar 4.2 Peta Pengalihan Arus Lalu Lintas Ruas jalan

Jenderal Sudirman ... 93 Gambar 4.1 Volume Kendaraan Ruas Pengamatan Jalan Jendral

Sudirman Hari Senin ... 77 Gambar 4.2 Volume Kendaraan Ruas Pengamatan Jalan Jendral

Sudirman Hari Sabtu ... 79 Gambar 4.3 Volume Kendaraan Ruas Pengamatan Jalan Jendral

Sudirman Hari Minggu ... 82

(19)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transportasi merupakan salah satu sistem yang menjadi daya dukung terhadap proses pembangunan di suatu kota dan juga merupakan suatu indikator kinerja sistem perkotaan, Artinya mempunyai jalan-jalan yang sesuai dengan fungsinya serta perlengkapan lalu lintas lainnya. Selain itu transportasi juga mempunyai tujuan untuk menyebarluaskan dan meningkatkan kemudahan pelayanan, memperluas kesempatan perkembangan kota, serta meningkatkan daya guna penggunaan sumber-sumber yang ada.

Dalam hal ini peranan dari sistem jaringan transportasi sebagai sarana perkotaan yang mempunyai dua tujuan utama yaitu sebagai sarana pencapaian pembangunan perkotaan dan sebagai prasarana perkotaan bagi pergerakan orang dan barang yang timbul akibat adanya kegiatan didaerah tersebut.

Transportasi pada dasarnya mempunyai dua fungsi utama, yaitu melayani kebutuhan akan transportasi dan merangsang perkembangan suatu wilayah. Untuk pengembangan wilayah perkotaan yang baru, fungsi merangsang perkembangan lebih dominan. Hanya saja perkembangan tersebut perlu dikendalikan

(20)

(salah satunya dengan peraturan) agar sesuai dengan bentuk pola yang direncanakan.

Fungsi utama dari jalan adalah sebagai prasarana lalu lintas angkutan guna mendukung kelancaran arus barang dan jasa, serta aktifitas masyarakat. Kemampuan jalan untuk memberikan pelayanan lalu lintas secara optimal juga erat hubungannya dengan bentuk atau dimensi dari jalan tersebut, sedangkan faktor lain yang diperlukan agar jalan dapat memberikan pelayanan secara optimal dalah faktor kekuatan atau konstruksi jalan (bagian jalan yang memikul beban lalu lintas).

Menurut Peraturan Pemerintah Rebuplik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang jalan mengatakan bahwa jaringan jalan merupakan salah satu prasarana transportasi dalam kehidupan bangsa karena menyangkut hajat hidup orang banyak serta mengendalikan struktur pengembangan wilayah pada tingkat nasional, terutama yang menyangkut perwujudan perkembangan antardaerah yang seimbang dan pemerataan hasil-hasil pembangunan, serta peningkatan pertahanan dan keamanan negara.

Jaringan jalan merupakan salah satu elemen dari suatu jaringan tranportasi wilayah perkotaan secara keseluruhan. Untuk pelayanan sistem transportasi kota besar sebaiknya dengan multi- moda, karena mencoba memanfaatkan keunggulan masing-masing

(21)

moda. Jenis moda transportasi yang banyak dipakai di wilayah perkotaan adalah jalan kaki, sepeda dan sepeda motor, mobil, angkutan umum dengan bis dan minibis dan angkutan umum berbasis rel.

Tinjauan terhadap jaringan jalan sudah sejak lama menjadi perhatian dan pembahasan para ahli perencanaan dan perancang perangkutan. Tinjauan terhadap jaringan jalan tersebut sangat penting sebagai langkah awal untuk menggambarkan keadaan pelayanan sistem perangkutan itu sendiri. Morlok menjelaskan bahwa jaringan jalan merupakan suatu konsep matematis yang dapat memberikan informasi secara kuantitatif mengenai hubungan antara sistem perangkutan dengan sistem lainnya (Morlok, 1995:94).

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pada jaringan jalan tertentu khususnya diperkotaan terjadi ketidak seimbangan antara tingkat pertumbuhan kendaraan di sisi yang lain, dimana pertumbuhan jalan jauh lebih kecil daripada tingkat pertumbuhan kendaraan, hal ini berarti menunjukkan terjadinya pembebanan yang berlebihan pada jalan. Kondisi semacam ini mengakibatkan terjadinya kemacetan lalu lintas, kenyamanan perjalanan terganggu, kelelahan perjalanan, kebosanan.

Kinerja jaringan jalan diperlukan guna mencapai tujuan penyelenggaran transportasi jalan yaitu terwujudnya pelayanan lalu

(22)

lintas dan angkutan Jalan yang aman,selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa.

Dengan demikian fakta, issu dan masalah transportasi menjadi salah satu bagian yang melanda negara berkembang seperti yang dialami oleh kota yang ada di Indonesia, sebagaimana yang terjadi di Kota Luwuk. Percepatan pertumbuhan penduduk di kota dan arus urbanisasi yang semakin meningkat, berpengaruh besar terhadap perkembangan transportasi di kota. Terbukti bahwa semakin tinggi tingkat urbanisasi pada gilirannya akan menimbulkan beberapa permasalahan perkotaan, khususnya pada sektor transportasi.

Kota Luwuk adalah merupakan Ibukota Kabupaten Banggai masih dalam tahap berkembang, tentunya perkembangan sarana dan prasarana transportasi di kota ini cukup memadai, dalam pengembangan sarana prasarana transportasi, jalan merupakan salah satu elemen yang sangat krusial yang mana peranannya mampu mewujudkan pembangunan suatu kota yang berefek disegala aspek kehidupan yakni ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, politik, pertahanan dan keamanan, serta dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Dengan melihat peranan jalan yang begitu

(23)

krusial maka, upaya perencanaan, pengembangan dan pemeliharaan perlu terus dilakukan baik oleh pemerintah maupun masyarakat Kota Luwuk. Dengan tersedianya sarana angkutan perkotaan yang cukup memadai diharapkan dapat mengatasi masalah transportasi yang sering terjadi.

Jalan Jenderal Sudirman merupakan salah satu jalan utama dari beberapa jalan utama yang terdapat di Kota Luwuk yang secara fungsional termasuk dalam kategori jalan Kabupaten yang berfungsi melayani kebutuhan transportasi masyarakat di Kota Luwuk maupun di luar Kota Luwuk. Keberadaan jalan Jenderal Sudirman memiliki peran penting dalam rangka menjalankan aktifitas perekonomian dan aktifitas pendukung lainnya, karena jalan Jenderal Sudirman merupakan salah satu jalan untuk menghubungkan pusat kota dan luar kota di Kota Luwuk. Jalan Jenderal Sudirman memiliki pergerakan yang cukup signifikan, yang menghubungkan beberapa zona kegiatan yakni pusat perdagangan dan pusat perekonomian Kabupaten Banggai. Dengan meningkatnya kegiatan masyarakat yang berlokasi di jalan Jenderal Sudirman, maka berdampak pada sistem pergerakan di jalan Jenderal Sudirman yakni meningkatnya volume lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki yang melintas di sepanjang jalan Jenderal Sudirman sehingga menimbulkan kepadatan lalu lintas pada waktu-waktu tertentu.

Peningkatan jumlah kendaraan yang melintas di jalan Jenderal

(24)

Sudirman baik kendaraan umum maupun kendaraan pribadi terjadi pada hari senin pagi pada saat jam sekolah dan jam kerja dan saat siang hari pada waktu jam istirahat dimana pada waktu-waktu itu anak sekolahan pergi dan para pekerja istirahat yang biasanya pulang kerumah, dimana tingkat kendaraan yang melintas meningkat, dan untuk hari minggu khususnya pada sore hari jumlah kendaraan yang melintas juga mengalami peningkatan dimana masyarakat Kota Luwuk banyak melakukan perjalanan santai menuju tempat rekreasi dan melewati jalan Jenderal Sudirman. Untuk pejalan kaki yang melintas di ruas jalan di setiap harinya terbilang dalam kategori yang cukup dikarenakan letak ruas jalan Jenderal Sudirman yang berlokasi di kawasan perdagangan.

Selain kepadatan lalu lintas, kecelakaan lalu lintas juga sering di jumpai di perempatan jalan Jenderal Sudirman antara jalan Pulau Masalembo dan jalan Pulau Bokan karena perempatan jalan tersebut tidak tersedianya rambu lalu lintas atau traffic light, walaupun kondisi fisik jalan yang terbilang cukup baik akan tetapi perilaku para pengguna jalan yang sering mengabaikan aturan di jalan ini yang menyebabkan sering terjadi kecelakaan. Penyebab dari kecelakaan ini adalah kondisi ruas jalan yang tidak lebar, para pejalan kaki yang menyeberang tanpa berhati-hati, belum tersedianya rambu lalu lintas dimana hanya terdapat satu rambu lalu lintas yang berada di jalan utama lainnya, pengendara

(25)

kendaraan bermotor yang ugal-ugalan dan kebiasaan kendaraan angkutan kota yang sering menaikkan dan menurunkan penumpang di ruas jalan Jenderal Sudirman.

Masalah di atas akan semakin memburuk jika tidak segera di atasi atau diselesaikan dengan konsep-konsep yang efektif dan efisien.

Untuk mengurangi masalah yang terjadi di sepanjang jalan Jenderal Sudirman dapat ditempuh dengan beberapa solusi yaitu perbaikan prasarana jalan menjadi lebih baik, penyediaan sarana traffic light, dan memberikan penyuluhan bagi pengguna jalan dengan peningkatan kesadaran hukum dan sopan santun dalam berlalulintas sehingga dapat mengurangi terjadinya kecelakaan lalu lintas. Guna mengetahui sejauh mana kualitas kinerja jalan Jenderal Sudirman secara efektif dan efisien yang dapat melayani kebutuhan masyarakat di Kabupaten Banggai, maka penulis tertarik melakukan suatu penelitian dengan judul

“Analisis Kinerja jaringan Jalan Jenderal Sudirman Kota Luwuk Terhadap Pertumbuhan Kawasan Sekitarnya”.

B. Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang diatas, maka rumusan permasalahan yang dapat dikaji

1. Bagaimana kinerja pelayanan jaringan jalan Jendral Sudirman Kota Luwuk.

(26)

2. Bagaimana manajemen lalu lintas jalan Jendral Sudirman Kota Luwuk.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana kinerja pelayanan jaringan jalan Jendral Sudirman Kota Luwuk.

2. Untuk mengetahui bagaimana manajemen lalu lintas jalan Jendral Sudirman Kota Luwuk

D. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka kegunaan dari penelitian ini:

a. Mengetahui bagaimana analisis kinerja pelayanan jalan Jenderal Sudirman di Kota Luwuk dapat sesuai dengan fungsinya.

b. Mengidentifikasi bagaimana upaya manajemen lalu lintas jalan Jendral Sudirman Kota Luwuk.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Pembahasan penelitian ini masuk dalam lingkup perencanaan wilayah dan kota yang mengacu pada aspek transportasi dan tata guna lahan. Aspek transportasi ini bersubyek pada pergerakan oleh kendaraan yang masuk maupun melintasi

(27)

koridor jalan Jendral Sudirman. Lingkup materi penelitian antara lain :

- Karakteristik penggunaan lahan koridor jalan Jendral Sudirman

- Menghitung volume lalu lintas jalan Jendral Sudirman - Menghitung kapasitas ruas jalan Jendral Sudirman

Kapasitas jalan yang dipengaruhi oleh kondisi geometrik, kondisi lalu lintas, dan kondisi lingkungan (dinyatakan dalam jumlah penduduk kota). Semakin tinggi volume lalu lintas pada suatu ruas jalan tertentu, semakin menurun tingkat pelayanannya.

- Menghitung derajat kejenuhan jalan Jendral sudirman - Menentukan tingkat pelayanan jalan Jendral Sudirman - Manajemen lalu lintas jalan Jendral Sudirman

F. Sistematika Pembahasan BAB I PENDAHULUAN

Membahas tentang Latar Belakang, Permasalahan Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Ruang Lingkup Penelitian dan Sistematika Pembahasan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Membahas tentang pengertian transportasi, sistem transportasi kota, sistem tata guna lahan dan transportasi,

(28)

pengertian dan peranan jalan, karakteristik jalan perkotaan, sistem jaringan jalan, penetapan klasifikasi jalan, dan kerangka fikir.

BAB III METODE PENELITIAN

Menjelaskan tentang metode penelitian seperti lokasi penelitian, definisi operasional, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, variabel penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Menjelaskan tentang gambaran umum Wilayah Kabupaten Banggai, gambaran umum jalan Jendral Sudirman, analisis kinerja jaringan jalan, derajat kejenuhan, penentuan tingkat pelayanan, faktor yang mempengaruhi tingkat pelayanan jalan, prilaku pengguna jalan, manajemen lalu lintas jalan jendral sudirman

BAB V PENUTUP

Bab ini menguraikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Transportasi

Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut atau mengalihkan suatu pemindahan pergerakan barang dari tempat asal ke tempat tujuan. pergerakan terjadi karena adanya pemenuhan kebutuhan. (Abbas,1993). Kebutuhan merupakan kegiatan yang biasanya harus dilakukan setiap hari misalnya pemenuhan kebutuhan akan pekerjaan, pendidikan, kesehatan dan olahraga. Kita sebenarnya tidak perlu bergerak kalau semua kebutuhan tersebut tersedia tempat kita berada.

(Tamin, 2000).

Transportasi juga merupakan suatu proses, yakni proses pindah, proses gerak, proses mengangkut dan mengalihkan dimana proses ini tidak akan dilepaskan akan alat pendukung untuk menjamin lancarnya proses perpindahan sesuai denga waktu yang diinginkan.Transportasi bukanlah suatu tujuan akhir (ends) akan tetapi merupakan akibat adanya kebutuhan (derived demand).

Dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan transportasi melibatkan beberapa unsur dasar (basic element), yaitu:

a. Kendaraan/sarana angkutan (the vehicle) the way)

(30)

c. Terminal, stasiun, pelabuhan laut dan Bandar udara (the terminal)

d. Tersedianya muatan barang dan manusia (the cargo).

Untuk menyelenggarakan kegiatan transportasi diperlukan tersedianya moda transportasi (kendaraan truk, mobil, kapal laut, dan pesawat udara) dan muatan (barang dan manusia) yang diangkut, melalui jalan yang tersedia, atau trayek dan rute yang telah ditetapkan, menyinggahi tempat-tempat pemberhentian (terminal) selama dalam perjalanan, selanjutnya penyelenggaraan pengoperasian kegiatan transportasi dibutuhkan sumberdaya manusia yang memiliki keahlian dan keterampilan, sistem transportasi yang terarah, sistem manajemen yang efektif dan efesien, kebijakan transportasi yang kondusif, serta memperhatikan berbagai perkembangan lingkungan strategis yang terjadi disekitarnya.

Transportasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan perekonomian serta menentukan keberhasilan pembangunan. Perkembangan perekonomian menurut tahapannya, mencerminkan kondisi transportasinya, kondisi perkembangan transportasi dan pembangunan

(31)

positif. Transportasi mempunyai peranan penting dan semakin bertambah penting. Kegiatan transportasi yang diselenggarakan melalui/menggunakan jaringan transportasi harus dikelola secara efektif dan efesien agar kegiatan transportasi tersebut dapat memberikan pelayanan transportasi secara berkapasitas cukup, lancar, aman (selamat) dan nyaman, oleh karena itu harus dilakukan perencanaan secara optimal. Perencanaan jaringan transportasi terkait dengan banyak aspek, antara lain konfigurasi (susunan) simpul-simpul bangkitan muatan dan simpul-simpul tujuan perjalanan, permintaan jasa transportasi pada masing- masing trayek dan rute transportasi, faktor-faktor internal dan eksternal, kecenderungan dinamis, dan lainnya.

B. Fungsi dan Manfaat Transportasi 1. Fungsi Transportasi

Transportasi berfungsi sebagai faktor penunjang dan perangsang pembangunan dan pemberi jasa bagi perkembangan ekonomi. Kegiatan-kegiatan ekonomi dapat berjalan jika jasa transportasi terus tersedia dalam menunjang kegiatan tersebut peranan transportasi hanya untuk melancarkan arus barang dan mobilitas manusia. Transportasi juga membantu tercapainya pengalokasian sumber-sumber ekonomi secara optimal. Untuk itu jasa transportasi harus cukup tersedia secara merata dan

(32)

terjangkau oleh daya beli masyarakat Transportasi merupakan unsur yang penting dan berfungsi sebagai urat nadi kehidupan dan perkembangan ekonomi, sosial, politik, dan mobilitas penduduk yang tumbuh bersamaan dan mengikuti perkembangan yang terjadi dalam berbagai bidang dan sektor tersebut. Hubungan antara kemajuan berbagai aspek jasa transportasi ini adalah berkaitan erat sekali dan saling bergantung satu sama lainnya.

Sesungguhnya peran dan pentingnya transportasi beserta kemajuannya juga mencakup segi-segi politik seperti dalam kaitan dengan terciptanya kesatuan nasional dan berkembangnya kebersamaan antarbangsa, tercipta dan kuatnya keamanan dan ketahanan nasional serta berkembangnya saling pengertian serta hubungan politik dan pemerintah. Disamping itu transportasi

juga dapat berfungsi membina dan mengembangkan pengetahuan dan budaya nasional, lebih tersebarnya distribusi penduduk dengan berbagai aspeknya pada wilayah yang luas dan sebagainya.

2. Manfaat Transportasi

Secara umum manfaat transportasi adalah untuk memberikan kemudahan dalam segala aktivitas masyarakat yang telah di uraikan di atas. Kemudahan (aksesibilitas) ini di artikan sebagai

(33)

Kemudahan ini dapat menyangkut berbagai aspek kegiatan, seperti mudahnya faktor-faktor produksi didapatkan, mudahnya informasi menyebar, mudahnya penduduk bergerak (mobilitas tinggi). Untuk menimbulkan kemudahan ini tentu segala elemen utama transportasi harus ditingkatkan secara serentak seperti membuka jalan baru tentu sarana kendaraannya harus diadakan dan pengelolaannya pun harus berjalan. Masih belum tercapai tingkat kemudahan kalau hanya jalannya saja di bangun, begitu pula sebaliknya. Hal yang lebih penting lagi kemudahan ini menyangkut tingkat kesejahteraan (pendapatan) masyarakat karena tidak mungkin orang akan mudah bergerak (mobilitas) kalau pendapatannya nol.

C. Sistem Transportasi Kota

Secara umum, sistem transportasi merupakan gabungan elemen-elemen atau komponen-komponen : (i) prasarana (jalan dan terminal); (ii) sarana (kendaraan); (iii) sistem pengoperasian yang mengkoordinasikan komponen prasarana dan sarana (Miro, 1997). Sistem transportasi merupakan salah satu komponen atau aspek yang tak terpisahkan dari aspek atau komponen lainnya yang membentuk kota sebagai suatu sistem. Dengan pandangan seperti ini, maka kita dapat memahami bahwa masalah transportasi yang timbul di suatu kota merupakan refleksi dari keterkaitan yang

(34)

kompleks dan intens antara berbagai aspek atau komponen.

Aspek-aspek yang dimaksud meliputi kultur/budaya, sosial, ekonomi, kependudukan, pola aktivitas/tata guna lahan, sarana dan prasarana transportasi, lingkungan, pemilikan kendaraan dan angkutan umum.

Menurut Kusbiantoro (1993), sebagai suatu sistem, elemen- elemen transportasi yang terdiri dari sistem kegiatan (fungsi guna lahan), sistem jaringan (prasarana transportasi), sistem pergerakan, dan sistem kelembagaan, sehingga perubahan pada salah satu atau beberapa sistem akan dipengaruhi sistem lainnya. Sistem- sistem tersebut saling mempengaruhi dan berada sistem lingkungan sosial, ekonomi budaya, hankam, politik dan sebagainya dalam lingkup lokal, kota regional, nasional, dan internasional.

Dari pengertian di atas memberikan pemahaman bahwa sistem transportasi dalam konteks kota adalah merupakan suatu kesatuan dalam mata rantai yang saling berinteraksi dan tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, yang berarti pula bahwa akibat dari keterkaitan elemen-elemen tersebut menyebabkan permasalahan transportasi di kawasan perkotaan adalah merupakan lingkaran setan, dimana penyelesaian persoalan

(35)

transportasi di satu sisi akan menyebabkan masalah baru disisi lainnya.

Pengertian serupa dikemukakan oleh Ofyar (1993) yang menegaskan bahwa setiap tata guna lahan atau sistem kegiatan akan mempunyai suatu tipe kegiatan tertentu yang dapat membangkitkan pergerakan (traffic generation) dan dapat menarik pergerakan (traffic attraction). Sistem tersebut dapat merupakan suatu gabungan dari berbagai sistem pola kegiatan sosial, ekonomi, kebudayaan, pendidikan dan lain-lain. Kegiatan yang timbul dalam sistem ini membutuhkan pergerakan sebagai alat pemenuhan kebutuhan yang perlu dilakukan setiap hari, yang tidak dapat dipenuhi oleh tata guna lahan bersangkutan. Besarnya pergerakan yang ditimbulkan tersebut sangat berkaitan erat dengan jenis/tipe intensitas kegiatan yang dilakukan.

Sistem transportasi dalam kaitannya dengan pergerakan benda atau objek dapat diartikan sebagai pemindahan suatu benda/objek yang dipindahkan termasuk benda yang bergerak, seperti sumber daya alam, barang produksi, bahan makanan dan sistem transportasi adalah benda hidup seperti manusia, binatang, atau tanaman dengan memakai sarana dan prasarana transportasi serta sebagai peraturan perangkutan yang membutuhkan teknologi yang cocok (Morlok,1985)

(36)

Dalam melakukan pergerakan baik manusia maupun barang senantiasa membutuhkan moda transportasi (sarana) dan media (prasarana) untuk melakukan pergerakan yang lebih dikenal sebagai sistem jaringan jalan. Untuk menciptakan suatu pergerakan maka diperlukan adanya interaksi antara sistem kegiatan dengan sistem jaringan. Namun demikian, suatu pergerakan yang baik harus memenuhi prinsip aman, cepat, nyaman, dan murah olehnya itu perlu pula didukung oleh manajemen lalulintas yang baik melalui sistem rekayasa.

Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan tampak bahwa pada prinsipnya sistem transportasi dapat mencakup fungsi guna lahan dengan sistem aktivitasnya, ketersediaan sistem jaringan (prasarana transportasi), moda transportasi (sarana), sistem pergerakan, dan sistem kelembagaan.

Dalam sistem transportasi terdapat 2 (dua) aspek yang sangat penting, yaitu aspek sarana dan aspek prasarana. Aspek sarana berhubungan dengan jenis atau piranti yang digunakan dalam hal pergerakan manusia dan barang, seperti mobil, kapal, kereta api (KA) dan pesawat terbang. Aspek sarana ini juga sering disebut dengan moda atau jenis angkutan. Aspek prasarana berhubungan dengan wadah atau alat lain yang digunakan untuk mendukung

(37)

sarana, seperti jalan raya, jalan rel, dermaga, terminal, bandara, dan stasiun kereta api.

D. Sistem Tata Guna Lahan dan Transportasi

Tata guna lahan merupakan pemanfaatan pada lahan yang masih kosong di suatu lingkup wilayah (baik tingkat nasional, regional, maupun lokal) untuk kegiatan-kegiatan tertentu. Dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia akan melakukan pergerakan (mobilisasi) dari tata guna lahan yang satu ke tata guna lahan lainnya. Agar mobilisasi manusia antar tata guna lahan terjamin kelancarannya, dikembangkanlah sistem transportasi yang sesuai dengan jarak, kondisi geografis, dan wilayah.

Pola tata guna lahan menggambarkan pengaturan kegiatan manusia yang dijelaskan melalui ragam kegiatan pada daerah yang lebih kecil yang disebut zona. Zona merupakan bagian yang lebih kecil dari suatu wilayah atau region. Perkiraan pola kegiatan pada setiap region di perkotaan penting untuk diramalkan di masa-masa mendatang.

Interaksi antara perancanaan tata guna lahan merupakan proses terpadu yang mencakup keputusan kebijakan dan evaluasi alternatif strategi. Sasaran dari perencanaan transportasi adalah membuat interaksi tersebut menjadi lebih mudah dan seefisien mungkin. Proses perencanaan transportasi untuk mencapai sasaran

(38)

itu antara lain dengan menetapkan kebijakan tata ruang dalam hal sebagai berikut:

a) Sistem kegiatan, rencana tata guna lahan yang baik dapat mengurangi kebutuhan akan perjalanan yang panjang sehingga membuat interaksi menjadi lebih mudah. Dengan perkataan lain bahwa dengan mengatur lokasi pusat kegiatanutama sebagai pusat bangkitan lalu lintas, maka secara langsung maupun tdak pendistribusian angkutan juga menjadi merata dan tidak menimbulkan kecenderungan kemacetan pada suatu titik dalam kota.

b) Sistem jaringan, hal yang dapat dilakukan misalnya meningkatkan kapasitas pelayanan prasarana yang ada, misalnya melebarkan jalan, menambah jalan baru, peningkatan sarana dan prasarana yang sudah ada dan lain sebagainya.

c) Sistem pergerakan, hal yang dapat dilakukan antara lain mengatur teknik dan manajemen lalu lintas, fasilitas angkutan umum yang lebih baik.

Sebaran geografi antara tata guna lahan (sistem kegiatan) serta kapasitas dan lokasi dari fasilitas transportasi (sistem jaringan) digabungkan untuk mendapatkan arus dan pola pergerakan lalu lintas di daerah perkotaan (sistem pergerakan).

(39)

Besarnya arus dan pola pergerakan lalu lintas tersebut dapat memberikan umpan-balik untuk menetapkan lokasi tata guna lahan yang tentu membutuhkan prasarana baru pula. Makin tinggi tingkat suatu tata guna lahan makin tinggi pula tingkat kemampuannya dalam menarik lalu lintas. Daya tarik suatu tata guna lahan akan berkurang dengan meningkatnya jarak (dampak pemisahan ruang).

Tata guna lahan cenderung menarik pergerakan lalu lintas dari tempat yang lebih dekat dibandingkan dengan dari tempat yang lebih jauh.

E. Pengertian dan Peranan Jalan

Dalam pasal 5 ayat 2 undang-undang Republik Indonesia nomor 38 Tahun 2004 tentang jalan, disebutkan bahwa:” jalan mempunyai peranan penting dalam bidang ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, politik, pertahanan dan keamanan, serta dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta diatas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel (Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006).

(40)

Jalan sebagai prasarana distribusi barang dan jasa merupakan urat nadi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara sehingga akan mendorong pengembangan semua sarana wilayah, pengembangan dalam usaha mencapai tingkat perkembangan antar daerah yang semakin merata. Artinya infrastruktur jalan merupakan urat nadi perekonomian suatu wilayah, hal ini disebabkan perannya dalam menghubungkan serta meningkatkan pergerakan manusia, dan barang.

Jalan raya adalah jalur-jalur tanah di atas permukaan bumi yang dibuat oleh manusia dengan bentuk, ukuran-ukuran dan jenis konstruksinya sehingga dapat digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan kendaraan yang mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan mudah dan cepat (Clarkson H.Oglesby,1999).

Jalan raya adalah jalan utama yang menghubungkan satu kawasan dengan kawasan lain. Biasanya jalan besar ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Digunakan untuk kendaraan bermotor.

2. Digunakan oleh masyarakat umum.

3. Dibiayai oleh perusahaan Negara.

4. Penggunaannya diatur oleh undang-undang pengangkutan

(41)

Keberadaan infrastruktur jalan yang baik serta lancar untuk dilalui penting perannya dalam mengalirkan komoditas yang selanjutnya akan mampu menggerakkan perkembangan peri kehidupan sosial dan meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat.

Untuk perencanaan jalan raya yang baik, bentuk geometriknya harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga jalan yang bersangkutan dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada lalu lintas sesuai dengan fungsinya, sebab tujuan akhir dari perencanaan geometrik ini adalah menghasilkan infrastruktur yang aman, efisiensi pelayanan arus lalu lintas dan memaksimalkan ratio tingkat penggunaan biaya juga memberikan rasa aman dan nyaman kepada pengguna jalan.

Peran dan pentingnya sarana jalan tercantum dalam peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun Tahun 2006 tentang jalan, Pasal (3) ayat (2) disebutkan bahwa : “pengadaan jalan diarahkan untuk memperkokoh persatuan kesatuan wilayah nasional sehingga menjangkau daerah terpencil”. Berdasarkan isi pasal tersebut diartikan bahwa pembangunan jalan diarahkan serta dimaksudkan untuk membebaskan daerah tertentu dari keterisoliran, yang bertujuan untuk memberikan kesempatan pergerakan manusia, barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya.

(42)

Kondisi jalan yang lancar merupakan ukuran yang dapat menggambarkan baik buruknya operasial lalu lintas berupa kecepatan, waktu tempuh (efisiensi waktu), kebebasan bermanuver, kenyamanan, pandangan bebas, keamanan dan keselamatan jalan.

Menurut Indonesia Highway Capacity Manual/IHCM Part-II Road : “Tingkat kelancaran dan keselamatan lalu lintas tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: (1) kondisi kegiatan penduduk dan pola penggunaan lahan sekitar luas jalan, (2) kondisi persimpangan sepanjang jalan, (3) kondisi trase jalan, (4) kondisi volume lalu-lintas, dan; (5) kondisi kecepatan kendaraan.

Jalan mempunyai peranan untuk mendorong pengembangan dan pertumbuhan suatu daerah. Artinya, infrastuktur jalan merupakan urat nadi perekonomian suatu wilayah karena perannya dalam menghubungkan antar lokasi aktivitas penduduk.

Keberadaan infrastruktur jalan yang lancar penting perannya untuk mengalirkan pergerakan komoditas dan orang, selanjutnya dapat menggerakkan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu pengadaan jalan sangat penting dilakukan untuk menunjang pertumbuhan dan pemerataan pembangunan dan perekonomian.

(43)

F. Karakteristik Jalan Perkotaan

Menurut (Sukirman, 1999) Karakteristik suatu jalan akan mempengaruhi kinerja jalan tersebut, karakteristik jalan tersebut terdiri atas beberapa hal, yaitu :

1. Geometrik jalan.

2. Komposisi arus dan pemisahan arah; volume lalu lintas dipengaruhi komposisi arus lalu lintas, setiap kendaraan yang ada harus dikonversikan menjadi suatu kendaraan standar.

3. Pengaturan lalu lintas, batas kecepatan jarang diberlakukan didaerah perkotaan Indonesia, dan karenanyahanya sedikit berpengaruh pada kecepatan arus bebas.

4. Hambatan samping; banyaknya kegiatan samping jalan di Indonesia sering menimbulkan konflik, hingga menghambat arus lalu lintas.

5. Perilaku pengemudi dan populasi kendaraan; manusia sebagai pengemudi kendaraan merupakan bagian dari arus lalu lintas yaitu sebagai pemakai jalan. Faktor psikologis, fisik pengemudi sangat sangat berpengaruh dalam menghadapi situasi arus lalu lintas yang dihadapi.

Geometrik suatu jalan terdiri dari beberapa unsur fisik dari jalan sebagai berikut :

(44)

a. Tipe jalan; berbagai tipe jalan akan menunjukkan kinerja berbeda pada pembebanan lalu-lintas tertentu, misalnya jalan terbagi, jalan tak berbagi, dan jalan satu arah.

b. Lebar jalur; kecepatan arus bebas dan kapasitas meningkatdengan pertambahan lebar jalur lalu-lintas.

c. Bahu/kereb; kecepatan dan kapasitas jalan akan meningkat bila lebar bahu semakin lebar. Kereb sangat berpengaruh terhadap dampak hambatan samping jalan.

d. Hambatan samping sangat mempengaruhi lalu-lintas.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hambatan samping adalah :

- Pejalan kaki atau menyeberang sepanjang segmen jalan.

- Kendaraan berhenti dan parkir.

- Kendaraan bermotor yang masuk dan keluar ke/dari lahan samping jalan dan jalan sisi.

- Kendaraan yang bergerak lambat, yaitu sepeda, becak, delman, pedati, traktor, dan sebagainya.

G. Sistem Jaringan Jalan

Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam hubungan hierarki.

(45)

ruang wilayah dan dengan memperhatikan keterhubungan antarkawasan dan/atau dalam kawasan perkotaan, dan kawasan perdesaan. Menurut peran pelayanan jasa distribusinya, sistem jaringan jalan terdiri dari :

a. Sistem jaringan jalan primer, yaitu sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi dan disusun berdasarkan rencana tata ruang dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan sebagai berikut:

menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan wilayah, pusat kegiatan lokal sampai ke pusat kegiatan lingkungan; dan

menghubungkan antar pusat kegiatan nasional.

b. Sistem jaringan jalan sekunder yaitu sistem jaringan jalan dengan peranan yang menghubungkan pelayanan jasa distribusi dan disusun berdasarkan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan yang menghubungkan secara menerus kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi

(46)

sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga, dan seterusnya sampai ke persil.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006, pengelompokkan jalan berdasarkan peranannya dapat digolongkan menjadi:

a. Jalan Arteri, yaitu merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.

b. Jalan Kolektor yaitu merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

c. Jalan Lokal yaitu merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

d. Jalan lingkungan yaitu merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

(47)

Sedangkan klasifikasi jalan berdasarkan fungsi menurut Adisasmita S.A (2011) terbagi atas:

a. Sistem Jaringan Jalan Primer

a) Jalan Arteri Primer, yaitu ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kesatu yang berdampingan atau ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua yang berada dibawah pengaruhnya.

b) Jalan Kolektor Primer, yaitu ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua yang lain atau ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga yang ada di bawah pengaruhnya.

c) Jalan Lokal Primer, ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga lainnya, kota jenjang kesatu dengan persil, kota jenjang kedua dengan persil serta ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang ketiga dengan kota jenjang yang ada dibawah pengaruhnya sampai persil.

b. Sistem Jaringan jalan Sekunder

a) Jalan Arteri Sekunder, ruas jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan

(48)

sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua.

b) Jalan Kolektor Sekunder, ruas jalan yang menghubungkan kawasan-kawasan sekunder kedua, yang satu dengan lainnya, atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder ketiga.

c) Jalan Lokal Sekunder, ruas jalan yang menghubungkan kawasan-kawasan kesatu dengan perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan, atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.

Klasifikasi jalan berdasarkan peranannya ini, kewenangan pengelolaannya terbagi kedalam 2 (dua) kelompok yaitu, (1).

Pemerintah Pusat, dan ; (2). Pemerintah Daerah. Pemerintah pusat memiliki kewenangan dalam pengelolaan sistem jaringan jalan primer berupa jalan nasional dan jalan provinsi, sedangkan pemerintah daerah memiliki kewenangan pengelolaan sistem jaringan jalan sekunder beruoa jalan kabupaten/kota.

Wewenang pengelolaan jaringan jalan dapat dikelompokkan menurut :

(49)

a. Jalan Nasional adalah Menteri Pekerjaan Umum atau pejabat yang ditunjuk;

b. Jalan Provinsi adalah Pemerintah Daerah atau instansi yang ditunjuk;

c. Jalan Kabupaten adalah Pemerintah Daerah Kabupaten atau instansi yang ditunjuk;

d. Jalan Kota adalah Pemerintah Daerah Kota atau instansi yang ditunjuk;

e. Jalan Desa adalah Pemerintah Desa/Kelurahan

f. Jalan Khusus adalah pejabat atau orang yang ditunjuk.

Selain kriteria tersebut terdapat sejumlah jalan Kabupaten/Kota yang berada didalam wilayah Desa atau permukiman yang pada kenyataannya jalan tersebut umumnya lebih banyak digunakan oleh lalu-lintas lokal. Hal ini dapat digunakan untuk melakukan pembagian beban pendanaan jalan dengan Desa/permukiman yang lebih banyak mengunakan ruas jalan tersebut.

H. Kinerja Jaringan Jalan

Kinerja ruas jalan merupakan suatu pengukuran kuantitatif yang menggambarkan kondisi tertentu yang terjadi pada suatu ruas jalan. Umumnya dalam menilai suatu kinerja jalan dapat dilihat dari kapasitas, derajat kejenuhan (DS), kecepatan rata-rata, waktu

(50)

perjalanan, tundaan dan antrian melalui suatu kajian mengenai kinerja ruas jalan. Ukuran kualitatif yang menerangkan kondisi operasional dalam arus lalu lintas dan persepsi pengemudi dinyatakan dengan tingkat pelayanan ruas jalan.

Menurut Salter (1989), hubungan antara lalu-lintas dengan tata guna lahan dapat dikembangkan melalui suatu proses perencanaan transportasi yang saling terkait, terdiri dari : Bangkitan/Tarikan perjalanan, untuk menentukan hubungan antara pelaku perjalanan dan faktor guna lahan yang dicatat dalam inventaris perencanaan. Penyebaran perjalanan, yang menentukan pola perjalanan antar zona. Kinerja jalan adalah kemampuan dari suatu ruas jalan dalam melayani arus lalu lintas yang terjadi pada ruas jalan tersebut.

Pembebanan lalu-lintas, yang menentukan jalur transportasi publik atau jaringan jalan suatu perjalanan yang akan dibuat.

Pemilihan moda, suatu keputusan yang dibuat untuk memilih moda perjalanan yang akan digunakan oleh pelaku perjalanan. Volume lalu-lintas ruas jalan adalah jumlah atau banyaknya kendaraan yang melewati suatu titik tertentu pada ruas jalan dalam suatu satuan waktu tertentu (MKJI, 1997). Volume lalu-lintas dua arah pada jam paling sibuk dalam sehari dipakai sebagai dasar untuk

(51)

1. Karakteristik Arus Lalu Lintas

Karakteristik arus lalu lintas menjelaskan ciri arus lalu lintas dalam kaitannya dengan volume, kecepatan, dan kepadatan lalu lintas serta hubungannya dengan waktu maupun jenis kendaraan yang menggunakan ruang jalan. Karakteristik diperlukan untuk menjadi acuan dalam perencanaan dan manajemen lalu lintas.

Pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI,1997), nilai arus lalu lintas mencerminkan komposisi lalu lintas, dengan menyatakan arus dalam satuan mobil penumpang (smp) dengan menggunakan ekivalensi mobil penumpang (emp) yang secara empiris untuk jenis kendaran berikut :

a. Kendaraan ringan (LV) meliputi : mobil penumpang, mini bus, mikrobis danpick-up

b. Kendaraan berat (HV), meliputi : bis, truk 2 as, truk 3 as, truk 2 gandar atau lebih, bus besar.

c. Sepeda motor (MC)

Dalam penentuan karakteristik arus lalu lintas perkotaan, beberapa jenis kendaraan yang berbeda akan disamakan satuannya dengan melihat pada faktor ekivalensi mobil penumpang (emp) dari kendaraan tersebut. Ekivalensi mobil penumpang untuk beberapa kondisi jalan perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut :

(52)

Tabel 2.1

Ekivalen Mobil Penumpang Jalan Perkotaan Tak Terbagi

Tipe Jalan Tak Terbagi

Arus Lalu Lintas Total

Dua Arah Kend/jam

HV

Emp Lebar Jalur Lalu

Lintas (m)

< 6 > 6 Dua Lajur Tak

Terbagi (2/2 UD)

0 1,3 0,50 0,40

>1800 1,2 0,35 0,25

Empat lajur Tak Terbagi (4/2 UD)

0 1,3 0,40

>37011 1,2 0,25

Sumber : MKJI 1997

Tabel 2.2

Ekivalen Mobil Penumpang Jalan Perkotaan Terbagi dan Satu Arah

Tipe Jalan Tak Terbagi

Arus Lalu Lintas Total

Dua Arah Kend/jam

HV

Emp

HV MC

Dua Lajur Satu Arah (2/1)

0 1,3 1,3 0,40

Empat Lajur Terbagi (4/2 D)

>1050 1,2 1,2 0,25

Tiga Lajur Satu Arah (3/1)

0 1,3 1,3 0,40

Enam Lajur Terbagi (6/2 D)

>1100 1,2 1,2 0,25

(53)

Data hasil survai per-jenis kendaraan tersebut selanjutnya dikonversikan dalam Satuan Mobil Penumpang (SMP) guna menyamakan tingkat penggunaan ruang keseluruhan jenis kendaraan. Untuk keperluan ini, MKJI (1997) telah merekomendasikan nilai konversi untuk masing-masing klasifikasi kendaraan sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.3 dibawah ini.

Tabel 2. 3

Nilai Ekivalen Mobil Penumpang (emp) untuk Ruas Jalan

Nilai Ekivalen Mobil Penumpang ( EMP ) TIPE JALAN LEBAR

JALUR (M)

TOTAL ARUS KM/JAM

FAKTOR EMP

HV MC

4/2 UD 4/2 UD

>3700

≥3700

1,3 1,2

0,40 0,25

2/2 UD >6 >1800

≥1800

1,3 1,2

0,40 0,2.5

2/2 UD ≤6 >1800

≥1800

1,3 1,2

0,5 0,35 Sumber : MKJI (1997)

(54)

Tabel 2.4 Nilai Ekivalen Mobil Penumpang ( EMP ) untuk persimpangan.

JENIS KENDARAAN FAKTOR EMP UNTUK TIPE PENDEKAT

TERLINDUNG TERLAWAN

Kendaraan Ringan (LV)

1,0 1,3

Kendaraan Berat (HV) 1,0 1,3

Sepeda Motor (MC) 0,2 0,4

Sumber MKJI (1997)

Menurut MKJI (1997), kinerja ruas jalan dapat diukur berdasarkan beberapa parameter, diantaranya :

1. Derajat Kejenuhan (DS), yakni rasio arus lalu-lintas (smp/jam) terhadap kapasitas (smp/jam) pada bagian jalan tertentu.

2. Kecepatan tempuh (V), yakni kecepatan rata-rata (km/jam) arus lalu-lintas dihitung dari panjang jalan dibagi waktu tempuh rata- rata yang melalui segmen.

Berdasarkan hal tersebut maka karakteristik lalu-lintas dapat dihitung dengan pendekatan sebagai berikut :

2. Kecepatan Arus Bebas

Kecepatan arus bebas (FV) didefinisikan sebagai kecepatan pada tingkat arus nol, yaitu kecepatan yang akan dipilih

(55)

dipengaruhi oleh kendaraan bermotor lain di jalan . Kecepatan arus bebas telah diamati melalui pengumpulan data lapangan, dimana hubungan antara kecepatan arus bebas dengan kondisi geometrik dan lingkungan telah ditentukan dengan metode regresi. Kecepatan arus bebas kendaraan ringan telah dipilih sebagai kriteria dasar untuk kinerja segmen jalan pada arus = 0.

Dalam MKJI (1997) kecepatan arus bebas kendaraan ringan (FV) dinyatakan dengan persamaan :

FV = (FVo+ FVw) X FFVST X FFVcs

dimana : FVo = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan (km/jam)

FVW = Penyesuaian lebar jalur lalu-lintas efektif (km/jam)

FFVST = Faktor penyesuaian kondisi hambatan samping

FFVCS = Faktor penyesuaian ukuran kota.

3. Kapasitas Ruas Jalan

Kapasitas jalan adalah arus maksimum yang dapat dipertahankan persatuan jam yang melewati suatu titik dijalan dalam kondisi yang ada atau dengan kata lain kapasitas jalan adalah jumlah lalu lintas kendaraan maksimum yang dapat ditampung pada ruas jalan selama kondisi tertentu (desain

(56)

geometri, lingkungan dan komposisi lalu lintas) yang dilakukan dalam massa satuan penumpang (SMP/jam). Faktor-faktor yang berpengaruh dalam penentuan kapasitas jalan (DPU,1997) adalah :

 Kondisi geometrik

Faktor ini berupa penyesuaian dimensi geometri jalan terhadap geometri standar jalan kota, yaitu tipe jalan, lebar efektif lapisan keras yang termanfaatkan, lebar efektif bahu jalan, lebar efektif median jalan danalinement jalan.

 Kondisi lalu lintas

Faktor ini meliputi karakteristik kendaraan yang lewat yaitu faktor arah (perbandingan volume per arah dari jumlah dua arah pergerakan), gangguan samping dari badan jalan, termasuk banyaknya kendaraan yang berhenti di sepanjang jalan, jumlah pejalan kaki, dan akses keluar masuk.

 Kondisi lingkungan

Faktor kondisi lingkungan yang mempengaruhi adalah urusan kota yang dinyatakan dalam jumlah penduduk kota.

Sedangkan MKJI (1997) mendifinisikan kapasitas sebagai arus maksimum yang melalui suatu titik di jalan yang dapat dipertahankan per satuan jam pada kondisi tertentu. Untuk

(57)

(kombinasi dua arah), tetapi untuk jalan dengan banyak jalur, arus dipisah per arah dan kapasitas ditentukan per lajur.

Kapasitas jalan dapat dibedakan atas beberapa jenis menurut keperluan penggunaannya antara lain:

a. Kapasitas dasar yaitu jumlah kendaraan maksimum yang dapat melintasi suatu penampang pada suatu jalur gerak (jalan) selama satu jam dalam keadaan jalan dan lalu lintas yang mendekati ideal yang bisa dicapai.

b. Kapasitas yang mungkin adalah jumlah kendaraan maksimum yang dapat melintasi suatu penampang pada suatu jalur gerak (jalan) selama satu jam dalam keadaan lalu lintas yang sedang berlaku kepada jalan tersebut.

c. Kapasitas praktis adalah jumlah kendaraan maksimum yang dapat melintasi suatu penampangpada suatu gerak (jalan) selama satu jam dalam keadaan jalan dan lalu lintas yang sedang berlaku sedemikian sehingga kepadatan lalu lintas yang bersangkutan mengakibatkan keterlambatan, bahaya dan gangguan-gangguan pada kelancaran lalu lintas yang masih berada pada batas yang ditetapkan.

a. Kapasitas Dasar

Persamaan dasar untuk menghitung kapasitas ruas jalan perkotaan dalam MKJI (1997) adalah sebagai beirkut :

(58)

C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs dimana : C = kapasitas ruas jalan (SMP/Jam)

Co = kapasitas dasar

FCw = faktor penyesuaian kapasitas untuk lebar jalur lalu-lintas

FCsp = faktor penyesuaian kapasitas untuk pemisahan arah

FCsf = faktor penyesuaian kapasitas untuk hambatan samping

FCcs = faktor penyesuaian kapasitas untuk ukuran kota.

Kapasitas dasar (Co) ditetapkan dengan mengacu pada tabel berikut:

Tabel 2.5 Kapasitas Dasar Jalan Antar Kota Tipe jalan/ Tipe

alinyemen

Kapasitas Dasar smp/jam

Keterangan

4 lajur terbagi atau jalansatu

arah 1.650

Perlajur

4 lajur tak 1500 Perlajur

(59)

2 lajur tak terbagi

2.900 -

Sumber MKJI (1997)

b. Faktor Penyesuaian Kapasitas Lebar Jalur lalu lintas

Faktor penyesuaian kapasitas untuk lebar jalur lalu lintas FCw) ditetapkan dengan mengacu pada tabel berikut:

Tabel 2.6 Penyesuaian Kapasitas Akibat Pengaruh Lebar Jalur Lalu Lintas

Tipe Jalan

Lebar lalu lajur lalu lintas Efektif

(wc) (m)

FCW Jalan

perkotaan

Jalan Luar Kota

Jalan Bebas Hambatan

Enam atau empat jalur terbagi atau jalan satu arah

(6/2 D) atau (4/2 D)

Perlajur 3.00 3,25 3,50 3,75 4,0

0,92 0,96 1,00 1,04

-

0,91 0,96 1,00 1,04

- 0,96 1,00 1,03

-

Empat lajur tak terbagi

Perlajur

3,00 0,91 0,91

(60)

3,25 3,50 3,75 4,00

0,95 1,00 1,05

-

0,96 1,00 1,03 -

Dua lajur tak terbagi (2/2

UD)

Total 2 Arah 5,0 6,0 6,5 7,0 7,5 8,0 9,0 10,0 11,0

0,56 0,87

- 1,00

- 1,14 1,25 1,29 1,34

0,69 0,91 - 1,00

- 1,08 1,15 1,21 1,27

0,96 1.00 1,04

Sumber MKJI (1997)

c. Faktor Penyesuaian kapasitas Pemisah Arah Faktor penyesuaian kapasitas pemisah arah (FCsp) Ditetapkan dengan mengacu pada tabel berikut:

Tabel 2. 7 Penyesuaian Kapasitas Akibat Pemisah Arah (FCSP)

Pemisah Arah %-% 50-50 55-45 60-40 65-35 70-30

FCsp

Jalan Perkotaan

Dua lajur Empat

lajur

1,00 1,00

0,97 0,985

0,94 0,97

0,91 0,955

0,88 0,94

(61)

d. Faktor penyesuaian kapasitas untuk hambatan samping.

Faktor penyesuaian kapasitas untuk hambatan samping (Fcsf) ditentukan dengan mengacu pada kelas hambatan samping (side friction). Adapun kelas hambatan samping ditentukan berdasarkan total jumlah (frekwensi) kejadian dikali faktor bobot menurut tipe kejadian pada setiap 200 m segmen, seperti disajikan pada tabel berikut:

Tabel 2.8 Penentuan kelas Hambatan Samping

Kelas Hambatan

Samping

(SFC) kode

Jumlah Berbobot Kejadian per 200 m

(Kedua Sisi)

Kondisi Khas Jalan

perkotaan

Jalan Luar Kota

Jalan perkotaan Jalan Luar Kota

Sangat rendah

VL <100 <50 Daerah

Permukiman Dengan Jalan

Perdesaan, Pertanian belum

berkembang

Rendah L 100-299 50-150 Daerah

permukiman dengan beberapa kendaraan umum

Pedesaan, beberapa bangunan samping jalan

Sedang M 300-499 150-250 Daerah industry

beberapa toko disisi jalan

Kampung, kegiatan permukiman

Tinggi H 500-899 250-350 Daerah komersial, aktifitas sisi jalan

Kampung, beberapa kegiatan pasar

(62)

Sumber MKJI (1997)

Setelah diketahui kelas hambatan samping, selanjutnya ditentukan factor penyesuaian kapasitas untuk hambatan samping (FCsf) yang dibedakan untuk jalan perkotaan, seperti disajikan seperti disajikan pada tabel berikut :

Tabel 2.9 Penyesuaian Kapasitas Akibat Hambatan Samping (FCsf) Untuk Jalan Perkotaan (Jalan Dengan Bahu/Jalan Dengan Kereb Sangat

Tinggi

VH >900 >350 Daerah komersial dengan aktifitas pasar disamping

jalan

Hampir perkotaan,

banyak pasar/kegiatan

niaga

Tipe jalan

Kelas hambatan

samping

Faktor penyesuaian akibat hambatan samping (FCsf) untuk;

jalan dengan bahu (lebar bahu efektif /Ws) /jalan dengan kereb (jarak ke kereb penghalang/Wg)

≤ 0,5 1,0 1,5 ≥2,0

Ws Wg Ws Wg Ws Wg Ws Wg

4/2 D VL L M H VH

0,96 0.94 0,92 0,88 0,84

0,95 0,94 0,91 0,86 0,81

0,98 0,97 0,95 0,92 0,88

0,97 0,96 0,93 0,89 0,85

1,01 1,00 0,98 0,95 0,88

0,99 0,98 0,95 0,90 0,88

1,03 1,02 1,00 0,98 0,96

1,01 1,00 0,98 0,95 0,92

4/2 UD

VL L

0,96 0,94

0,95 0,93

0,99 0,97

0,97 0,95

1,01 1,00

0,99 0,97

1,03 1,02

1,01 1,00

(63)

Sumber MKJI (1997)

e. Faktor Koreksi Kapasitas Akibat Ukuran Kota (Fccs)

Faktor penyesuaian kapasitas untuk ukuran kota (Fccs) khusus untuk jalan perkotaan, ditetapkan dengan mangacu pada tabel berikut:

Tabel 2.10 Faktor Kapasitas Untuk Ukuran Kota Ukuran kota Faktor penyesuaian untuk ukuran kota

(FCcs)

<0,1 0,1 - 0,5 0,5 - 1,0 1,0 - 3,0

>3,0

0,86 0,90 0,94 1,00 1,04

Sumber MKJI (1997) H

VH

0,87 0,80

0,84 0,77

0,91 0,86

0,87 0,81

0,94 0,90

0,90 0,85

0,98 0,95

0,93 0,90 2/2

UD atau jalan satu arah

VL L M H VH

0,92 0,92 0,89 0,82 0,73

0,93 0,90 0,86 0,78 0,68

0,94 0,94 0,92 0,86 0,79

0,95 0,92 0,88 0,81 0,72

0,99 0,97 0,95 0,90 0,85

0,97 0,95 0,91 0,84 0,77

1,01 1,00 0,98 0,95 0,91

0,99 0,97 0,94 0,88 0,82

(64)

f. Satuan Mobil Penumpang

Arus lalu lintas pada ruas jalan terdiri dari berbagai tipe kendaraan. Oleh karena itu diperlukan sebuah nilai konversi yang lebih dikenal dengan istilah satuan mobil penumpang (smp). Faktor konversi tersebut dikenal dengan ekivalensi mobil penumpang (emp). Konsep emp digunakan untuk mengatasi perbedaan terhadap ruang yang diperlukan oleh suatu kendaraan ketika melakukan gerakan-gerakan dalam lalu lintas.

Nilai emp sangat tergantung oleh faktor lingkungan, jenis kendaraan, kondisi medan, dimensi kendaraan, pengendalian simpang (priority, round about, jalinan, traffic light), luas ruang jalan yang digunakan dan arus kendaran campuran. Nilai emp sangat penting dalam hal analisa kinerja jalan, menentukan kelas jalan pada perncanaan geometrik jalan dan studi kelayakan jalan.

Nilai emp berbeda untuk setiap bagian jalannya.

Besar nilai emp untuk ruas jalan berbeda dengan nilai emp untuk simpang. Bahkan nilai emp pada ruas jalan memiliki perbedaan antara ruas jalan perkotaan dengan ruas jalan luar kota. Hal ini dipengaruhi oleh lebar jalan, luas kota, dan

(65)

Nilai emp untuk Indonesia telah diatur dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) yang sebelumnya nilai emp tersebut mengikuti United State Highway Capacity Manual (USHCM). Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997 merupakan hasil penelitian yang dilakukan pada kondisi jalan raya di tahun 1997, sehingga ketetapan tersebut belum tentu memenuhi karakteristik lalu lintas pada tahun sekarang.

Tabel 2.11 Ekivalensi Mobil Penumpang (emp) Untuk Jalan Perkotaan

Tipe jalan

Arus lalu lintas perlajur (kend/jam)

EMP Kendaraan

berat (HV)

Kendaraan ringan (LV)

Sepeda motor (MC)

Dua lajur tak terbagi (2/2 UD)

0 – 1.050

≥ 1.050

1,3 1,2

1,0 1,0

0,40 0,25 Empat jalur

terbagi (4/2 UD)

0 - 3700

≥ 3.700

1,3 1,2

1,0 1,0

0,40 0,25 Sumber MKJI (1997)

g. Volume Capacity Ratio (Derajat Kejenuhan)

Volume Capacity Ratio atau Derajat Kejenuhan suatu ruas jalan merupakan perbandingan antara volume yang melintas (smp) dengan kapasitas pada suatu ruas jalan

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat EVA adalah tidak hanya berguna untuk kepentingan pihak manajemen dalam mengelola perusahaan tetapi juga menciptakan

Reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan koefisien alpha cronbach.Berdasarkan uji reliabilitas terhadap item skala gaya kelekatan aman

Pada gambar 4.1 bisa kita lihat jika hasil klasifikasi tanah cara USCS dari nilai indeks plastisitas dan batas cair di plotkan ke dalam kurva tersebut maka tanah asli

Mengundang seluruh Anggota Majelis Jemaat beserta Keluarga untuk hadir dalam Ibadah Presbiter dan Keluarga yang akan dilaksanakan pada hari Sabtu, 10 Maret 2018

Perilaku pengantar yang tidak terlalu berbeda dengan tahun 2013 ini wajar saja dikarenakan persentasenya sudah cukup tinggi, sedangkan untuk perilaku penyeberang yang

Merujuk pada pemaparan latar belakang tersebut dan penelitian-penelitian terdahulu yang terkesan kontradiktif, peneliti ingin menggali variabel-variabel yang mempengaruhi

seperti nya hal tersebut belum terlalu maximal di karenakan perusahaan masih dalam tahap berkembang dalam beberapa aspek yang terdiri dari Aspek sosial : Salah satu