Pasal 11 Masa berlaku dan perpanjangan izin 1) Izin Penanganan Limbah B3 yang diberikan untuk kegiatan Penyimpanan Limbah B3 berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang. Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penyimpanan Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 huruf a ketiga ayat, Pasal 11 huruf ketujuh huruf a, dan Pasal 12 huruf keenam huruf a, paling sedikit memuat: izin Penanganan Limbah B3 untuk kegiatan Penyimpanan Limbah B3. 180 (seratus delapan puluh) hari setelah timbul Limbah B3, untuk Limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 kg (lima puluh kilogram) per hari untuk Limbah B3 golongan 1;
Pemegang izin pengelolaan limbah B3 yang melakukan kegiatan penyimpanan limbah melebihi jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat 2 huruf b wajib melaksanakan pengelolaan Limbah B3 sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Setiap pemegang izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penyimpanan Limbah B3 dilarang: melakukan pencampuran limbah B3 yang disimpan; dan b.menyimpan Limbah B3 yang tidak dihasilkan. Masa berlaku dan perpanjangan izin § 24. 1) Izin Penanganan Limbah B3 untuk Pengumpulan Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat 3 huruf a berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang.
Perjanjian kerjasama dengan pihak ketiga yang mempunyai izin; dan K. 4) Permohonan perpanjangan izin pengelolaan limbah B3 untuk pengumpulan limbah B3 dari sumber tertentu khusus golongan 2 dikecualikan dari persyaratan permohonan perpanjangan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (3). huruf f.
PEMBIAYAAN
UMUM
Oleh karena itu, pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan mempunyai tugas untuk melindungi dan mengelola lingkungan hidup dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, agar lingkungan hidup Indonesia dapat tetap menjadi sumber dan penopang kehidupan masyarakat Indonesia dan makhluk hidup lainnya. Pencemaran dan perusakan lingkungan hidup merupakan beban sosial, yang berarti pemulihannya menjadi tanggung jawab masyarakat, pemerintah, dan pemerintah daerah. Pemerintah daerah bersama berbagai pemangku kepentingan dan masyarakat telah berupaya mengendalikan pencemaran di daerah, seperti penerapan UU No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Pencemaran yang ada salah satunya dihasilkan dari jenis limbah B3 yang memerlukan penanganan khusus karena sifat atau konsentrasi tertentu di dalamnya dapat mengancam lingkungan hidup, kesehatan, dan kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Peraturan perundang-undangan sebagai implementasi dari UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, khususnya yang berkaitan dengan pengaturan pengelolaan limbah B3, antara lain Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang Perilaku. Limbah bahan berbahaya dan beracun sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
Hal ini disebabkan karena sebagian besar penghasil limbah B3 seperti industri dan masyarakat (domestik) masih belum melakukan pengelolaan limbah, hal ini antara lain disebabkan oleh kurangnya informasi mengenai teknologi pengelolaan limbah B3 yang efektif dan efisien, serta kurangnya informasi mengenai teknologi pengelolaan limbah B3 yang efektif dan efisien. keterampilan sumber daya manusia yang terampil dalam teknologi pengolahan limbah B3. Limbah B3 harus dikelola sesuai dengan cara pengelolaan limbah B3 yang dikenal dengan istilah “Cradle to Grave”, artinya limbah harus dikontrol dan dikelola dengan baik sejak dihasilkan hingga digunakan/diolah atau dibuang. Prinsip pengelolaan limbah B3 dilakukan sedekat mungkin dengan sumber limbah B3 agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan jika limbah B3 tumpah atau tumpah.
Prinsip lainnya adalah setiap orang yang menghasilkan limbah B3 terikat dan bertanggung jawab atas setiap limbah B3 yang dihasilkannya, sehingga pada saat menyerahkannya kepada pihak lain, penghasil limbah B3 harus memastikan bahwa limbah B3 tersebut dikelola oleh pihak penerima. dari pengelolaan limbah B3 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengelolaan limbah B3 merupakan serangkaian kegiatan yang berbentuk hierarki pengelolaan, meliputi kegiatan pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, penggunaan, pengangkutan, dan pengolahan limbah B3, termasuk pengumpulan hasil olahannya. Ada beberapa pihak yang terlibat dalam rangkaian kegiatan ini, yaitu produsen, pengumpul, pengangkut, pengguna, pengolah dan penyimpan limbah B3.
Hierarki kegiatan pengelolaan limbah B3 bertujuan untuk mengelola limbah B3 dan berupaya untuk menghasilkan limbah B3 sesedikit mungkin melalui upaya pengurangan/pengurangan limbah B3 dengan cara seperti substitusi bahan baku, teknologi bersih dan lain-lain. Sesuai dengan adanya Kebijakan Otonomi Daerah yang menyerahkan sebagian kewenangan perizinan pengelolaan limbah B3 kepada Pemerintah Daerah, maka Pemerintah Daerah diberikan sebagian kewenangan pengelolaan limbah B3. Kebijakan ini bertujuan untuk memberikan kemudahan dalam pengelolaan dan pengendalian limbah B3 yang jumlahnya semakin meningkat dari tahun ke tahun.
PASAL DEMI PASAL Pasal 1
Yang dimaksud dengan “silo” adalah tangki berbentuk silinder vertikal, memenuhi persyaratan teknis tertentu, digunakan untuk penyimpanan bahan curah dari limbah B3 kategori 1, limbah B3 kategori 2 dari sumber non spesifik, limbah B3 kategori 2 dari sumber spesifik limbah umum dan B3 kategori 2 dari sumber spesifik spesifik. Yang dimaksud dengan “timbunan sampah” adalah suatu ruang terbuka yang memenuhi persyaratan teknis tertentu yang dapat digunakan untuk menyimpan limbah B3 Kategori 2 dari sumber tertentu. Yang dimaksud dengan “Timbunan Sampah” adalah suatu tempat berbentuk kolam yang memenuhi persyaratan teknis tertentu yang dapat digunakan untuk menyimpan limbah B3 kategori 2 dari sumber tertentu.
Limbah B3 kategori 1 merupakan limbah B3 yang mempunyai dampak akut dan langsung terhadap manusia dan tentunya akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup. Limbah B3 kategori 2 adalah Limbah B3 yang mengandung limbah B3, mempunyai efek tertunda dan mempunyai dampak tidak langsung terhadap manusia dan lingkungan hidup serta mempunyai toksisitas subkronis atau kronis. Limbah B3 yang tidak diketahui sumbernya merupakan limbah B3 yang pada umumnya bukan berasal dari proses utama, melainkan berasal dari kegiatan antara lain: pemeliharaan peralatan, pencucian, pencegahan korosi atau penghambat korosi, laju leleh dan pengemasan.
Yang dimaksud dengan “pencampuran Limbah B3” adalah pencampuran Limbah B3 dengan media lingkungan hidup, bahan, limbah dan/atau Limbah B3 lainnya, termasuk pengenceran dengan menambahkan cairan atau zat lain pada Limbah B3 sehingga konsentrasi zat beracun dan/atau atau tingkat bahayanya menurun.