• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKSESIBILITAS KOTA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERENCANAAN OBJEK WISATA BUKIT BELONG DI DESA GUNAKSA

N/A
N/A
Bernice

Academic year: 2023

Membagikan "AKSESIBILITAS KOTA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERENCANAAN OBJEK WISATA BUKIT BELONG DI DESA GUNAKSA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

4

AKSESIBILITAS KOTA DAN PENGARUHNYA TERHADAP

PERENCANAAN OBJEK WISATA BUKIT BELONG DI DESA GUNAKSA

Bernice Claresta Sukatendel, Ni Made Yudantini*

*Dosen Pembimbing Lapangan KKN-T Universitas Udayana Periode II,

Desa Gunaksa, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung

ABSTRAK

Hubungan interaksi antara kota dan desa dalam bidang pariwisata memiliki peran krusial dalam memajukan industri pariwisata secara menyeluruh .Objek wisata merupakan aset penting dalam pengembangan pariwisata suatu daerah. Salah satu faktor kunci yang mempengaruhi keberhasilan sebuah objek wisata adalah keterjangkauan dan bagaimana aksesibilitasnya. Artikel ini bertujuan untuk melakukan analisis terhadap aksesibilitas kota di Kabupaten Klungkung dan pengaruhnya terhadap perencanaan objek wisata Bukit Belong di Desa Gunaksa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi lapangan dan analisis deskriptif. Pertama, dilakukan survei langsung untuk mengumpulkan data tentang keadaan jalan, transportasi publik, dan fasilitas pendukung lainnya yang berhubungan dengan aksesibilitas kota. Selanjutnya, data tersebut dianalisis dan dihubungkan dengan perencanaan objek wisata Bukit Belong. Aksesibilitas yang baik akan meningkatkan daya tarik objek wisata, jumlah kunjungan wisatawan, dan potensi pendapatan dari sektor pariwisata. Di sisi lain, aksesibilitas yang buruk dapat menghambat pertumbuhan pariwisata dan mengurangi potensi ekonomi lokal.

aksesibilitas kota memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perencanaan objek wisata Bukit Belong di Desa Gunaksa. Oleh karena itu, perhatian yang serius perlu diberikan terhadap peningkatan aksesibilitas kota guna memaksimalkan potensi pariwisata dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.

(2)

Kata Kunci: Aksesibilitas, Objek wisata, Bukit Belong. kota, Desa Gunaksa

ABSTRACT

The interaction relationship between cities and villages in the field of tourism has a crucial role in advancing the tourism industry as a whole.

Tourism objects are important assets in the development of tourism in an area. One of the key factors that influence the success of a tourist attraction is affordability and how accessible it is. This article aims to analyze the accessibility of cities in Klungkung Regency and its influence on the planning of the Bukit Belong tourist attraction in Gunaksa Village. The method used in this research is field study and descriptive analysis. First, a direct survey was conducted to collect data on the condition of roads, public transportation and other supporting facilities related to city accessibility. Furthermore, the data is analyzed and linked to the planning of the Bukit Belong tourist attraction. On the other hand, poor accessibility can hinder tourism growth and reduce local economic potential. City accessibility has a significant influence on the planning of the Bukit Belong tourist attraction in Gunaksa Village. Therefore, serious attention needs to be paid to improving city accessibility in order to maximize tourism potential and promote local economic growth .

Keywords: Accessibility, Attractions, Belong Hill. city, Gunaksa Village

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengembangan wilayah perkotaan merupakan upaya pembangunan yang dilakukan secara terus menerus agar tercapai kualitas kesejahteraan masyarakat dan lingkungan hidup di dalamnya. Terdapat dua aspek yang mempengaruhi perkembangan suatu wilayah perkotaan yaitu aspek fisik seperti letak geografis yang strategis dan aspek sosial seperti potensi sosial ekonomi yang dimiliki wilayah tersebut.

Pengembangan wilayah perkotaan harus dilakukan secara komprehensif, dimana di dalamnya termasuk juga pengembangan wilayah di Pedesaan. Salah satu indikator yang mendukung pengembangan wilayah pada desa adalah ketersediaan infrastruktur dan sistem jaringan di wilayah tersebut. Aksesibilitas wilayah adalah kemampuan atau keadaan suatu wilayah untuk dapat diakses oleh pihak luar baik secara langsung atau tidak langsung. Aksesibilitas yang baik akan melancarkan interaksi masyarakat antar wilayah sehingga terjadi pemerataan pembangunan. Perkembangan suatu wilayah ditentukan

(3)

dengan dorongan suatu potensi yang dapat dikembangkan pada wilayah tersebut, termasuk potensi pariwisata. Begitu juga dengan Bukit belong yang menjandi potensi pariwisata di Desa Gunaksa. Desa Gunaksa merupakan salah satu Desa di kecamatan Dawan , kabupaten Klungkung, Bali. Wisata Bukit Belong Gunaksa di Dawan Klungkung Bali adalah tempat wisata yang memiliki banyak potensi untuk dikembangkan dan akan ramai dengan wisatawan. Namun, meskipun potensi wisata yang dimiliki, masih terdapat tantangan dalam mengembangkan dan mempromosikan Bukit Belong sebagai objek wisata yang diminati. Salah satu faktor yang diduga berperan penting adalah aksesibilitas kota, yakni kemudahan akses ke dan di sekitar objek wisata. Hal tersebut akan terwujud jika didukung aksesibilitas antar kota ke Desa Gunaksa.

Tujuan Penulisan

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana aksesibilitas kota dapat mempengaruhi perencanaan objek wisata Bukit Belong di Desa Gunaksa. Meskipun ada perbedaan antara desa dan kota dalam bidang arsitektur, penting untuk diingat bahwa ada juga interaksi dan pengaruh saling antara keduanya, yang dirangkum pada sebuah bookchapter

METODEPENELITIAN

penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan metode kualitatif. Objek yang akan dijelaskan dalam penelitian ini adalah tingkat aksesibilitas wilayah, Dalam metode penelitian kualitatif hasil analisis tidak tergantung dengan jumlah, tetapi data yang dianalisis dari berbagai pandangan. Penelitian yang dilakukan meliputi kegiatan pengumpulan data, penyususnan data, dan analisis data. Pengumpulan data dihasilkan dari sumber data yang dikumpulkan, oleh karena itu sumber data menjadi bahan pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data.

Sumber data terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder.

Sumber data primer diperoleh dari kegiatan observasi. Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan lewat pengamatan langsung dan menggunakan bantuan observasi menggunakan media Google Earth . observasi yang dilakukan adalah meneliti lapangan secara menyeluruh dan secara langsung pada kegiatan KKNT meliputi jalur aksesibilitas, lebaran jalan serta rambu dan marka.Sumber data sekunder teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara relevan dari buku, artikel, berita, maupun sumber lainnya yang sesuai dengan topik aksesibilitas kota ke objek destinasi Bukit Belong yang akan dicantumkan pada daftar pustaka.

(4)

TINJAUANPUSTAKA 1. Interaksi Kota dan Desa

Menurut Joseph K. Roucek (1984:23) Interaksi merupakan suatu proses yang sifatnya timbal balik dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku dari pihak-pihak yang bersangkutan melalui kontak langsung, melalui berita yang di dengar atau melalui surat kabar, sebagai contoh interaksi antara kota dan desa. Interaksi wilayah adalah pengaruh timbal balik yang saling mempengaruhi antara dua wilayah atau lebih, yang dapat melahirkan gejala, kenampakkan dan permasalahan baru, secara langsung maupun tidak langsung, sebagai contoh antara kota dan desa.

Sedangkan menurut Bintarto (1989:63-65) interaksi memiliki beberapa istilah seperti interelasi, interaksi dan integrasi keruangan. Ketiganya menjadi faktor-faktor utama bagi hakikat geografi. Geografi sebagai ilmu pengetahuan selalu melihat keseluruhan gejala dalam ruang dengan tidak mengabaikan tiap aspek yang menjadi komponen keseluruhannya. Oleh karena itu, hakikat geografi selalu melekat pada studi geografi dan studi geografi desa dan geografi kota. Edward Ulman (Danang Endarto,2009) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi antara desa dan kota, antara lain: • Adanya wilayah–wilayah yang saling melengkapi (regional complementarity) artinya, terdapat kebutuhan timbal balik antar wilayah sebagai akibat adanya perbedaan potensi yang dimiliki oleh tiap wilayah • Adanya kesempatan untuk berintervensi (intervening opportunity) artinya, kedua wilayah memiliki kesempatan melakukan hubungan timbal balik •Adanya kemudahan transfer/pemindahan dalam ruang (spacial transfer ability)

2. Desa Wisata

Desa wisata adalah sebuah wujud kombinasi antara akomodasi, atraksi, dan sarana pendukung yang dikenalkan dalam sebuah tata kehidupan masyarakat yang menjadi satu dengan aturan dan tradisi yang berlaku . Sebuah desa bisa disebut desa wisata ialah desa yang mempunyai potensi wisata yang dapat dikembangkan, sebuah tradisi, dan kebudayaan yang menjadi ciri khas, aksesibilitas dan sarana prasarana yang mendukung program desa wisata, keamanan yang terjamin, terjaganya ketertiban, dan kebersihan. Dasar dalam pengembangan desa wisata ialah pemahaman tentang karakter dan kemampuan elemen yang ada dalam desa, seperti:

kondisi lingkungan dan alam, sosial budaya, ekonomi masyarakat, struktur tata letak, aspek historis, budaya masyarakat dan bangunan, termasuk indigeneus knowledge (pengetahuan dan 16 kemampuan lokal) yang dipunyai masyarakat.(Karangasem, dalam Yusuf A.Hilman Dkk 2018).

(5)

Desa wisata harus memiliki potensi pariwisata, seni dan kebiasaan di daerah setempat, area desa masuk ke dalam lingkup kawasan pengembangan pariwisata atau setidaknya ada dalam rute perjalanan tour package yang telah dijual, tersedianya tenaga pengelola, pelatih, dan pelaku seni yang dapat mendukung keberlangsungan desa wisata tersebut, aksesibilitas yang dapat mendukung program desa wisata serta terjaminnya keamanan,ketertiban dan kebersihan (Putra dalam Zakria, 2014)

3. Aksesibilitas

Aksesibilitas adalah tingkat kemudahan bagi seseorang atau kelompok untuk menuju suatu lokasi tertentu. Aksesibilitas ini terkait jarak lokasi antar daerah. Selain terkait dengan jarak lokasi, aksesibilitas juga terkait dengan waktu dan biaya. Menurut Miro (Dalam Farida, 2013) terdapat beberapa faktor yang digunakan untuk mengukur tingkat aksesibilitas yaitu ketersediaan jaringan jalan raya dan penghubung , jumlah alat transportasi, panjang, lebar jalan, dan kondisi kualitas jalan. Jika sebuah tempat wisata yang didukung oleh aksesibilitas yang baik akan berpengaruh terhadap peningkatan jumlah pengunjung. Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain dan mudah atau sulitnya lokasi tersebut dicapai melalui transportasi Selain itu yang menentukan tinggi rendahnya tingkat akses adalah pola pengaturan tata guna lahan dan keberagaman pola pengaturan fasilitas umum dan fasilitas sosialnya. Aksesibilitas juga menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh para wisatawan untuk berkunjung, apabila suatu obyek wisata tidak memperhatikan aksesibilitas hal ini menjadi penghambat bagi obyek wisata tersebut untuk berkembang meskipun terdapat daya tarik wisatawan. Berdasarkan pengalaman empiris, faktor yang mempengaruhi wisatawan berkunjung salah satunya adalah kemudahan aksesibilitas seperti jalan raya dan transportasi menuju obyek wisata. Menurut Suwantoro ,2019. aksesibilitas termasuk salah satu komponen utama yang mendorong kegiatan pengembangan pariwisata, karena menyangkut pengembangan lintas sektor. Aksesibilitas yang harus diperhatikan dalam pengembangan obyek wisata adalah: a) Lokasi yang strategis dan mudah dijangkau. b) Kemudahan transportasi Salah satu cara untuk para wisatawan sampai ke desa wisata adalah dengan menggunakan transportasi.

PEMBAHASAN

1. Gambaran Umum

Kabupaten Klungkung adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Bali, Indonesia. Kabupaten ini terletak di bagian timur Pulau Bali.

(6)

Klungkung memiliki luas wilayah sekitar 315,00 kilometer persegi dan pada saat sebelumnya bernama Semarapura. Pada tahun 1992, nama ibu kota kabupaten ini diubah dari Semarapura menjadi Klungkung. Desa Gunaksa adalah salah satu dari desa-desa yang berada di dalam batas administratif Kabupaten Klungkung. Desa Gunaksa merupakan desa yang memiliki keindahan alam dan keragaman budaya, salah satu keindahan alam yang dimiliki oleh Desa Gunaksa adalah Bukit Belong. Bukit Belong terletak di Jalan Bukit Belong, Desa Gunaksa, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung.

Gambar 1. Peta Lokasi Kabupaten Klungkung, Desa Gunaksa Sumber : Google Maps

Bukit Belong merupakan salah satu daya tarik utama di Desa Gunaksa.

Objek wisata Bukit Bukit Belong (Blong) menyajikan panorama alam yang indah dengan hamparan sawah yang menghijau di bawah perbukitan. Jika pandangan diarahkan ke selatan, akan disuguhkan dengan pemandangan pantai selatan Pulau Bali dengan air lautnya yang membiru yang dihiasai dengan gugusan kepulauan Nusa Penida. Bukit yang berokasi di Banjar Buayang, Dengan segala pesona alam dan kekayaan budayanya, Desa Gunaksa merupakan salah satu tujuan menarik di Kabupaten Klungkung bagi para wisatawan dan pecinta budaya Bali. Wisata Bukit Belong Gunaksa di Dawan Klungkung Bali merupakan hamparan bukit-bukit hijau sepanjang jalan. Akses jalan menuju ke tempat ini lumayan mulus, tetapi setibanya disana ada jalan kecil beton yang harus kalian tanjaki dari jalan utama kurang lebih panjangnya 150 Meter sebelum mencapai bukit.

Kemiringannya sekitar 50 derajat. Salah satu faktor kunci yang mempengaruhi keberhasilan sebuah objek wisata adalah aksesibilitasnya.

Gambar 2, Objek wisata Bukit Belong

(7)

Begitu pula pada objek wisata Bukit Belong. Dengan adanya perencanaan perancangan tempat yang lebih mendukung sebagai tempat wisata kedepannya, Bukit Belong dapat menjadi daya tarik Desa Gunaksa dengan adanya dukungan dari aksesibilitasnya. Aksesibilitas yang baik akan meningkatkan daya tarik objek wisata, jumlah kunjungan wisatawan, dan potensi pendapatan dari sektor pariwisata.

2. Keterjangkauan dan Aksesibilitas

Aksesibilitas kota mempunyai peran penting dalam perencanaan objek wisata Bukit Belong. Aksesibilitas yang baik akan meningkatkan daya tarik objek wisata, jumlah kunjungan wisatawan, dan potensi pendapatan dari sektor pariwisata. Di sisi lain, aksesibilitas yang buruk dapat menghambat pertumbuhan pariwisata dan mengurangi potensi ekonomi lokal.

Kemudahan jangkauan dan aksesibilitas dipengaruhi oleh rute jalan yang dilewati, kondisi jalan , dan jenis kendaraan seperti apa yang dapat mengakomodasi ke suatu objek wisata. Bukit Belong sebagai salah satu potensi wisata di Desa Gunakasa perlu diketaui apakah dapat mempermudah wisatawan dari segi aksesibiltasnya .

2.1 Alternatif jalan

Kemudahan aksesibilitas dari kota menuju Bukit Belong di Desa Gunaksa didukung oleh pilihan jalan yang digunakan untuk menuju pada objek wisata. Semakin banyak jalan lintas yang dapat dilalui, maka semakin banyak pertimbangan dalam menentukan pilihan jalan atau rute yang akan dilalui. Aksesibilitas yang baik akan meningkatkan daya tarik objek wisata, jumlah kunjungan wisatawan, dan potensi pendapatan dari sektor pariwisata.

Beberapa rute mungkin menawarkan pemandangan alam yang menakjubkan, sementara yang lainnya dapat lebih cepat dan nyaman. Gambar diatas menunjukkan rute jalan yang dilalui dari kota klungkung semarapura menuju objek wisata Bukit Belong.

Jalan utama yang dilalui ialah Jalan Puputan Semarapura.

(8)

Jalan mudah diakses dari kota menuju masuk ke Desa Gunaksa, tempat wisata Bukit Belong Dengan adanya alternatif jalan yang mudah diakses, para pengunjung akan merasa terdorong untuk mengunjungi Bukit Belong, yang pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan dari sektor pariwisata di Desa Gunaksa. Hal ini dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat setempat, dengan peluang usaha baru dan peningkatan lapangan kerja terutama di sektor yang berhubungan dengan pariwisata, seperti perhotelan, kuliner, dan usaha kerajinan lokal. Gambar diatas menunjukkan rute lain yang dapat diakses oleh banyak daerah menuju Bukit Belong yaitu melewati jalan prof ida bagus mantra. Jalan ini merupakan jalur distribusi yang gampang diakses dari manapun. semakin mudahnya akses ke Bukit Belong dapat meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap potensi wisata alam yang dimiliki oleh Desa Gunaksa.

Dengan demikian, penting bagi pemerintah daerah dan pihak terkait untuk terus memperhatikan dan menjaga kualitas serta ketersediaan berbagai alternatif jalan menuju Bukit Belong. Upaya pemeliharaan dan perbaikan infrastruktur harus terus dilakukan guna menjaga kenyamanan dan keamanan aksesibilitas bagi para wisatawan, serta untuk memastikan bahwa potensi pariwisata dari objek wisata ini dapat tetap berkembang secara berkelanjutan.

2.2 Kondisi Jalan

Kondisi jalan adalah kondisi jalan termasuk jenis fasilitas, penyusun material jalan, dan lebar jalur (dengan arah), lebar bahu.

kondisi jalan adalah keadaan dari jalur atau akses yang dilewati oleh wisatawan dengan menggunakan kendaraan tertentu. Dari rute jalan yang dilalui melalui jalan perkotaan Semarapura,

dengan lebar 1,2 m di semua penggalan jalan, tetapi tidak berfungsi maksimal. Penyebabnya dilihat dari hasil telusur lapangan karena

(9)

kebiasaan pengguna yang lebih nyaman mempergunakan kendaraan pribadi. Jadi pedestrian cenderung dipergunakan oleh wisatawan.

Kondisi Jalan sepanjang Kota Semarapura sudah di aspal dan baik kondisinya, beberapa area jalan juga dipaving untuk menunjukkan batas area jalan. Begitu juga pada alternatif Jalan Prof Ida Bagus Mantra, jalan ini cukup lebar untuk dilalui kenderaan truk brang, mobil pribadi, dan motor. Jalan ini dilalui dari antar daerah untuk menuju suatu tempat salah satunya ialah objek wisata Bukit Belong.

Jalan ini mudah diakses dan kondisi jalan yang sangat baik dan sudah diaspal .kondisi jalan yang baik berpengaruh terhadap kemudahan mengakses jalan menuju objek wisata. Lebar jalan sekitar 10 m sangat memudahkan kelancaran lalu lintas dijalan.

Tidak hanya aksesibilitas secara makro yaitu jalanan besar , akses sekitar Bukit Belong memasuki Desa Gunaksa juga baik .

Jalan meuju Bukit Belong juga cukup luas dengan kondisi jalan baik yang sudah teraspal, sedangkan akses masuk ke area Bukit Belong sudah menggunakan pavving blok.

KESIMPULAN

Aksesibilitas menuju Bukit Belong dari kota Semarapura dan daerah sekitarnya cukup baik melalui beragam alternatif jalan yang mudah diakses. Kondisi jalan menuju Bukit Belong baik, sebagian besar sudah diaspal dan memudahkan pergerakan wisatawan. Alat transportasi yang digunakan untuk mengakses Bukit Belong adalah kendaraan seperti bus besar, mobil, sampai motor. dapat disimpulkan bahwa Desa Gunaksa, khususnya Bukit Belong, memiliki potensi sebagai objek wisata yang menarik di Kabupaten Klungkung, Bali, dengan dukungan aksesibilitas yang baik melalui beragam jalan yang memudahkan wisatawan untuk mencapai tempat tersebut.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Roucek, Joseph K. 1984. Pengantar Sosiologi. Bina Aksara: Jakarta.

Bintarto, R. 1989. Interaksi Desa Kota dan Permasalahannya. Ghalia Indonesia: Jakarta

Yusuf A.Hilman Dkk. 2018. “Kelembagaan Kebijakan Pariwisata Di Level Desa”.

Farida, U. (2013). Pengaruh Aksesibilitas Terhadap Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Pedesaan Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal.

Jurnal Wilayah Dan Lingkungan, 1(1), 49.

Gamal Suwantoro. (2007). Dasar-dasar pariwisata. Yogyakarta : Andi Offset.

Putra. (2018). Data BPS: Indonesia Miliki 1.734 Desa Wisata. Zakaria, F.

& Suprihardjo, R.D. (2014). Konsep Pengembangan Kawasan Desa Wisata di Desa Bandungan Kecamatan Pakong Kabuapaten Pamekasan. Jurnal Teknik Pomits Vol. 3 No. 2, hal. 245-249

Referensi

Dokumen terkait

Kota Salatiga memiliki berbagai objek wisata di mana lokasinya berada jauh dari pusat Kota dan jalan-jalan utama, serta medan jalan menuju objek wisata sangat menyulitkan

Strategi pengelolaan mulai dilakukan melalui pembenahan akses jalan menuju lokasi wisata, membangun warung makan, toilet umum, mushola, tempat parkir, serta

Berdasarkan permasalahan ini perlu dilakukan penelitiaan tentang “Analisis Tingkat Kepuasan Wisatawan Mancanegara Pengunjung Objek Wisata Alam Taman Nasional Gunung Leuser di

Permasalahan yang ada pada mengembangkan desa wisata Stone Park Bukit Pertapan adalah kebutuhan air bersih yang sangat minim untuk memenuhi kebutuhan pengunjung baik yang

Akses menuju wisata Air Terjun Batu Putu mudah dijangkau dan lokasinya tidak jauh dari pusat kota Bandar Lampung menjadikan tempat ini menjadi tujuan utama pengunjung untuk

Dari kondisi fisik masih kurang memadainya kondisi jalan yang ada di desa wisata kandri maupun akses menuju ke desa wisata. Kurang baiknya kondisi jalan

Wisatawan berharap adanya pengembangan lebih lanjut pada daerah wisata alam tirta Bukit Lawang yang dapat dilihat dari hasil kuisioner wisatawan terbesar yang

Untuk itu pemerintah juga akan segera mengupayakan menambah wahana hiburan/permainan di objek wisata air terjun Majaujau tersebut 2 Aksebilitas, untuk menuju air terjun para pengunjung