• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODEBERCERITA TERHADAP PERKEMBANGAN POLA PIKIR KREATIFANAK DIDIK PADA SISWAKELAS V SD NEGERI CAKRANINGRAT No.32 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODEBERCERITA TERHADAP PERKEMBANGAN POLA PIKIR KREATIFANAK DIDIK PADA SISWAKELAS V SD NEGERI CAKRANINGRAT No.32 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODEBERCERITA TERHADAP PERKEMBANGAN POLA

PIKIR KREATIFANAK DIDIK PADA SISWAKELAS V SD NEGERI CAKRANINGRAT No.32 SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Disusun Oleh :

Dra. Usmani Haryanti, S.Pd, M.Hum

ABSTRAK

METODEBERCERITATERHADAPPERKEMBANGANPOLAPIKIRKRE ATIFANAKDIDIKPADASISWA KELASVSD NEGERI CAKRANINRAT No.32 SURAKARTATAHUNPELAJARAN2014/2015.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh layanan bimbingan dengan menggunakan metodebercerita terhadap perkembangan pola pikir kreatif anak didik pada siswa kelas V SD NEGERI CAKRANINRAT No.32 SURAKARTA tahun ajaran 2014/2015.

Populasi penelitian ini sebanyak 32 siswa. Sampel sebanyak 32 siswa.

Pengumpulan data dengan menggunakan angket dan observasi. Sedangkan analisis data menggunakan teknik t-test.

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan SPSS 14 dengan uji t diperoleh nilai t-hitung lebih besar dari pada t tabel, atau (2.093> 2.040) maka Ho ditolak, artinya bahwa adapengaruh layanan bimbingan dengan menggunakan metode bercerita terhadap perkembangan pola pikir kreatif pada siswa kelas V SD NEGERI CAKRANINGRAT No.32 SURAKARTA tahun ajaran 2014/2015.

Hal ini menunjukkan bahwa seorang guru harus bisa menciptakan suasana yang menyenangkan dan bisa mendorong anak didik untuk melakukan hal yang kreatif. Selain itu, juga memberikan bimbingan untuk membantu perkembangan pola pikir kreatif anak didik. Penggunaan metode bercerita dapat memotivasi anak didik untuk mengembangkan pola pikir kreatif mereka.

(2)

Jurnal Ilmiah Konseling, BK FKIP UTP ii Vol. 16 (1) Januari 2016. ISSN : 2086 - 1907

Bercerita menjadi stimulasi yang berdampak positif bagi perkembangan kreativitas anak. Anak terbiasa berkonsentrasi pada suatu topik, berani mengembangkan kreasinya, merangsang anak untuk berpikir secara imajinatif.Sebagai guru Bimbingan Konseling berkewajiban untuk membantu anak didiknya mengembangkan pola pikir kreatif mereka, melalui salah satunya dengan mendengarkan cerita yang dapat membangkitkan motivasi belajar atau bercerita menggunakan buku cerita.

I. PENDAHULUAN

Mengembangkan kreativitas pola pikir anak didik diperlukanperanan pendidikyang kreatif, sehingga dapat memuaskan rasa keingintahuannya melalui berbagai cara seperti berekplorasi, bereksperimen dan banyak mengajukan pertanyaan kepada orang lain.

Fenomena yang ada selama ini pola pikir kreatif yang dimiliki oleh anak masih rendah. Hal ini dapat di lihat dari kegiatan anak didik sehari-hari dimana anak didik masih menunggu guru, bersikap pasif, tidak mempunyai ide sendiri, belum bisa mengungkapkan idenya sendiri jika tidak dibantu oleh guru serta anak didik masih banyak tergantung oleh guru. Bahkan jika diberi tugas, anak didik mencontoh atau meniru tugas anak lain..

DI SD NEGERI CAKRANINGRAT No.32 SURAKARTAmasih terlalu monoton dan menitikberatkan pada pengembangan otak kiri yang statis.

Sehingga anak didiknya kurang dapat mengembangkan pola pikir kreatif.

Kegiatan yang bisa dilakukan untuk mengembangkan pola pola pikir kreatif anak didik salah satunya adalah dengan bercerita.

(3)

Jurnal Ilmiah Konseling, BK FKIP UTP iii Vol. 16 (1) Januari 2016. ISSN : 2086 - 1907

Bercerita menjadi stimulasi yang berdampak positif bagi perkembangan kreativitas anak. Anak terbiasa berkonsentrasi pada suatu topik, berani mengembangkan kreasinya, merangsang anak untuk berpikir secara imajinatif.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis melakukan penelitian tentang “Pengaruh layanan bimbingan dengan menggunakan metode bercerita terhadap perkembangan pola pikir kreatif pada SD NEGERI CAKRANINGRAT No.32 SURAKARTAtahun ajaran 2014/2015”.

A. Identifikasi Masalah

Masalah yang perlu diidentifikasi masalah adalah:

1. Perkembangan kreativitas anak didik kurang mendapat perhatian karena sistem pendidikan yang lebih mengembangkan kemampuan akademik.

2. Pola pikir kreatif anak didik kurang berkembang karena penggunaan metode pembelajaran yang statis dan monoton.

3. Layanan bimbingan dengan menggunakan metode bercerita dapat menghindari metode statis untuk merangsang timbulnya kreativitas anak didik.

B. Pembatasan Masalah

”Pengaruh layanan bimbingan dengan menggunakan metode bercerita terhadap perkembangan pola pikir kreatif anak didik pada siswa SD NEGERI CAKRANINGRAT No.32 SURAKARTAtahun ajaran 2014/2015”.

C. Rumusan Masalah

(4)

Jurnal Ilmiah Konseling, BK FKIP UTP iv Vol. 16 (1) Januari 2016. ISSN : 2086 - 1907

Identifikasi masalah dan batasan masalah, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut : ” Apakah ada pengaruh layanan bimbingan dengan menggunakan metode bercerita terhadap perkembangan pola pikir kreatif anak didik pada siswa SD NEGERI CAKRANINGRAT No.32 SURAKARTAtahun ajaran 2014/2015?”.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh layanan bimbingan dengan menggunakan metodebercerita terhadap perkembangan pola pikir kreatif anak didik pada siswa SD NEGERI CAKRANINGRAT No.32 SURAKARTAtahun ajaran 2014/2015.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis maupun teoritis, antara lain :

1. Manfaat Teoritis

Menambah pengetahuan bagi peneliti tentang bagaimana layanan bimbingan belajar bercerita dapat meningkatkan pola pikir kreatif anak didik.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru Bimbingan Konseling

(5)

Jurnal Ilmiah Konseling, BK FKIP UTP v Vol. 16 (1) Januari 2016. ISSN : 2086 - 1907

Mempermudah pelaksanaan pemberian layanan bimbingan yang kreatif dan menyenangkan.

b. Bagi Sekolah

1. Hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukan pada sekolah dalam peningkatan sistem layanan bimbingan dan konseling di sekolah.

2. Meningkatkan mutu SMP N 2 Gondang melalui peningkatan pola pikir kreatif anak didiknya.

c. Bagi Anak Didik

Dapat memberikan kemudahan tentang apa yang dipelajari oleh anak didik dalam meningkatkan pola pikir kreatif mereka.

II. LANDASAN TEORI a. Pengertian layanan bimbingan

Sunarya Kartadinata (2001 : 3) “Bimbingan adalah proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal”. Maksudnya adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara terus menerus, supaya individu tersebut memahami dirinya dan dapat bertindak secara wajar. Sesuai dengan keadaan yang ada di lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, teman-temannya dan kehidupannya. Individu dapat mengembangkan dirinya, menikmati kehidupannya dan dapat bermanfaat bagi masyarakat serta lingkungannya.

Uman Suherman.AS. (2007 : 10) “Bimbingan merupakan proses bantuan kepada individu sebagai dari program pendidikan yang dilakukan

(6)

Jurnal Ilmiah Konseling, BK FKIP UTP vi Vol. 16 (1) Januari 2016. ISSN : 2086 - 1907

oleh tenaga ahli agar individu mampu memahami dan mengembangkan potensinya secara optimal sesuai tuntutan lingkungannya”. Maksudnya ialah suatu bantuan yang diberikan oleh seorang tenaga ahli kepada individu yang mengalami hambatan dalam mengembangkan potensinya secara maksimal sesuai tuntutan atau terget yang harus ditempuh individu dalam lingkungannya.

Berdasarkan beberapa pengertian tentang bimbingan di atas, maka peneliti berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses layanan pemberian bantuan kepada individu untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi agar individu tersebut dapat mengembangkan dirinya secara maksimal dan bermanfaat.

b. Pengertian Bercerita

Menurut Abdul Aziz Abdul Majid (2001:8) cerita merupakan salah satu bentuk dari seni sastra yang bisa dibaca atau didengar. Sebagai salah satu bentuk kesenian, maka cerita memiliki keindahan dan dapat dinikmati.

Pada umumnya cerita bisa menimbulkan kesenangan baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Selanjutnya menurut Abdul Aziz Abdul Majid, bercerita berarti menyampaikan cerita kepada pendengar atau membacakan cerita bagi mereka.

Menurut Heri Hidayat (2003:45) cerita merupakan tuturan, yaitu upaya mendeskripsikan atau menggambarkan terjadinya suatu peristiwa.

Selanjutnya dikatakan bahwa Menurut bercerita dikatakan sebagai aktivitas menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan, pengalaman atau

(7)

Jurnal Ilmiah Konseling, BK FKIP UTP vii Vol. 16 (1) Januari 2016. ISSN : 2086 - 1907

suatu kejadian yang sungguh-sungguh terjadi maupun hasil rekaan.

Bercerita dikatakan sebagai menuturkan, yaitu menyampaikan gambaran atau deskripsi suatu kejadian.

Suyanto dan Abbas dalam Musfiroh (2005: 23-24) menyatakan cerita dapat digunakan sebagai sarana mendidik dan membentuk kepribadian anak didik. Nilai-nilai luhur ditanamkan pada diri anak didik melalui penghayatan terhadap makna dan maksud cerita. Tranmisi budaya terjadi secara alamiah. Anak didik memiliki referensi yang mendalam karena setelah menyimak, anak didik melakukan serangkaian aktivitas kognisi dan afeksi yang rumit dari fakta cerita seperti nama tokoh, sifat tokoh, latar tempat, dan budaya, serta hubungan sebab akibat dalam alur cerita dan pesan moral yang tersirat didalamnya. Proses ini terjadi secara lebih kuat dari pada nasehat atau paparan.

Musfiroh (2005:24) menyatakan bercerita menjadi sesuatu yang penting bagi anak didik karena beberapa alasan antara lain :

1)Bercerita merupakan alat perbandingan budi pekerti yang paling mudah dicerna anak didik disamping teladan yang dilihat anak didik setiap hari.

2)Bercerita merupakan metode dan materi yang dapat diintegrasikan dengan dasar ketrampilan lain, yakni berbicara, membaca, menulis dan menyimak, tidak terkecuali untuk anak taman kanak-kanak.

3)Bercerita memberi ruang lingkup yang bebas pada anak didik untuk mengembangkan kemampuan bersimpati dan berempati

(8)

Jurnal Ilmiah Konseling, BK FKIP UTP viii Vol. 16 (1) Januari 2016. ISSN : 2086 - 1907

terhadap peristiwa yang menimpa orang lain. Hal tersebut mendasari anak untuk memiliki kepekaan sosial.

4)Bercerita memberi contoh pada anak didik bagaimana menyikapi suatu permasalahan dengan baik, bagaimana melakukan pembicaraan yang baik, sekaligus memberi pelajaran pada anak didik bagaimana cara mengendalikan keinginan-keinginan yang dinilai negatif oleh masyarakat.

5)Bercerita memberikan barometer sosial pada anak didik, nilai-nilai apa saja yang diterima oleh masyarakat sekitar, seperti patuh pada perintah orangtuadan selalu bersikap jujur.

6)Bercerita memberikan pelajaran budaya dan budi pekerti yang memiliki retensi lebih kuat dari pada pelajaran budi pekerti yang diberikan melalui penuturan dan perintah langsung.

7)Bercerita memberikan ruang gerak pada anak didik, kapan suatu nilai yang berhasil ditangkap akan diaplikasikan.

8)Bercerita memberikan efek psikologis yang positif bagi anak didik dan guru sebagai pencerita, seperti kedekatan emosional sebagai pengganti figur lekat orangtua.

9)Bercerita membangkitkan rasa tahu anak didik tentang peristiwa atau cerita, alur, plot, dan menumbuhkan kemampuan merangkai sebab akibat dari suatu peristiwa dan memberikan peluang bagi anak didik untuk belajar menelaah kejadian-kejadian di sekelilingnya.

(9)

Jurnal Ilmiah Konseling, BK FKIP UTP ix Vol. 16 (1) Januari 2016. ISSN : 2086 - 1907

10) Bercerita memberikan daya tarik bersekolah bagi anak. Cerita memberikan efek reaktif dan imajinatif yang dibutuhkan anak didik dalam menghadapi kehidupannya kelak.

11) Bercerita mendorong anak memberikan makna bagi proses belajar terutama mengenai empati sehingga anak didik dapat mengkonkretkan rabaan psikologis mereka bagaimana seharusnya memandang suatu masalah dari sudut pandang orang lain. Dengan kata lain, anak didik belajar memahami sudut pandang orang lain secara lebih jelas berdasarkan perkembangan psikologis masing- masing.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa di samping cerita juga dipandang sebagai karangan, yaitu upaya menuturkan perbuatan, kejadian, pengalaman dan lain-lain baik berupa kisah nyata (peristiwa yang benar-benar terjadi) maupun rekaan (bukan kisah nyata).

Berdasarkan tulisan di atas dapat dikatakan bahwa cerita itu bisa jadi peristiwa yang benar-benar terjadi ataupun peristiwa yang dikarang, bukan peristiwa yang sebenarnya. Cerita yang bukan peristiwa yang sebenarnya biasa disebut dengan dongeng.

c. Teknik Bercerita dalam bimbingan

Sebagai suatu teknik dalam bimbingn, bercerita memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan teknik yang lain.

Teknik bercerita dipandang efektif dalam membantu anak didik dalam mengembangkan seluruh aspek pribadinya yang meliputi

(10)

Jurnal Ilmiah Konseling, BK FKIP UTP x Vol. 16 (1) Januari 2016. ISSN : 2086 - 1907

kognitif, afektif dan psikomotorik.Ketika konselor/pembimbinga hendak memberikan layanan bimbingan kepada para siswa secara klasikal maupun dalam kelompok yang lebih kecil, teknik bercerita dapat dipertimbangkan untuk dipilih sebagai cara dalam menyampaikan informasi yang dimaksud.

Bercerita dalam konteks bimbingan, dipandang sebagai alat dalam mencapai tujuan bimbingan.Melalui bercerita konselor atau pembimbing memberi pengalaman belajar kepada anak didik untuk mencapai tujuan bimbingan yang telah dirancang.Dengan demikian, tujuan dalam penyampaian cerita, dirancang untuk mencapai tujuan bimbingan sesuai dengan yang direncanakan.

Teknik bercerita ini dapat digunakan sebagai layanan bimbingan yang bertujuan untuk memotivasi anak didik untuk memperbaiki pola pikir mereka ke arah yang kreatif mulai dari usia kanak-kanak, remaja bahkan dewasa.

Teknik bercerita mampu menarik perhatian anak remaja pada yang ingin menemukan jati dirinya.Untuk anak remaja, dibutuhkan stimulasi yang optimal agar dalam menemukan jati dirinya tidak salah jalan. Cerita motivasi tentang perjalanan hidup seseorang yang nyata sangat dibutuhkan untuk proses perkembangan pola pikir mereka.

Cerita motivasi yang diberikan kepada anak didik bisa jadi merupakan kisah nyata yang dialami seseorang sebagai suri tauladan ataupun

(11)

Jurnal Ilmiah Konseling, BK FKIP UTP xi Vol. 16 (1) Januari 2016. ISSN : 2086 - 1907

mengambil dongeng-dongeng lama yang sarat akan nilai-nilai falsafah hidup.

Berikut berbagai teknik cerita menurut Hana (2011: 58), antara lain:

a) Membaca dari buku cerita. Ini adalah teknik membacakan dongeng secara langsung dari buku cerita.

b) Mendongeng dengan ilustrasi dari buku. Teknik ini menggunakan ilustrasi dari buku yang sengaja dipilih. Ilustrasi harus me-narik dan lucu sehingga anak bisa mendengarkan dan memusatkan per-hatian lebih besar daripada buku cerita. Menceritakan Dongeng. Mendongeng merupakan suatu cara untuk meneruskan warisan budaya yang bernilai luhur dari satu generasi ke generasi selanjutnya.

c) Mendongeng dengan menggunakan boneka.

d) Dramatisasi atas suatu dongeng.

e) Mendongeng sambil memainkan jari-jari tangan. Teknik ini memungkinkan berkreasi dengan meng-gunakan jari-jari tangan, tergantung kreativitas pendongeng sesuai perwatakan tokoh yang ada di dalam dongeng.

Suatu bimbingan, agar mencapai tujuan yang diharapkan, dalam menggunakan teknik bercerita, guru pembimbing harus memperhatikan :

(12)

Jurnal Ilmiah Konseling, BK FKIP UTP xii Vol. 16 (1) Januari 2016. ISSN : 2086 - 1907

1) Isi cerita dikaitkan dengan dunia kehidupan anak didik yang akan mendapat bimbingan. Dengan demikian mereka dapat memahami dan menangkap pesan-pesan bimbingan yang disampaikan melalui cerita, karena memaparkan kondisi yang sesuai dengan kehidupan nyata mereka.

2) Suasana dalam bercerita hendaknya dapat memberikan perasaan yang gembira, asyik dan lucu, sesuai dengan kehidupan anak didik yang penuh dengan perasaan suka cita.

3) Cerita yang disampaikan hendaknya unik dan menarik bagi anak didik, serta dapat melibatkan suasana emosi dan membangkitkan motivasi untuk mengikuti cerita hingga selesai.

4) Bahasa yang digunakan dalam bercerita, hendaknya berupa bahasa tutur yang sederhana, sehingga mudah dimengerti dan dapat diterima anak didik.

5) Cerita yang dipilih hendaknya cerita yang memang menarik dan memikat perhatian pembimbing. Dengan demikian pembimbing atau konselor akan mudah dalam menguasai cerita tersebut dan akan sungguh-sungguh dalam menyampaikannya kepada anak didik.

Penyampaikan suatu cerita, seorang konselor atau pembimbing dapat menggunakan berbagai cara ataupun teknik. Teknik mana yang akan dipilih bisa disesuaikan dengan usia anak didik, tujuan yang akan dicapai, sarana prasarana yang tersedia serta kesiapan dari pembimbing sendiri.

(13)

Jurnal Ilmiah Konseling, BK FKIP UTP xiii Vol. 16 (1) Januari 2016. ISSN : 2086 - 1907

d. Teknik Bimbingan dengan Metode Bercerita

Pemberian layanan informasi bimbingan dengan teknik bercerita, dapat dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut:

1) Tahap Persiapan 2) Tahap Pelaksanaan

2.a. Pengertian Kreativitas

Yeni Rahmawati (2010:13) “Kreativitas merupakan suatu proses mental yang dilakukan individu berupa gagasan maupun produk baru atau mengombinasikan antara keduanya pada akhirnya akan melekat pada dirinya”.

Kreativitas merupakan sebuah kemampuan dalam menghasilkan gagasan dan ide baru.

Menurut Utami Munandar (2004:20) “Kreativitas adalah:

1) Kemampuan unruk memunculkan sesuatu yang baru dalam kondisi yang lama (mapan) bersifat spontan dan kebebasan untuk mencipta.

2) Pengalaman dalam mengeksplorasi dan mengaktualisasi identitas diri individu dalam bentuk terpadu antara hubungan diri sendiri, alam dan orang lain”.

Berdasarkan beberapa definisi tentang kreativitas tersebut maka peneliti berpendapat bahwa kreativitas adalah suatu proses mental

(14)

Jurnal Ilmiah Konseling, BK FKIP UTP xiv Vol. 16 (1) Januari 2016. ISSN : 2086 - 1907

seseorang yang dapat melahirkan suatu gagasan, proses, metode atau produk yang baru maupun hasil dari kombinasi/gabungan ide dan pola pikir seseorang yang bersifat imajinatif.

Kreativitas dapat dilihat dari 3 aspek yaitu : sebuah kemampuan, perilaku dan proses.

1) Sebuah kemampuan 2) Sebuah perilaku 3) Sebuah proses

2.b. Ciri-Ciri Kreativitas

Menurut Pedoman Diagnostik Potensi Peserta Didik (Depdiknas 2004:

19) dalam Nurhayati (2011: 10), disebutkan ciri kreativitas antara lain:

a.Menunjukan rasa ingin tahu yang luar biasa

b.Menciptakan berbagai ragam dan jumlah gagasan guna memecahkan persoalan

c.Sering mengajukan tanggapan yang unik dan pintar d.Berani mengambil resiko

e.Suka mencoba

f.Peka terhadap keindahan dan segi estetika dari lingkungan

Ciri – ciri kreativitas adalah ditunjukkan dengan rasa ingin tahu yang besar sehingga akan melahirkan ide atau gagasan dengan tanggapan yang cerdas serta berani mengambil resiko akan tindakan yang diambil.

Menurut Conny R Semiawan (2009: 136) ciri-ciri kreativitas adalah:

1)Berani mengambil resiko

(15)

Jurnal Ilmiah Konseling, BK FKIP UTP xv Vol. 16 (1) Januari 2016. ISSN : 2086 - 1907

2)Memainkan peran yang positif berfikir kreatif 3)Merumuskan dan mendefinisikan masalah 4)Tumbuh kembang mengatasi masalah

5)Toleransi terhadap masalah ganda (ambigutiy) 6)Menghargai sesama dan lingkungan sekitar

Ciri – ciri kreativitas adalah adanya keberanian dalam mengambil keputusan dengan segala resikonya dan menempatkan dirinya dengan tepat dalam menghadapi masalah serta menghargai lingkungan sekitarnya.

Menurut Utami Munandar (2009:10) ciri-ciri kreativitas dapat dibedakan menjadi dua yaitu ciri kognitif (aptitude) dan ciri non-kognitif (non- aptitude).Ciri kognitif (aptitude) dari kreativitas terdiri dari orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran dan elaboratif.Sedangkan ciri non kognitif dari kreativitas meliputi motivasi, kepribadian, dan sikap kreatif.Kreativitas baik itu yang meliputi ciri kognitif maupun non-kognitif merupakan salah satu potensi yang penting untuk dipupuk dan dikembangkan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa cirri – cirri kreativitas adalah ditandai dengan kemampuan dalam mengambil keputusan, rasa ingi tahu yang besar dan kemampuan untuk menciptakan gagasan baru dan menghadapi masalah serta dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.

2.c. Pengaruh layanan bimbingan dengan menggunakan metode bercerita terhadap perkembangan pola pikir kreatif pada siswa SD NEGERI CAKRANINGRAT No.32 SURAKARTAtahun ajaran 2014/2015

(16)

Jurnal Ilmiah Konseling, BK FKIP UTP xvi Vol. 16 (1) Januari 2016. ISSN : 2086 - 1907

Beberapa aspek tertentu dari pemikiran kreatif mungkin berasal dari faktor keluarga dan keturunan, tetapi faktor lingkungan juga berperan dalam perkembangan pola pikir kreatif anak didik. Untuk mengembangkan pola pikir kreatif anak didik, usaha yang dilakukan adalah membimbing anak didik melalui bercerita yang memotivasi pola pikir anak didik secara positif sehingga di masa mendatang tercipta anak didik yang kreatif dan imajinatif.

A. Kerangka Berfikir

Seorang pembimbing harus bisa menciptakan suasana yang menyenangkan dan bisa mendorong anak didik untuk melakukan hal yang kreatif. Selain itu, juga memberikan bimbingan untuk membantu perkembangan pola pikir kreatif anak didik.

Penggunaan metode bercerita dapat memotivasi anak didik untuk mengembangkan pola pikir kreatif mereka. Pembimbing merangsang anak didik untuk senantiasa berfikir kreatif.

Gambar 1. Bagan Kerangka Berfikir B. Rumusan Hipotesis

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Ada pengaruh layanan bimbingan dengan menggunakan metode bercerita terhadap perkembangan pola pikir kreatif anak didik pada siswa kelas VIII SMP N 2 Gondang tahun ajaran 2014/2015”.

Bimbingan Menggunakan Metode Bercerita

Pada Anak

Pola Pikir Kreatif

(17)

Jurnal Ilmiah Konseling, BK FKIP UTP xvii Vol. 16 (1) Januari 2016. ISSN : 2086 - 1907

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan DISD NEGERI CAKRANINGRAT No.32 SURAKARTAWaktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada pada bulan Agustus 2014 sampai bulan September 2014.

B. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang diambil adalah penelitian deskriptif kuantitatif dimana data yang diperoleh dari gambaran data yang berbentuk angka yaitu angket pola pikir kreatif anak didik yang diambil datanya dan dibuat dalam bentuk angka.

C. Populasi, Sampel dan Sampling 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswaSD NEGERI CAKRANINGRAT No.32 SURAKARTATahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 32 siswa.

2. Sampel

Pengambilan sampel, kelas V adalah 32 anak didik, SD NEGERI CAKRANINGRAT No.32 SURAKARTA

(18)

Jurnal Ilmiah Konseling, BK FKIP UTP xviii Vol. 16 (1) Januari 2016. ISSN : 2086 - 1907

3. Sampling

Adapun teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah classter sampling atau area sampling.

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini ada dua macam variabel yaitu:

1) Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variable dependen (terikat). Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah bimbingan menggunakan metode bercerita sebagai variabel X.

2) Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah pola pikir kreatif anak didik sebagai variabel Y.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Angket

2. Observasi 3. Dokumentasi

F. Uji Instrumen Penelitian

Menganalisis sebuah penelitian dapat menggunakan suatu analisis butir soal, yaitu untuk mengetahui butir-butir mana yang valid dan tidak valid yaitu dengan cara mengkorelasikan antara skor butir yang dianggap sebagai X dan skor yang dianggap nilai Y.

(19)

Jurnal Ilmiah Konseling, BK FKIP UTP xix Vol. 16 (1) Januari 2016. ISSN : 2086 - 1907

G. Teknik Analisis Data 1. Uji Validitas

Untuk uji ini digunakan korelasi product moment atau korelasi Pearson, dengan rumus sebagai berikut : (Arikunto, 2002:124)

keterangan:

r = korelasi antara skor pertanyaan dan skor total X = skor pertanyaan tertentu

Y = skor total

Suatu pertanyaan dapat dikatakan valid jika r > rtabel, dan jika r < rtabel,maka pertanyaan tersebut tidak valid.

2. Uji Reliabilitas

Untuk mengetahui tingkat instrumen penelitian menggunakan Rumus Alpha sebagai berikut :

r 

 

Σ

 

= − 22

11 1 t

a

k k

Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyak butiran pertanyaan atau banyak soal t2

Σ = jumlah varian butir t2

=varian total

(20)

Jurnal Ilmiah Konseling, BK FKIP UTP xx Vol. 16 (1) Januari 2016. ISSN : 2086 - 1907

3. Teknik Uji t

Teknik analisis hasil untuk mengetahui diterima atau ditolaknya hipotesis digunakan dengan teknik t tes atau uji t dengan rumus:

) 1 (

2

= −

N N

Me t Mk

b

Keterangan :

Mk: Mean / rata-rata pada kelompok control

Me: Mean / rata-rata pada kelompok eksperimen / kelompok coba

∑b2: Jumlah deviasi / simpangan dari Mean Perbedaan N : Jumlah subyek / kelompok

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Validitas dan Relibilitas

1. Pengujian Validitas Angket Pola Pikir Kreatif Siswa

Hasil perhitungan validitas butir angket pola pikir kreatif siswa pada taraf signifikasi 5% semuanya dinyatakan valid atau shohih sehingga dapat dijadikan sebagai instrumen pengumpulan data.Berdasarkan hasil analisis didapat nilai korelasi antara skor item dengan Skor Total. Nilai ini kemudian kita bandingkan dengan nilai r table pada signifikansi 0,05 (uji 2 sisi) dan jumlah data (n) = 25, maka didapat r tabel sebesar 0,396 (lihat tabel r). Dari perhitungan validitas yang ada pada lampiran validitas diperoleh hasil sebagai berikut : dari 30

(21)

Jurnal Ilmiah Konseling, BK FKIP UTP xxi Vol. 16 (1) Januari 2016. ISSN : 2086 - 1907

item angket pola pikir kreatif siswa ternyata semuanya dinyatakan valid karena nilainya lebih dari 0,396.

2. Pengujian Reliabilitas Angket Pola Pikir Kreatif Siswa

Berdasarkan perhitungan dari lampiran realibilitas diperoleh nilai reliabilitas angket Pola Pikir Kreatif Siswa sebesar 0,947. Dari daftar tabel koefisien korelasi diketahui bahwa nilai r dalam tabel dengan N = 25 dalam taraf signifikansi 5% = 0,312. Sedangkan nilai koefisien korelasi hasil uji coba = 0,982 dengan demikian nilai-nilai yang diperoleh dari uji coba lebih besar dari nilai r dalam tabel pada taraf signifikansi 5%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen angket Pola Pikir Kreatif siswa tersebut cukup reliabel dan layak digunakan untuk alat mencari data.

C. Pengujian Hipotesis

Tabel 8: Uji TPaired Samples Test

4.156 11.234 1.986 .106 8.207 2.093 31 .045 Mean

Std. Deviation Std. Error Mean

Lower Upper 95% Confidence Interval

of the Difference Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed)

POLA PIKIR KREATIF SUDAH BIMB METODE CERITA - POLA PIKIR KREATIF BELUM BIMB METODE CERITA Pair 1

(22)

Jurnal Ilmiah Konseling, BK FKIP UTP xxii Vol. 16 (1) Januari 2016. ISSN : 2086 - 1907

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan SPSS 14 dengan uji t diperoleh nilai t-hitung yang diperoleh, lebih besar dari pada t tabel, atau (2.093 > 2,040) maka Ho ditolak, artinya bahwa adaPengaruh layanan bimbingan dengan menggunakan metode bercerita terhadap perkembangan pola pikir kreatif pada siswa kelas V SD NEGERI CAKRANINGRAT No.32 SURAKARTA tahun ajaran 2014/2015. Hal ini menunjukkan bahwa seorang pembimbing harus bisa menciptakan suasana yang menyenangkan dan bisa mendorong anak didik untuk melakukan hal yang kreatif. Selain itu, juga memberikan bimbingan untuk membantu perkembangan pola pikir kreatif anak didik. Penggunaan metode bercerita dapat memotivasi anak didik untuk mengembangkan pola pikir kreatif mereka.

E. Pembahasan Hasil Analisis Data

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan SPSS 14 dengan uji t diperoleh nilai t-hitung yang diperoleh, lebih besar dari pada t tabel, atau (2.093> 2,040) maka Ho ditolak, artinya bahwa ada Pengaruh layanan bimbingan dengan menggunakan metode bercerita terhadap perkembangan pola pikir kreatif pada siswa kelas V SD NEGERI CAKRANINGRAT No.32 SURAKARTAtahun ajaran 2014/2015.

Beberapa aspek tertentu dari pemikiran kreatif mungkin berasal dari faktor keluarga dan keturunan, tetapi faktor lingkungan juga berperan dalam perkembangan pola pikir kreatif anak didik. Maka dari itu seorang pembimbing

(23)

Jurnal Ilmiah Konseling, BK FKIP UTP xxiii Vol. 16 (1) Januari 2016. ISSN : 2086 - 1907

harus bisa memberikan suasana yang menyenangkan dan dapat memotivasi anak didik agar bisa mengembangkan pola pikir kreatifnya.

Pembimbing membantu anak didik mengembangkan pola pikir mereka agar dapat menghadapi persoalan dan permasalahan di masa mendatang secara kreatif dan inventif. Kemampuan kreatif anak didik sering ditekan oleh pendidikan dan pengalamannya sehingga anak didik tersebut tidak dapat mengenali potensi yang dimilikinya, apalagi mewujudkannya. Tetapi apabila anak didik dibantu mengenali potensinya, maka ia dapat mencapai apa yang disebut “mengaktualisasi diri”.

Seorang pembimbing harus mengetahui strategi dan cara-cara untuk meningkatkan pola pikir kreatif anak didik agar dapat menghasilkan kreativitas yang tinggi, diantaranya adalah:

1) Menunjukkan kepada anak didik bahwa suatu kreativitas itu akan dihargai.

Seorang pembimbing dapat mengembangkan kreativitas anak didiknya ketika menunjukkan bahwa dia menghargai pikiran dan perilaku kreatif anak didiknya. Salah satu caranya adalah dengan memberi penghargaan atau reward terhadap ide-ide atau respon yang tidak biasa. Apabila pembimbing ikut terlibat dalam aktivitas-aktivitas kreatif juga menunjukkan bahwa seorang guru menghargai kreativitas anak didik.

2) Memberikan pertanyaan yang mengasah pikiran. Anak didik lebih mudah berfikir kreatif ketika pembimbing menanyakan pertanyaan yang mengharuskan mereka menggunakan informasi yang telah dipelajari sebelumnya dengan cara yang baru. Contohnya dengan memberikan

(24)

Jurnal Ilmiah Konseling, BK FKIP UTP xxiv Vol. 16 (1) Januari 2016. ISSN : 2086 - 1907

pertanyaan tentang kesimpulan dan nilai-nilai yang bisa dipetik dari sebuah cerita nyata atau cerita dongeng dengan cerita yang sudah dipahami sebelumnya.

3) Memberikan anak didik kebebasan dan rasa aman yang dibutuhkan utnuk mengambil resiko. Supaya kreatif anak didik harus berani mengambil keputusan dan resiko serta dapat mempertanggungjawabkannya.

Pembimbing dapat mendorong anak didik dengan memberitahukan bahwa kesalahan dan kegagalan adalah sesuatu yang tidak bisa dielakkan tetapi dapat dicegah.

4) Menyediakan waktu yang memadai untuk mendorong tumbuh kembangnya pola pikir kreatif agar kreativitas anak didik bisa berkembang pula. Anak didik memerlukan waktu untuk bereksperimen dengan materi dan ide yang baru dan terkadang melakukan kesalahan. Maka, satu aspek yang penting untuk meningkatkan kreativitas adalah dengan memberikan waktu yang lebih dan memadai untuk anak didik.

Agar anak didik memiliki pola pikir kreatif yang positif maka perlu ditumbuhkembangkan sifat-sifat diantaranya:

1) Rasa Ingin Tahu

Orang yang kreatif selalu ingin mengetaui hal-hal yang belum diketahuinya untuk sekedar ingin tahu. Pengetahuan tidak membutuhkan alasan.

2) Tantangan

(25)

Jurnal Ilmiah Konseling, BK FKIP UTP xxv Vol. 16 (1) Januari 2016. ISSN : 2086 - 1907

Orang yang kreatif suka mengidentifikasikan dan mencari tantangan di balik gagasan, usulan, permasalahan, kepercayaan dan pendapat.

3) Ketidakpuasan pada apa yang ada

Ketika seseorang tidak puas terhadap sesuatu, maka orang tersebut melihat ada masalah. Orang tersebut mencoba memecahkan masalah dan memperbaikinya. Semakin banyak masalah yang ditemui, maka semakin banyak pula pemecahan dan peningkatan yang dapat dicapai oleh orang tersebut.

4) Keyakinan bahwa masalah pasti ada solusinya

Dengan keyakinan yang didukung oleh pengalaman, pemikir kreatif percaya juga bahwa sesuatu dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.

5) Kemampuan membedakan keputusan dan kritik

Sebagian besar gagasan baru, karena masih baru dan asing, maka terlihat aneh dan tidak wajar. Sebuah gagasan mulai tampak baik ketika sudah lebih dilihat dengan konteks dan batasan yang berbeda. Jika suatu gagasan paling aneh sekalipun dapat dipraktekkan sebagai batu loncatan, gagasan tersebut efisien.

Berpikir kreatif adalah berpikir yang menghasilkan cara-cara, pengertian, penemuan dan karya seni yang baru. Intinya ada sesuatuyang baru yang dihasilkan melalui proses berpikir tersebut. Dari yangbelumada menjadi ada dan dari yang lama menjadi baru.

(26)

Jurnal Ilmiah Konseling, BK FKIP UTP xxvi Vol. 16 (1) Januari 2016. ISSN : 2086 - 1907

Seorang pembimbingperlu mengembangkan kreativitas secara tepat danbenar. Hal iniperlu disadari karena kehidupanmanusia tidak pernah terlepas dan etika. Tentu sebagai pembimbingakan merasa bangga karena menjadi teladan dan bukannya dikenal sebagai orang yang kreatif negatif.

Untuk mengembangkan pola pikir kreatif anak didik, usaha yang dilakukan adalah membimbing anak didik melalui bercerita yang memotivasi pola pikir anak didik secara positif sehingga di masa mendatang tercipta anak didik yang kreatif dan imajinatif.

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan SPSS 14 dengan uji t diperoleh nilai t-hitung lebih besar dari pada t tabel, atau (2.093> 2.040) maka Ho ditolak, artinya bahwa adapengaruh layanan bimbingan dengan menggunakan metode bercerita terhadap perkembangan pola pikir kreatif pada siswa kelas VSD NEGERI CAKRANINGRAT No.32 SURAKARTA tahun ajaran 2014/2015.

Hal ini menunjukkan bahwa seorang pembimbing harus bisa menciptakan suasana yang menyenangkan dan bisa mendorong anak didik untuk melakukan hal yang kreatif. Selain itu, juga memberikan bimbingan untuk membantu perkembangan pola pikir kreatif anak didik. Penggunaan

(27)

Jurnal Ilmiah Konseling, BK FKIP UTP xxvii Vol. 16 (1) Januari 2016. ISSN : 2086 - 1907

metode bercerita dapat memotivasi anak didik untuk mengembangkan pola pikir kreatif mereka.

B. Saran

Adapun saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kepada Lembaga Pendidikan

a. Mengingat pentingnya kemampuan komunikasi bagi siswa maka diharapkan dalam layanan bimbingan dan konseling dilaksanakan secara terarah, terpadu dan terprogram baik dan serempak dilaksanakan secara bersama-sama

b. Waktu yang paling efektif untuk meningkatkan pola pikir kreatif adalah masa sekolah, maka program ini selayaknya sudah dilaksanakan dilembaga pendidikan dimulai tingkat TK/SD sampai ke Perguruan Tinggi.

c. Pemberian layanan bimbingan dengan metode bercerita ini hendaknya tidak hanya diberikan untuk masalah kemampuan komunikasi antar pribadi saja tetapi juga dapat diberikan pada masalah karir , sosial atau pribadi.

2. Kepada Kepala Sekolah

(28)

Jurnal Ilmiah Konseling, BK FKIP UTP xxviii Vol. 16 (1) Januari 2016. ISSN : 2086 - 1907

Kepala sekolah hendaknya mendorong kepada para guru khususnya guru bimbingan dan konseling untuk memberikan layanan bimbingan dengan metode bercerita kepada peserta didik di sekolahnya.

3. Kepada Guru BK

Guru hendaknya mengoptimalkan penggunaan bimbingan dengan metode bercerita dalam layanan bimbingan dan konseling kepada siswanya.

4. Kepada Siswa

Hendaknya siswa berusaha meningkatkan perkembangan pola pikir kreatifnya dengan cara berkonsultasi dengan guru BK, wali kelas atau guru bidang studi ketika menghadapai permasalahan dalam belajar sehingga dapat mengikuti kegiatan pembelajaran sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh sekolah.

5. Kepada Orang Tua

Hendaknya orang tua dapat membantu secara optimal serta mendukung usaha – usaha yang dilaksanakan oleh guru dalam membimbing putra – putrinya di sekolah sehingga pola pikir kreatifnya dapat meningkat dengan baik.

(29)

Jurnal Ilmiah Konseling, BK FKIP UTP xxix Vol. 16 (1) Januari 2016. ISSN : 2086 - 1907

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Abdul Majid 2001. Mendidik Dengan Cerita. Jakarta: Remaja Rosda Karya

Conny R Semiawan .2009.Penerapan Pembelajaran Pada Anak. Jakarta : Indeks Gie,The Liang. 2003. Teknik Berpikir Kreatif. Yogyakarta: Sabda Persada

Yogyakarta.

Hana, Jasmin. 2011. Terapi Kecerdasan Anak dengan Dongeng.Yogyakarta:

Berlian Media.

Heri Hidayat. 2003 (dalamhttp://jhon-mingal.blogspot.com/)

Kamus Besar Bahasa Indonesia.2005.Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka.

Marzuki, 2002, Metodologi Riset, BPFE UII Yogyakarta: Yogyakarta.

Mohammad Ali & Mohammad Asrori. 2004. Psikologi Remaja PerkembanganPeserta Didik. Jakarta: PT Bumi Aksara

Musfiroh. 2005. Bercerita Untuk anak Usia Dini, Jakarta : Depdiknas

Nasution. 2003. Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Reni Akbar-Hawadi, R. Sihadi Darmo Wihardjo, dan Mardi Wiyono. 2001.

Kreativitas. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

Setiaji, Bambang. 2004. Panduan Riset Dengan Pendekatan Kuantitatif. Surakarta : UMS.

Situmorang, Jonar. 2013. 56 Cerita Terhebat. Yogyakarta : Andi (Penerbit Buku dan Majalah Rohani)

Subaba dan Sudrajad .2001. Dasar-Dasar penelitian Ilmiah .Pustaka Setia, Bandung.

Sugiyono. 2002.Metode Penelitian Bisnis”, Buku 1. Bandung: CV. Alfabeta.

(30)

Jurnal Ilmiah Konseling, BK FKIP UTP xxx Vol. 16 (1) Januari 2016. ISSN : 2086 - 1907

Suharsimi, Arikunto. 2001. Prosedur Penelitian (Suatu Praktek Pendekatan).

Jakarta : Rineka Cipta

. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Praktek Pendekatan). Jakarta : Rineka Cipta Sukardi, Dewa Ketut. 2002. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan

Konseling di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.

. 2005. Statistik Untuk Penelitian.Bandung: CV. Alfabeta.

. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta . 2009. Statistika untuk Penelitian Bandung : Alfabeta

Sumanto. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada Sunarya Kartadinata 2001. Bimbingan dan Konseling.Jakarta: Rineka Cipta Uman Suherman. 2007. Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani.

Utami Munandar. 2009. Pengembangan kreativitas anak berbakat. Jakarta:

Rineka Cipta

Yeni Rahmawati . 2010. StrategiPengembangan Kreativitas Pada Anak usia TK.

Jakarta : Prenada Publishing

http://epetani.deptan.go.id/blog/berpikir-kreatif-7925 26 Nopember 2013 http://prosedurspss.blogspot.com/2013/03/penjelasan-panjang-rumus-

pearson.html diakses pada tanggal 15 Februari 2014

http://www.google.com/#q=rumus+uji+t+%3D+Mk-Me22 Pebruari 2014 http://ellafaridatizen.wordpress.com/

Gambar

Gambar 1. Bagan Kerangka Berfikir B. Rumusan Hipotesis
Tabel 8: Uji T Paired Samples Test

Referensi

Dokumen terkait

The study also recommended that the current women empowerment policy be reviewed to reflect the actual situation and that government should also establish a

2 empty Trial completion date empty Scientific title The effect of IL-6 inhibitor Tocilizumab on the prognosis of covid-19 patients with acute respiratory failure Public title The