BAB I
BIOGRAFI PENULIS DAN IDENTITAS BUKU
Judul Buku : Ushulut Tarbiyah Annabawiyah
Penulis : Prof. Dr. as-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki alHasani Penerbit : Yayasan Hai’ah ash-Shofwah al Malikiyyah
Tahun : 2022
Halaman : 136 Halaman Ukuran : 15 x 23 cm
Cover :
A. Biografi Syekh Muhammad bin Alwi al Maliki
Syekh Muhammad bin Alwi al Maliki atau lebih dikenal dengan sayyid Muhammad adalah keturunan Rasulullah SAW, melalui cucu baginda Rasulullah yaitu al-Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra, Sayyid Muhammad adalah Muhammad bin As Sayyid bin Abdul Aziz al-Maliki al-Makki al-Hasani. Nasab beliau terus bersambung sampai kepada sayyid Idris al-Azhari bin Idris al-Akbar bin Abdullah bin Kamil bin al-Hasan al- Mutsanna bin al- Hasan as-Sibth bin alImam Ali bin Abi Thalib suami dari as-sayyidah Fatimah az-Zahra putrid baginda Rasulullah Muhammad SAW. Beliau dilahirkan di Makkah al-Mukarromah pada tahun 1367 H atau sekitar 1947 M persisnya dikawasan Babus Salam tempat kediaman ayah beliau yakni sayyid Alwi al-Maliki.
Setelah cukup lama dalam berjuang menyebarkan dan mengajarkan ilmu Allah, akhirnya beliau terpanggil pulang kerahmatullah pada hari Jum’at tanggal 24 oktober 2004 M yang bertepatan pada tanggal 15 Ramadhan 1425 H, yang sebelumnya beliau sempat
melaksanakan ibadah shalat subuh dikediamannya. Beliau dimakamkan di pemakaman Ma’la di Makkah tepatnya berdekatan dengan makam Sayyidah Khadijah al-Kubro istri pertama baginda Rasullulah SAW.
Sayyid Muhammad meninggalkan tujuh putra dan beberapa putri. Adapun Putra- putra beliau adalah, Sayyid Abdul Wahab, Sayyid Ahmad, Sayyid Abdullah, Sayyid Alawi, Sayyid Ali, Sayyid Hasan dan Sayyid Husein. Dari putra-putra beliau, kini yang menjadi khalifah (pengganti) untuk melanjutkan jejak sang ayah sebagai pemimpin pondok pesantren adalah putra beliau yang bernama Sayyid Ahmad lulusan Universitas Ummul Qur’an Makkah.
Pendidikan pertama syekh Muhammad adalah Madrasah Al-Falah, Makkah, dimana ayah beliau yakni Sayyid Alawi bi Abbas al Maliki sebagai guru agama di sekolah tersebtu yang sekaligus merangkap sebagai pengajar di halaqah di Haram Makki yang tempatnya sangat masyhur dekat Bab as-Salam. Kecerdasan, kecakapan, dan keilmuan Sayyid Muhammad Alawi sudah ketara mulai sejak kecil. Beliau telah menghafal al-Qur‟an ketika masih berusia 7 tahun dan telah menghafal kitab hadits al-Muwatha’ karya Imam Malik saat beliau telah berumur15 tahun. Dan pada saat beliau berumur 25 tahun, beliau meraih gelar doktor ilmu hadits dengan predikat mumtaz (excellent) langsung di bawah bimbingan ulama besar Mesir, Prof. Dr. Muhammad Abu Zahrah. Rihlah ilmiyyah beliau cukup panjang dan luas di bawah bimbingan ulama-ulama shalihin.
Sedangkan pada usia ke-26, Sayyid Muhammad di kukuhkan sebagai guru besar ilmu hadits oleh Universitas Ummul Qur’an Makkah Arab Saudi. Dan pada tanggal 2 Safar 1421/6 Mei 2000 beliau memperoleh gelar ustadziyyah atau professor dari Universitas al- Azhar Kairo Mesir. Kemudian beliau melanjutkan setudinya ke Afrika Utara dalam rangka mengejar studi Hadits, dan juga memperdalam di Timur Tengah, Turki, Yaman, dan juga anak benua Indo-Pakistan. Beliau juga memperoleh sartifikat mengajar (ijazah) dan sanad dari Imam Habib Ahmad Mashur al Haddad, Syaikh Hasanayn Makhluf, Ghumari bersaudara dari Maroko, Syekh Dya‟uddin Qadiri di Madinah, Maulana Zakariyya Kandihlawi, dan banyak lainya.
Syekh atau syyid Muhammad bin Alwi Al Maliki merupakan ulama terkenal yang berpropesi sebagai guru, da’I, dan bahkan sebagi seorang dosen pengajar, tentu memiliki murid-murid yang sangatlah tak terhitung banyaknya, adapun diantara muruid-murid beliau adalah, Habib Abdulkadir Al hadad yang merupakan pengurus Al-Hawi di Condet, Jakarta Timur, Habib Hud Baqir Al Atas pemimpin majelis taklim as-Shalafiah, Habib Saleh bin
Muhammad Alhabsi, Habib Naqib bin Syekhbubakar yang menjadi pemimpin majlis taklim di Bekasi, Novel Abdullah Al kaff pendiri salah satu pesantren di Parangkuda, Sukabumi.
Selain itu ada Di antara ulama Nusantara lainnya yang pernah menimba ilmu di Makkah adalah K.H. Abdurrahman Nawi, yang kini memiliki tiga buah madrasah atau pesantren masing-masing di Tebet, Jakarta Timur, dan dua di Depok. Masih belasan pesantren dan madrasah di Indonesia yang pendirinya adalah alumni dari al-Maliki. Seperti K.H. Ihya Ulumuddin yang memiliki pesantren di Batu, Malang. Demikian pula pesantren Riyadul Shalihin di Ketapang (Probolinggo), dan pondok pesantren Genggong, juga di Probolinggo.
B. Pendidikan Muhammad Alwi Al-Maliki
Sayyid Muhammad Alawi Al-maliki memulai Pendidikan di masjidil haram, tempat ayahnya pernah mengajar. kemudia dilanjutkan di sekolah Tahfidzil qur’an. Beliau juga belajar di madrasah Al-Falah Mesir, madrasah Shaulatiyyah yang ada di Makkah. Masih dalam usia muda beliau yang tidak pernah bosan menimba ilmu itu kemudian berkelilin ke india dan Pakistan. Di sini beliau belajar di kota Bombay, Hederabad dan Karachi dari ulama di kota-kota tersebut.
Ia kemudian melanjutkan pelajarannya di Univeritas Al-Azhar Bidang Ushuluddin dan mendapat gelar Doktor. Dari al- azhar ia melanjutkan Pendidikan ke Maroko dan beberapa negara Afrika Utara. Setelah ayahnya wafat pada tahun 1971 ia menjadi guru besar di masjidil haram menggantikan ayahnya yang telah dulu menjadi imam bear di masjidil Haram. Sebelumnya beliau menjadi dosen Syariah di Universitas Makkah Mukarromah, beliau juga pernah dipilih sebagai ketua penelitian internasional dalam perlombaan MTQ pada pertengahan tahun 1970-an. Karangannya mencapai puluhan kitab mengenai usuluddin, Syariah, fikih, Pendidikan, dan sejarah nabi Muhammad SAW. Tahun 1970 Muhammad lawi mendapat gelar Doctor Honoris causa dari Al-Azhar.
Awal tahun 80-an beliau melepas semua posisi itu, dengan dilandasi hati Nurani dan akal bijaksana beliau, karena fitnah yang demikian dhsyat yang dilancarkan ulama fanatic dari faham wahabi. Karena ajarannya direspon mereka sebagai ancaman bagi ideologi dan otoritas paham wahbi dengan dalih Bid’ah dan syirik. Sejak saat itu, beliau focus mengajar di kediaman beliau di Rushaifah.
C. Guru-guru Muhammad Alwi Al-Maliki
Dalam system Pendidikan salaf selalu didasari pada system pemberian ijazah dari guru-gurunya sebelum mengajarkan kembali sebah displin ilmu. Sayyidul alid abuy sayyid Muhammad Alawi Al-maliki memiliki sanad terpendek kepada kakek beliau Rasulullah SAW. Dan belaiu telah mendapat lebih dari 200 ijazah dari ulama-ulama terkemuka pada masanya. Para guru besar belaiu diantaranya dapat penulis sebutkan adalah:
1. Sayyid Alawi bin Abbas Al-Maliki (ayah Muhammad Alawi al-maliki) 2. Syaikh Muhammad Yahya Aman Al-maliki
3. Syaikh Sayyid Muhammad Al-Arabi Al-tabbani 4. Syaikh Sa’id Al-yamani
5. Syaikh hasan bin Muhammad Al-Mashat 6. Syaikh Muhammad Nur Sayf
7. Syaikh Muhammad Yasin Al-fadani
8. Dr. Abdul halim mahmud, rector dari Al-Azhar
9. Saikh Sayyid Muhammad Al-hafidz Al-Tijani (imam Hadist di Mesir)
D. Murid Muhammad AlawiAl-Maliki
Sebagai ulama besar kaliber internasional beliau bukan hanya milik Makkah dan madinah saja, akan tetapi beliau adalah milik dunia. Muridnya berasal dari berbagai pelosok dunia termasuk Indonesia.
Diantara mmurid-murid beliau yang berasal dari Indonesia menurut Habib Abdurrahman A Bassurah, wakil sekjen rabithah Alawiyah yang lama bermukim di Arab Saudi, di Indonesia di antara murid-murid beliau banyak yang menjadi ulama terkenal dan pendiri berbagai pesantren. Murid-murid nya diantaranya Habib Abdulkadir Al-hadad, pengurus Al-Hawi di Condet, Jakarta Timur. Dan masih banyak lagi yang lainnya.
E. Tulisan-tulisan Muhammad Alawi Al-maaliki
BAB II
KANDUNGAN ISI KITAB ” Ushul tarbiyah Nabawiyah”
A. Gambaran umum tradisi keilmuan pada masa Nabi Muhammad SAW B. Gambaran kondisi belajar, tata cara belajar dan metode bergul
C. Jadwal belajar dan Pendidikan al-qur’an
D. Metode Pendidikan Nabi Muhammad SAW
E. Keistimewan Pendidikan islam (Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam)
Keistimewan Pendidikan islam diantaranya adalah As-shrahah (transparansi/keterbukaan) dalam ucapan dan perbuatan, tidak ruwet, berbelok-belok, bermuka ganda, menjilat dan menipu, tetapi justru bening dan jelas dalam ucapan maupu perbuatan. Di atas prinsip tersebut, Nabi Muhammad SAW mendidik dan membiasakan parasahabatnya. Walaupun begitu, transparansi ini tidak lah sampai mengeluarkan merek dari koridor tata krama dari mengenali kedudukan audiens.
Selain transparansi, keistimewaan Pendidikan islam adalah al-hirs as-syadid (semangat da mobilitas yang luar biasa) dari kalangan anak-anak, orang tua, laki-laki dan perempuan di dalam menimba ilmu. Mereka melakukan kajian, mengulang peljaran dan bertanya ketika terjadi kontradiksi dengan pelajaran yang diketahuinya.
BAB III
KESIMPULAN (PANDANGAN PENULIS)