28 Agus Mahfudin, “Ijtihad Kontemporer Yusuf al-Qardhawi dalam Perkembangan Hukum Islam”, Agama: Jurnal Kajian Islam, Vol. 36 Agus Mahfudin, “Ijtihad Kontemporer Yusuf al-Qardhawi dalam Perkembangan Hukum Islam”, Agama: Jurnal Kajian Islam, Vol.
Tokoh-Tokoh Yang Dikaguminya
Di antara tokoh yang dikagumi al-Qardawi adalah Hasan al-Banna, pendiri dan pemimpin besar Ikhwanul Muslimin di Mesir. Yusuf al-Qardhawi juga mengagumi sosok Abu al-Hasan al-Nadawy karena beliau adalah seorang integralis.
Corak Pemikiran Fikih Yusuf al-Qardhawi
Yusuf al-Qardawi bertuah kerana mula mempelajari ilmu fiqh mengikut kaedah Sayyid Sabiq, yang mengarahkannya merujuk terus kepada al-Quran dan as-Sunnah. Yusuf al-Qardawi berhujah dengan nas al-Quran dan as-Sunnah, manakala ulama berhujah dengan nas imam mazhab. 48.
Metode Ijtihad Yusuf al-Qardhawi
Ijtihad Intiqa'i atau ijtihad selektif yang menurut bahasa berarti mengumpulkan yang paling utama, menyucikan, mengumpulkan dan memilih, atau memilih, penuh dengan keputusan hukum. Sebenarnya ijtihad yang diharuskan ialah melakukan kajian perbandingan antara pendapat dan mempertimbangkan kembali dalil nas atau dalil ijtihad yang disokong oleh pendapat yang akhirnya kita boleh memilih pendapat yang kita anggap kuat hujahnya. dan hujah sesuai dengan alat ukuran yang digunakan dalam pengajaran. Sedangkan menurut lafaz ialah mengambil rumusan hukum yang baru dalam suatu masalah yang belum pernah dikemukakan oleh ulama terdahulu, sama ada masalah itu lama atau baru, atau cara seorang mujtahid kontemporari untuk memilih pendapat baru. tentang masalah yang belum ditemui pada pendapat ulama salaf.
Mengenai ijtihad inya'i ini, Yusuf al-Qardawi berpendapat bahawa setelah mengutip pendapat ulama yang berbeza, langkah seterusnya ialah mempertimbangkan semula pendapat yang berbeza tersebut, kemudian membuat kesimpulan yang sesuai dengan nas al-Quran dan Hadis. , peraturan dan maqasih al-shari'ah sambil berdoa agar Allah mengilhamkan kebenaran, tidak menghalang tabir pahala, dan melindungi daripada belenggu fanatik dan taqlid serta hawa nafsu dan prasangka terhadap orang lain. Tanpa mengetahui dengan baik apakah dan bagaimana perkara baru itu, sukar bagi mujtahid untuk dapat menetapkan hukum dengan baik dan betul. Yusuf al-Qardawi juga mendakwa tidak wajar orang berilmu yang dikurniakan pelbagai kemudahan intelektual yang boleh digunakan untuk mempromosikan, iaitu memilih pendapat yang lebih relevan dan nyata untuk dijalankan, terikat dengan mazhab tertentu. difikirkan, tetapi wajib untuk mematuhi bukti dan hujah yang kukuh dan sahih untuk memilikinya.
Karya-Karya Yusuf al-Qardhawi
Yusuf al-Qardhawi juga menegaskan, tidak pantas bagi orang berilmu yang dikaruniai berbagai fasilitas intelektual yang dapat digunakan untuk menafsirkan, yaitu pemilihan pendapat yang lebih relevan dan nyata untuk diterapkan, kepada ‘mazhab tertentu. terhubung. , namun ia wajib berpegang pada argumen-argumen yang kuat dan valid serta bukti-bukti yang mendukungnya. 55. bioteknologi, dan permasalahan manusia modern lainnya dengan prinsip Islam dalam proporsi yang tepat. Buku ini menjawab berbagai persoalan masyarakat saat ini, yurisprudensi perkawinan mengenai perempuan dan berbagai persoalan lain yang sedang berkembang di masyarakat. Dalam bukunya Yusuf al-Qardhawi mengungkapkan bahwa ijtihad hukum Islam akan mampu membimbing setiap kemajuan umat manusia ke jalan yang lurus sekaligus mampu melakukan terapi terhadap penyakit-penyakit baru dengan obat-obatan yang diambil dari apotek Islam itu sendiri. dengan syarat ijtihad yang dilakukan merupakan ijtihad yang benar dan tepat.
58 Ahmad Putra & Prasetio Rumondor, “Sunnah, Ilmu Pengetahuan, dan Peradaban Manusia: Menelaah Kembali Pemikiran Yusus al-Qardhawi”, El-Banat: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam, Vol. X, tidak. 1, 2020, hal. Buku ini dengan gamblang menjelaskan sempitnya pemahaman bahwa agama adalah candu bagi manusia atau pembatas hidup, namun tanpa keimanan dan keimanan seseorang tidak dapat hidup. Yusuf al-Qardhawi membahas keagungan dan keutamaan metode pengajaran Imam Hasan al-Banna dalam membangunkan dunia Islam dari tidur panjangnya.59.
Teori Jual Beli
Pengertian dan Dasar Hukum Jual Beli
Dari definisi di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa jual beli dengan cara tertentu merupakan pertukaran harta dengan tujuan untuk mengalihkan kepemilikan. Dalam bahasa Arab disebut ع َا ْل َ ب ْي yang merupakan bentuk masdar atau kata perintah dari kata ba'a – yabi'u – bai'un (َ ب ْي ع – ُع َيٰ ِب ْي – َ ب َعا ), yang Artinya menjual atau menukar sesuatu dengan yang lain, menurut istilah peneliti jual beli adalah kegiatan menukarkan harta benda yang mempunyai nilai berdasarkan suka dan tidak suka antara penjual dan pembeli dengan syarat hukum syariat yang disepakati. Orang yang mengkonsumsi riba tidak tahan, melainkan seperti orang yang kerasukan setan karena gila.
Menurut Jalaluddin Asy-Suyuthi dalam kitabnya Tafsir al-Jalalain, ayat di atas adalah tentang orang yang memakan riba, artinya mereka mengambilnya. Inilah kebalikan dari persamaan yang mereka katakan bertentangan, tetapi firman Allah menolaknya, padahal Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
اٰللّا ُاٰللّاَو
لِطاَبْلِبِ
نِا َاٰللّا
- Rukun Jual Beli
- Syarat-Syarat Jual Beli
- Prinsip-Prinsip Jual Beli
- Macam-Macam Jual Beli Terlarang
- Komersialisasi
- Pengertian Komersialisasi Organ Tubuh
Pilar jual beli yang kedua adalah 'aqid atau orang yang mengadakan akad, yaitu penjual dan pembeli. Persyaratan penjual dan pembeli lebih detail akan disampaikan pada pembahasan berikut ini, yaitu mengenai syarat jual beli. Ma'qud 'Alaih atau obyek akad jual beli adalah barang yang akan dijual (mabi') dan harga/uangnya (tsaman).
Jual beli yang dilakukan oleh anak kecil yang belum berakal dan orang gila adalah tidak sah. Sejumlah ulama berpendapat, orang yang melakukan akad jual beli haruslah orang yang dewasa dan bijaksana. Unsur penting dalam jual beli adalah nilai tukar barang yang dijual (dalam konteks sekarang adalah uang).
Jual beli mulaqih adalah jual beli dimana barang yang diperjualbelikan adalah hewan yang masih dalam indukan pejantan sebelum dikawinkan dengan betina. Jual beli shubrah adalah jual beli barang bertumpuk dimana bagian luarnya terlihat lebih bagus dari pada bagian dalamnya.
Halal dan Haram
- Pengertian Halal dan Haram
- Prinsip Dasar Halal dan Haram
Dalam al-Quran istilah halal juga diungkapkan dengan istilah athayyib, sebagaimana disebutkan dalam bahagian al-Quran surah An-Nisa ayat 2, yang berbunyi: 98. Jalaluddin Asy-Sujuti dalam kitabnya Tafsir al-Jalalain menjelaskan. maksud (Dan berikanlah kepada anak-anak yatim) iaitu anak-anak yang tiada bapa, (harta benda mereka) di sini bermaksud orang-orang yang telah dewasa, (dan janganlah kamu menukar yang baik dengan yang buruk) bermakna halal dengan yang haram dan janganlah kamu. ambillah harta yang baik dari anak yatim, kemudian gantilah dengan nasib burukmu. 100. Seperti yang disebutkan di atas, Jalaluddin Asy-Sujuthi dalam kitabnya, Tafsir al-Jalalain menyebut tentang maksud haram mengahwini ibu kamu, maksudnya ialah mengahwini mereka, dan ini termasuklah nenek-nenek juga di sebelah bapa dan juga pada pihak yang berbakat. sebelah ibu. dan anak-anak perempuan kamu) termasuk cucu-cucu perempuan kamu di bawah (saudara-saudara lelaki kamu yang perempuan), baik sebelah bapa kamu mahupun sebelah ibu kamu (saudara-saudara lelaki perempuan bapa kamu), termasuk saudara lelaki datuk kamu (saudara lelaki perempuan ibu kamu), termasuk saudara-saudara lelaki dan perempuan nenek kamu ( anak perempuan dari saudara lelaki kamu. 102.
Jalaluddin Asy-Syuyuthi menjelaskan dalam Kitab Tafsir al-Jalalain, maksud tidak mendekati perbuatan keji, seperti zina (yang nampak dan tersembunyi), nampak dan tidak nampak. 104. Jalaluddin Asy-Syuyuthi menjelaskan dalam kitabnya, maksudnya ialah lelaki selepas talak kedua, maka perempuan itu tidak halal lagi baginya selepas itu, dan selepas talak ketiga (sehingga dia berkahwin dengan lelaki lain), serta mencampuradukkannya sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim.106. Berikut adalah prinsip asas mengenai halal dan haram yang Yusuf Qardawi dapati seperti berikut: 107.
اٰللّا ْمُكَل
Tiada sesiapa pun, walau bagaimana pun mesra, walau bagaimana pun alimnya, berhak menentukan halal dan haram.
Tinjauan Pustaka
Sedangkan jika pencangkokan dilakukan pada saat pendonor telah meninggal dunia, maka hukumnya tidak boleh dan haram, karena pencangkokan dilakukan tanpa sepengetahuan pendonor, dan seseorang tidak berhak mengambil salah satu organ tubuh seseorang untuk digunakan. . yang meninggal untuk diberikan kepada orang lain. Kedua, disertasi Mochamad Syaiban yang berjudul “Transplantasi Organ Tubuh dari Muslim ke Non Muslim Menurut Hukum Islam”. Penelitian ini membahas tentang hukum pemanfaatan organ tubuh umat Islam yang diberikan kepada orang yang tidak menganut agama Islam (non-Muslim). Menyimpulkan bahwa transplantasi organ tubuh manusia pada prinsipnya dilarang oleh seluruh lembaga fatwa Indonesia.
Ketiga, tesis Nurul Hidayati yang berjudul “Sekilas Hukum Islam Mengenai Jual Beli Potongan Rambut di Salon Desa Baureno Bojonegoro” yang menjelaskan tentang jual beli sisa potongan rambut. 112 Mochamad Syaiban, “Transplantasi organ tubuh dari muslim ke non muslim menurut syariat Islam”, skripsi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2010. Pendapat Yusuf al-Qardawi tentang jual beli organ tubuh manusia. Dunia kedokteran saat ini dapat mewujudkan hal tersebut bagi orang lain.
Pendapat Yusuf al-Qardhawi Tentang Jual Beli Organ Tubuh Manusia Dunia kedokteran di zaman sekarang dapat memungkinkan seseorang untuk
Dimana kesimpulan pada penelitian terdahulu adalah jual beli potong rambut itu halal, dan pada penelitian terdahulu mengikuti pendapat Imam Syarvani yaitu boleh. Demikian pula penelitian ini membahas tentang jual beli rambut untuk ditukarkan dengan barang atau peralatan dapur di desa Sambirampak Lor kecamatan Kota Anyar kabupaten Probolinggo. 113.
مُكيِديَِبِ
حُلمٱ َيِنِس
باتِكْلا
مُكىاتاا َلََو
اٰللّا ْنِم
Barangsiapa yang memaksanya, maka sesungguhnya Allah mengampuni dan Maha Penyayang (kepada mereka) setelah mereka dipaksa.”117. Sebagaimana diperbolehkannya seseorang menyumbangkan sebagian hartanya untuk kepentingan orang lain yang membutuhkan, demikian pula diperbolehkannya seseorang menyumbangkan sebagian tubuhnya kepada orang lain yang membutuhkan. Namun ia tidak boleh mengorbankan seluruh anggota tubuhnya, juga tidak boleh mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan orang sakit dari kematian, penderitaan berat, atau kehidupan yang penuh kesengsaraan.
Menurut Yusuf al-Qardhawi, kemampuan mendonorkan sebagian organ tubuh tidak bersifat mutlak, namun muqayyad berarti kemampuan tersebut dengan beberapa syarat.118. Diantaranya adalah tidak boleh mendonorkan bagian tubuh yang justru menimbulkan bahaya dan kesusahan bagi diri sendiri atau orang yang mempunyai hak tetap atasnya. Syarat lainnya adalah orang tersebut tidak boleh mendonorkan satu-satunya organ dalam tubuhnya, seperti hati atau jantung.