Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Yogyakarta (INTAN) Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana (S1). Puji syukur kehadirat ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis untuk menyusun dan menyelesaikan laporan kerja praktek lapangan yang berjudul “Budidaya Tanaman Kepayang (Pangium edule Reinw) Kelompok Tani Hutan Wana Patria Sukajaya (KTH) ) Desa Sukajaya Kecamatan Bojongpicung Kabupaten Cianjur” di Kebun Benih Rakyat (KBR) Kelompok Tani Hutan (KTH) Wana Patria Sukajaya Desa Sukajaya Kecamatan Bojongpicung Kabupaten Cianjur. 10) Bapak dan Ibu Dosen dan Karyawan Yogyakarta Institut Pertanian (INTAN) 11) Keluarga besar HIMASYLVA dan banyak organisasi lainnya membantu, membentuk pikiran dan karakter penulis menjadi pribadi yang lebih baik.
Pembangunan hutan kemasyarakatan merupakan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan petani melalui pembentukan unit-unit usaha terkait. Kelembagaan kehutanan yang diinginkan adalah yang dapat memfasilitasi pelaksanaan pengelolaan hutan rakyat sehingga partisipasi masyarakat dalam pembangunan hutan dapat meningkat. Kelompok Tani Hutan (KTH) merupakan bagian dari lembaga kehutanan yang diharapkan dapat menampung kegiatan pengelolaan hutan seperti penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan pasca panen, pengembangan usaha dan pembinaan bagi petani hutan.
Kelompok tani sebagai lembaga pelaksana pembangunan di tingkat desa masih menarik untuk dikaji, karena meskipun kelompok tani sudah terbentuk lebih dari tiga dekade yang lalu, namun kelompok tani merupakan lembaga sosial yang penting dalam masyarakat. Kabupaten Cianjur mempunyai satu desa yang berpotensi untuk tumbuh tanaman Kepayang (Pangium edule Reinw), yaitu Desa Sukajaya. Tanaman Kepayang (Pangium edule Reinw) atau yang biasa disebut dengan nama daerah (Sunda) yaitu picung sesuai dengan nama kecamatan Bojongpicung dengan tujuan untuk merehabilitasi lahan desa yang diperuntukkan bagi pengembangan Agro telah dimulai -desa wisata edukasi.
Mengingat pentingnya fungsi kawasan hijau dalam menjaga keseimbangan ekosistem, maka diperlukan upaya untuk melindunginya dari limpasan air, dalam rangka melakukan kegiatan penanaman untuk menjaga kelestarian hutan rakyat, diperlukan sistem silvikultur di dalamnya. pelaksanaannya di kawasan Hutan Kemasyarakatan Desa Sukajaya.
Tujuan
Manfaat
Pengelolaan hutan meliputi penebangan, peremajaan dan pemeliharaan sumber daya hutan untuk menjamin kelestarian produksi dan hasil hutan lainnya (Ngadiono, 2004). Kehutanan (silvikultur) erat kaitannya dengan pengendalian proses pembentukan hutan, pertumbuhan pohon, komposisi jenis tanaman dan kualitas tegakan atau vegetasi hutan (Baker et al., 1979). Konsep dasar pemuliaan pohon adalah pemilihan perlakuan silvikultur yang tepat, baik pada hutan alam maupun hutan tanaman, bergantung pada tingkat pengendalian interaksi genotipe-lingkungan terhadap perkembangan fisiologis pohon tersebut.
Mengingat pertumbuhan setiap tanaman dikendalikan oleh interaksi genotipe-lingkungan, maka seorang ahli kehutanan harus menyadari bahwa semua perlakuan, termasuk pemanenan hasil hutan, penjarangan hutan, penyiapan lokasi penanaman, dan pemupukan mempunyai pengaruh langsung dalam interaksi tersebut (Baker dkk.., 1979).
Kegiatan Silvikultur
Kehutanan adalah ilmu dan seni memproduksi dan memelihara hutan dengan menggunakan pengetahuan silvikultur untuk merawat hutan dan mengendalikan struktur dan pertumbuhannya (Arief, 2001).
Klasifikasi dan Ekologi Kepayang (Pangium edule Reinw)
Perlindungan tersebut digunakan untuk mencegah berbagai gangguan akibat serangan hama dan penyakit, seperti binatang perusak tanaman baik berupa hewan atau serangga, dan gangguan lain yang disebabkan oleh faktor lingkungan yang tidak mendukung pertumbuhan tanaman. Tanaman kepayang merupakan sinonim dari Pangium rumphii voigt (1845), Hydnocarpus Polyandra Blanco. 1845) dan teijsm Pangium cerramense dan Binned. Jenis ini tersebar di seluruh Indonesia, sehingga kepayang mempunyai banyak nama di daerah, seperti: kepayang, kepencueng, kepecong, simaung, (Minang kabau) pangi kalowa (Bugis, Betawi, Bali Manado) pacung, picung (Sunda) pakem pacung ( jawa ) kalowa (Sumbawa, Makassar) negafu (tanimbar), (PBDAS Jeneberang Wulanae, 2006).
Tanaman picung tersebar di seluruh nusantara dan banyak tumbuh liar di Pulau Jawa yaitu daerah yang berada di bawah 1.000 meter di atas permukaan laut. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang berada beberapa meter di atas permukaan laut (mdpl). Menurut Koorders dan Veleton (1989), pohon ini banyak tumbuh di Jawa Barat dan terutama ditanam di daerah perbukitan rendah.
Namun tentunya pohon ini akan dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik apabila tanah tempat tumbuhnya subur. Suhu lingkungan yang tepat untuk tanaman ini adalah suhu yang tidak banyak berubah yaitu antara 22 – 30ºC. Tanaman ini tergolong tahan terhadap musim hujan yang panjang, namun kondisi tanahnya harus mempunyai kemampuan menahan air (Hatta Sunanto, 1992).
Latihan lapangan dilaksanakeun di Kawasan Hutan Desa Sukajaya, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Alat dan Bahan
Metode Pengumpulan Data
Data diperoleh dari buku catatan dan/atau laporan di perpustakaan dan media informasi lainnya. Mengumpulkan data dari arsip atau data yang diperoleh dari buku literatur, website dan lampiran.
Prosedur Kerja Praktek
Tata Waktu Kerja Praktek
Kelompok Tani Hutan Wana Patria Sukajaya didirikan atas prakarsa masyarakat desa Sukajaya berdasarkan kristalisasi cita-cita, pemikiran, niat dan harapan mengenai kepedulian terhadap kelestarian lingkungan dan kesehatan lingkungan saat ini dan di masa yang akan datang dengan mengembangkan program Kebun Benih Rakyat (KBR) yang berwawasan lingkungan. fokus pada tanaman Picung (Pangium edule Reinw), Jati Putih (Gmelina arborea) dan Jengkol (Archidendron pauciflorum). Sistem budidaya yang digunakan dan dikembangkan adalah sistem tanam dengan tanaman bulanan yaitu Talas Sutra (Colocasia esculenta L.) dan Jagung (Zea mays) yang diharapkan lebih baik dari potensi sumber daya alam dan sumber daya manusianya sehingga menghasilkan produk yang berkualitas. Berdasarkan cita-cita tersebut, maka pada tanggal 2 Desember 2020, lahirlah Kelompok Tani Hutan (KTH) Wana Patria Sukajaya dan disahkan berdasarkan surat keputusan Kepala Desa Sukajaya Nomor: 147.164/KEP-22/SKJ/XII/2020 tentang Pembentukan Wana Kelompok Tani Hutan Patria Sukajaya.
Luas tanah KTH Wana Patria Sukajaya adalah 32 Ha yang merupakan gabungan antara tanah milik pribadi dan tanah perkebunan (tanah kas desa). KTH Wana Patria Sukajaya didukung langsung oleh Dinas Kehutanan Cabang (CDK) Wilayah IV Kabupaten Cianjur Jawa Barat yang selalu mengadakan pertemuan gabungan untuk melakukan pendampingan langsung kepada kelompok tani dalam menghadapi permasalahan baru dalam pengelolaan hutan. Salah satunya adalah program KTH Wana Patria Sukajaya, yakni Kebun Benih Rakyat (KBR) dengan menggunakan lahan sekitar 5 ha.
Sacara administratif, KTH Wana Patria Sukajaya mangrupa wewengkon di jero wewengkon Désa Sukajaya, Kacamatan Bojongpicung, Kabupatén Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Sacara géografis kacamatan Bojongpicung aya di wétaneun Kabupatén Cianjur, kurang leuwih 30 km ti Kabupatén Bandung Barat.
Keadaan Tanah dan Iklim 1. Lokasi dan Topografi
Sarana prasarana di KTH Wana Patria Sukajaya sangat sesuai untuk menjalankan kegiatan sesuai fungsinya, walaupun masih diperlukan beberapa fasilitas untuk kesempurnaannya. Alat-alat pertanian (parang, parang, cangkul, garpu, dan lain-lain) - Mesin penyiram. c) Sarana Transportasi - Kendaraan Roda Tiga C. Seperti organisasi lainnya, KTH Wana Patria Sukajaya mempunyai struktur organisasi, bentuk organisasi di KTH Wana Patria Sukajaya adalah suatu garis yang telah menetapkan kedudukan anggota berdasarkan tugas masing-masing.
Visi dan Misi KTH Wana Patria Sukajaya Visi
Faktor pendukung
Persiapan Lahan Kebun Benih
Pembuatan Bedengan
Pembuatan Naungan
Pembuatan Media Tanam
Penghitungan dan Seleksi Kesehatan Benih
Penanaman Benih Secara Langsung (Direct Seedling)
Sumber Air dan Bak Air
Perlindungan Benih
Permeliharaan Bibit
Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma atau dengan penyemprotan (Perdirjen P.5 2019 Juklak Pembangunan & Pengelolaan PP). Pemberantasan hama dan penyakit dapat dilakukan dengan cara penyemprotan pestisida untuk serangga dan fungisida untuk jamur (Perdirjen P.5 2019 Juklak PP Pembinaan & Pengelolaan). Bahkan literatur tentang hama dan penyakit tidak memuat apapun tentang hama dan penyakit yang menyerang tanaman pucung.
Hal ini kemungkinan disebabkan karena seluruh bagian tanaman pikung mengandung racun yang kuat, sehingga tidak ada hama dan penyakit yang menyerang tanaman pikung, sehingga untuk saat ini tanaman pikung dapat dikatakan sangat tahan terhadap hama dan penyakit (Hatta Sunanto, 1992). Pemupukan dilakukan untuk menghindari kekurangan unsur hara karena telah terserap oleh benih dan pencucian (Perdirjen P.5 2019 Juklak PP Razvoj in uvrjevanje). Pengolahan lahan dengan perkakas tangan (manual) dilakukan pada areal yang tidak terlalu luas dan banyak pekerjaan seperti membersihkan semak-semak, meratakan lahan, mengolah lahan dan membuat terasering (E.Norita, 1999).
Lubang tanam kita buat dengan dimensi 60 x 60 x 60 cm dan jarak tanam yang ideal jika kita menanam di lahan tetangga yaitu jarak tanam ideal tanaman pikung adalah 15 x 15 m (Hatta Sunanto, 1992). Pada penanaman picunga (Pangium edule Reinw) di kawasan Kelompok Tani Hutan (KTH) Wana Patria Sukajaya, ada yang ditanam di lahan garapan masyarakat dan ada pula yang ditanam di hutan alam sekitar Desa Sukajaya. Ukuran bibit picung (Pangium edule Reinw) siap tanam berkisar antara tinggi 70 cm hingga 100 cm dengan fase tanam 40 – 50 hari.
Polibag yang berisi bibit tanaman dibelah bagian samping dan bawahnya dengan pisau atau dengan cara membuka polibag. Gali lubang tanam berukuran 60 x 60 x 60 cm dan keluarkan bibit dari polibag hingga hanya tersisa potongan tanah saja. Kemudian benih picung ditempatkan pada lubang tanam sehingga permukaan media tanam benih berada sedikit di bawah permukaan tanah (Hatta Sunanto, 1992). Pada saat penanaman digunakan lubang tanam berbentuk cincin yang biasanya dibuat lekukan dengan jarak 20 -30 cm dari tanaman induk yang berfungsi sebagai penyedia air bagi tanaman induk (aerasi yang baik dan kelembaban yang cukup bagi tanaman). ) (F Wanggai, 2009).
Bibit picung dimasukkan ke dalam lubang kemudian ditutup dengan tanah agar tidak ada rongga di sekitar batang tanaman. Penanaman benih di lahan sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan untuk mengurangi pekerjaan irigasi (Hatta Sunanto, 1992). Setelah ditanam, bibit yang ditutup tanah diberi ajir bambu sepanjang 1-1,5 m sebagai penyangga batang, tempat bersandar pohon, dan penanda bibit tanaman.
Tumpang Sari
Pemeliharaan Lingkungan Persemaian
Pembuatan Papan Nama, Papan Mutasi dan Papan Bedeng 1. Papan Nama
Papan mutasi benih pada persemaian tetap dilakukan dengan ukuran minimal panjang 2,4 m dan lebar 1,2 m dengan format jenis, tanggal, volume dan jumlah pada saat penyemaian, penyapihan, pemilihan benih dan pembagian benih (penerima). Bedengan pada persemaian permanen terdiri dari bedengan persemaian dan bedengan sapih yang dibuat dengan ukuran panjang 30 cm dan lebar 20 cm.
Wawancara
Proses wawancara bertujuan untuk mengetahui keadaan sekitar khususnya dengan mengetahui tentang organisasi Kelompok Tani Hutan (KTH) Wana Patria Sukajaya. Dalam proses wawancara, narasumber merupakan perwakilan dari pengurus organisasi Kelompok Tani Hutan (KTH) Wana Patria Sukajaya dan masyarakat setempat. Topik pembahasannya membahas tentang proses pembentukan organisasi dan program Kelompok Tani Hutan, proses usahatani dan wilayah geografis desa Sukajaya.
PENUTUP