• Tidak ada hasil yang ditemukan

buku kerangka kerja sekolah siaga bencana

N/A
N/A
Rina Astari

Academic year: 2023

Membagikan "buku kerangka kerja sekolah siaga bencana"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

Pada tahun 2005, Konferensi Dunia tentang Penanggulangan Bencana diadakan di Kobe, Jepang. Berdasarkan konferensi internasional tersebut, disusunlah Joint Framework for Action on Disaster Risk Reduction (Kerangka Aksi Bersama Pengurangan Risiko Bencana) yang disepakati hingga tahun 2015. Sejak saat itu, Platform Global terus mendorong implementasi dan kerja sama dalam upaya pengurangan risiko bencana di negara-negara berkembang.

2 Dikutip dari Naskah Akademik Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dalam Sistem Pendidikan Nasional, Satgas KPB, Juli 2009. Platform ini juga menekankan pada tumbuhnya kemauan politik untuk melakukan upaya pengurangan risiko bencana. Sejalan dengan perkembangan gerakan global, pemerintah Indonesia dan masyarakat sipil juga aktif bergerak membangun Platform Nasional Pengurangan Risiko Bencana (PRP Plan).

Upaya peningkatan kemampuan warga sekolah yang dilakukan secara sistematis, terukur dan dapat dilaksanakan, niscaya akan mengurangi dampak risiko bencana di sekolah. Sejalan dengan itu, pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan Nasional, juga menyadari pentingnya dan besarnya kebutuhan untuk mengintegrasikan risiko bencana ke dalam sekolah. Didukung oleh UNDP SC-DRR dan Konsorsium Pendidikan Bencana (KPB), hal ini ditindaklanjuti dengan penerbitan surat edaran tentang pengarusutamaan pengurangan risiko bencana di sekolah.

BAB 2

SEKOLAH SIAGA BENCANA

  • DEFINISI
  • KONSEP DASAR
  • TUJUAN
  • BAB 3

Kemampuan ini diukur dari perencanaan penanggulangan bencana (sebelum, saat dan sesudah bencana), ketersediaan logistik, keamanan dan kenyamanan lingkungan pendidikan, infrastruktur dan sistem kedaruratan yang didukung oleh pengetahuan dan keterampilan kesiapsiagaan, standar operasional prosedur, dan sistem peringatan dini. .peringatan. Kemampuan tersebut juga dapat diwujudkan melalui simulasi berkala dengan berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan yang terlembaga dalam kebijakan lembaga pendidikan untuk mentransformasikan pengetahuan dan praktik penanggulangan bencana dan pengurangan risiko bencana bagi seluruh warga sekolah sebagai konstituen lembaga pendidikan. Upaya menjamin kesiapsiagaan bencana di sekolah diwujudkan dalam Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN PRB Prioritas 5) yang merupakan penjabaran dari prioritas 5 Kerangka Aksi Hyoga, yaitu penguatan kesiapsiagaan bencana untuk respons yang efektif di semua tingkat. perusahaan.

Apalagi dalam konteks pendidikan pengurangan risiko bencana, konsep dasar ini merupakan perwujudan dari Hyogo Framework Prioritas 3 (tiga), yaitu pemanfaatan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun budaya keselamatan dan ketahanan di semua tingkatan. Oleh karena itu, konsep sekolah siaga bencana tidak hanya terfokus pada unsur kesiapsiagaan saja, namun juga mencakup upaya pengembangan pengetahuan secara inovatif untuk mencapai budaya keselamatan, keamanan, dan ketahanan seluruh warga sekolah terhadap bencana. Tujuan SSB adalah membangun budaya kesiapsiagaan dan budaya keselamatan di sekolah, serta membangun ketahanan menghadapi bencana melalui komunitas sekolah.

Budaya ini akan terbentuk bila terdapat sistem pendukung dan proses perencanaan, pembelian, dan pemeliharaan fasilitas sekolah yang baik. Konsep SSB yang dikembangkan KPB diharapkan dapat menjadi acuan inisiatif PRB dan penanggulangan bencana berbasis masyarakat pada umumnya dan di sekolah pada khususnya.

PARAMETER, INDIKATOR, DAN VERIFIKASI

  • Kebijakan Sekolah
  • Perencanaan Kesiapsiagaan
  • Mobilisasi Sumberdaya
  • BAB 4

Dalam praktiknya, kebijakan sekolah akan menjadi dasar, pedoman dan arah pelaksanaan kegiatan terkait PRB di sekolah. Struktur dan Isi Kurikulum (dalam Dokumen I KTSP) serta Silabus dan RPP dari SKKD (dalam dokumen II KTSP) yang memuat pengetahuan tentang upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko bencana di sekolah. Kegiatan sekolah untuk mengidentifikasi intervensi yang dapat mengurangi risiko bencana mencakup pilihan tindakan untuk merelokasi sekolah atau memperbaiki gedung dan infrastruktur sekolah jika diperlukan.

Dokumen kebijakan sekolah yang berisi dan/atau mengadopsi persyaratan konstruksi bangunan dan pedoman retrofit yang ada atau berlaku. Tersedianya akses seluruh komponen sekolah terhadap informasi, pengetahuan dan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas dalam hal PRB (bahan referensi, partisipasi pelatihan, diskusi dewan guru, musyawarah desa, jambore siswa, dll). Media informasi sekolah (misalnya leaflet, perpustakaan, buku, modul) yang memuat pengetahuan dan informasi PRB dan dapat diakses oleh komunitas sekolah.

Kesiapan Tersedianya dokumen pengkajian risiko bencana yang disiapkan bersama warga sekolah dan pemangku kepentingan sekolah. Dokumen rencana aksi sekolah secara berkala disiapkan, ditinjau dan diperbarui secara kolaboratif dan diberitahukan ke kantor pendidikan setempat. Peralatan peringatan dan biaya pemeliharaan serta rambu bahaya disepakati dan dipahami oleh seluruh komponen sekolah.

PROTAP tentang penerapan sistem peringatan dini yang telah diuji dan dimutakhirkan melalui kegiatan simulasi/uji coba yang dilakukan secara berkala oleh sekolah. Terdapat peta evakuasi sekolah yang sudah terpasang rambu dan rambu sehingga mudah dipahami oleh seluruh komponen sekolah. Sekolah memiliki peta evakuasi dengan tanda dan simbol yang mudah dipahami oleh seluruh komponen sekolah dan mudah ditemukan di lingkungan sekolah.

Sekolah mempunyai lokasi evakuasi/shelter terdekat yang dipenuhi dan disepakati oleh seluruh komponen sekolah, orang tua, masyarakat sekitar, dan pemerintah setempat. Mencatat nomor-nomor telepon penting yang mudah diakses oleh seluruh komponen sekolah (misalnya puskesmas/rumah sakit terdekat, pemadam kebakaran dan aparat terkait). Dewan Guru Sekolah dan asosiasi guru profesional lainnya di wilayah tersebut, seperti Forum MGMP, berkolaborasi dalam upaya pengurangan bencana di sekolah.

Frekuensi dan jenis kegiatan bersama antara dewan guru sekolah dan asosiasi guru profesi lainnya terkait upaya pengurangan risiko bencana di sekolah.

PEDOMAN PENGEMBANGAN SEKOLAH SIAGA BENCANA

  • NILAI-NILAI DAN PRINSIP-PRINSIP
  • PERAN DAN TANGGUNG JAWAB
  • PENDUKUNG KEBERHASILAN
  • LANGKAH-LANGKAH

Mengembangkan pemikiran kritis dan pemecahan masalah dengan membangun kepercayaan diri dalam mengungkapkan dilema dan tantangan untuk membangun budaya keselamatan dan ketahanan bencana. Pengurangan risiko bencana (DRR) memerlukan upaya bersama dari berbagai pihak – tergantung pada ketersediaan, kapasitas, pengetahuan dan keterampilan. Para orang tua yang kehilangan anaknya saat terjadi bencana sekolah dapat bergabung dengan asosiasi atau organisasi non-pemerintah untuk melakukan apa yang mereka bisa untuk mencegah orang tua lain mengalami kehilangan serupa.

Pendidik dan profesional dapat memperkaya pengetahuan mereka tentang bahaya, risiko dan prosedur pengurangan risiko bencana. Pendidik dapat mengambil inisiatif untuk mengajarkan tentang kebencanaan dan pengurangan risiko bencana, misalnya. 1 (satu) kali dalam seminggu pada mata pelajaran tertentu (geografi, biologi, dll) dengan mengajak anak keluar kelas untuk mengenal, menandai zona risiko dan menggambar peta risiko di lingkungan sekolahnya. Bersama dengan para profesional, pendidik, anak-anak dan/atau komunitas lokal, mereka dapat membantu mengembangkan rencana aksi yang dapat meningkatkan keamanan sekolah dan meningkatkan tingkat kesadaran risiko di komunitas sekolah.

Pembentukan SSB dengan merumuskan kegiatan peningkatan ketahanan sekolah terhadap bencana sesuai dengan empat parameter yaitu sikap dan tindakan, kebijakan sekolah, perencanaan kesiapsiagaan dan mobilisasi sumber daya (lihat Bab 3). Seperangkat upaya antisipasi bencana melalui pengorganisasian dan langkah-langkah yang tepat dan efektif. Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik dengan mengurangi ancaman bencana maupun dengan mengurangi kerentanan pihak-pihak yang terancam bencana.

Upaya meminimalkan potensi kerugian akibat bencana pada suatu wilayah dan jangka waktu serta dapat berupa kematian, penyakit, terancamnya nyawa, hilangnya rasa aman, pengungsian, kerusakan atau kehilangan harta benda, dan terganggunya kegiatan masyarakat. Upaya yang didukung oleh institusi yang kuat dalam mengidentifikasi, menilai dan memantau risiko bencana serta menerapkan sistem peringatan dini dengan menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun kesadaran akan keselamatan pribadi dan ketahanan bencana di seluruh lapisan masyarakat melalui pengurangan faktor-faktor penyebab bencana. risiko dan memperkuat kesiapsiagaan agar respons lebih efektif. Konsep dan praktik pengurangan risiko bencana melalui upaya sistematis untuk menganalisis dan mengelola faktor-faktor penyebab bencana, termasuk mengurangi paparan terhadap ancaman, mengurangi kerentanan manusia dan harta benda, pengelolaan lahan dan lingkungan secara bijaksana, dan meningkatkan kesiapsiagaan terhadap kejadian buruk.

Serangkaian kegiatan untuk memperingatkan masyarakat secepat mungkin tentang kemungkinan terjadinya bencana di suatu tempat tertentu oleh lembaga yang berwenang. Rekonstruksi seluruh prasarana dan sarana, kelembagaan di wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat, dengan tujuan utama pertumbuhan dan perkembangan kegiatan ekonomi, sosial dan budaya, serta penegakan hukum. Potensi kerugian akibat bencana di suatu wilayah dan dalam jangka waktu tertentu dapat berupa kematian, cedera, sakit, nyawa dalam bahaya, hilangnya rasa aman, pengungsian, kerusakan atau kehilangan harta benda, dan terganggunya kegiatan masyarakat.

Serangkaian kegiatan yang dilakukan segera pada saat terjadinya bencana untuk mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan oleh bencana tersebut, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, penanganan pengungsi, penyelamatan dan pemulihan. infrastruktur dan fasilitas umum.

DAFTAR PUSTAKA

Sekilas Tentang

Konsorsium Pendidikan Bencana

Konsorsium Organisasi Pendidikan Bencana yang didirikan pada bulan Oktober 2006 yang selanjutnya disingkat KPB ini ditugaskan sebagai tindak lanjut dari peringatan Hari Pengurangan Resiko Bencana (Internasional) tahun 2006 yang mengangkat tema “Pengurangan Resiko Bencana dari Sekolah”. KPB bertujuan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan kebijakan dan praktik pendidikan PRB di tingkat nasional dan daerah, baik formal, nonformal maupun informal, melalui peningkatan kapasitas, koordinasi dan sinergi antar pihak yang terlibat. Sebagai organisasi jaringan, anggota organisasi bekerja untuk saling melengkapi dan juga dengan mitra terkait lainnya dengan mendukung upaya pengembangan dan pendokumentasian materi pengajaran dan pembelajaran; sesi pembelajaran bersama dan pertukaran informasi untuk meningkatkan pengetahuan sumber daya manusia dalam hal pendidikan kebencanaan dan menjamin tercapainya program pendidikan kebencanaan yang berkelanjutan di Indonesia.

Selain saling berkontribusi, anggota juga mendapatkan manfaat nilai tambah dalam hal pengembangan dan pendokumentasian praktik pendidikan pengurangan risiko bencana dan advokasi dengan pemerintah pusat dan daerah melalui dukungan mekanisme internal KPB yang lebih kuat. Visi: Mengurangi tingkat risiko bencana di Indonesia dengan meningkatkan kapasitas masyarakat dan pemangku kepentingan dalam manajemen risiko bencana. Misi: Mendukung pengembangan kebijakan dan praktik pendidikan pengurangan risiko bencana yang berkelanjutan di tingkat nasional dan daerah, baik formal, non-formal maupun informal, melalui peningkatan kapasitas, koordinasi dan sinergi antar pihak yang berkomitmen terhadap pendidikan pengurangan risiko bencana.

Dengan rangkaian kegiatan yang terdiri dari advokasi, percontohan atau perintis anggota dan peningkatan kapasitas anggota. Dalam melaksanakan kegiatan pendidikan (untuk) mengurangi risiko kecelakaan, anggota KPB berpedoman pada nilai dan prinsip yang diyakini akan menjamin kualitas praktik pendidikan ZRN. Selain anggota, perangkat organisasi KPB juga terdiri dari pimpinan dan sekretariat yang pada periode tertentu akan diubah melalui mekanisme internal.

Referensi

Dokumen terkait

Figure 04: Wide Area Network WAN illustrated in comparison with Metropolitan Area Network MAN 3.4.4 Personal Area Network PAN A personal area network PAN is a type of computer