• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU SAKU PETUNJUK KONSTRUKSI JEMBATAN

N/A
N/A
Abdiel Evans

Academic year: 2023

Membagikan " BUKU SAKU PETUNJUK KONSTRUKSI JEMBATAN "

Copied!
91
0
0

Teks penuh

Tujuan disusunnya buku perencanaan jembatan ini adalah untuk memberikan acuan atau referensi sederhana bagi para pelaku pembangunan pedesaan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan jembatan sesuai dengan ketentuan dan peraturan teknis yang ada, sehingga jembatan yang dibangun dapat dipertanggungjawabkan secara teknis. Mengingat jembatan ini akan melayani arus lalu lintas dari segala arah, maka timbul kompleksitas dari segi volume lalu lintas eksisting dan rencana, sehingga diperlukan ketelitian dalam menentukan jenis jembatan yang akan digunakan. Dalam kasus seperti ini, kedua ahli harus menyelaraskan tata letak jembatan yang tepat untuk menekan biaya konstruksi.

Dalam merencanakan jembatan pada kegiatan PISEW, meskipun merupakan jembatan pedesaan, DDT hendaknya memperhatikan lokasi jembatan untuk menentukan jenis pondasi jembatan yang akan dibuat. Untuk jembatan yang besar, kompleks dan penting, analisis dinamik yang terperinci harus digunakan oleh perencana dengan pengetahuan dan pengalaman khusus yang sesuai. Struktur atas jembatan (Upperstructure) merupakan bagian struktur jembatan yang berfungsi memikul beban lalu lintas secara langsung dan menyalurkannya ke struktur bawah melalui struktur perkerasan.

Merupakan bagian struktur jembatan yang berfungsi menopang bangunan atas dan segala beban yang bekerja pada bangunan atas jembatan kemudian menyalurkannya ke pondasi. Kepala jembatan (casing), merupakan bagian bawah jembatan yang terletak pada kedua ujung tiang jembatan, berfungsi sebagai pemikul seluruh beban hidup (angin, kendaraan, dan lain-lain) dan beban mati (beban balok, dll.), dan berfungsi sebagai dinding penahan yaitu tahan terhadap tekanan tanah aktif. Pondasi merupakan bagian ujung dari suatu bangunan atas jembatan yang berfungsi menyalurkan gaya-gaya reaksi dari bangunan atas ke bangunan bawah serta menjadi penopang bangunan atas pada bangunan bawah.

Pondasi adalah bagian struktur jembatan yang menopang substruktur dan menyediakan lapisan tanah bantalan.

Gambar 2.1 Bagian-Bagian Jembatan
Gambar 2.1 Bagian-Bagian Jembatan

Boring/Standard Penetration Test (SPT)

Investigasi tanah harus dilakukan untuk mengetahui jenis pondasi, kedalaman, daya dukung dan memperkirakan deformasi yang mungkin terjadi. Alat ini diturunkan bersama pipa bor dan diturunkan hingga ujungnya bertumpu pada substrat. Jika terdapat batu atau lapisan tipis tanah keras di dasar tiang yang ditekan, maka akan mengakibatkan kesalahan pengendaraan;

Kesulitan dalam memobilisasi kendaraan di daerah lunak atau di daerah berlumpur atau di daerah tanggul; Karena berat kendaraan sekitar 70 ton dan permukaan tanah tidak mempunyai daya dukung yang sama, hal ini dapat menyebabkan posisi kendaraan pengumpul menjadi miring atau bahkan terjatuh.

Sondir/ Cone Penetration Test (CPT)

Dalam prakteknya sangat disarankan agar pengujian probe dibarengi dengan pengujian lain, baik lapangan maupun laboratorium, sehingga hasil pengujian probe dapat diperiksa atau dibandingkan dengan pengujian lainnya; Jika alat tidak lurus dan tidak berfungsi dengan baik maka hasil yang didapat bisa berbahaya.

Vane Shear Test (VST)

VST dapat menentukan sifat-sifat tanah lunak sensitif yang sulit dilakukan di laboratorium tanpa pengolahan yang tepat. Kesalahan VST dapat terjadi akibat gaya gesekan yang berlebihan pada batang VST, kalibrasi torsi yang tidak tepat, laju torsi yang tidak memenuhi standar. Hal ini sangat bergantung pada operator saat memainkan VST, sehingga keakuratan hasil sangat dipengaruhi oleh operator yang melakukannya.

Langsung/Spread Footing Sifat pondasi

Pondasi jenis ini biasanya terdiri dari lapisan beton bertulang dengan ketebalan yang seragam, namun pondasi underlay juga dapat dibuat dalam beberapa tingkat atau dalam bentuk miring, jika pondasi ini diperlukan untuk mendistribusikan beban kolom-kolom yang berat. Pondasi dalam jenis ini dicor pada tempatnya dengan menggunakan komponen beton dan batu pecah sebagai bahan pengisi. Umumnya pondasi sumur ini terbuat dari bahan beton bertulang atau beton pracetak yang umum digunakan pada konstruksi jembatan di Indonesia, berbentuk silinder beton bertulang dengan diameter 250 cm, 300 cm, 350 cm dan 400 cm.

Gambar 2.10 Pondasi Langsung 2.  Tapak/Pad Foundation
Gambar 2.10 Pondasi Langsung 2. Tapak/Pad Foundation

Pondasi Tiang Bor/Bore Pile

Pondasi Tiang Pancang

Tiang pancang yang terbuat dari bahan ini dipalu, dibor atau didongkrak ke dalam tanah dan disambung dengan tiang pancang (poer). Juga tergantung pada jenis tanah, material dan sifat distribusi beban tiang pancang diklasifikasikan secara berbeda. a) Tumpukan kayu. Kadang-kadang ujung runcingnya dilengkapi dengan sepatu penggerak berbahan logam jika tiang pancang harus menembus tanah keras atau kerikil.

Tiang pancang harus dilengkapi dengan sepatu yang sesuai untuk melindungi ujung tiang selama pemancangan kecuali semua pemancangan dilakukan di atas tanah lunak.. dan melekat kuat pada ujung tiang. Mengemudi secara paksa, yang dapat merusak kepala pilot, membelah ujungnya dan menyebabkan pilot retak, harus dihindari dengan membatasi ketinggian jatuhnya palu dan jumlah pukulan pada pilot. Jika digunakan tiang pancang yang terdiri dari dua batang atau lebih, permukaan ujung tiang harus dipotong tegak lurus terhadap panjangnya untuk menghasilkan permukaan bantalan selebar seluruh penampang tiang.

Tiang pancang beton bertulang pracetak adalah tiang pancang beton bertulang yang dicor dan dituangkan ke dalam cetakan beton (bekisting), dan setelah cukup kuat, diangkat dan dipancang pada tempatnya. Tiang pancang ini mampu memikul beban yang besar (>50 ton per tiang), tergantung dimensinya. Perencanaan dimensi tiang beton pracetak harus diperhitungkan dengan matang, karena jika panjang tiang tidak mencukupi maka harus dilakukan.

Secara umum, tiang pancang baja struktural harus berupa profil baja canai, tetapi tiang pancang berbentuk tabung dan kotak juga dapat digunakan. Jika digunakan tiang pancang pipa atau kotak dan diisi beton, mutu beton minimal harus K250. Namun jika tiang pancang akan dipancang ke tanah yang keras, ujung-ujungnya dapat diperkuat dengan menggunakan pelat baja tuang atau dengan mengelas pelat baja atau siku untuk menambah ketebalan baja.

Setelah dilakukan pemancangan, pelat penutup, batang baja atau pantek harus ditambatkan pada tiang, atau tiang dengan panjang yang cukup harus ditancapkan pada penutup tiang. Sambungan harus dirancang dan dibangun untuk menjaga kesejajaran dan posisi segmen tiang yang tepat. Jika tiang pancang pipa atau kotak harus diisi dengan beton setelah pemancangan, sambungan las harus kedap air.

Gambar 2.15 Pondasi Tiang Pancang Kayu  b)  Tiang Pancang Beton
Gambar 2.15 Pondasi Tiang Pancang Kayu b) Tiang Pancang Beton

Tanah Dasar

Tanah Timbunan

Tanah yang sangat berkembang dan mempunyai nilai aktif lebih besar dari 1,25 ketika diuji dengan AASHTO T 258 tidak boleh digunakan sebagai bahan timbunan. Nilai aktif diukur sebagai perbandingan antara Indeks Plastisitas (PI) – (AASHTO T 90) dan persentase ukuran tanah liat (AASHTO T 88). Jumlah, jenis dan kualitas yang akan kami siapkan akan selalu mengacu pada Spesifikasi Teknis yang dibutuhkan.

Melaksanakan pekerjaan pengurukan pada lokasi yang telah ditentukan dan pemadatan dengan alat yang telah ditentukan. Tanah timbunan disebar dan diratakan dengan cara manual hingga membentuk ukuran yang telah ditentukan, tergantung luas areal yang akan dibuat, disiram dan dipadatkan dengan cara meratakan secara manual. Sistem pemadatan dilakukan secara berlapis per 10-20 cm timbunan. Tanggul hasil galian diambil dari timbunan (tumpukan tanah acak), dibuat sebagai tanggul untuk mengisi ruang antar lahan.

Penimbunan kembali juga dilakukan pada bagian bangunan (bata atau beton) yang dirawat, sudah cukup umur dan kuat menahan gangguan akibat pekerjaan. Tanggul yang dipilih adalah tanggul atau tanggul yang digunakan untuk tanggul dengan sudut tanah dasar atas, yang dipersyaratkan dalam gambar desain dengan tujuan khusus lainnya, misalnya untuk mengurangi ketebalan tanah dasar, untuk mengurangi gaya lateral tanah. tekanan tanah di belakang dinding penahan. tanggul jalan. Persediaan dapat diklasifikasikan sebagai persediaan pilihan hanya jika digunakan di suatu lokasi atau untuk tujuan yang ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh Pengawas.

Tanggul yang tergolong tanggul pilihan harus terdiri dari bahan tanah liat berpasir atau tanah liat yang memenuhi persyaratan dan juga harus mempunyai sifat-sifat tertentu tergantung pada tujuan penggunaannya. Dalam semua kasus, semua timbunan yang dipilih harus memiliki CBR minimal 10% ketika diuji sesuai dengan AASHTO T 193. Muat material timbunan yang dipilih dari hasil penggalian di lokasi kerja dengan dump truck, dan susun pada jarak tertentu dari lokasi pekerjaan. tempat kerja.

Bagian tanggul yang dihasilkan digenangi air menggunakan water tanker kemudian dipadatkan dengan vibratory roller hingga mencapai ketebalan dan kepadatan sesuai dengan spesifikasi teknik. Melakukan pengujian timbunan, pengujian pit dan pengujian CBR untuk mengetahui ketebalan dan kepadatan timbunan.

Oprit

Setelah steak dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat ukur atau tangan untuk mengetahui terlebih dahulu posisi matahari. Pekerjaan timbunan umum dan pekerjaan timbunan pilihan Pekerjaan timbunan tanah per tingkat ketinggian 30 cm dipadatkan dengan menggunakan alat pemadat yang memadai dan selalu siap di lokasi pada saat dumping truck menempatkan material pada lokasi pekerjaan ramp. Untuk itu, ada standar khusus yang dikeluarkan Kementerian Pekerjaan Umum untuk dinding penahan tanah.

Pemadatan Tanah

Struktur bangunan atas jembatan gantung terdiri dari kolom untuk kolom/menara, kabel baja induk, kabel baja tulangan, kabel baja gantung berlantai dan railing/railing pengaman. Seperti gambaran penampang rangka jembatan pada Gambar 5. Jembatan gantung bentang panjang biasanya menggunakan rangka atau box girder. Penahan jembatan gantung berupa balok beton berukuran sangat besar yang menjadi jangkar kabel utama dan berfungsi sebagai penopang akhir jembatan.

Wire clip adalah alat untuk membuat sling tali kawat untuk menggantikan metode pengelasan mekanis. Penggunaan klip tali kawat yang benar akan menghindari kesalahan dalam cara pemasangan yang dapat mengakibatkan kerusakan pada tali kawat bila dipasang dengan klip tali kawat. Saat memasang klip tali kawat, tekuk tali kawat yang disangga dengan selongsong tali.

Panjang antara ujung tali kawat yang tertekuk dengan mata tali kawat ditentukan oleh ukuran tali kawat dan klip tali itu sendiri. Setelah itu masukkan klip tali kedua dan tarik hingga mendekati jari sepenuhnya agar tidak tergelincir, lalu kencangkan. Terakhir, pasangkan klip tali ketiga dengan jarak sejajar dengan klip tali pertama dan kedua di kiri dan kanan.

Untuk jumlah pemasangan klem tali kawat pada terminasi tali kawat dapat dilihat pada tabel diatas pada kolom Jumlah Minimum. Klem tali kawat dipasang minimal 2 buah untuk tali kawat ukuran tertentu). Jika dipasang menggunakan katrol atau tali, maka jarak klip pertama tali kawat dengan roda katrol harus diatur dengan sudut 60°. Jika Anda akan menyambung dua tali kawat, posisi tali penyambung harus berlawanan arah.

Jika dua buah tali kawat disambung, maka cara pemasangan klem tali kawat tipe Fist Grip adalah dengan memasangnya secara paralel, tidak berlawanan arah, berbeda dengan pemasangan klem tali kawat tempa AS atau tipe U Bolt.

Tabel 2.5 Sifat-Sifat Agregat
Tabel 2.5 Sifat-Sifat Agregat

Gambar

Gambar 2.1 Bagian-Bagian Jembatan
Tabel 2.1 Jenis Bangunan Atas Jembatan
Gambar 2.3 Bentuk Umum Abutment
Tabel 2.2 Jenis Bangunan Bawah Jembatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Karena jembatan hanya direncanakan untuk kendaraan roda dua dan pejalan kaki, maka beban Truk “T” yang digunakan pada perencanaan jembataan ini digunakan beban terpusat

Dalam perencanaan struktur atas jembatan perlu diperhatikan berbagai macam beban yang bekerja pada struktur, bentang jembatan (dimensi), bahan yang akan dipergunakan

Spesifikasi pembebanan yang membahas masalah beban dan aksi-aksi lainnya yang akan digunakan dalam perencanaan jembatan jalan raya termasuk jembatan pejalan kaki

Beban kerja yang terjadi pada jembatan gantung pejalan kaki terdiri atas.. beban hidup, beban mati, beban angin dan

Karena jembatan hanya direncanakan untuk kendaraan roda dua dan pejalan kaki, maka beban Truk “T” yang digunakan pada perencanaan jembataan ini digunakan beban terpusat

Untuk bentang di atas 100 m lebih sering juga digunakan truss sehingga bisa dikatakan bahwa jembatan gantung pejalan kaki antara 60 – 100 m yang kritis terhadap beban

Untuk menghitung nilai indeks RAI maka perlu dilakukan pengklasifikasian data secara umum seperti pada tabel berikut: Tabel 2.2 Klasifikasi Data RAI No Data Variabel Keterangan

Penelitian ini membahas perencanaan jembatan rangka pejalan kaki menggunakan material baja