Volume 12 No.1 Pebruari 2020 p-ISSN: 2085-2495; e-ISSN: 2477-2712 Online pada: http//ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet Terbit mulai 1 Pebruari 2009
p-ISSN: 2085-2495, e-ISSN: 2477-2712
BULETIN VETERINER UDAYANA
Ø
Angka Lempeng Total Bakteri (ALTB) pada Daging Ayam Broiler yang Dijual di Beberapa Pasar Tradisional di Denpasar SelatanØ Perubahan Histopatologi Hati Tikus Putih yang diberikan Ekstrak Etanol Sarang Semut dan Gentamisin
Ø Studi Morfologi dan Morfometri Duodenum Anjing Kintamani
Ø Kesembuhan Lesi Dermatitis Kompleks dengan Pemakaian Krim Herbal Ø Penampilan Reproduksi Induk Sapi Bali pada Simantri di Kabupaten Badung Ø Nilai Limfosit dan Monosit Sapi Bali yang Dipelihara Berbasis Organik
Ø Uji Residu Antibiotika pada Hati Sapi Bali di Beberapa Pasar Daerah di Provinsi Bali Ø Aktivitas Alanin Aminotransferase dan Aspartat Aminotransferase pada Broiler yang
Diberikan Penambahan Tepung Temulawak dalam Pakan
Ø Titer Antibodi Anjing Lokal Enam Bulan Pasca Vaksinasi Rabies
Ø Pengobatan Penyakit Pernapasan pada Babi dalam Upaya Meningkatkan Produktivitas Ternak di Desa Penarukan, Kerambitan, Tabanan
Ø Efikasi Sterilisasi dan Desinfeksi Kandang untuk Mengurangi Infeksi Bakteri Ø Seroprevalensi Sistiserkosis pada Babi di Wilayah Wamena, Papua
Ø Pemanfaatan Vesica Urinaria Babi sebagai Extracellular Matriks terhadap Proses Penyembuhan Luka Terbuka pada Tikus Putih
Ø Prevalensi dan Identifikasi Protozoa Saluran Pencernaan pada Monyet Eekor Panjang di Pulau Nusa Penida
Ø Efektivitas Ekstrak Ethanol Daun Mimba terhadap Rhipichepalus sanguineus secara In Vitro
Ø Perkembangan Folikel dan Munculnya Estrus setelah Penyuntikan GnRH pada Sapi Bali yang Mengalami Anestrus Postpartum dengan Body Condition Score Berbeda
DITERBITKAN OLEH FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA
VOL 12 NO. 1 PEBRUARI 2020
Publikasi Ilmiah Ini Diterbitkan
Dua Kali Setahun Setiap Bulan Pebruari dan Agustus Yang Bekerjasama Antara
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana
Asosiasi Dokter Hewan Praktisi Hewan Kecil Indonesia (ADHPHKI)
Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI)
Cabang Bali
Fotografer: Drh. Putu Henrywaesa Sudipa, M.Si
Anjing bali: Anjing bali adalah anjing asli yang terdapat di Pulau Bali. Jenis anjing ini merupakan salah satu jenis anjing tertua di dunia berdasarkan hasil penelitian genetikanya.
Susunan Redaksi:
Penanggung Jawab: Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Ketua Redaksi: Ni Ketut Suwiti. Redaktur: I Nengah Kerta Besung, Kadek Karang Agustina, I Wayan Nico Fajar Gunawan. Penyunting/Editor: Luh Gde Sri Surya Heryani, Luh Made Sudimartini, I Gusti Ayu Agung Suartini, I Nyoman Suartha, Ni Nyoman Werdi Susari, Desak Nyoman Dewi Indira Laksmi, I Gusti Made Krisna Erawan, I Wayan Bebas, I Made Kardena, I Made Merdana, Luh Eka Setiasih, I Gede Soma. Design Grafis: I Wayan Sudira, Anak Agung Gde Oka Dharmayudha, Putu Henrywaesa Sudipa.
Sekretariat: Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Jl. PB Sudirman Denpasar Telp. (0361) 223791. Email: [email protected]
Website: http//www.ojs.unud.ac.id/index,php/buletinvet.
BULETIN VETERINER UDAYANA
Naskah yang dikirim ke redaksi Buletin Veteriner Udayana tidak diperkenankan dipublikasikan lagi secara keseluruhan atau
sebagian tanpa seijin Buletin Veteriner Udayana
Prof. Dr. drh. Fedik Abdul Rantam, DVM Imunologi Molekuler dan Seluler. Lab. Virologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Prof. Dr. Ir. I Gst Nyoman Gde Bidura, MS
Bioteknologi Pakan Fakultas Peternakan Universitas Udayana
Ir. Dahlanuddin, M.Rur.Sc., Ph.D
Lab. Nutrisi dan Makanan Ternak/Herbivora Fakultas Peternakan Universitas Mataram
drh. Made Sriasih, M. Agr. Sc., Ph.D
Lab. Biotechnology and Immunology Fakultas Peternakan, Universitas Mataram.
Dr. Drh. Tyas Rini Saraswati, M.Kes
Lab. Ilmu Faal dan Kasiat Obat Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Diponegoro
Ir. I Nengah Sujaya, M.Agr.Sc., Ph.D
Intestinal Microbiology, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
dr. Ni Nengah Dwi Fatmawati, S.Ked., SpMK, Ph.D
Medicine, Dentistry, and Pharmaceutical. Bag. Mikrobiologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Univesitas Udayana
Prof. Ir. I Made Anom S. Wijaya, M.App.Sc., Ph.D Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Udayana
Prof. Dr. drh I Gusti Ngurah Kade Mahardika Lab. Virologi Veteriner Universitas Udayana
Prof. Dr. Drh I Wayan Suardana, MSi
Dairy Sciences Lab. Kesmavet, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana
MITRA BESTARI BULETIN VETERINER UDAYANA
Buletin Veteriner Udayana
Terbit sejak: 1 Pebruari 2009 Naskah asli
Original article
Angka Lempeng Total Bakteri (ALTB) pada Daging Ayam Broiler yang Dijual di Beberapa Pasar Tradisional di Denpasar Selatan
(TOTAL PLATE COUNT IN CHICKEN BROILER MEAT SOLD IN SOME TRADITIONAL MARKETS IN SOUTH DENPASAR)
Martha Putri Manullang, Ida Bagus Ngurah Swacita, I Ketut Suada ... 1 Perubahan Histopatologi Hati Tikus Putih yang diberikan Ekstrak Etanol Sarang Semut dan Gentamisin
(HISTOPHATOLOGICAL CHANGES IN HEPAR OF WHITE RATS GIVEN ETHANOL EXTRACT OF ANT NEST AND GENTAMICIN)
Gde Made Jasmara Muda, Anak Agung Gde Arjana, I Ketut Berata ... 7 Studi Morfologi dan Morfometri Duodenum Anjing Kintamani
(STUDY OF MORPHOLOGY AND MORFOMETRY KINTAMANI DOG DUODENUM) Andika Diko Septiyatma, Ni Luh Eka Setiasih, Luh Gde Sri Surya Heryani ... 13 Kesembuhan Lesi Dermatitis Kompleks dengan Pemakaian Krim Herbal
(HEALING COMPLEX DERMATITIS LESIONS WITH HERBAL CREAM PREPARATIONS)
Putu Adrian Junaedi, I Nyoman Suartha, Luh Made Sudimartini ... 19 Penampilan Reproduksi Induk Sapi Bali pada Simantri di Kabupaten Badung
(REPRODUCTIVE APPEARANCE OF BALI CATTLE AT SIMANTRI IN BADUNG REGENCY)
Kusumaning Arumsari Wimbavitrati, I Putu Sampurna, I Ketut Suatha ... 24 Nilai Limfosit dan Monosit Sapi Bali yang Dipelihara Berbasis Organik
(VALUE OF LIMFOSIT AND MONOSIT OF BALI CATTLE BASED ON ORGANIC MAINTAIN)
I Putu Indra Parmayoga, Ni Ketut Suwiti1, I Nyoman Suartha, I Gusti Ayu
Agung Suartini ... 32 Uji Residu Antibiotika pada Hati Sapi Bali di Beberapa Pasar Daerah di Provinsi Bali (ANTIBIOTICS RESIDUE TEST ON THE LIVER OF BALI CATTLE IN SOME
TRADITIONAL MARKETS IN BALI PROVINCE)
Alexander Jacky Cundawan, I Wayan Sudira, Siswanto ... 39 Aktivitas Alanin Aminotransferase dan Aspartat Aminotransferase pada Broiler yang Diberikan Penambahan Tepung Temulawak dalam Pakan
(ACTIVITY OF ALANIN AMINOTRANSFERASE AND ASPARTAT AMINOTRANSFERASE IN BROILER WITH ADDITION OF TEMULAWAK FLOUR IN FEED)
Putu Diah Puspa Adhi, Ida Bagus Komang Ardana, Anak Agung Sagung
Kendran ... 45 DAFTAR ISI
Titer Antibodi Anjing Lokal Enam Bulan Pasca Vaksinasi Rabies
(ANTIBODY TITER OF LOCAL DOGS SIX MONTHS ON RABIES VACCINATION) I Nengah Sudarmayasa, Ida Bagus Kade Suardana, I Nyoman Suartha ... 50 Pengobatan Penyakit Pernapasan pada Babi dalam Upaya Meningkatkan
Produktivitas Ternak di Desa Penarukan, Kerambitan, Tabanan
(TREATMENT OF RESPIRATORY DISEASE IN PIGS IN EFFORTS TO INCREASE LIVESTOCK PRODUCTIVITY IN PENARUKAN VILLAGE, KERAMBITAN, TABANAN) I Gusti Ketut Suarjana, Nengah Kerta Besung, Aida L.T. Rompis, Ketut
Tono Pasek Gelgel ... 55 Efikasi Sterilisasi dan Desinfeksi Kandang untuk Mengurangi Infeksi Bakteri
(STERILIZATION EFFICACY AND DESINFECTION OF CAGES TO REDUCE BACTERIAL INFECTIONS)
Ketut Tono Pasek Ggelgel, Putu Henrywaesa Sudipa ... 61 Seroprevalensi Sistiserkosis pada Babi di Wilayah Wamena, Papua
(SWINE CYSTICERCOSIS SEROPREVALENCE IN WAMENA, PAPUA REGION)
Alvionita Lingga, Ida Bagus Ngurah Swacita, I Ketut Suada ... 67 Pemanfaatan Vesica Urinaria Babi sebagai Extracellular Matriks terhadap Proses Penyembuhan Luka Terbuka pada Tikus Putih
(UTILIZATION OF VESICA URINARIA BABI AS AN EXTRACELLULAR MATRIX FOR THE HEALING PROCESS OF OPEN WOUNDS IN WHITE MICE)
Wayan Herry Gumawan, Wayan Wirata, Wayan Gorda, Luh Made
Sudimartini ... 74 Prevalensi dan Identifikasi Protozoa Saluran Pencernaan pada Monyet Eekor Panjang di Pulau Nusa Penida
(PREVALENCE AND IDENTIFICATION OF GASTROINTESTINAL PROTOZOA IN LONG-TAIL MONKEY IN NUSA PENIDA ISLAND)
Anak Agung Wisnu Kusuma Putra, I Nengah Wandia, I Made Dwinata ... 80 Efektivitas Ekstrak Ethanol Daun Mimba terhadap Rhipichepalus sanguineus secara In Vitro
(THE EFFECTIVENESS OF NEEM LEAF ETHANOL EXTRACT ON THE IN VITRO OF RHIPICHEPALUS SANGUINEUS)
I Made Merdana, Ida Ayu Pasti Hapsari, Fuady Muslih ... 86 Perkembangan Folikel dan Munculnya Estrus setelah Penyuntikan GnRH pada Sapi Bali yang Mengalami Anestrus Postpartum dengan Body Condition Score Berbeda (FOLLICULAR DEVELOPMENT AND THE ONSET OF ESTRUS DUE TO INDUCTION OF GNRH IN BALI CATTLE ANESTRUS POSTPARTUM WITH DIFFERENT BODY CONDITION SCORE)
I Nyoman Oka Widiarta, Tjok Gde Oka Pemayun, IGNB Trilaksana ... 92
Prof. Dr. drh. Tjok Oka Pemayun, MS
Lab. Reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Dra. Ni Luh Watiniasih, M.Sc., Ph.D.
Lab. Ekofisiologi Hewan Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana.
Dr. drh. I Nyoman Suartha, MSi.
Lab. Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Prof. Dr. drh. Gusti Ayu Yuniati Kencana, MP.
Lab. Virologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Dr. drh I Nengah Kerta Besung, MSi
Lab. Bakteriologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Dr.drh. I Gusti Ayu Agung Suartini, MSi.
Lab. Biokimia, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Dr. drh. I Gusti Made Krisna Erawan, MSi.
Lab. Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Drh. Kadek Karang Agustina, MP.
Lab. Kesmavet, Fakutas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Drh. Made Sudimartini, MP
Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Drh. Wayan Nico Fajar, M.Si
Lab. Radiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Dra. Ni Made Pharmawati, MSc. PhD.
Lab. Bioteknologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana Dr. drh. Maxs U E Sanam.
Lab. Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Cendana.
Prof. Dr. drh. Pudji Astuti
Lab. Fisiologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada.
Prof. Dr.drh. I Nyoman Suarsana, MSi.
Lab. Biokimia Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Prof. Dr. drh Ni Ketut Suwiti, MKes,
Lab. Histologi, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Dr.drh. Michael Haryadi, MP.
Lab. Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada Drh. Ni Luh Putu Agustini, MP.
Lab. Bioteknologi Balai Besar Veteriner Denpasar.
Drh. Ni Made Restiati, Mphil.
Klinisi Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Cabang Bali Dr.drh. AETH Wahyuni, MSi.
Lab. Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada Drh. Siti Komariah
Klinisi Asosiasi Dokter Hewan Praktisi Hewan Kecil Indonesia Dr. drh. I Wayan Bebas, M.Kes.
Lab. Reproduksi, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Dr. drh. I Gese Soma, M.Kes.
Lab. Fisiologi, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana MITRA BESTARI TAMU
Buletin Veteriner Udayana
Vol. 12 No. 1 Tahun 2020
Aktivitas 45 ALT 45
Angka Lempeng Total Bakteri 1 Anjing lokal 50
Antibiotika 39 AST 45 Babi 55, 67 Bakteri 61 BCS 92 Bioassay 39 Biplot 24 Broiler 1, 45
Dermatitis kompleks 19 Desinfeksi 61
Duodenum 13 Efektivitas 86
Ekstrak ethanol daun mimba 86 ELISA 50
Estrus 92
Folikel ovarium 92 Gentamisin 7 GnRH 92 Hati 39 Hati 7
Hematologic 32 Kandang 61 Kintamani dog Limfosit 32 Luka 74
Matriks ekstraseluer 74 Mimba 19
Monosit 32
Monyet ekor panjang 80 Morphology 13
Morphometry 13 Nusa Penida 80 Pakan organic 32 Papua 67
Pasar Tradisional 1 Pegagan 19
Penampilan reproduksi 24 Perubahan lesi 19
PRDC 55 Prevalensi 80 Protozoa 80 Rabies 50 Residu 39
Rhipicephalus sanguineus 86 Saluran pencernaan 80 Sapi bali 24, 32, 39, 92 Sarang semut 7 Seroprevalensi 67 Simantri 24 Sirsak 19 Sistiserkosis 67 Sterilisasi 61 Temulawak 45 Tikus putih 7 Tikus putih jantan 74 Titer antibodi 50 Vesica urinaria babi 74 Wamena 67
INDEKS SUBJEK
INDEKS PENULIS
Buletin Veteriner Udayana
Vol. 12 No. 1 Tahun 2020
Adhi PDP 45
Alvionita Lingga A 67 Ardana IBK 45 Arjana AAG 7 Berata IK 7 Besung INK 55 Cundawan AJ 39 Dwinata IM 80 Gelgel KTP 55 Ggelgel KTP 61 Gorda IW 74 Gumawan WH 74 Hapsari IAP 86 Heryani LGSS 13 Junaedi PA 19 Kendran AAS 45 Manullang MP 1 Merdana IM 7, 86 Muda GMJ 7 Muslih F 86 Parmayoga IPI 32 Pemayun TGO 92 Putra AAWK 80
Rompis ALT 55 Sampurna IP 24 Septiyatma AD 13 Setiasih NLE 13 Siswanto 39 Suada IK 1, 67 Suardana IBK 50 Suarjana IGK 55 Suartha IN 19, 32, 50 Suartini IGAA 32 Suatha IK 24 Sudarmayasa IN 50 Sudimartini LM 19, 74 Sudipa PH 61
Sudira IW 39 Suwiti NK 32 Swacita IBN 1, 67 Trilaksana IGNB Wandia IN 80 Widiarta INO 92 Wimbavitrati KA 24 Wirata IW 74
Ketentuan Umum
a. BuletinVeteriner Udayana memuat tulisan ilmiah dalam bidang Kedoteran Hewan dan Peternakan, berupa hasil penelitian, artikel ulas balik (review).
b. Naskah/makalah harus orisinal dan belum pernah diterbitkan. Apabila diterima untuk dimuat dalam Buletin Veteriner Udayana, maka tidak boleh diterbitkan dalam majalah atau media yang lain.
2. Naskah ilmiah dicetak dengan kertas ukuran A4. Naskah diketik dengan spasi menggunakan program olah kata word for windows, huruf Times New Roman ukuran huruf 12.
3. Tata cara penulisan naskah hasil penelitian hendaknya disusun menurut urutan sebagai berikut: Judul, Identitas penulis, Abstrak, Abstract, Pendahuluan, Metode Penelitian, Hasil dan Pembahasan, Simpulan dan Saran, Ucapan terimakasih dan Daftar Pustaka.
Upayakan dicetak hitam putih, dan keseluruhan naskah tidak lebih tidak kurang dari 10- 15 halaman.
a. Judul: Singkat dan jelas.
b. Identitas penulis: Nama ditulis lengkap (tidak disingkat) tanpa gelar. Bila penulis lebih dari seorang, dengan alamat, instansi yang berbeda, maka di belakang setiap nama diberi indeks atas angka arab. Alamat penulis ditulis di bawah nama penulis mencakup laboratorium, lembaga, dan alamat lengkap dengan nomer telepon/faksimili dan Email. Indeks tambahan diberikan pada penulis yang dapat diajak berkorespondensi (corresponding author).
c. Abstrak: Ditulis dalam bahasa Indonesia terlebih dahulu dan bahasa Inggris bila naskah dalam bahasa Indonesia, begitu pula sebaliknya. Abstrak dilengkapi kata kunci (keywords) yang diurut berdasarkan kepentingannya. Abstrak memuat ringkasan naskah, mencakup seluruh tulisan tanpa mencoba merinci setiap bagiannya. Hindari menggunakan singkatan.
d. Pendahuluan: Memuat tentang ruang lingkup, latar belakang tujuan dan manfaat penelitian. Bagian ini hendaknya memberikan latar belakang agar pembaca dapat memahami dan menilai hasil penelitian tanpa membaca laporan-laporan sebelumnya yang berkaitan dengan topik. Manfaatkanlah pustaka yang dapat mendukung pembahasan.
e. Metode Penelitian: Hendaknya diuraikan secara rinci dan jelas mengenai bahan yang digunakan dan cara kerja yang dilaksanakan, termasuk metode statistika. Cara kerja yang disampaikan hendaknya memuat informasi yang memadai sehingga memungkinkan penelitian dapat diulang dengan berhasil.
f. Hasil dan Pembahasan: Disajikan secara bersama dan membahas dengan jelas hasil- hasil penelitian. Hasil penelitian dapat disajikan dalam bentuk tertulis di dalam naskah, tabel, atau gambar. Kurangi penggunaan grafik jika hal tersebut dapat dijelaskan naskah. Batasi pemakaian foto, sajikan foto yang jelas menggambarkan hasil yang diperoleh. Gambar dan tabel harus diberi nomor dan dikutip dalam naskah.
Pembahasan yang disajikan hendaknya memuat tafsir atas hasil yang diperoleh dan bahasan yang berkaitan dengan laporan-laporan sebelumnya. Hindari mengulang pernyataan yang telah disampaikan pada metode, hasil dan informasi lain yang telah disajikan pada pendahuluan.
g. Simpulan dan Saran: Disajikan secara terpisah dari hasil dan pembahasan.
KETENTUAN UNTUK PENULISAN NASKAH
h. Ucapan Terimakasih: Dapat disajikan bila dipandang perlu. Ditujukan kepada yang mendanai penelitian dan untuk memberikan penghargaan kepada Lembaga maupun perseorangan yang telah membantu penelitian atau proses penulisan.
i. DaftarPustaka: Ditulis mengikuti pola Vancouver Style. Disusun secara alfabetis menurut nama dan tahun terbit. Singkatan majalah/jurnal berdasarkan tata cara yang dapat dipakai oleh masing-masing jurnal. Proporsi daftar pustaka jurnal/majalah ilmiah sedikitnya 60%, dan teks book 40%. Contoh penulisan daftar pustaka:
Jurnal/majalah
Cowle SM, Horae S, Mosselman S, Parker MG. 1997. Estrogen receptor alpha and beta for heterodimeson DNA. J Biol Chem, 272(1): 158-162.
Buku
Gordon I. 1997. Controlled reproduction in sheep and goats. Controlled reproductionin farm animal series. 2nd Ed. Cab. Internationa. Ireland
Bab dalam Buku
Lukert PD, Saif YM. 1997. Infectious bursal disease. In: Diesease of Pultry. 10th Ed.
Calnek BW, Barness HJ, Beard CW, McDaugrad LR, Saif YM. (eds). Iowa State University Press, Ames, Iowa, USA. Pp. 721-738.
Prosiding
Muzzarelli R. 1990. Chitin and chitosan: Unique cationic polysaccharides, In:
Proceeding Sympotium Towards a Carbohydrate Based Chemistry. Ames, France, 23- 26 Oct. 1989. Pp. 199-231.
Disertasi/Tesis
Said S. 2003.Studies on Fertilization of rat soocytes by intra cytoplasmic sperm injection. (Disertation). Okayama: Okayama University.
Website
Gorman C. 1997. The new Hongkong Flue. http://www.pathfinder.com/time/
magazine/1997/dom/971229/heatlh.thenewhong_html
4. Pengiriman naskah dilakukan setiap saat dalam bentuk softcopy (file doc/docx) melalui sistem daring pada laman berikut:
https://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet/about/submissions
5. Terhadap naskah/makalah yang dikirim, redaksi berhak untuk: memuat naskah/makalah tanpa perbaikan, memuat naskah/makalah dengan perbaikan, menolak naskah/makalah.
Semua keputusan redaksi tidak dapat diganggu gugat dan tidak diadakan surat menyurat untuk keperluan itu.
6. Setiap naskah yang dikirim ke redaksi untuk dipublikasikan dalam Buletin Veteriner Udayana akan dipandang sebagai karya asli penulis dan bila diterima, naskah tersebut tidak diperkenankan dipublikasikan lagi secara keseluruhan ataupun sebagian tanpa seijin Buletin Veteriner Udayana.
Alamat Redaksi Fakultas Kedokteran Hewan Jl. PB Sudirman Denpasar, Telp (0361)223791
BULETIN VETERINER UDAYANA
Terakreditasi Nasional Peringkat 3, DJPRP Kementerian Ristekdikti No. 21/E/KPT/2018, Tanggal 9 Juli 2018
67
Seroprevalensi Sistiserkosis pada Babi di Wilayah Wamena, Papua (SWINE CYSTICERCOSIS SEROPREVALENCE IN WAMENA, PAPUA REGION)
Alvionita Lingga*, Ida Bagus Ngurah Swacita, I Ketut Suada
Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Jl. PB. Sudirman Denpasar, Bali. *Email: [email protected]
ABSTRAK
Sistiserksosis merupakan penyakit zoonosis disebabkan oleh larva cacing Taenia solium yang berdampak serius pada kesehatan hewan maupun manusia. Papua merupakan salah satu daerah endemis sistiserkosis di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seroprevalensi sistiserkosis pada babi di wilayah Wamena, Papua. Sebanyak seratus sebelas sampel serum babi yang disampling dari wilayah Wamena kemudian diuji dengan Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa seroprevalensi sistiserkosis pada sampel babi tersebut sebanyak 39,64%
(44/111). Dapat disimpulkan bahwa seroprevalensi sistiserkosis pada sampel babi dari Wilayah Wamena, Papua sangat tinggi, dengan demikian maka diperlukan program untuk memberantas penyakit ini oleh instansi terkait di Wilayah Wamena, Papua.
Kata kunci: Seroprevalensi; sistiserkosis; babi; Wamena; Papua.
ABSTRACT
Cysticercosis is a zoonotic disease caused by the larvae of Taenia solium which can affect human and animal health. Papua is one of the endemic areas of cysticercosis in Indonesia. This study aim was to determine the seroprevalence of swine cysticercosis in the region of Wamena, Papua. A total of a hundred and eleven swine serum samples collected from the region was then tested by using Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA). The results showed that the seroprevalence of cysticercosis in swine samples was 39.64% (44/111). It can be concluded that the seroprevalence of cysticercosis in swine of the region Wamena, Papua is realtively high. Therefore, it needs to design the disease control and eradicate program by relevant agencies in the region of Wamena, Papua.
Keywords: Seroprevalence; cysticercosis; swine; Wamena; Papua PENDAHULUAN
Babi merupakan salah satu hewan ternak yang sejak dahulu sangat disenangi masyarakat karena banyak manfaatnya dalam kehidupan maupun kesejahteraan manusia. Pemeliharaan babi juga tergolong tidak terlalu susah dikarenakan hewan ini termasuk omnifora, yaitu hewan pemakan segala jenis pakan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun dari binatang (Ardana dan Putra, 2008; Agustina et al., 2016).
Wamena adalah sebuah distrik di Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua, sekaligus merupakan ibu kota kabupaten tersebut. Kabupaten Jayawijaya dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969, tentang pembentukan Provinsi
Otonom Irian Barat dan Kabupaten- Kabupaten Otonom di Provinsi Irian Barat.
Babi merupakan ternak penting bagi masyarakat Wamena, bahkan nama kota Wamena diambil dari nama Babi yaitu Wam dan Ena: Wam artinya babi dan Ena artinya jinak, jadi Wamena berarti Babi jinak. Babi jinak terkenal di Wamena, yang mana dalam budaya lokal, masyarakat sering mengambil anak babi lalu dipelihara secara intensif seperti halnya orang memelihara anjing, sehingga Wamena atau babi jinak ini menjadi babi yang sangat akrab dan manja dengan manusia, bahkan ibu-ibu sering memberikan ASI mereka
pada anak babi jinak.
Babi merupakan hewan yang mempunyai kedudukan penting bagi masyarakat pedalaman daerah Wamena,
68 masyarakat di pedalaman mempunyai kebiasaan memelihara babi tanpa dikandangkan, sehingga ternak tersebut bebas berkeliaran. Babi yang berkeliaran tersebut sering juga memakan tinja manusia. Hal ini dikarenakan, masyarakat sering melakukan defikasi di sembarang tempat, terutama di ladang atau kebun sekitarnya (Agustina et al., 2017). Jika tinja manusia tersebut mengandung telur cacing pita atau Taenia solium, maka secara otomatis babi tersebut telah mengkonsumsi telur cacing Taenia solium sehingga dalam tubuhnya akan mempunyai kista atau sistiserkus. Sistem defikasi yang tidak saniter ini akan menjadi media pencemar bagi tanah, air dan tanaman sekitarnya.
Sistem sanitasi umum dan higiene perorangan di daerah inipun sangat buruk.
Menurut Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Provinsi Papua (2006), Kabupaten Jayawijaya merupakan salah satu daerah yang memiliki status kesehatan lingkungan (sanitasi) terendah di Propinsi Papua. Sebagian besar (98.0%) penduduk Kabupaten Jayawijaya tidak memiliki fasilitas/sarana sanitasi seperti air bersih, jamban keluarga, tempat pembuangan sampah dan saluran pembuangan air limbah (SPAL) (Maitindom, 2008).
Sistiserkosis merupakan kista cacing pita pada babi yang terinfeksi Taenia solium. Sistisercosis pada babi yang terinfeksi biasanya sering ditemukan pada otot-otot lidah, diafragma, intercostae, hati dan otot gerak lainnya, daging dan jeroan babi lainnya. Namun, bagi masyarakat Wamena mengkonsumsi babi merupakan hal yang umum dan identik dengan istilah bakar batu. Bakar batu menjadi ciri khas masyarakat Papua memasak daging babi dengan batu panas yang dibakar sebelumnya. Bakar batu adalah salah satu acara adat terpenting sebagai wujud kegembiraan menyambut kelahiran, kematian anggota keluarag atau untuk mengumpulkan prajurit dalam berperang.
Bakar batu juga menjadi sarana pemulihan ketidakharmonisan hidup manusia, peperangan dan upacara kematian. Namun,
babi yang dimasak dengan bakar batu biasanya tidak masak sempurna atau setengah matang (Wandra et al., 2007b).
Hal ini diyakini juga menjadi faktor yang mempengaruhi tingginya kasus sistiserkosis di daerah itu. Di Wamena, penelitian sistiserkosis pada babi yang dilakukan tahun 1998-1999 menunjukkan prevalensi sebesar 70,4%, sedangkann untuk Kabupaten Jayawijaya secara keselurahan tingkat prevalensi sistiserkosis mencapai 77,1% (Margono et al., 2003).
Selama ini, penelitian tentang sistiserkosis/taeniosis di wilayah ini sebagian besar dilakukan pada manusia (Assa, 2012). Menurut laporan Dinas Kesehatan Provinsi Papua (2004) dari 356 orang penduduk Kabupaten Jayawijaya yang diperiksa, 4 orang menderita taeniasis dan 124 orang sistiserkosis. Pada tahun 2005 dilaporkan, bahwa dari 38 orang yang diperiksa 12 orang ditemukan terinfeksi taeniasis (Dinkes Papua 2005). Di sisi lain studi tentang peran babi dalam transmisi penyakit ini belum pernah dilakukan.
Selama ini belum pernah ada catatan dan laporan secara sistematik di Dinas Peternakan Provinsi Papua tentang kejadian sistiserkosis yang terjadi setiap tahun pada babi di Kabupaten Jayawijaya (Maitindom, 2008). Dalam penelitian ini dilakukan kerja sama dengan Dinas Peternakan Papua, dimana sampel serum babi di wilayah Wamena diuji terhadap infeksi sistiserkosis dan dihitung tingkat seroprevalensinya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan 111 sampel serum babi yang dikirim oleh Dinas Peternakan Provinsi Papua yaitu dari wilayah Wamena, Papua. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa sampel serum babi yang diuji
menggunakan Enzym Linked
Immunosorbent Assay (ELISA) terhadap antibodi larva T. solium sebagai sumber antigen yang diperoleh dari Wamena, Papua, kits komersial antara lain konjugat goat anti swine IgG HRP (Horse Radish Peroksidase), Substrat TMB
69 (Tertramethylbenzidine), stopper (asam sulfat), PBS (Phosphate Buffer Saline) Tween 20 (PBS-T), dan skim milk.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah stiker kertas, tabung sentrifuse dan sentrifugator, transferpette, mortar, spuit, Q-Fluorometer, tabung eppendorf, pipet mikro tips, mikro drpos, platmikro ELISA, ELISA reader dan tabung falcon.
Antibodi sistiserkus dideteksi menggunakan metode ELISA indirect (tidak langsung). Untuk mendeteksi antibodi terhadap C. cellulosae pada serum babi, digunakan larva dari T. solium sebagai antigen C. cellulosae dengan suspensi 10%
(crude antigen C. cellulosae). Kemudian antigen C. cellulosae diukur kadar proteinnya dan didapatkan hasil sebesar 876µg/ml, serta dilakukan optimalisasi antigen, konjugat dan sampel serum babi dengan hasil masing-masing yaitu 10µg/well, 1:2000, dan 1:50, yang bertujuan untuk mencari konsentrasi optimal dari antigen, pengenceran optimal sampel serum maupun pengenceran konjugat yang digunakan untuk penelitian (Swacita et al., 2015a).
Prosedur pemeriksaan serum babi, yaitu mula-mula antigen Cysticercus cellulosae masing-masing 100!"/well dicoating dalam mikroplat (kadar protein antigen 876!g/ml, dijadikan 100!g/ml dengan cara mencampur 1 ml antigen dengan 7,76 ml coating media, mikroplat diinkubasikan pada suhu 4˚C semalam, kemudian dicuci 2-3 kali dengan PBS Tween (500 ml PBS + 150!L Tween) masing-masing 200!L/well. Selanjutnya ditambahkan skim milk 5% (1 g skim milk + 20 ml PBS-T) masing-masing 100!L/well, kemudian diinkubasikan pada suhu 37˚C selama 30 menit. Skim milk dibuang dari mikroplat tanpa dicuci dengan PBS-T, kemudian ditambahkan serum babi yang diuji dengan pengenceran 1:50 (10!L serum babi + 490!L PBS-T) masing-masing 100!L/well, selanjutnya diinkubasi pada suhu 37˚C selama 60 menit. Mikroplat kembali dicuci sebanyak 2-3 kali PBS-T, kemudian
ditambahkan konjugat anti swine IgG HRP (1:2000=10!Lkonjugat + 10 ml PBS-T) masing-masing 100!L/well, selanjutnya diinkubasi pada suhu 37˚C selama 30 menit. Mikroplat dicuci kembali 2-3 kali dengan PBS-T, kemudian ditambahkan substrat TMB masing-masing 100!L/well (1:1=2,5 ml solution A + 2,5 ml solution B), selanjutnya dilihat reaksi warna yang terjadi, warna yang sama dengan kontrol positif diduga positif. Mikroplat ditambahan stop solution (stopper) masing- masing 100 !L/well (1:4= 1 ml asam sulfat + 4 ml aquades), kemudian dibaca OD-nya pada 450 nm pada multiscan spectrophotometer. Plat mikro well A1 dan B1 untuk kontrol negatif, sedangkan well C3 dan D4 untuk kontrol positif.
Data optical density (OD) dari kontrol negatif (KN/serum negatif) dan kontrol positif (KP), dicari rataannya, kemudian dihitung ratio OD sampel (S) terhadap rataan KP (P) menurut rumus :
Ratio S/P = #$%$$&'()*+,-./3#$%$$&'()49
#$%$$&'()4:3#$%$$&'()49
Sampel serum dengan ratio S/P < 0,7 adalah negatif (antibodi spesifik terhadap C.
cellulosae tidak terdeteksi). Sampel serum dengan rasio S/P ≥ 0,7 menunjukkan hasil positif (antibodi spesifik terhadap C.
cellulosae terdeteksi) (Swacita et al., 2015b).
Seroprevalensi =
;<=>$?'@AB<='CDEF%FG
;<=>$?'@$=HA> 'I'100J
Pengamatan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Balai Besar Veterniner (BBVet) Denpasar dan Laboratorium Virologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana pada Agustus 2015.
HASIL DAN PEMBAHASAN Dari penelitian yang diuji menggunakan uji ELISA terhadap sampel serum babi yang berasal dari wilayah Wamena, Papua ditemukan seroprevalensi sistiserkosis sebesar 39,64% (44/111) babi yang terindikasi positif terinfeksi Cysticercus cellulosae dan 60,36%
(67/111) terindikasi negatif. Sampel serum
70 yang positif terinfeksi Cysticercus cellulosae juga bisa dikarenakan adanya reaksi silang. Penyebab terjadinya reaksi silang antar antigen di atas disebabkan oleh banyaknya kesamaan komponen antigen dari sistiserkus tersebut yang ditangkap oleh antibodi pendeteksi (Sciuto et al., 2007).
Reaksi silang yang terjadi sangat berpotensi untuk menganggu akurasi uji apabila digunakan pada populasi babi yang dipelihara di wilayah endemis Taenia sp selain Taenia solium. Sebagai contoh, Kabupaten Flores Timur, NTT merupakan
wilayah endemis sistiserkosis dengan agennya adalah Cysticercus tenuicollis (Saleh, 2010). Bali merupakan daerah endemis sistiserkosis dengan agen penyebabnya tidak hanya Cysticercus cellulosae, melainkan ditemukan juga Cysticercus bovis (Dharmwan et al., 2016;
2020). Metacestoda dari Taenia asiatica pernah ditemukan menjadi agen penyebab sistiserkosis di Pulau Samosir, Sumatera Utara (Ito et al. 2008). Permasalahan reaksi silang yang mungkin terjadi dalam kondisi di atas dapat diatasi dengan melakukan pemeriksaan serologis dan morfologis.
Tabel 1. Seroprevalensi C. cellulosae pada babi dari Wilayah Wamena, Papua Sampel Serum
dari Wilayah Wamena,Papua
Interpretasi Uji ELISA Seroprevalensi
Positif Negatif Total
44 67 111 39,46%
Sampel serum yang diperiksa sebanyak 111 sampel ini adalah sampel serum yang dikirim dari Wilayah Wamena, Papua, yang mana sampel ini adalah kumpulan dari beberapa serum babi yang ada di distrik Wamena. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa di daerah Wamena, Papua masih ditemukan kasus C.
cellulosae.
Berdasarkan data pada Tabel seroprevalensi sistiserkosis di daerah Wamena, Papua termasuk dalam kategori daerah endemik. Kategori endemik ini diambil berdasarkan persentase kasus sistiserkosis yang ditemukan lebih dari 10%. Pengkatagorian ini sesuai dari pernyataan Garcia et al. (2003) yang menyatakan bahwa suatu daerah dikatakan endemis sistiserkosis bila memiliki prevalensi penyakit ini lebih dari 10%.
Namun, Noble (1989) menyatakan bahwa prevalensi sistiserkosis pada daerah non- endemis biasanya kurang dari 1-2%.
Tingginya seroprevalensi sistiserkosis babi dari wilayah Wamena, Papua ini diduga karena pemeliharaan babi yang masih dipelihara secara bebas atau diumbar dan juga dikarenakan masyarakat yang masih belum memiliki toilet atau jamban.
Menurut Purba et al, (2003), toilet dengan kejadian sistiserkosis memiliki hubungan dengan nilai odds ratio sebesar 6,2. Nilai ini bermakna bahwa dengan memiliki toilet maka dapat menurunkan jumlah kasus infeksi sistiserkosis sebesar 6,2 kali daripada yang tidak memiliki toilet. Flores et al, (2001) melaporkan bahwa kepemilikan toilet dan kesadaran masyarakat untuk defekasi tidak di sembarang tempat berhasil menurunkan kasus sistiserkosis di Meksiko hingga 50%.
Fungsi dari toilet dalam menekan penyakit ini adalah mencegah pencemaran dari feses manusia yang mengandung telur infektif Taenia solium. Keberadaan telur infektif Taenia solium di lingkungan harus dicegah karena telur ini mampu bertahan lama di lingkungan. Menurut Soulsby (1986), telur infektif dari Taenia solium mampu bertahan hidup selama 71 hari dalam feses basah, 16 hari dalam sampah, 8 minggu pada daerah yang kering, dan 14,5 minggu dalam lahan penggembalaan.
Selain faktor sanitasi lingkungan tingginya seroprevalensi sistiserkosis di wilayah Wamena, Papua juga diduga kebiasaan masyarakat lokal yang masih kurang peduli dengan higiene personal.
71 Kasus taeniasis dan sistiserkosis sangat berkaitan erat dengan higiene personal, pemeriksaan daging babi, dan cara mengolah daging babi sebelum dikonsumsi. Higiene personal berperan untuk mencegah masuknya telur Taenia solium infektif ke dalam tubuh manusia.
Wujud dari higiene personal antara lain yaitu mencuci tangan sebelum makan, mandi, memakai alas kaki dan memasak air minum. Menurut Purba et al, (2003), mencuci tangan sebelum makan memiliki korelasi terhadap kejadian sistiserkosis.
Nilai odd ratio dari dua hal di atas sebesar 4,9 nilai ini bermakna bahwa seseorang yang tidak mencuci tangan sebelum makan memiliki risiko 4,9 kali lebih tinggi terjangkit sistiserkosis. Memasak air sebelum dikonsumsi merupakan salah satu tindakan higiene pangan yang bertujuan untuk mematikan telur Taenia solium infektif dalam air. Seseorang memiliki risiko menderita sistiserkosis lebih besar bila mengkonsumsi air yang tidak dimasak dibandingkan dengan air yang telah dimasak.
Penularan Cysticercus cellulosae pada manusia sangat berhubungan erat dengan pola pengolahan daging babi sebelum dikonsumsi. Masyarakat yang mengkonsumsi daging babi bakar dan mentah memiliki risiko lebih besar terinfeksi taeniasis. Hal ini disebabkan oleh Cysticercus cellulosae dalam daging babi akan mati dalam pemanasan sempurna yaitu diatas suhu 60 °C (Soejoedono, 2004).
Upacara Bakar Batu yang dilakukan oleh masyarakat setempat berisiko sebagai cara masuk sistiserkus kepada manusia bila tidak dilakukan dengan pemanasan dan lama pembakaran yang tepat.
Faktor-faktor diatas merupakan penyebab adanya seroprevalensi infeksi C.
cellulosae pada babi dari wilayah Wamena, Papua. Apabila hal itu terus berlanjut maka akan sulit untuk memutus siklus penyakit sistiserkosis pada babi maupun manusia, karena bukan hanya babi yang dipelihara dengan baik melainkan kebersihan dan
kesehatan manusia juga dapat mempengaruhi terputusnya siklus penyakit ini.
Untuk mengendalikan kasus sisitiserkosis pada babi di wilayah Wamena, Papua maka perlu tetap dilakukan pencegahan yang lebih baik dengan cara tetap melakukan monitoring secara berkala dan bila perlu melakukan vaksinasi pada babi serta pengobatan cepat apabila ditemukan penderita taeniasis. Selain itu perlu juga diberikan edukasi atau penyuluhan kepada masyarakat berupa pemberian pendidikan kesehatan terhadap penyakit sistiserkosis dan taeniasis, yaitu dengan mengonsumsi daging yang benar- benar matang, peningkatan higiene perseorangan di lingkungan dengan cara tidak membuang air besar di sembarang tempat, serta perbaikan sistem peternakan, terutama bagi peternak yang masih memelihara babi secara tradisional sehingga dapat memutus siklus hidup cacing pita di dearha tersebut.
SIMPULAN Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan seroprevalensi sistiserkosis pada babi sampel di wilayah Wamena, Papua sebesar 39,64%.
Saran
Dari hasil penelitian ini disarankan beberapa hal terkait dengan pengendalian sistiserkosis pada babi dan manusia di wilayah Wamena, Papua yaitu; Perbaikan sistem pemeliharaan babi, yaitu dengan cara mengandangkan babi supaya tidak memakan feses manusia serta pemberian obat cacing kepada babi dan manusia.
Usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi kasus sistiserkosis-taeniasis baik pada babi maupun manusia di wilayah Wamena, Papua, adalah memperbaiki sanitasi lingkungan yaitu dengan meningkatkan jumlah toilet dan kesadaran masyarakat setempat untuk tidak defekasi di sembarang tempat, serta tidak mengonsumsi daging babi yang tidal atau setengah matang. Perlu dilakukan
72 penelitian lebih lanjut dengan besaran sampel yang lebih representatif agar diketahui jumlah prediksi kasus yang lebih valid guna merancang program pencegahan dan penanggulangan penyakit Taeniasis dan Sistiserkosis di wilayah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina KK, Wirata IW, Dharmayudha AAGO, Kardena IM, Dharmawan NS.
2016. Increasing farmer income by improved pig management systems.
Buletin Veteriner Udayana. 8(2): 122- 127.
Agustina KK, Swacita IBN, Oka IBM, Dwinata IM, Traub RJ, Cargill C, Damriyasa IM. 2017. Reducing zoonotic and internal parasite burdens in pigs using a pig confinement system.
Vet. World. 10(11): 1347–1352
Ardana IB, Putra DKH. 2008. Ternak babi manajemen reproduksi, produksi dan penyakit. Udayana University Press.
Denpasar.
Assa IF, Satrija DW, Lukman NS, Dharmawan, dan P Dorny. 2012. Faktor risiko babi yang diumbar dan pakan mentah mempertinggi prevalensi sistiserkosis. J. Vet. 13(4): 345-352.
NS Dharmawan, Dwinata IM, Swastika K, Damriyasa IM, Oka IBM, Agustina KK. 2016. Biological studies of Taenia saginata metacestoda development in bali cattle. Buletin Veteriner Udayana.
8(1): 59-64.
Dharmawan NS, Damriyasa IM, Mahardika IG, Swastika K, Hartiningsih LP,
Agustina KK. 2020. A
seroepidemiological study of bovine cysticercosis in Bali and Nusa Tenggara, Indonesia. Vet. World. 13(2):
284-289.
Dinas Kesehatan Kabupaten Jayawijaya.
2006. Laporan kasus penyakit taeniasis, sistiserkosis dan neurosistiserkosis di Kabupaten Jayawijaya Tahun 2004 - 2005. Wamena.
Flores SV, Rodea GB, Flisser A, Schantz PM. 2001. Hygiene and restraint of pigs is associated with absence of Taenia
solium cysticercosis in a rural community of Mexico. Salud Pública de México. 43: 574-576.
Garcia HH, Gonzalez EA, Evans WA, Gilman RH. 2003. Taenia solium cysticercosis. The Lancet. 361: 547- 556.
Ito A, Sato Y, Nakao M, Nakaya K, Okamoto M, Wandra T, Kandun IN, Anantaphruti MT, Waikagul J, Tiaoying L, Qiu D. 2008. Molecular and immunological diagnosis of taeniasis and cysticercosis in Asia and the Pacific. Southeast Asian J. Trop.
Med. Public. Health. 39: 37-49.
Maitindom FD. 2008. Studi kejadian sistiserkosis pada babi yang dijual di Pasar Jibaman Kabupaten Jayawijaya Papua Tesis. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Margono SS, Ito A, Sato MO, Okamoto M, Subahar R, Yamasaki H, Hamid A, Wandra T, Purba WH, Nakaya K, Ito M, Craig PS, Suroso T. 2003. Taenia solium taeniasis/cysticercosis in Papua, Indonesia in 2001: detection of human worm carriers. J. Helminthol. 77: 39- 42.
Noble ER, Noble GA, Schad GA, MacInnes AJ. 1989. Parasitology: The biology of animal parasites. USA: Lea
& Febiger
Purba WH, Miko TYW, Ito A, Widarso HS, Hamid A, Subahar R, Margono SS.
2003. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian sistiserkosis pada penduduk Kecamatan Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Propinsi Papua tahun 2002. Makara Kesehatan. 7: 56- 65.
Saleh USA, Sanjaya AW, Satrija F. 2010.
Faktor risiko kejadian sistiserkosis pada babi di Kabupaten Flores Timur Nusa Tenggara Timur. Tesis. Bogor:
Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Sciutto E, Chavarria A, Fragoso G, Fleury A, Larralde C. 2007. The immune response in Taenia solium
73 cysticercosis: protection and injury.
Parasite Immunol. 29: 621-636.
Soulsby EJL. 1986. Helminths, Arthropods, and Protozoa of Domestic Animals. London: Balliere Tindall.
Swacita IBN, Damriyasa IM, Dharmawan NS, Astawa NM, Apsari IAP, Tenaya IWM. 2015a. Respons imun mencit yang diimunisasi dengan Cysticercus cellulosae. J. Vet. 16(2): 181-186.
Swacita IBN, Agustina KK, Polos IW, Fitriani S, Natalia. 2015b. Survei
seroprevalensi Taenia solium sistiserkosis di Kabupaten Mimika, Papua. Buletin Veteriner Udayana.
7(2): 172-178.
Wandra T, Margono SS, Gafar MS, Saragih JM, Sutisna P, Sudewi AAR, Depari AA, Yulfi H, Darlan DM, Okamoto M, Sato MO, Sako Y, Nakao M, Nakaya K, Craig PS, Ito A. 2007. Current situation of taeniasis and cysticercosis in Indonesia. Trop. Med. Health. 35: 323- 328.