• Tidak ada hasil yang ditemukan

bupati blitar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "bupati blitar"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

SALINAN

PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 93 TAHUN 2022

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 50 TAHUN 2019 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN

KEPALA DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLITAR,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan tahapan pemilihan kepala desa dalam masa bencana baik bencana alam, bencana nonalam pandemi corona virus disease 2019, bencana nonalam lainnya, maupun bencana sosial, perlu melakukan tindakan penegakan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus, dan pencegahan aktivitas menimbulkan kerumunan atau suatu kondisi yang dapat membahayakan masyarakat;

b. bahwa dengan diundangkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa, maka Peraturan Bupati Blitar Nomor 50 Tahun 2019 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Desa perlu disesuaikan dengan dinamika sosiologis akibat bencana alam, bencana nonalam maupun bencana sosial sehingga perlu diubah;

(2)

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Perubahan atas Peraturan Bupati Nomor 50 Tahun 2019 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Desa;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 41) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotapraja Surabaya dan Daerah Tingkat II Surabaya dengan mengubah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah- daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur dan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Jogyakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730);

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2022 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6801);

(3)

3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495) sebagaimana telah diubah dengan Pasal 117 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Pasal 176 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);

5. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601) sebagaimana telah diubah dengan Pasal 175 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);

(4)

6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6757);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6321);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 168, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5558) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5864);

(5)

9. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041);

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2092) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 1409);

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 157);

12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 82 Tahun 2015 tentang 2015 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 4) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 82 Tahun 2015 tentang 2015 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1222);

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2016 tentang Kewenangan Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1037);

(6)

14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2017 tentang Laporan Kepala Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1099);

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 611);

16. Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pemerintahan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2016 Nomor 6/E, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Blitar Nomor 13) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 10 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pemerintahan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2019 Nomor 10/E, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Blitar Nomor 48);

17. Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 3 Tahun 2022 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2022 Nomor 3/D, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Blitar Nomor 66);

18. Peraturan Bupati Blitar Nomor 57 Tahun 2018 tentang Daftar Kewenangan Desa Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa di Kabupaten Blitar (Berita Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2018 Nomor E/57);

19. Peraturan Bupati Blitar Nomor 50 Tahun 2019 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Desa (Berita Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2019 Nomor 50/E);

20. Peraturan Bupati Blitar Nomor 54 Tahun 2019 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2019 Nomor 54/E);

(7)

Menetapkan :

21. Peraturan Bupati Blitar Nomor 32 Tahun 2022 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Blitar (Berita Daerah Kabupten Blitar Tahun 2022 Nomor 32/D);

MEMUTUSKAN :

PERATURAN BUPATI TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 50 TAHUN 2019 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA.

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Bupati Blitar Nomor 50 Tahun 2019 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Desa (Berita Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2019 Nomor 50/E), diubah sebagai berikut :

1. Ketentuan angka 16 dan angka 17 Pasal 1 diubah, dan disisipkan 7 (tujuh) angka, yakni angka 32a, angka 37a, angka 40a, angka 40b, angka 40c, angka 40d, dan angka 40e sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Blitar.

2. Bupati adalah Bupati Blitar.

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Daerah.

(8)

4. Camat adalah pemimpin dan koordinator penyelenggaraan pemerintahan di wilayah kerja kecamatan yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan kewenangan pemerintahan dari Bupati untuk menangani sebagian urusan otonomi Daerah dan menyelenggarakan tugas umum pemerintahan.

5. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

6. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

7. Pemerintah Desa adalah kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.

8. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.

9. Musyawarah Desa adalah musyawarah yang diselenggarakan oleh BPD khusus untuk pemilihan kepala Desa antar waktu.

(9)

10. Pemilihan Kepala Desa yang selanjutnya disebut Pilkades adalah pelaksanaan kedaulatan rakyat di Desa dalam rangka memilih kepala Desa yang bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.

11. Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu yang selanjutnya disebut Pilkades Antar Waktu adalah Pilkades yang dilaksanakan dalam hal kepala Desa yang berhenti dan/atau diberhentikan dengan sisa masa jabatan lebih dari 1 (satu) tahun dengan Musyawarah Desa.

12. Kepala Desa adalah pejabat Pemerintah Desa yang mempunyai wewenang, tugas dan kewajiban untuk menyelenggarakan rumah tangga Desanya dan melaksanakan tugas dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

13. Penjabat Kepala Desa adalah seorang pejabat yang diangkat oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan tugas, hak dan wewenang serta kewajiban Kepala Desa dalam kurun waktu tertentu.

14. Sekretaris Desa adalah perangkat Desa yang bertugas membantu Kepala Desa dalam bidang tertib administrasi pemerintahan dan pembangunan serta pelayanan dan pemberdayaan masyarakat.

15. Perangkat Desa adalah unsur staf yang membantu Kepala Desa dalam penyusunan kebijakan dan koordinasi yang diwadahi dalam Sekretariat Desa dan unsur pendukung tugas Kepala Desa dalam pelaksanaan kebijakan yang diwadahi dalam bentuk pelaksana teknis dan unsur kewilayahan.

(10)

16. Pelaksana Tugas Kepala Desa yang selanjutnya disebut Plt. Kepala Desa adalah Sekretaris Desa atau Perangkat Desa lainnya yang mendapat perintah untuk melaksanakan tugas dan kewajiban Kepala Desa selama Kepala Desa menjalani cuti, pemberhentian sementara atau berhalangan sementara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

17. Dukungan Elemen Satuan Kinerja Pilkades yang selanjutnya disingkat DESK Pilkades adalah panitia yang dibentuk Bupati pada tingkat Kabupaten dalam mendukung pelaksanaan Pilkades.

18. Tim Fasilitasi Pilkades Tingkat Kecamatan adalah tim yang dibentuk Camat pada tingkat kecamatan dalam mendukung pelaksanaan Pilkades.

19. Panitia Pemilihan Kepala Desa Tingkat Desa yang selanjutnya disebut Panitia Pemilihan adalah panitia yang dibentuk oleh BPD untuk menyelenggarakan proses Pilkades.

20. Petugas Pendaftaran Pemilih yang selanjutnya disebut Pantarlih adalah petugas yang membantu tugas ketua seksi sosialisasi, pendaftaran pemilih, penetapan pemilih, penjaringan dan penyaringan bakal calon kepala desa ditetapkan oleh Kepala Desa berdasarkan usulan Panitia Pemilihan.

21. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara selanjutnya disingkat KPPS adalah kelompok masyarakat yang membantu tugas ketua seksi tatacara pelaksanaan pemilihan kepala desa, pemungutan suara dan rekapitulasi penghitungan suara ditetapkan oleh Kepala Desa berdasarkan usulan Panitia Pemilihan.

(11)

22. Panitia Pilkades Antar Waktu adalah panitia yang dibentuk oleh BPD untuk menyelenggarakan proses Pilkades Antar Waktu.

23. Bakal Calon Kepala Desa adalah seseorang yang telah mengajukan pendaftaran sebagai calon Kepala Desa kepada Panitia Pemilihan.

24. Calon Kepala Desa adalah Bakal Calon Kepala Desa yang telah memenuhi persyaratan dan ditetapkan oleh Panitia Pemilihan sebagai calon yang berhak dipilih menjadi Kepala Desa.

25. Calon Kepala Desa Terpilih adalah Calon Kepala Desa yang memperoleh suara terbanyak dari jumlah suara sah dalam pelaksanaan Pilkades dan ditetapkan oleh Panitia Pemilihan sebagai Calon Kepala Desa Terpilih yang akan ditetapkan dan dilantik sebagai Kepala Desa.

26. Pemilih adalah penduduk Desa yang bersangkutan dan telah memenuhi persyaratan untuk menggunakan hak pilih dalam Pilkades.

27. Daftar Pemilih Sementara yang selanjutnya disingkat DPS adalah daftar Pemilih yang disusun berdasarkan data daftar Pemilih tetap pemilihan umum terakhir yang telah diperbaharui dan dicek kembali atas kebenarannya serta ditambah dengan Pemilih baru.

28. Daftar Pemilih Tambahan adalah daftar Pemilih yang disusun berdasarkan usulan dari Pemilih karena yang bersangkutan belum terdaftar dalam DPS sebelum ditetapkannya daftar Pemilih tetap.

(12)

29. Daftar Pemilih Tetap yang selanjutnya disingkat DPT adalah daftar Pemilih yang telah ditetapkan oleh Panitia Pemilihan sebagai dasar penentuan identitas Pemilih dan jumlah Pemilih dalam Pilkades.

30. Kampanye adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh Calon Kepala Desa untuk meyakinkan para Pemilih dalam rangka mendapatkan dukungan.

31. Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disingkat TPS adalah tempat dilaksanakannya pemungutan suara.

32. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai pegawai aparatur sipil negara secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.

32a. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang selanjutnya disingkat PPPK adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas jabatan pemerintahan.

33. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

34. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disebut APBDesa adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa.

35. Peraturan Desa adalah peraturan perundang- undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama BPD.

(13)

36. Dusun adalah wilayah dalam Desa yang merupakan lingkungan kerja penyelenggaraan pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.

37. Lembaga Kemasyarakatan Desa yang selanjutnya disingkat LKD adalah wadah partisipasi masyarakat, sebagai mitra Pemerintah Desa, ikut serta dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan, serta meningkatkan pelayanan masyarakat Desa.

37a. Lembaga Adat Desa yang selanjutnya disingkat LAD adalah lembaga yang menyelenggarakan fungsi adat istiadat dan menjadi bagian dari susunan asli Desa yang tumbuh dan berkembang atas prakarsa masyarakat Desa.

38. Rukun Warga yang selanjutnya disingkat RW adalah bagian dari kerja Pemerintah Desa atau Kelurahan merupakan lembaga yang dibentuk melalui musyawarah pengurus rukun tetangga atau perwakilan warga di wilayah kerjanya yang ditetapkan oleh Pemerintah Desa atau kelurahan.

39. Rukun Tetangga yang selanjutnya disingkat RT adalah lembaga yang dibentuk melalui musyawarah kepala keluarga di lingkungannya dalam rangka pelayanan pemerintahan, kemasyarakatan dan pembangunan yang ditetapkan oleh Pemerintah Desa atau kelurahan.

40. Unsur Masyarakat adalah kelompok- kelompok masyarakat Desa yang masing- masing kelompok memiliki kepentingan yang sama serta keterkaitan satu sama lain sebagai anggota kelompok.

(14)

40a. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

40b. Bencana Alam adalah Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

40c. Bencana Nonalam adalah Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam seperti gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.

40d. Pandemi Corona Virus Disease 2019 yang selanjutnya disebut Pandemi COVID-19 adalah skala penyebaran penyakit Corona Virus Disease 2019 yang terjadi secara global di seluruh dunia.

40e. Bencana Sosial adalah Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.

41. Putusan Pengadilan adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum.

(15)

42. Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana.

43. Terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili di pengadilan.

44. Terpidana adalah seorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

45. Hari adalah hari kerja.

2. Ketentuan ayat (2) Pasal 6 dihapus, sehingga Pasal 6 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 6

(1) Pilkades dibiayai oleh APBD dan APBDesa.

(2) Dihapus.

3. Ketentuan ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) Pasal 13 diubah, sehingga Pasal 13 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 13

(1) Bupati membentuk DESK Pilkades yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

(2) Susunan keanggotaan DESK Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :

a. pengarah;

b. penanggungjawab;

c. koordinator;

d. ketua;

e. wakil ketua;

f. sekretaris; dan g. anggota.

(3) Keanggotaan DESK Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :

a. Forum Komunikasi Pimpinan Daerah;

b. Sekretaris Daerah;

c. Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat;

(16)

d. Staf Ahli Bidang Hukum, Pemerintahan, dan Politik;

e. Inspektur Kabupaten;

f. Kepala Satuan Polisi Pamong Praja;

g. Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa;

h. Kepala Dinas Perhubungan;

i. Kepala Dinas Kesehatan;

j. Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil;

k. Kepala Dinas Pendidikan;

l. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika;

m. Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah;

n. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik;

o. Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia;

p. Kepala Bagian Tata Pemerintahan;

q. Kepala Bagian Hukum;

r. Kepala Bagian Pengadaan Barang dan Jasa;

s. Kepala Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan; dan

t. Forum Pimpinan di Kecamatan.

(4) DESK Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas :

a. merencanakan, mengoordinasikan dan menyelenggarakan semua tahapan pelaksanaan Pilkades tingkat Daerah;

b. melakukan bimbingan teknis pelaksanaan Pilkades terhadap Panitia Pemilihan;

c. menetapkan jumlah surat suara, kotak suara dan bilik suara;

d. memfasilitasi pencetakan surat suara dan pembuatan kotak suara, bilik suara serta perlengkapan pemilihan lainnya;

(17)

e. menyampaikan surat suara, kotak suara, bilik suara dan perlengkapan pemilihan lainnya kepada Panitia Pemilihan;

f. memfasilitasi penyelesaian permasalahan Pilkades tingkat Daerah;

g. melakukan pengawasan penyelenggaraan Pilkades dan melaporkan serta membuat rekomendasi kepada Bupati;

h. melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan Pilkades; dan

i. melaksanakan tugas dan wewenang lain yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

4. Ketentuan ayat (6) Pasal 20 diubah, sehingga Pasal 20 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 20

(1) Panitia Pemilihan menyusun rencana kebutuhan barang dan biaya Pilkades yang bersumber dari APBD dan diajukan kepada Bupati melalui Camat paling lama 30 (tiga puluh) Hari setelah terbentuknya Panitia Pemilihan untuk memperoleh persetujuan Bupati.

(2) Bupati menyetujui rencana biaya pemilihan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) Hari sejak diterima dari Panitia Pemilihan.

(3) Rencana kebutuhan dan biaya Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah berisi rencana kebutuhan barang untuk Pilkades dan rencana besaran honorarium untuk Panitia Pemilihan, sedangkan untuk pengelolanya adalah satuan kerja kecamatan.

(4) Panitia Pemilihan menyusun rencana biaya Pilkades yang bersumber dari APBDesa dan diajukan kepada Kepala Desa paling lama 30 (tiga puluh) Hari setelah terbentuknya Panitia Pemilihan untuk memperoleh persetujuan Kepala Desa.

(18)

(5) Kepala Desa menyetujui rencana biaya pemilihan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) Hari sejak diterima dari Panitia Pemilihan.

(6) Prosedur pencairan dana untuk kegiatan Pilkades dari dana yang bersumber dari APBDesa dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

5. Ketentuan huruf i Pasal 37 diubah, dan ditambah 3 (tiga) huruf, yakni huruf o, huruf p, dan huruf q sehingga Pasal 37 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 37

Kelengkapan persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf m, terdiri atas : a. fotokopi kartu tanda penduduk atau kartu

keluarga;

b. surat pernyataan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang dibuat oleh yang bersangkutan di atas kertas bermeterai;

c. surat pernyataan memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika, yang dibuat oleh yang bersangkutan di atas kertas segel atau bermeterai cukup;

d. ijazah pendidikan dari tingkat dasar sampai dengan ijazah terakhir yang dilegalisasi oleh pejabat berwenang atau surat pernyataan dari pejabat yang berwenang;

e. akte kelahiran;

f. surat keterangan catatan kepolisian yang dikeluarkan oleh Kepolisian Resor;

(19)

g. surat pernyataan tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih, kecuali 5 (lima) tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang di atas kertas bermaterai;

h. surat pernyataan bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa dan tidak akan mengundurkan diri setelah ditetapkan sebagai Calon Kepala Desa dan ditetapkan nomor urut Calon Kepala Desa;

i. surat pernyataan tidak pernah menjabat sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut di atas kertas bermeterai;

j. surat keterangan bebas narkoba dari Badan Narkotika Kabupaten;

k. surat keterangan berbadan sehat dari dokter pemerintah;

l. surat permohonan menjadi Calon Kepala Desa yang dibuat oleh yang bersangkutan di atas bermeterai cukup;

m. bagi PNS harus melampirkan surat izin untuk mencalonkan diri sebagai Kepala Desa dari pejabat pembina kepegawaian;

(20)

n. bagi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia/Dewan Perwakilan Daerah/Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi/Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dan pegawai Badan Umum Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah harus melampirkan surat izin untuk mencalonkan diri sebagai Kepala Desa dari atasan yang berwenang;

o. surat pernyataan tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;

p. bagi anggota Tentara Nasional Indonesia harus melampirkan surat keputusan pemberhentian atau pensiun dari dinas aktif keprajuritan; dan q. bagi anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia harus melampirkan surat keputusan pemberhentian atau pensiun dari dinas kepolisian.

6. Ketentuan ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) Pasal 38 diubah, dan ditambah 1 (satu) ayat, yakni ayat (5) sehingga Pasal 38 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 38

(1) Kepala Desa yang akan mencalonkan diri kembali diberi cuti sejak ditetapkan sebagai Calon Kepala Desa sampai dengan penetapan Calon Kepala Desa Terpilih.

(2) Selama menjalani cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa dilarang menggunakan fasilitas Pemerintah Desa.

(21)

(3) Permohonan cuti Kepala Desa untuk mencalonkan diri kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan usulan Sekretaris Desa sebagai Plt. Kepala Desa disampaikan kepada Bupati melalui Camat, selanjutnya Camat atas nama Bupati membuat surat izin cuti Kepala Desa, dan menunjuk Plt. Kepala Desa sesuai dengan usulan dari Kepala Desa.

(4) Sekretaris Desa yang ditunjuk sebagai Plt.

Kepala Desa melaksanakan tugas dan kewajiban Kepala Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(5) Dalam hal terjadi kekosongan Sekretaris Desa, Plt. Kepala Desa dapat ditunjuk dari Perangkat Desa lainnya.

7. Ketentuan ayat (2) Pasal 40 diubah, sehingga Pasal 40 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 40

(1) Penjabat Kepala Desa yang mencalonkan diri dalam Pilkades harus mengajukan pengunduran diri dari jabatannya selaku Penjabat Kepala Desa secara tertulis.

(2) Penjabat Kepala Desa yang mencalonkan diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberhentikan dari jabatannya paling lambat sebelum pendaftaran Bakal Calon Kepala Desa.

8. Ketentuan ayat (3) Pasal 41 diubah, dan ditambah 2 (dua) ayat, yakni ayat (4) dan ayat (5) sehingga Pasal 41 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 41

(1) Perangkat Desa yang mencalonkan diri dalam Pilkades diberi cuti terhitung sejak yang bersangkutan terdaftar sebagai Bakal Calon Kepala Desa sampai dengan selesainya penetapan Calon Kepala Desa Terpilih.

(22)

(2) Tugas Perangkat Desa yang mencalonkan diri dalam Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dirangkap oleh Perangkat Desa lainnya yang ditetapkan dengan surat tugas Kepala Desa.

(3) Kepala Desa memberikan izin cuti secara tertulis kepada Perangkat Desa yang mencalonkan diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 3 (tiga) Hari sejak diterimanya pengajuan cuti Perangkat Desa.

(4) Selama menjalani cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Perangkat Desa dilarang menggunakan fasilitas Pemerintah Desa.

(5) Perangkat Desa yang ditetapkan sebagai Calon Kepala Desa Terpilih harus mengundurkan diri dari jabatannya selaku Perangkat Desa.

9. Diantara Pasal 43 dan Pasal 44 disisipkan 1 (satu) Pasal, yakni Pasal 43A sehingga berbunyi

sebagai berikut:

Pasal 43A

(1) PPPK yang mencalonkan diri dalam Pilkades harus mengajukan pengunduran diri dari jabatannya selaku PPPK secara tertulis.

(2) PPPK yang mencalonkan diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberhentikan dari jabatannya paling lambat sejak ditetapkan sebagai Calon Kepala Desa.

10. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) Pasal 44 diubah, dan ditambah 1 (satu) ayat, yakni ayat (4) sehingga Pasal 44 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 44

(1) Anggota Tentara Nasional Indonesia yang mencalonkan diri dalam Pilkades harus sudah berhenti atau pensiun dari dinas aktif keprajuritan sejak ditetapkan sebagai Calon Kepala Desa.

(23)

(2) Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang mencalonkan diri dalam Pilkades harus sudah berhenti atau pensiun dari dinas kepolisian sejak ditetapkan sebagai Calon Kepala Desa.

(3) Pegawai Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah yang mencalonkan diri dalam Pilkades harus mendapat izin tertulis dari pejabat atasan yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

(4) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia/Dewan Perwakilan Daerah/Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi/Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota yang mencalonkan diri dalam Pilkades harus mendapat izin tertulis dari pejabat atasan yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

11. Ketentuan ayat (1), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) Pasal 46 diubah, sehingga Pasal 46 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 46

(1) Panitia Pemilihan mengumumkan adanya lowongan jabatan Kepala Desa serta persyaratan yang harus dicukupi oleh Bakal Calon Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 sekaligus menerima pendaftaran Bakal Calon Kepala Desa selama 9 (sembilan) Hari.

(2) Bakal Calon Kepala Desa melengkapi persyaratan yang harus dicukupi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam waktu 15 (lima belas) Hari sejak pengumuman lowongan jabatan Kepala Desa dan pendaftaran Bakal Calon Kepala Desa dibuka.

(24)

(3) Panitia Pemilihan melakukan penelitian terhadap persyaratan Bakal Calon Kepala Desa meliputi penelitian kelengkapan dan keabsahan administrasi pencalonan.

(4) Penelitian kelengkapan dan keabsahan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disertai klarifikasi pada instansi yang berwenang yang dilengkapi dengan surat keterangan dari yang berwenang.

(5) Panitia Pemilihan mengumumkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (4), diumumkan secara terbuka melalui media informasi yang ada di Desa untuk memperoleh masukan dari masyarakat Desa setempat.

(6) Masukan masyarakat desa setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (5), disampaikan oleh masyarakat kepada Panitia Pemilihan yang disertai dengan bukti-bukti pendukung wajib diproses dan ditindaklanjuti Panitia Pemilihan.

(7) Jangka waktu penelitian persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), pengumuman hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (5), dan masyarakat desa menyampaikan masukan kepada Panitia Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (6) adalah selama 20 (dua puluh) Hari sejak pengumuman lowongan jabatan Kepala Desa dan pendaftaran Bakal Calon Kepala Desa dibuka.

(25)

12. Ketentuan ayat (2) Pasal 47 diubah, sehingga Pasal 47 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 47

(1) Dalam hal Bakal Calon Kepala Desa yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 berjumlah paling sedikit 2 (dua) orang dan paling banyak 5 (lima) orang, Panitia Pemilihan menetapkan Bakal Calon Kepala Desa menjadi Calon Kepala Desa.

(2) Calon Kepala Desa yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan secara terbuka melalui media informasi yang ada di Desa.

13. Ketentuan Pasal 49 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 49

Dalam hal Bakal Calon Kepala Desa yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 berjumlah lebih dari 5 (lima) orang, maka Panitia Pemilihan melakukan seleksi tambahan.

14. Ketentuan ayat (2) huruf j, ayat (3) huruf e, ayat (4) huruf e, dan ayat (5) huruf d Pasal 50 diubah, sehingga Pasal 50 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 50

(1) Seleksi tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 menggunakan kriteria pengalaman bekerja di lembaga pemerintahan, tingkat pendidikan, usia, pendidikan dan pelatihan yang mendukung pelaksanaan tugas dalam bidang Pemerintahan Desa.

(2) Bobot nilai kriteria pengalaman bekerja di lembaga pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sebagai berikut :

a. pernah menjabat sebagai Kepala Desa selama 1 (satu) kali masa jabatan bobot nilai 10 (sepuluh);

(26)

b. pernah menjabat sebagai Kepala Desa selama 2 (dua) kali masa jabatan bobot nilai 20 (dua puluh);

c. Perangkat Desa dengan masa jabatan sampai dengan 15 (lima belas) tahun bobot nilai 5 (lima);

d. Perangkat Desa dengan masa jabatan lebih dari 15 tahun bobot nilai 10 (sepuluh);

e. pengurus dan anggota BPD, serta LKD lainnya dengan 1 (satu) kali masa jabatan bobot nilai 5 (lima);

f. pengurus dan anggota BPD, serta LKD lainnya dengan lebih dari 1 (satu) kali masa jabatan bobot nilai 10 (sepuluh);

g. PNS/Tentara Nasional

Indonesia/Kepolisian Negara Republik Indonesia/Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah dengan masa kerja sampai dengan 10 (sepuluh) tahun bobot nilai 5 (lima);

h. PNS/Tentara Nasional

Indonesia/Kepolisian Negara Republik Indonesia/Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah dengan masa kerja 10 (sepuluh) sampai dengan 20 (dua puluh) tahun bobot nilai 10 (sepuluh);

i. PNS/Tentara Nasional

Indonesia/Kepolisian Negara Republik Indonesia/Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah dengan masa kerja 20 (dua puluh) sampai dengan 30 (tiga puluh) tahun bobot nilai 15 (lima belas);

(27)

j. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia/Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi/Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dengan 1 (satu) kali masa jabatan bobot nilai 10 (sepuluh); dan

k. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia/Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi/Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dengan 2 (dua) kali masa jabatan atau lebih bobot nilai 20 (dua puluh).

(3) Bobot nilai kriteria tingkat pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut :

a. sekolah menengah lanjutan tingkat pertama atau sederajat bobot nilai 5 (lima);

b. sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat bobot nilai 10 (sepuluh);

c. Diploma bobot nilai 15 (lima belas);

d. strata 1 (satu) bobot nilai 20 (dua puluh);

e. strata 2 (kedua) bobot nilai 25 (dua puluh lima); dan

f. strata 3 (tiga) bobot nilai 30 (tiga puluh).

(4) Bobot nilai kriteria usia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut :

a. usia 25 (dua puluh lima) sampai dengan 28 (dua puluh delapan) tahun bobot nilainya 5 (lima);

b. usia 29 (dua puluh sembilan) sampai dengan 32 (tiga puluh dua) tahun bobot nilainya 10 (sepuluh);

c. usia 33 (tiga puluh tiga) sampai dengan 36 (tiga puluh enam) tahun bobot nilainya 15 (lima belas);

d. usia 37 (tiga puluh tujuh) sampai dengan 40 (empat puluh) tahun bobot nilainya 20 (dua puluh);

(28)

e. usia 41 (empat puluh satu) sampai dengan 44 (empat puluh empat) tahun bobot nilainya 25 (dua puluh lima); dan

f. usia 45 (empat puluh lima) tahun keatas bobot nilainya 30 (tiga puluh).

(5) Bobot nilai kriteria pendidikan dan pelatihan yang mendukung pelaksanaan tugas dalam bidang Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan bukti berupa sertifikat/piagam sebagai berikut :

a. pendidikan dan pelatihan atau bimbingan teknis yang dilaksanakan oleh tingkat kementerian bobot nilainya 10 (sepuluh);

b. pendidikan dan pelatihan atau bimbingan teknis yang dilaksanakan oleh tingkat propinsi bobot nilainya 8 (delapan);

c. pendidikan dan pelatihan atau bimbingan teknis yang dilaksanakan oleh tingkat Kabupaten/kota bobot nilainya 6 (enam);

d. pendidikan dan pelatihan atau bimbingan teknis yang dilaksanakan oleh tingkat kecamatan bobot nilainya 4 (empat); dan e. pendidikan dan pelatihan atau bimbingan

teknis yang dilaksanakan oleh tingkat Desa bobot nilainya 2 (dua).

15. Ketentuan ayat (2), ayat (4) dan ayat (6) Pasal 60 diubah, dan ditambah 1 (satu) ayat, yakni ayat (7) sehingga Pasal 60 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 60

(1) TPS ditentukan lokasinya di tempat yang mudah dijangkau.

(2) Jumlah TPS dapat lebih dari 1 (satu) TPS dengan mempertimbangkan banyaknya jumlah Pemilih, luas wilayah, dan tingkat kesulitan kondisi geografis Desa.

(29)

(3) Penetapan jumlah TPS ditetapkan oleh Panitia Pemilihan dan dikoordinasikan dengan Camat dan DESK Pilkades.

(4) Bagi Desa yang melaksanakan Pilkades hanya dengan 1 (satu) TPS, maka jumlah KPPS dan kotak suara sama dengan jumlah Dusun yang ada di Desa yang bersangkutan.

(5) Apabila Desa yang melaksanakan Pilkades hanya dengan 1 (satu) TPS hanya mempunyai 1 (satu) Dusun, maka jumlah KPPS dan kotak suara adalah sama dengan jumlah RW di Desa yang bersangkutan.

(6) Pemilih harus memasukkan surat suara pada kotak suara sesuai dengan Dusun atau RW tempat domisili Pemilih.

(7) Bagi Desa yang melaksanakan Pilkades dengan TPS berjumlah lebih dari 1 (satu) TPS, maka jumlah KPPS dan kotak suara sama dengan jumlah TPS, dan jumlah DPT masing-masing TPS paling sedikit 250 (dua ratus lima puluh) DPT.

16. Ketentuan ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) Pasal 64 diubah, dan ditambah 1 (satu) ayat, yakni ayat (5) sehingga Pasal 64 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 64

(1) Pada saat pemungutan suara dan penghitungan suara Calon Kepala Desa wajib hadir di TPS yang telah ditentukan oleh Panitia Pemilihan.

(2) Calon Kepala Desa yang berhalangan hadir di TPS yang telah ditentukan oleh Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menyampaikan surat izin atas ketidakhadirannya dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan dan kehadirannya diganti dengan foto yang bersangkutan dengan ukuran minimal 20R (dua puluh rectangular).

(30)

(3) Calon Kepala Desa yang berhalangan hadir di TPS yang telah ditentukan oleh Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tanpa ada keterangan yang dapat

dipertanggungjawabkan atas

ketidakhadirannya sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka perolehan suara yang diperoleh oleh Calon Kepala Desa tersebut dihitung sebagai suara tidak sah.

(4) Calon Kepala Desa yang sudah ditetapkan sebagai Calon Kepala Desa yang berhak dipilih serta ditetapkan nomor urut Calon Kepala Desa, apabila terjadi sesuatu hal yang menyebabkan Calon Kepala Desa tersebut menjadi tidak memenuhi syarat, maka perolehan suara yang diperoleh oleh Calon Kepala Desa yang tidak lagi memenuhi syarat sebagai Calon Kepala Desa tersebut dihitung sebagai suara tidak sah.

(5) Bagi Desa yang melaksanakan Pilkades dengan TPS berjumlah lebih dari 1 (satu) TPS, maka kehadiran Calon Kepala Desa di TPS lain, diganti dengan foto yang bersangkutan dengan ukuran minimal 20R (dua puluh rectangular).

17. Diantara Pasal 68 dan Pasal 69 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 68A sehingga berbunyi

sebagai berikut :

Pasal 68A

Bagi Desa yang melaksanakan Pilkades dengan TPS berjumlah lebih dari 1 (satu) TPS, kegiatan Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65, Pasal 66, dan Pasal 68 ayat (2) dilaksanakan oleh KPPS yang bertugas di TPS.

(31)

18. Ketentuan ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) Pasal 69 diubah, sehingga Pasal 69 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 69

(1) Bagi Desa yang melaksanakan Pilkades hanya dengan 1 (satu) TPS, penghitungan suara di TPS dilakukan oleh Panitia Pemilihan setelah pemungutan suara berakhir.

(2) Bagi Desa yang melaksanakan Pilkades dengan TPS berjumlah lebih dari 1 (satu) TPS, penghitungan suara di masing-masing TPS dilakukan oleh KPPS.

(3) Bagi Desa yang melaksanakan Pilkades hanya dengan 1 (satu) TPS sebelum penghitungan suara dimulai, Panitia Pemilihan menghitung : a. jumlah Pemilih yang memberikan suara

berdasarkan salinan DPT untuk masing- masing Dusun atau RW dengan cara menghitung surat undangan yang telah ditukar dengan surat suara oleh anggota KPPS;

b. jumlah surat suara yang tidak terpakai;

dan

c. jumlah surat suara yang dikembalikan oleh Pemilih karena rusak atau keliru dicoblos.

(4) Bagi Desa yang melaksanakan Pilkades dengan TPS berjumlah lebih dari 1 (satu) TPS, sebelum penghitungan suara di masing-masing TPS dimulai, KPPS menghitung:

a. jumlah Pemilih yang memberikan suara berdasarkan salinan DPT untuk TPS dan surat undangan yang telah ditukar dengan surat suara;

b. jumlah Pemilih dari TPS lain;

c. jumlah surat suara dari masing-masing TPS;

d. jumlah surat suara yang tidak terpakai;

dan

(32)

e. jumlah surat suara yang dikembalikan oleh Pemilih karena rusak atau keliru dicoblos.

19. Ketentuan ayat (1), ayat (2), dan ayat (5) Pasal 71 diubah, sehingga Pasal 71 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 71

(1) Bagi Desa yang melaksanakan Pilkades hanya dengan 1 (satu) TPS, Panitia Pemilihan melaksanakan penghitungan suara sampai dengan selesai di TPS.

(2) Penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dihadiri dan disaksikan oleh saksi Calon Kepala Desa, BPD, DESK Pilkades, Tim Fasilitasi Pilkades Tingkat Kecamatan, dan warga masyarakat.

(3) Saksi Calon Kepala Desa dalam penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus membawa surat mandat dari Calon Kepala Desa yang bersangkutan dan menyerahkannya kepada ketua Panitia Pemilihan.

(4) Panitia Pemilihan membuat berita acara hasil penghitungan suara yang ditandatangani oleh ketua, sekretaris dan ketua seksi tata cara pelaksanaan pemilihan kepala desa, pemungutan suara dan rekapitulasi penghitungan suara serta dapat ditandatangani oleh saksi Calon Kepala Desa.

(5) Berita acara hasil penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diberikan kepada masing-masing saksi dan Calon Kepala Desa yang hadir sebanyak 1 (satu) eksemplar dan menempelkan 1 (satu) eksemplar berita acara hasil penghitungan suara di tempat umum.

(33)

(6) Berita acara beserta kelengkapannya sebagaimana dimaksud pada ayat (5), dimasukkan dalam sampul khusus yang disediakan dan dimasukkan ke dalam kotak suara yang pada bagian luar ditempel label atau segel.

(7) Panitia Pemilihan menyerahkan berita acara hasil penghitungan suara, surat suara, dan alat kelengkapan administrasi pemungutan dan penghitungan suara kepada BPD segera setelah selesai penghitungan suara.

(8) Form berita acara penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

20. Diantara Pasal 71 dan Pasal 72 disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal 71A dan Pasal 71B

sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 71A

(1) Bagi Desa yang melaksanakan Pilkades dengan TPS berjumlah lebih dari 1 (satu) TPS, KPPS melaksanakan penghitungan suara sampai dengan selesai di TPS.

(2) Penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dihadiri dan disaksikan oleh saksi Calon Kepala Desa, BPD, DESK Pilkades, Tim Fasilitasi Pilkades Tingkat Kecamatan, dan warga masyarakat.

(3) Saksi Calon Kepala Desa dalam penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus membawa surat mandat dari Calon Kepala Desa yang bersangkutan dan menyerahkannya kepada ketua Panitia Pemilihan.

(34)

(4) KPPS membuat berita acara hasil penghitungan suara yang ditandatangani oleh KPPS serta dapat ditandatangani oleh saksi Calon Kepala Desa.

(5) KPPS menyampaikan hasil penghitungan suara di TPS dan berita acara hasil penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (4), surat suara, dan alat kelengkapan administrasi pemungutan dan penghitungan suara kepada Panitia Pemilihan.

(6) Berita acara beserta kelengkapannya sebagaimana dimaksud pada ayat (5), dimasukkan dalam sampul khusus yang disediakan dan dimasukkan ke dalam kotak suara yang pada bagian luar ditempel label atau segel.

Pasal 71B

(1) Panitia Pemilihan melaksanakan rekapitulasi penghitungan suara yang disampaikan oleh KPPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71A ayat (5).

(2) Rekapitulasi penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Panitia Pemilihan di TPS atau tempat yang telah ditetapkan oleh Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (1).

(3) Penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dihadiri dan disaksikan oleh saksi Calon Kepala Desa, BPD, DESK Pilkades, Tim Fasilitasi Pilkades Tingkat Kecamatan, dan warga masyarakat.

(4) Saksi Calon Kepala Desa dalam penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus membawa surat mandat dari Calon Kepala Desa yang bersangkutan dan menyerahkannya kepada ketua Panitia Pemilihan.

(35)

(5) Panitia Pemilihan membuat berita acara hasil penghitungan suara yang ditandatangani oleh ketua, sekretaris dan ketua seksi tata cara pelaksanaan pemilihan kepala desa, pemungutan suara dan rekapitulasi penghitungan suara serta dapat ditandatangani oleh saksi Calon Kepala Desa.

(6) Berita acara hasil penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diberikan kepada masing-masing saksi dan Calon Kepala Desa yang hadir sebanyak 1 (satu) eksemplar dan menempelkan 1 (satu) eksemplar berita acara hasil penghitungan suara di tempat umum.

(7) Berita acara beserta kelengkapannya sebagaimana dimaksud pada ayat (5), dimasukkan dalam sampul khusus yang disediakan dan dimasukkan ke dalam kotak suara yang pada bagian luar ditempel label atau segel.

(8) Panitia Pemilihan menyerahkan berita acara hasil penghitungan suara, surat suara, dan alat kelengkapan administrasi pemungutan dan penghitungan suara kepada BPD segera setelah selesai penghitungan suara.

(9) Form berita acara penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

21. Ketentuan ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) Pasal 72 diubah, sehingga Pasal 72 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 72

(1) Calon Kepala Desa yang memperoleh suara terbanyak dari jumlah suara sah ditetapkan sebagai Calon Kepala Desa Terpilih.

(36)

(2) Calon Kepala Desa yang sudah ditetapkan sebagai calon Kepala Desa yang berhak dipilih serta ditetapkan nomor urut Calon Kepala Desa, apabila terjadi sesuatu hal yang menyebabkan Calon Kepala Desa tersebut menjadi tidak memenuhi syarat, maka perolehan suara yang diperoleh oleh Calon Kepala Desa yang tidak lagi memenuhi syarat tersebut menjadi suara tidak sah.

(3) Dalam hal Calon Kepala Desa yang memperoleh suara sah terbanyak lebih dari 1 (satu) orang, Calon Kepala Desa Terpilih ditetapkan berdasarkan wilayah perolehan suara sah yang lebih luas.

(4) Wilayah perolehan suara sah yang lebih luas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) didasarkan perolehan suara sah terbanyak di masing-masing wilayah Dusun dengan jumlah sebaran wilayah Dusun lebih banyak.

(5) Dalam hal Calon Kepala Desa yang memperoleh suara sah terbanyak lebih dari 1 (satu) orang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) belum dapat ditetapkan, Calon Kepala Desa Terpilih ditetapkan berdasarkan perolehan suara sah terbanyak di wilayah Dusun dengan jumlah DPT terbesar.

(6) Dalam hal jumlah Calon Kepala Desa yang memperoleh suara sah terbanyak yang sama lebih dari 1 (satu) orang sebagaimana dimaksud pada ayat (5) belum dapat ditetapkan, Calon Kepala Desa Terpilih ditetapkan berdasarkan perolehan suara sah tertinggi di wilayah Dusun.

(7) Panitia Pemilihan menetapkan Calon Kepala Desa Terpilih dalam waktu paling lama 1 (satu) kali 24 (dua puluh empat) jam sejak penghitungan suara dinyatakan selesai.

(37)

(8) Dalam hal Calon Kepala Desa yang memperoleh suara sah terbanyak yang sama lebih dari 1 (satu) orang sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ayat (5) dan ayat (6), Panitia Pemilihan dapat memperpanjang waktu penetapan Calon Kepala Desa Terpilih paling lama 2 (dua) kali 24 (dua puluh empat) jam sejak penghitungan suara dinyatakan selesai.

22. Di antara Pasal 84 dan Pasal 85 disisipkan 5 (lima) pasal, yakni Pasal 84A, Pasal 84B, Pasal 84C, Pasal 84D, dan Pasal 85E sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 84A

(1) Pilkades Antar Waktu dapat dilaksanakan secara serentak pada beberapa Desa yang akan melaksanakan Pilkades Antar Waktu.

(2) Nama Desa yang akan melaksanakan Pilkades Antar Waktu dan jadwal tahapan dalam pelaksanaan Pilkades Antar Waktu ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Pasal 84B

(1) Pilkades Antar Waktu dibebankan pada APBDesa meliputi :

a. honorarium Panitia Pilkades Antar Waktu;

b. honorarium petugas keamanan di TPS;

c. biaya makan dan minum;

d. biaya alat tulis kantor dan penggandaan;

e. pengadaan surat undangan;

f. pengadaan logistik Pilkades Antar Waktu;

g. biaya pembuatan TPS;

h. biaya sewa sound system; dan

i. pengadaan peralatan dan perlengkapan pendukung Pilkades Antar Waktu;

(38)

(2) Dalam hal APBDesa tidak mencukupi untuk membiayai pelaksanaan Pilkades Antar Waktu, Pemerintah Desa dapat mengajukan permohonan bantuan kepada Pemerintah Daerah untuk membiayai pelaksanaan Pilkades Antar Waktu yang bersumber dari APBD.

(3) Anggaran pelaksanaan Pilkades Antar Waktu yang dapat dibebankan pada APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi : a. biaya operasional DESK Pilkades Antar

Waktu;

b. biaya pelantikan Kepala Desa;

c. honor anggota DESK Pilkades Antar Waktu;

d. honor petugas keamanan dari aparat Kepolisian Negara Republik Indonesia, Tentara Nasional Indonesia dan Satuan Polisi Pamong Praja;

e. biaya makanan dan minuman petugas keamanan dari aparat Kepolisian Negara Republik Indonesia, Tentara Nasional Indonesia dan Satuan Polisi Pamong Praja;

dan

f. biaya gelar pasukan kesiapan pengamanan Pilkades Antar Waktu.

(4) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, huruf b, dan huruf c dikelola oleh satuan kerja yang membidangi Pemerintahan Desa.

(5) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d, huruf e, dan huruf f dikelola oleh satuan kerja yang membidangi keamanan dan ketertiban.

(6) Ketentuan yang mengatur tentang logistik Pilkades sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 berlaku mutatis mutandis pada pelaksanaan Pilkades Antar Waktu.

(39)

Pasal 84C

(1) Bupati membentuk DESK Pilkades Antar Waktu yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

(2) Susunan keanggotaan DESK Pilkades Antar Waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :

a. pengarah;

b. penanggungjawab;

c. koordinator;

d. ketua;

e. wakil ketua;

f. sekretaris; dan g. anggota.

(3) Keanggotaan DESK Pilkades Antar Waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :

a. Forum Komunikasi Pimpinan Daerah;

b. Sekretaris Daerah;

c. Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat;

d. Staf Ahli Bidang Hukum, Pemerintahan, dan Politik;

e. Inspektur Kabupaten;

f. Kepala Satuan Polisi Pamong Praja;

g. Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa;

h. Kepala Dinas Perhubungan;

i. Kepala Dinas Kesehatan;

j. Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil;

k. Kepala Dinas Pendidikan;

l. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika;

m. Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah;

n. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik;

o. Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia;

(40)

p. Kepala Bagian Tata Pemerintahan;

q. Kepala Bagian Hukum;

r. Kepala Bagian Pengadaan Barang dan Jasa;

s. Kepala Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan; dan

t. Forum Pimpinan di Kecamatan.

(4) DESK Pilkades Antar Waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas :

a. merencanakan, mengoordinasikan dan menyelenggarakan semua tahapan pelaksanaan Pilkades Antar Waktu di tingkat Daerah;

b. melakukan bimbingan teknis pelaksanaan Pilkades terhadap Panitia Pilkades Antar Waktu;

c. memfasilitasi penyelesaian permasalahan Pilkades Antar Waktu di tingkat Daerah;

d. melakukan pengawasan penyelenggaraan Pilkades Antar Waktu dan melaporkan serta membuat rekomendasi kepada Bupati;

e. melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan Pilkades Antar Waktu; dan f. melaksanakan tugas dan wewenang lain

yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Pasal 84D

(1) Pilkades Antar Waktu dilaksanakan melalui tahapan :

a. persiapan;

b. pelaksanaan; dan c. pelaporan.

(2) Tahapan pelaksanaan Pilkades Antar Waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dipersingkat jangka waktu pelaksanaan dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas.

(41)

Pasal 84E

Tahapan persiapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84D ayat (1) huruf a meliputi:

a. BPD membentuk Panitia Pilkades Antar Waktu paling lama dalam jangka waktu 15 (lima belas) Hari terhitung sejak Kepala Desa diberhentikan;

b. pengajuan biaya Pilkades Antar Waktu dengan beban APBDesa oleh Panitia Pilkades Antar Waktu kepada Penjabat Kepala Desa paling lama dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) Hari terhitung sejak Panitia Pilkades Antar Waktu terbentuk;

c. pemberian persetujuan biaya Pilkades Antar Waktu oleh Penjabat Kepala Desa paling lama dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) Hari terhitung sejak diajukan oleh Panitia Pilkades Antar Waktu;

d. pengumuman dan pendaftaran Bakal Calon Kepala Desa oleh Panitia Pilkades Antar Waktu dalam jangka waktu 15 (lima belas) Hari;

e. penelitian kelengkapan persyaratan administrasi Bakal Calon Kepala Desa oleh Panitia Pilkades Antar Waktu dalam jangka waktu 7 (tujuh) Hari; dan

f. penetapan Calon Kepala Desa oleh Panitia Pilkades Antar Waktu paling sedikit 2 (dua) orang calon dan paling banyak 3 (tiga) orang Calon Kepala Desa yang dimintakan pengesahan Musyawarah Desa untuk ditetapkan sebagai Calon Kepala Desa yang berhak dipilih dalam Musyawarah Desa Pilkades Antar Waktu.

(42)

23. Ketentuan Pasal 85 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 85

(1) BPD membentuk Panitia Pilkades Antar Waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84E huruf a terdiri atas Perangkat Desa dan Unsur Masyarakat ditetapkan dengan Keputusan BPD.

(2) Panitia Pilkades Antar Waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), jumlahnya disesuaikan dengan beban tugas dan kemampuan APBDesa.

(3) Panitia Pilkades Antar Waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab kepada BPD memiliki tugas sebagai berikut : a. merencanakan, mengoordinasikan,

menyelenggarakan, mengawasi dan mengendalikan semua tahapan pelaksanaan Pilkades Antar Waktu;

b. merencanakan dan mengajukan biaya Pilkades Antar Waktu kepada Kepala Desa;

c. mengadakan penjaringan dan penyaringan Bakal Calon Kepala Desa;

d. menetapkan Calon Kepala Desa yang telah memenuhi persyaratan;

e. menetapkan tata cara pelaksanaan Pilkades Antar Waktu;

f. menetapkan tata cara pelaksanaan Kampanye;

g. memfasilitasi penyelenggaraan rapat dan musyawarah desa dalam pelaksanaan Pilkades Antar Waktu;

h. memfasilitasi penyediaan peralatan, dan perlengkapan pendukung Pilkades Antar Waktu;

i. melaksanakan Musyawarah Desa Pilkades Antar Waktu;

j. melaksanakan pemungutan suara/voting;

k. menetapkan hasil rekapitulasi penghitungan suara;

(43)

l. melaporkan hasil Musyawarah Desa Pilkades Antar Waktu atau pemungutan suara/voting, dan menyampaikan Calon Kepala Desa Terpilih dalam Musyawarah Desa untuk mendapatkan pengesahan;

dan

m. melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan Pilkades Antar Waktu.

24. Di antara Pasal 85 dan Pasal 86 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 85A sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 85A

(1) Peserta Musyawarah Desa dalam pelaksanaan Pilkades Antar Waktu melibatkan Unsur Masyarakat.

(2) Unsur Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari:

a. tokoh adat;

b. tokoh agama;

c. tokoh masyarakat;

d. tokoh pendidikan;

e. perwakilan kelompok tani;

f. perwakilan kelompok nelayan;

g. perwakilan kelompok perajin;

h. perwakilan kelompok perempuan;

i. perwakilan kelompok pemerhati dan perlindungan anak;

j. perwakilan kelompok masyarakat miskin;

atau

k. Unsur Masyarakat lain sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.

(3) Unsur Masyarakat lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf k diwakili paling banyak 5 (lima) orang dari setiap Dusun.

(44)

(4) Kriteria Unsur Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Desa dan nama-nama Unsur Masyarakat ditetapkan dengan keputusan Kepala Desa.

(5) Jumlah peserta Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibahas dan disepakati bersama BPD dan Pemerintah Desa dengan memperhatikan jumlah penduduk yang mempunyai hak pilih di Desa yang ditetapkan dengan keputusan BPD.

(6) Nama-nama Unsur Masyarakat yang telah ditetapkan dengan keputusan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak dapat diubah, kecuali terdapat Unsur Masyarakat yang meninggal dunia atau pindah domisili.

(7) Nama-nama Unsur Masyarakat yang telah ditetapkan dengan keputusan kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diumumkan di tempat yang strategis untuk diketahui oleh masyarakat selama 3 (tiga) Hari terhitung sejak ditetapkan.

25. Diantara ayat (2) dan ayat (3) disisipkan 1 (satu) ayat, yakni ayat (2a), ayat (4) diubah, dan diantara ayat (4) dan ayat (5) disisipkan 2 (dua) ayat, yakni ayat (4a) dan ayat (4b), sehingga Pasal 86 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 86

(1) Panitia Pilkades Antar Waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 ayat (1) melakukan penjaringan dan penyaringan Bakal Calon Kepala Desa.

(2) Penjaringan dan penyaringan Bakal Calon Kepala Desa menjadi Calon Kepala Desa ditetapkan paling sedikit 2 (dua) orang dan paling banyak 3 (tiga) orang Calon Kepala Desa.

(45)

(2a) Ketentuan mengenai persyaratan Bakal Calon Kepala Desa sebagaimana diatur dalam Pasal 35 sampai dengan Pasal 37 berlaku mutatis mutandis terhadap penjaringan dan penyaringan Bakal Calon Kepala Desa dalam Pilkades Antar Waktu.

(3) Dalam hal jumlah Calon Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang memenuhi persyaratan lebih dari 3 (tiga) orang, Panitia Pilkades Antar Waktu melakukan seleksi tambahan.

(4) Ketentuan mengenai seleksi tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 sampai dengan Pasal 52 berlaku mutatis mutandis terhadap seleksi tambahan Pilkades Antar Waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

(4a) Penetapan Calon Kepala Desa disertai dengan penentuan nomor urut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 berlaku mutatis mutandis terhadap penetapan Calon Kepala Desa dalam Pilkades Antar Waktu.

(4b) Calon Kepala Desa yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (4a) sebelum diumumkan disahkan terlebih dahulu dalam Musyawarah Desa;

(5) Dalam hal Calon Kepala Desa yang memenuhi persyaratan kurang dari 2 (dua) orang, Panitia Pilkades Antar Waktu memperpanjang waktu pendaftaran selama 7 (tujuh) Hari.

(6) Dalam hal Calon Kepala Desa yang memenuhi persyaratan tetap kurang dari 2 (dua) orang setelah perpanjangan waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3), BPD menunda pelaksanaan Musyawarah Desa Pilkades Antar Waktu sampai dengan waktu yang ditetapkan oleh BPD.

(46)

26. Diantara Pasal 86 dan Pasal 87 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 86A sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 86A

Pelaksanaan Kampanye dan masa tenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 sampai dengan Pasal 59 berlaku mutatis mutandis terhadap pelaksanaan Kampanye dan masa tenang dalam pelaksanaan Pilkades Antar Waktu.

27. Ketentuan Pasal 87 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 87

(1) Tahapan pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84D ayat (1) huruf b meliputi : a. penyelenggaraan Musyawarah Desa

dipimpin oleh Ketua BPD yang teknis pelaksanaan pemilihannya dilakukan oleh Panitia Pilkades Antar Waktu;

b. mekanisme pelaksanaan pemilihan Calon Kepala Desa oleh Panitia Pilkades Antar Waktu melalui musyawarah mufakat dan/atau melalui pemungutan suara/voting sebelumnya telah disepakati dalam Musyawarah Desa;

c. pelaksanaan pemilihan Calon Kepala Desa dipimpin oleh Ketua BPD yang teknis pelaksanaannya dilakukan oleh Panitia Pilkades Antar Waktu;

d. pelaporan hasil pemilihan Calon Kepala Desa oleh Panitia Pilkades Antar Waktu dalam Musyawarah Desa; dan

e. pengesahan Calon Kepala Desa Terpilih dalam Musyawarah Desa.

(47)

(2) Calon Kepala Desa dapat mengajukan keberatan atas pengesahan Calon Kepala Desa Terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d secara tertulis kepada BPD melalui Panitia Pilkades Antar Waktu, disertai keterangan, bukti dan saksi yang mendukung dalam waktu paling lambat 3 (tiga) Hari setelah pengesahan Calon Kepala Desa Terpilih;

(3) BPD menjawab keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) secara tertulis berdasarkan hasil Musyawarah Desa paling lambat 3 (tiga) Hari sejak keberatan diterima.

(4) Perlengkapan pemungutan suara dan penghitungan suara, disimpan di kantor Desa atau di tempat lain yang terjamin keamanannya.

28. Di antara Pasal 87 dan Pasal 88 disisipkan 3 (tiga) pasal, yakni Pasal 87A, Pasal 87B, dan Pasal 87C sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 87A

(1) Dalam hal Musyawarah Desa Pilkades Antar Waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 ayat (1) tidak menghasilkan Calon Kepala Desa Terpilih, BPD dapat mengajukan permohonan kepada Bupati untuk mengikuti Pilkades serentak gelombang berikutnya.

(2) Dalam hal Musyawarah Desa Pilkades Antar Waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum dapat menetapkan Calon Kepala Desa Terpilih, Bupati menetapkan Pilkades Antar Waktu tidak menghasilkan Calon Kepala Desa Terpilih dalam waktu 3 (tiga) kali 24 (dua puluh empat) jam sejak diterima laporan dari BPD.

(48)

(3) Dalam hal Pilkades Antar Waktu tidak menghasilkan Calon Kepala Desa Terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pilkades dilaksanakan pada Pilkades serentak gelombang berikutnya.

(4) Apabila dalam tenggang waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) masa jabatan Kepala Desa berakhir, Bupati mengangkat Penjabat Kepala Desa dari PNS di lingkungan Pemerintah Daerah.

(5) Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) melaksanakan tugas dan wewenang Kepala Desa sampai dengan dilantiknya Kepala Desa hasil pemilihan langsung secara serentak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 87B

Ketentuan penyelesaian perselisihan hasil Pilkades sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 berlaku mutatis mutandis terhadap penyelesaian perselisihan hasil Pilkades Antar Waktu.

Pasal 87C

(1) Bagi Desa yang tidak dapat melaksanakan Pilkades Antar Waktu melalui Musyawarah Desa dikarenakan alasan yang dapat dibenarkan, dapat mengajukan permohonan kepada Bupati untuk mengikuti Pilkades serentak.

(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditindaklanjuti dengan melakukan verifikasi dan klarifikasi yang dilakukan oleh tim fasilitasi penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang ditetapkan oleh Bupati terkait alasan yang disampaikan dapat dibenarkan, dipertanggungjawabkan, dan dibuktikan.

(49)

(3) Dalam hal alasan yang disampaikan dalam permohonan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dibenarkan, dipertanggungjawabkan, dan dibuktikan, Bupati menetapkan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk mengikuti Pilkades serentak.

29. Ketentuan Pasal 88 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 88

(1) Tahapan pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84D ayat (1) huruf c meliputi : a. pelaporan hasil Pilkades Antar Waktu

melalui Musyawarah Desa kepada BPD dalam jangka waktu 7 (tujuh) Hari setelah Musyawarah Desa mengesahkan Calon Kepala Desa Terpilih;

b. pelaporan Calon Kepala Desa Terpilih hasil Musyawarah Desa oleh ketua BPD kepada Bupati melalui Camat paling lambat 7 (tujuh) Hari setelah menerima laporan dari Panitia Pilkades Antar Waktu;

c. penerbitan Keputusan Bupati tentang pengesahan pengangkatan Calon Kepala Desa Terpilih paling lambat 30 (tiga puluh) Hari sejak diterimanya laporan dari BPD;

dan

d. pelantikan Kepala Desa Antar Waktu oleh Bupati paling lama 30 (tiga puluh) Hari sejak diterbitkan keputusan pengesahan pengangkatan Calon Kepala Desa Terpilih dengan urutan acara pelantikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 78 TAHUN 2012 TENTANG PEMILIHAN, PENGESAHAN PENGANGKATAN,PEMBERHENTIAN KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH ( Studi : Aceng Fikri sebagai

Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor … Tahun 2021 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Lurah, Panitia Pemilihan menetapkan Tata Tertib Pemilihan

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 46 ayat (2) Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 46 ayat (2) Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 3 Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Lurah Desa

bahwa dengan telah diundangkannya Peraturan Bupati Blitar Nomor 73 Tahun 2019 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Sekretariat

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Bupati Blitar Nomor 35 Tahun 2009 tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Blitar N3mor 5 Tahun 2005 tentang Retribusi Izin

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pengangkatan, Pelantikan dan Pemberhentian Petinggi (Lembaran